Anda di halaman 1dari 56

1

JUDUL YANG RELEVAN DENGAN TEMA KONSEP PTK ADALAH :

PENGARUH KEBIASAAN MENONTON ACARA TELEVISI


TERHADAP PENGEMBANGAN WAWASAN IPA PADA SISWA
KELAS V DI SDN ______ TAHUN PELAJARAN ______

By :

guntur-aneh.blogspot.com

Please add me

facebook :

guntur aneh mulai waras

twitter :

@guntur_aneh

klikot :

guntur saleksa

http://www.klikot.com/Profile_.aspx?user_id=1704713
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perbaikan dibidang pendidikan, khususnya pendidikan matematika

telah banyak dilakukan dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran

siswa, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa

masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa usaha-usaha perbaikan untuk

meningkatkan prestasi belajar matematika seperti penataran guru,

penyempurnaan kurikulum, pengadaan alat peraga, pemberian soal dan lain-

lain belum sepenuhnya berhasil, meskipun tidak dapat dikatakan gagal.

Sektor pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam

keseluruhan pembangunan nasional disegala bidang, terutama pembangunan

kemampuan manusianya agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia

yang berkualitas. Usaha ini dapat ditempuh melaui jalur pendidikan, baik

pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Di dalam formal UU RI

No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, disebutkan bahwa

pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan


3

kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam

mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan

warganya mengembangkan diri baik berkenan dengan aspek rohani maupun

aspek jasmani berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan merupakan suatu proses kegiatan yang berjalan secara

terus menerus, berurutan dan terencana. Pendidikan merupakan masalah yang

penting bagi setiap bangsa, terutama bagi bangsa yang sedang membangun,

karena pendidikan merupakan unsur pokok yang sangat diperlukan dalam

membentuk sikap mental serta mengembangkan manusia yang cerdas dan

berkualitas.

Kesulitan belajar dan rendahnya prestasi belajar merupakan faktor

yang menjadi sorotan dunia pendidikan. Oleh karena itu, perlu kita amati

faktor apa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika itu ? Faktor-

faktor tersebut sebenarnya banyak sekali dan kita kelompokkan menjadi dua,

yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik yaitu faktor yang

datang dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor ekstrinsik

merupakan faktor yang datang dari luar diri siswa. Yang termasuk dalam

faktor instrinsik antara lain : motivasi belajar, bakat, tingkat kecemasan,

tingkat kepandaian siswa (IQ), mental, keadaan matematika dan lain-lain.

Sedangkan yang merupakan faktor ekstrinsil antara lain : kebiasaan menonton

televisi, lingkungan siswa, perhatian orang tua, dorongan keluarga, metode

mengajar, media pendidikan, keadaan sosial ekonomi keluarga dean lain-lain.

Kesulitan dan rendahnya prestasi belajar bukan hanya semata-mata

siswa bodoh atau kecerdasannya kurang, tetapi banyak siswa yang memiliki
4

kecerdasan dan motivasi tinggi dapat turun setelah mengikuti ujian berikutnya.

Hal ini dapat juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti kecemasan pada saat

mengikuti pelajaran yang dipengaruhi oleh keadaan psikologis siswa.

Menurut Dimyati Mahmud, kecemasan merupakan faktor intern yang

dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dimana kecemasan sebagai situasi

emosi yang kompleks dan kronis yang ditandai oleh perasaan takut gelisah

dan tegang. Siswa mengalami kecemasan disebabkan karena adanya suatu

masalah apakah itu masalah keluarga, ekonomi, pertengkaran dengan teman

lain sebagainya. Apabila dari masalah tersebut tidak dapat ditemukan

penyelesaiannya akan mengganggu konsentrasi siswa pada pelajaran, sehingga

dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa itu sendiri.

