b. Fisiologis Sistem
1) Jantung
Jantung berfungsi dalam memompa darah ke paru-paru dan ke
seluruh tubuh untuk mendistribusikan nutrisi dan oksigen agar terjadi
proses metabolism yang bermanfaat untuk tubuh. Jantung terdiri dari
empat ruang yang diatur menjadi dua pompa (kanan dan kiri) untuk
memberikan aliran darah ke sirkulasi sistemik dan paru. Atrium kanan
menerima darah terdeoksigenasi dari seluruh tubuh kecuali paru-paru
(sirkulasi sistemik) melalui vena cava superior dan inferior. Darah
terdeoksigenasi dari otot jantung mengalir ke atrium kanan melalui
sinus koroner. Atrium kanan bertindak sebagai reservoir untuk
mengumpulkan darah terdeoksigenasi. Dari sini, darah mengalir
melalui katup trikuspid untuk mengisi ventrikel kanan, yang
merupakan ruang pemompaan utama jantung kanan (Rehman &
Rehman, 2021).
Ventrikel kanan kemudian memompa darah keluar jantung
menuju paru-paru melalui katup pulmonal (valvula semilunaris) dan
masuk ke dalam arteri pulmonalis untuk proses oksigenasi, di dalam
paru-paru, darah mengoksidasi saat melewati kapiler, di mana darah
cukup dekat dengan oksigen di alveoli paru-paru. Darah yang kaya
oksigen ini dikumpulkan oleh empat vena pulmonalis, dua dari setiap
paru-paru. Keempat vena kemudian mengalirkan darah yang kaya
oksigen menuju atrium kiri yang bertindak sebagai ruang
pengumpulan untuk darah beroksigen. Seperti halnya atrium kanan,
atrium kiri mengalirkan darah ke ventrikelnya baik dengan aliran pasif
maupun pemompaan aktif. Darah teroksigenasi dengan demikian
mengisi ventrikel kiri, melewati katup mitral. Ventrikel kiri adalah
ruang pemompaan utama jantung kiri, kemudian memompa,
mengirimkan darah beroksigen ke sirkulasi sistemik melalui katup
aorta. Siklus ini kemudian diulangi lagi di detak jantung berikutnya
(Pramestiyani et al., 2022; Rehman & Rehman, 2021)
Pada proses kerja jantung terdapat istilah periode sistol dan
diastole, periode sistol atau dikenal dengan istilah fase
kontraksi/ejeksi terjadi saat ventrikel menguncup (katup mitral dan
trikuspidalis tertutup namun katup aorta dan pulmonal membuka)
sehingga darah dari ventrikel dextra mengalir ke arteri pulmonalis
masuk ke paru-paru, sedangkan darah dari ventrikel kiri mengalir
menuju aorta untuk dialirkan ke seluruh tubuh. Periode diastole (fase
relaksasi/pengisian) terjadi ketika jantung mengembang (kebalikan
dari situasi sistol) sehingga darah dari atrium sinistra masuk ke
ventrikel sinistra dan darah dari atrium dextra masuk ke ventrikel
dextra. Denyut jantung yang normal pada orang dewasa berkisar
antara 60 – 100x/menit dengan siklus yang menyebar sebanyak 0,8
detik dan bunyi jantung merupakan transmisi akibat adanya
penutupan katup jantung. Prinsip dasar dari fungsi sirkulasi jantung
tergolong rumit, hal tersebut bermula dari pembentukan potensi aksi
yang spontan di dalam nodus sirzs terletak pada dinding lateral
superior atrium dextra, dekat dengan pintu masuk vena cava
superior, dan potensial aksi menjalar dari sini dengan kecepatan
tinggi melalui kedua atrium lalu melalui berkas A-V ke ventrikel (Rani
et al., 2022).
Jantung juga memiliki sistem konduksi listrik yang mengatur
pemompaan jantung dan waktu kontraksi berbagai ruang. Otot
jantung berkontraksi sebagai respons terhadap stimulus listrik yang
diterima. Nodus sinus, yang merupakan alat pacu jantung utama,
terletak di persimpangan vena cava superior dan atrium kanan.