Individu dengan tingkat kecemasan tinggi cenderung menunjukkan prestasi


belajar yang relatif rendah, demikian juga siswa yang pada waktu akan
menghadapi ujian memperoleh hasil yang lebih buruk atau mengalami kegagalan
dibandingkan dengan siswa yang tenang dan tidak cemas.
Selain kecemasan, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

adalah motivasi dan kebiasaan menonton televisi. Motivasi yaitu usaha yang

didasari utnuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku

seseorang agar terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga

mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Kemajuan teknologi mempunyai dampak yang positif dan negatif bagi anak didik
misalnya dengan adanya televisi, vidiogame, media massa dapat menyebabkan
anak lupa atau malas untuk belajar pelajaran sekolah. Karena keasyikan dengan
acara televisi dan permainan anak yang menarik dibandingkan dengan buku-buku
pelajaran sekolah, akan tetapi bila kemampuan usaha di atas dimanfaatkan dengan
baik dan benar akan dapat memperluas wawasan, menambah pengetahuan dan
lain-lain. Melihat keadaan sekarang bahwa anak malas belajar atau malas
mengerjakan tugas sekolah dikarenakan sudah kecanduan televisi, oleh karena itu
orang tua agar dapat memilih program tayangan televisi yang sesuai dengan
perkembangan anak dan dapat mengatur waktu untuk belajar dan waktu untuk
menonton televisi.
5

Melalui televisi pengetahuan dapat bertambah, namun rangsangan

yang disediakan terkadang berlebih. Hal itu justru dapat menyebabkan pikiran

anak menajdi pasif. Selain itu daya imajinasi menjadi kurang hidup, bahkan

tidak jarang televisi dapat menjadikan anak malas belajar melakukan

penalaran. Terlalu banyak menonton televisi menyebabkan anak kehilangan

belajar berperilaku sosial. Mereka jadi tidak tahu cara yang dapat diterima

lingkungannya, hal ini disebabkan karena kemampuan yang terbatas sehingga

mereka mengira bahwa apa yang dilihat ditelevisi adalah hal yang sebenarnya.

Televisi dapat berperan sebagai media pendidikan, hiburan dan

promosi. Penggunaan teknologi komunikasi dan informasi makin dirasakan

manfaatnya terutama sejalan dengan program pemerataan bidang pendidikan.

Televisi sekarang lebih sering menyajikan tayangan berdampak sosial seperti

film, sinetron dan acara hiburan lainnya dengan jam tayang yang lebih

panjang dibandingkan dengan acara yang sifatnya pendidikan. Hal ini

menyebabkan prestasi belajar menurun, karena siswa cenderung menonton

acara televisi yang menarik daripada mempelajari buku-buku pelajaran

sekolah. Kebiasaan para siswa ini tentunya merupakan kebiasaan yang kurang

baik karena kurang memperhatikan pelajaran sekolah dan cenderung untuk

menonton televisi.

Dari uraian latar belakang masalah ini dan untuk menjawab

permasalahan tersebut, maka penelitian dengan tema “Hubungan Antara

Motivasi Belajar Terhadap Kebiasaan Menonton Televisi Pada Siswa Kelas

V SDN ________ Kecamatan ________ Kabupaten _____ Tahun

Pelajaran ___/____.
6

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang dijelaskan bahwa tingkat kecemasan

terhadap pelajaran matematika dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa,

akan tetapi alat ukur (instrumen) baku yang digunakan untuk mengukur

tingkat kecemasan dalam matematika disebut Taylor Manifest Anxiety

(TMA) belum tersebar luas, sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap alat

ukur tersebut.

Faktor yang juga berpengaruh terhadap prestasi adalah motivasi, faktor

motivasi termasuk yang berasal dari dalam diri siswa sehingga menjadi

perhatian penulis dalam penelitian ini.

Apabila tingkat kecemasan siswa itu rendah maka motivasi belajar

siswa tinggi. Kedua hal ini dapat mendorong kegiatan belajar siswa sehingga

akan meningkatkan prestasi belajar matematika. Sebaliknya bila tingkat

kecemasan tinggi maka motivasi belajar siswa kurang, diduga hal ini akan

menghambat kegiatan belajar siswa dan akibatnya prestasi belajar siswa tidak

seperti yang diharapkan.

C. Batasan Masalah

Begitu kompleksnya permasalahan yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa, maka dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah.

Hal ini tidak bermaksud mengurangi sifat ilmiah suatu pembahasan, tetapi

dimaksudkan untuk mengkaji lebih mendalam suatu pembahasan.


7

Permasalahan pokok yang diteliti dalam penelitian ini meliputi tingkat

kecemasan, motivasi belajar matematika, kebiasaan menonton televisi dan

prestasi belajar. Tingkat kecemasan, motivasi belajar matematika dan

kebiasaan menonton televisi sebagai variabel bebas, sedangkan prestasi belajar

siswa sebagai variabel terikat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat dirumuskan

permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Sejauh mana kecenderungan tingkat kecemasan siswa Kelas V SDN

________ Kecamatan ________ Kabupaten _____ Tahun Pelajaran

___/____?

2. Sejauh mana kecenderungan motivasi belajar siswa Kelas V SDN

________ Kecamatan ________ Kabupaten _____ Tahun Pelajaran

___/____?

3. Sejauh mana kecenderungan kebiasaan menonton televisi siswa Kelas V

SDN ________ Kecamatan ________ Kabupaten _____ Tahun

Pelajaran ___/____?

4. Sejauh mana kecenderungan prestasi belajar siswa Kelas V SDN

________ Kecamatan ________ Kabupaten _____ Tahun Pelajaran

___/____ ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :


8

1. Untuk mengetahui kecenderungan tingkat kecemasan siswa Kelas V

SDN ________ Kecamatan ________ Kabupaten _____

Tahun Pelajaran ___/____.

2. Untuk mengetahui kecenderungan motivasi belajar Kelas V SDN

________ Kecamatan ________ Kabupaten _____ Tahun

Pelajaran ___/____.

3. Untuk mengetahui kecenderungan kebiasaan menonton televisi siswa

Kelas V SDN ________ Kecamatan ________ Kabupaten

_____ Tahun Pelajaran ___/____.

4. Untuk mengetahui kecenderungan prestasi belajar siswa Kelas V

SDN ________ Kecamatan ________ Kabupaten _____

Tahun Pelajaran ___/____.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

a. Secara Praktis

1. Memberikan masukan kepada pendidik untuk dapat memahami

siswa secara komprehensip sehingga dapat memberikan bantuan

kepada siswa dalam mencapai prestasi yang maksimal dan berhasil

dalam melanjutkan pendidikannya.

2. Memberikan masukan kepada siswa tentang bagaimana cara

mensikapi kecemasan yang sering melanda siswa ketika berhadapan

dengan mata pelajaran di sekolah.


9

3. Memberikan masukan kepada orang tua siswa tentang bagaimana

sebaiknya memperhatikan kebiasaan anak-anak dalam menonton

televisi dan memotivasi anak-anak dalam belajar .

4. Memberikan masukan kepada pihak sekolah tentang bagaimana

upaya menekan tingkat kecemasan siswa terhadap pelajaran di

sekolah dan meningkatkan motivasi belajar untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa.

b. Secara Teoritik

Memberikan sumbangan yang positif terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Wujud sumbangan tersebut adalah

ditemukannya teori-teori dan permasalahan baru yang perlu dikaji lebih

lanjut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Kecemasan

a. Konsep Kecemasan
10

Tidak seorangpun yang tidak ingin menikmati ketenangan

dalam hidup, bahkan semua orang mencarinya walaupun tidak semua

orang dapat mencapai yang diinginkannya itu. Bermacam sebab dan

rintangan yang terjadi sehingga banyak yang mengalami kegelisahan,

kecemasan dan ketidakpuasan.

Kecemasan sebagai suatu bentuk perilaku, tidak lepas dari

pengamatan para ahli dan nampaknya mempunyai daya tarik sehingga

banyak ahli yang membahas masalah ini. Branca mengemukakan

bahwa kecemasan merupakan reaksi umum sebagai akibat dari

ketidakmampuan untuk mengatasi suatu masalah dan sebagainya yang

dialami oleh setiap individu di dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Lindgren yang dikutip oleh Elida Prayitno

mendefinisikan kecemasan adalah “sebagai situasi emosi yang

komplek dan kronis yang ditandai oleh perasaan takut, gelisah dan

mengalami ketegangan”.