Ini secara berirama menghasilkan pelepasan listrik sekitar 70 kali per
menit. Sinyal listrik ini dibawa ke atrium kiri melalui berkas Bachmann
(bundle Bachmann). Konduksi terjadi melalui otot atrium kanan ke
nodus atrioventrikular (AV node), terletak di segitiga Koch, daerah
segitiga kecil yang dibentuk oleh katup trikuspid, tendon Todaro, dan
bibir ostium sinus koroner. AV node menerima sinyal listrik
dan menghantarkannya ke bundle His dengan beberapa penundaan.
Penundaan ini memungkinkan pengosongan atrium ke dalam
ventrikel sebelum ventrikel berkontraksi sebagai respons terhadap
sinyal listrik. Bundle His membelah menjadi bundle kanan dan kiri
yang berturut-turut bercabang menjadi ribuan cabang kecil yang
disebut serabutn Purkinje. Pohon His-Purkinje berfungsi untuk secara
cepat menghantarkan sinyal listrik ke seluruh bagian kedua ventrikel
untuk menghasilkan kontraksi yang hampir bersamaan dari semua
bagian kedua ventrikel, menghasilkan pemerasan yang seragam dan
terkoordinasi (Rahimi & Geiger, 2019; Stauffer et al., 2021).
Curah jantung (cardiac output) juga memiliki peranan penting
dalam fisiologi jantung, Rani dkk (2022) dalam bukunya yang berjudul
“Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia” menyebutkan bahwa curah
jantung adalah jumlah aliran dari semua jaringan local, yang mana
ketika darah mengalir melalui jaringan, darah akan segera kembali
melalui vena ke jantung dan jantung merespon secara ototmatis
terhadap peningkatan aliran darah dengan cara melakukan
pemompaan kembali. Dengan
demikian, jantung bertanggung jawab dalam proses pemompaan
otomatis yang menanggapi tuntutan jaringan. Sedangkan tekanan
darah bergantung pada cardiac output dengan resistensi perifer.
Stroke volume atau dikenal dengan istilah isi sekuncup didefinisikan
sebagai volume darah yang dipompa jantung tiap denyutannya
(Kadir, 2009). Besarnya cardiac output dipengaruhi oleh 3 faktor
utama yaitu volume akhir diastolic ventrikel (preload), beban akhir
ventrikel (afterload), dan kontraktilitas.
a) Preload
Preload adalah kekuatan yang meregangkan otot ventrikel kiri
jantung hingga akhir diastole sebelum berkontraksi. Gaya ini
terdiri dari volume yang mengisi jantung dari aliran balik vena.
Karena susunan molekul aktin dan miosin di otot, semakin
banyak volume vena yang masuk meregangkan otot, semakin
jauh ia akan berkontraksi. Hubungan yang ditunjukkan dalam
kurva Frank-Starling membenarkan penggunaan augmentasi
preload dengan resusitasi volume untuk meningkatkan kinerja
jantung. Namun
ketika volume akhir diastolik menjadi berlebihan, fungsi jantung
dapat menurun; akibatnya serat otot meregang dan menarik serat
kontraktil melewati satu sama lain, sehingga mengurangi kontak
yang diperlukan untuk kekuatan kontraktil (Derek & Steven,
2018).
b) Afterload
Afterload adalah jumlah tekanan yang dibutuhkan jantung untuk
mengeluarkan darah melalui valvula semilunar aorta selama
kontraksi ventrikel. Ini dicatat sebagai tekanan sistolik jantung.
Perubahan afterload mempengaruhi volume sekuncup, volume
akhir sistolik, volume akhir diastolik, dan tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri. Afterload meningkat karena peningkatan resistensi
vaskular sistemik dan peningkatan tekanan aorta. Peningkatan
afterload menyebabkan penurunan volume sekuncup jantung dan
peningkatan volume akhir sistolik. Hal ini juga secara tidak
langsung mempengaruhi curah jantung jantung karena
penurunan volume sekuncup jantung. Kurva Frank-Starling
memberikan hubungan antara volume sekuncup dan tekanan
akhir diastolik ventrikel kiri. Loop tekanan volume menjelaskan
efek afterload pada volume akhir sistolik dan volume akhir
diastolic (Jain & Hayward, 2020; Salgado & Bhimaraj, 2020).
b. Etiologi
Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai peyakit yang hampir
selalu disebabkan oleh rematik, tetapi sekarang telah lebih banyak
ditemukan penyakit katup jenis baru. Penyakit katup jantung yang paling
sering dijumpai adalah penyakit katup degeneratif yang berkaitan dengan
meningkatnya masa hidup rata-rata pada orang-orang yang hidup di
negara industri dibandingkan dengan yang hidup di negara berkembang.