Kecemasan adalah suatu pengalaman emosional yang dirasakan sebagai sesuatu


yang tidak menyenangkan, ketidak jelasan apa yang dirasakan serta tidak
diketahui secara persis apa penyebabnya. Namun ada kalanya kecemasan timbul
karena adanya ancaman baik dari luar maupun dari dalam tubuh terhadap
keselamatan diri atau lingkungan yang menyebabkan perubahan psikologis tubuh.
Disisi lain J. Prasetyo yang dikutip oleh L.L Pasaribu dan

Simanjuntak mengartikan bahwa kecemasan ditandai adanya perasaan

cemas, takut tanpa sebab, mudah sekali terkejut dan jantung berdebar-

debar, tidur tidak nyenyak, perasaan gelisah dan tidak tenang karena

ada dari salah satu anggota tubuhnya tidak beres.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat

disimpulkan pengertian kecemasan adalah suatu situasi emosi yang


11

komplek yang ditandai perasaan takut, tegang dan gelisah baik yang

nyata maupun hanya imajinasi belaka. Sehingga akibat

ketidakmampuan untuk mengatasi suatu masalah yang biasanya

berbentuk reaksi fisik dan psikologis.

2. Pengertian Motivasi Belajar

Secara etimologis kata motivasi berasal dari kata motif yang

artinya dorongan, kehendak, alasan atau kemauan. Motif adalah segala

daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut

Winkel motif merupakan daya penggerak dari dalam subyek untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan dan

merupakan kondisi intern atau disposisi (kesiap-siagaan). Motivasi adalah

daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-

saat tertentu, bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau

duhayati.

Sementara menurut Gerungan, motif merupakan suatu pengertian yang meliputi


semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang
menyebabkan ia berbuat sesuatu.. Sedangkan menurut The Liang Gie, motivasi
adalah suatu pengaruh dari luar atau dari dalam yang mendorong seseorang untuk
bertindak..
Sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi

diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar

atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang

tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai suatu tujuan

yang dikehendaki atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya..


12

Motivasi yaitu usaha yang didasari untuk menggerakkan,

mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk

melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas maka dapat

disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu pengaruh yang dapat

mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai

suatu tujuan. Di dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan faktor yang

sangat penting karena untuk berbuat sesuatu seseorang memerlukan daya

penggerak.

Mengamati motivasi pada diri siswa merupakan pekerjaan yang

tidak mudak karena motivasi yang ada pada diri siswa merupakan gejala

psikologis yang tidak dapat diamati secara langsung. Pengamatan adanya

motivasi pada diri seseorang hanya dapat dilakukan melalui perubahan

tingkah lakunya, mengukur perubahan prestasinya atau menanyakan

kebutuhan dan tujuannya. Meskipun hal ini tidak mudah dilakukan namun

perlu diusahakan mengingat perannya yang sangat penting dalam

keberhasilan belajar mengajar.

Sedangkan belajar menurut H.C, Witherington adalah suatu

perubahan pada kepribadian yaitu adanya suatu pola sambutan baru yang

dapat berupa suatu pengertian.

Menurut Gagne yang diikuti Herman Hudoyo, belajar merupakan

proses yang memungkinkan manusia memodifikasi tingkah lakunya secara


13

permanen, sedemikian sehingg modifikasi yang sama tidak akan terjadi

pada situasi baru

Dalam kaitannya dengan pengertian belajar maka motivai belajar

adalah keseluruhan daya, penggerak psikis di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan kegiatan

belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu untuk mencapai

suatu tujuan, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi yang

banyak untuk belajar.

Motivasi belajar menurut Winkel dibedakan atas dua bentuk, yaitu

1) Motivasi ekstrinsik dimana aktivitas belajar dimulai dan diteruskan

berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajar. Motivasi ekstrinsik merupakan hal

atau keadaan yang datang dari luar siswa yang juga mendorong untuk

belajar

2) Motivasi intrinsik dimana kegiatan belajar dimulai dan diteruskan

berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara

mutlak berkaitan dengan suatu keadaan yang berasal dari dalam diri

siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar 1).