Meskipun terjadi penurunan insidensi penyakit demam rematik, namun
penyakit rematik masih merupakan penyebab lazim deformitas katup
yang membutuhkan koreksi bedah (Hariyono, 2020).
1) Stenosis Mitraler.
Berdasarkan etiologinya stenosis katup mitral terjadi terutama pada
orang tua yang pernah menderita demam rematik pada masa kanak-
kanak dan mereka tidak mendapatkan antibiotik. Di bagian
dunialainnya, demam rematik sering terjadi dan menyebabkan
stenosis katupmitral pada dewasa, remaja dan kadang pada anak-
anak, yang khasadalah jika penyebabnya demam rematik, daun katup
mitral sebagian bergabung menjadi satu.
2) Insufisiensi Mitral
Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat
dibagi atas reumatik dan non reumatik (degeneratif,
endokarditis,penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan,
trauma dan sebagainya). Di negara berkembang seperti Indonesia,
penyebab terbanyak insufisiensi mitral adalah demam reumatik.
3) Stenosis Aorta
Berdasarkan etiologinya stenosis katup aorta merupakan penyakit
utama pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan
jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup.
Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi
biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun. Stenosis
katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik pada masa
kanak-kanak. Pada keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan
pada katup mitral baik berupa stenosis, regurgitasi maupun keduanya.
Pada orang yang lebih muda, penyebab yang paling sering adalah
kelainan bawaan. Pada masa bayi, katup aorta yang menyempit
mungkin tidak menyebabkan masalah, masalah baru muncul pada
masa pertumbuhan anak. Ukuran katup tidak berubah, sementara
jantung melebar dan mencoba untuk memompa sejumlah besar darah
melalui katup yang kecil. Katup mungkin hanya memiliki dua daun
yang seharusnya tiga, atau memiliki bentuk abnormal seperti corong.
Lama-lama, lubang/pembukaan katup tersebut, sering menjadi kaku
dan menyempit karena terkumpulnya endapan kalsium.
4) Isufisiensi Aorta
Penyebab terbanyak adalah demam reumatik dan sifilis.
Kelainankatub dan kanker aorta juga bias menimbulkan isufisiensi
aorta. Pada isufisiensi aorta kronik terlihat fibrosis dan retraksi daun-
daun katup,dengan atau tanpa kalsifikasi, yang umumnya merupakan
skuele dari demam reumatik.
c. Manifestasi Klinis
Menurut Hariyono (2020) manifestasi klinis penyakit katup jantung, yaitu:
1) Kesulitan mengambil napas
2) Tekanan pada bagian dada terutama saat sedang beraktivitas
3) Pusing
4) Kelelahan
5) Detak jantung tidak beraturan atau tidak normal
6) Penambahan berat badan
7) Pingsan
8) Edema (pembengkakan berlebih di bagian kaki, daerah perut, atau
pergelangan kaki sebagai akibat tersumbatnya cairan)
d. Patofisiologi
Demam reuma inflamasi akut dimediasi imun yang menyerangkatup
jantung akibat reaksi silang antara antigen streptokokus hemolitik-α grup
A dan protein jantung. Penyakit dapat menyebabkan penyempitan
pembukaan katup (stenosis) atau tidak dapat menutup sempurna
(inkompetensi atau regurgitasi) atau keduanya. Disfungsi katup akan
meningkatkan kerja jantung. Insufisiensi katup memaksa jantung
memompa darah lebih banyak untuk menggantikan jumlah darah yang
mengalami regurgitasi atau mengalir balik sehinggameningkatkan volume
kerja jantung. Stenosis katup memaksa jantung meningkatkan tekanan
nya agar dapat mengatasi resistensi terhadap aliran yang meningkat,
karena itu akan meningkatkan tekanan kerja miokardium. Respon
miokardium yang khas terhadap peningkatan volume kerja dantekanan
kerja adalah dilatasi ruang dan hipertrofi otot. Dilatasi miokardium dan
hipertrofi merupakan mekanisme kompensasi yang bertujuan
meningkatakan kemampuan pemompa jantung.
e. Pathway
Kongesti paru-paru
Hipertrofi ventrikel kanan Edem paru-paru
g. Komplikasi
1) Angina pectoris
2) Bedah jantung
3) Gagal jantung kongestif
4) Disritmia
5) Kondisi inflamasi jantung
6) Aspek-aspek psikososial perawatan akut
7) Penyakit jantung rematik
8) Penyakit jantung iskemik
h. Penalataksanaan
Penatalaksanaan pada pasien penyakit katup jantung adalah
sebagai berikut:
1) Stenosis Mitral
Terapi antibiotik diberikan untuk mencegah berulangnya
infeksi.Penatalaksanaan gagal jantung kongesti adalah dengan
memberikan kardiotinikum dan diuretik. Intervensi bedah meliputi
komisurotomiuntuk membuka atau “menyobek” komisura katub mitral
yang lengketatau mengganti katub miral dengan katub protesa.Pada
beberapakasus dimana pembedahan merupakan kontraindikasi dan
terapimedis tidak mampu menghasilkan hasil yang diharapkan,
makadapat dilakukan valvuloplasti transluminal perkutan untuk
mengurangi beberapa gejala.
2) Insufisiensi Mitral
Penatalaksanaannya sama dengan gagal jantung kongestif,intervensi
bedah meliputi penggantian katup mitral.
3) Stenosis Aorta
Penatalaksanaan yang sesuai untuk stenosis aorta
adalahpenggantian katub aorta secara bedah. Terdapat risiko
kematianmendadak pada pasien yang diobati saja tanpa tindakan
bedah.Keadaan yang tak dikoreksi tersebut dapat menyebabkan
gagaljantung permanen yang tidak berespon terhadap terapi medis.
4) Insufisiensi Aorta
Penggantian katub aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan
waktuyang tepat untuk penggantian katub masih
kontroversial.Pembedahan dianjurkan pada semua pasien dengan
hipertropiventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau tidaknnya gejala
lain.Bila pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif,
harusdiberikan penatalaksanaan medis sampai
dilakukannyapembedahan.
5) Terapi antibiotik
Kardiotinikum dan diuretik, valvuloplasti transluminal perkutan,
penggantian katup mitral, penggantian katupaorta
9) Kulit/dermatitis
g. Pemeriksaan fisik
j. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, yaitu :
1) Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan Ventilasi Perfusi
(D.0003)
2) Pola Nafas Tidak Efektif b.d Deformitas Dindong Dada (D.0005)
3) Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis (D.0077)
4) Intoleransi Aktifitas b.d Ketidakseimbangan Antara Suplai dan
Kebutuhan Oksigen (D.0056)
k. Tujuan Keperawatan
3 Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis Tujuan : Tingkat nyeri menurun berarti pengalaman
(D.0077) sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat, dan berintensitas ringan hingga
berat dan konstan menurun.
Kriteria Hasil:
Tingkat Nyeri Menurtu (L08066)
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Frekuensi nadi membaik
-
4 Intoleransi Aktifitas b.d Ketidakseimbangan Tujuan : Toleransi aktivitas meningkat berarti respon
Antara Suplai dan Kebutuhan Oksigen fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan tenaga
(D.0056) meningkat.
Kriteria Hasil:
Toleransi Aktivitas Meningkat (L.05047)
- Porsi makan yang dihabiskan
- Kekuatan oto pengunyah meningkat
- Kekuatan oto menelan meningkat
- Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat
- Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat
- Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang
tepat
- Penyiapan dan penyimpanan makanan yang aman
- Nyeri abdomen menurun
- Frekuensi makan membaik
- Nafsu makan membaik
- Bising usus membaik
- - Membrane mukosa membaik.
l. Rencana Keperawatan
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian oksigen
- Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
2 Pola Nafas Tidak Efektif b.d Deformitas Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
Dindong Dada (D.0005)
Definisi Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas
Observasi
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Monitor bunyi nafas tambahan (ronchi, gurling, mengi,
- wheezing)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan
- chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontra
indikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran jika
perlu
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Idenfitikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
(mis: TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
- Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat (analgesik) sesuai indikasi dan
jika perlu
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis:
cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi pe,berian asupan yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta
SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selatan.
Bauldoff Gerene and Lemone Priscilla. 2019. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Rehman. 2021. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ; Edisi 8; Volume 2. Jakarta:
EGC.
Rahimi & Geiger, 2019. Ghezzi M, Silvestri M, Sacco O, Panigada S, Girosi D, Magnano
GM, Rossi GA. Mild tracheal compression by aberrant innominate artery and
resident chaperone that protects against reductive stress in the heart. San Diego.