Berdasarkan timbulnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu :

1) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena stimulus dari

luar. Misalnya siswa menyelesaikan tugas-tugas untuk mendapatkan

nilai yang bagus

1
14

2) Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbulnya memang dari

dalam diri orang itu sendiri, misalnya siswa selalu mengerjakan soal-

soal latihan meskipun tidak ada tugas dan perintah dari guru

Dalam kaitannya dengan pelajaran di sekolah, maka yang

dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan keinginan yang

timbul baik dari dalam diri sendiri atau dari luar yang mempengaruhi

seorang siswa untuk melakukan kegiatan belajar matematika, yaitu

berusaha mendapatkan kepandaian untuk menemukan cara-cara

penyelesaian masalah dalam pelajaran di sekolah.

Dengan demikian motivasi belajar siswa harus mendapat perhatian

agar tetap tinggi, karena pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha

untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu tujuan

pendidikan harus diusahakan dengan jelas dan dijabarkan secara

operasional. Selain itu dengan motivasi yang tinggi juga akan dapat

mencapai tujuan yang diinginkan dan dengan bimbingan, pengarahan serta

petunjuk yang positif maka kelemahan dan kekurangan pada diri siswa

dapat diminimalisir.

3. Kebiasaan Menonton Televisi

Sebelum membahas masalah kebiasaan menonton televisi, akan

diuraikan terlebih dahulu satu per satu. Kebiasaan adalah sesuatu yang

biasa dilakukan.

Kebiasaan adalah suatu cara bertindak yang telah dikuasai yang

bersifat tahan uji (persiten), seragam dan sedikitnya romantis.


15

Suatu kebiasaan biasanya diawali, jika seseorang itu melakukan

segala aktifitasnya secara terarah dan teratur, sehingga pada akhirnya

seseorang tersebut dapat mendisiplinkan diri.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan merupakan cara bertindak
yang bersifat tahan uji tanpa disertai adanya kesadaran penuh sehingga perbuatan
tersebut berlangsung secara terus menerus. Akan tetapi kebiasaan juga dapat
berlangsung terhadap seseorang yang memiliki suatu kegiatan yang terarah,
teratur dan sudah terencana dengan baik, akhirnya akan menghasilkan suatu
perbuatan yang baik pula.
Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele dari

bahasa Yunani yang artinya jauh dan visi dari bahasa Latin yang artinya

penglihatan. Dengan demikian televisi dapat diartikan dengan melihat jauh

dalam konteks ini gambar atau suara yang dihasilkan pada suatu tempat

yaitu studio televisi dan dapat dilihat dari tempat lain, melalui sebuah

perangkat pesawat penerima televisi.

Televisi merupakan suatu kelengkapan elektronik yang pada

dasarnya sama dengan gambar hidup, namun meliputi gambar serta suara..

Pemanfaatan siaran televisi adalah pendayagunaan acara-acara yang disiarkan


televisi dalam pendidikan. Menurut Edy Mulyono ada beberapa cara untuk
menyatakan peranan televisi dalam pendidikan antara lain : menjadikan televisi
sebagi salah satu sumber belajar, mendorong minat membaca, membentuk
kebiasaan menonton televisi yang baik yaitu dengan cara menyeleksi tayangan
dengan membuat jadwal menonton..
4. Dari uraian tersebut di atas maka yang dimaksud kebiasaan menonton

televisi dalam penelitian ini adalah suatu cara bertindak yang bersifat

tahan uji, teratur dan pada akhirnya dapat mendisiplinkan diri seorang

siswa untuk menonton tayangan-tayangan televisi yang sifatnya hiburan

saja tanpa memperhatikan waktu untuk belajar pelajaran sekolahnya.

B. Kerangka Berpikir
16

1. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Prestasi Belajar

Seorang siswa akan dapat belajar dengan baik jika mempunyai

lingkungan belajar yang kondusif dan saling mendukung diantara

komponen-komponen belajar yang ada di dalamnya.

Apabila seorang anak hatinya sedang senang atau bahagia misalnya

karena mendapat sesuatu atau karena keinginannya tercapai dan lain

sebagainya, tidak ada rasa cemas, persoalan yang dihadapi dapat

diselesaikan begitu pula dengan keadaan disekitarnya yang tidak

menimbulkan keributan pada saat belajar, tidak ada tekanan dan bebas dari

segala bentuk ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan, ini dapat

mendukung semangat belajar sehingga pikiran anak dapat konsentrasi

pada pelajaran, dengan demikian apabila tingkat kecemasan rendah maka

prestasi belajar tinggi.

2. Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa

Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dia akan

melakukan kegiatan belajar dengan tekun, rajin, senang tanpa merasa

terbebani bahkan ia merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan.

Dengan demikian apa yang ia kerjakan akan lebih mengena pada

pencapaian tujuan.

Prestasi belajar merupakan suatu kecakapan atau hasil yang

dicapai seorang siswa setelah melakukan kegiatan belajar matematika.

Keberhasilan belajar seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik

yang berasal dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar diri
17

siswa. Salah satu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yaitu dorongan

atau motivasi. Dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan antara

motivasi belajar dan prestasi belajar. Atau dengan kata lain motivasi

belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar .

3. Hubungan Antara Kebiasaan Televisi Dengan Prestasi Belajar

Televisi merupakan suatu alat elektronika yang pada dasarnya

adalah sama dengan gambar hidup yang bisa dijadikan sebagai sarana

informasi baik ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan maupun hal-hal

yang bersifat hiburan.

Namun kebanyakan anak-anak lebih tertarik pada tayangan-

tayangan yang bersifat hiburan daripada tayangan yang berisikan tentang

pendidikan, bahkan mereka menganggap televisi sebagai salah satu alat

hiburan saja. Hal tersebut mempengaruhi kegiatan belajar anak sehingga

pada akhirnya berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Karena

seharusnya waktu digunakan untuk belajar dengan baik, tapi digunakan

untuk menonton televisi yang menayangkan hiburan.

Apalagi jika dikaitkan dengan pelajaran matematika yang

membutuhkan konsentrasi dan ketelitian serta ketekunan dalam

mengerjakannya. Dengan adanya tayangan televisi yang lebih menarik

akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Dari uraian di atas maka ada hubungan yang negatif antara

kebiasaan menonton televisi dengan prestasi belajar yang perlu untuk

diteliti.
18

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Masa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar maupun masa

matang untuk sekolah. Disebut masa anak sekolah karena sudah menamatkan

taman kanak-kanak, sebagai lembaga persiapan bersekolah sebenarnya.

Disebut masa matang untuk belajar karena mereka sudah berusaha untuk

mencapai sesuatu, tetapi perkembangan aktivitas bermain yang hanya

bertujuan untuk mendapatkan kesenangan pada waktu melakukan aktivitasnya

itu sendiri. Disebut masa matang untuk bersekolah, karena mereka sudah

menginginkan kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan oleh sekolah.

Dalam masa usia sekolah ini, anak sudah siap menjelajahi lingkungannya. la

tidak puas lagi sebagai penonton saia ia ingin mengetari lingkungannya,

mengetahui tata kerjanya, bagaimana perasaan-perasaan dan bagaimana ia

dapat menjadi bagian dari lingkungannya. Masa usia sekolah sering juga

disebut masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Masa keserasian

bersekolah dapat dirinci menjadi dua fase:

1. Masa Kelas-Kelas Rendah Sekolah Dasar

Masa-masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira berumur 6 atau 7

sampai umur 9 atau 10 tahun. (Depdiknas: 2003)

a. Beberapa Sifat Khas Anak-Anak pada Kelas-Kelas Rendah

Sifat khas anak-anak pada kelas-kelas rendah antara lain: 1)

Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan

pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah. 2) Adanya sikap yang

cenderung untuk memenuhi peraturan-peraturan permainan yang


19

tradisional. 3) Ada kecenderungan memuji sendiri. 4) Suka

membandingbandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal ini

dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain. Kalau tidak

dapat menyelesaikan soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting. 5)

Pada masa ini anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik tanpa

mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau

tidak.

b. Perlakuan Guru terhadap Siswa

Perlakuan guru terhadap siswa pada kelas-kelas ini antara lain: 1)

Penuh keibuan. 2) Layanan yang cukup dan tekun. 3) Sering

memberikan pujian. 4) Bobot pelajaran disesuaikan dengan tingkat

perkembangan siswa. 5) Banyak menampilkan gambar yang kongkrit

dan cerita yang menarik. 6) Arahan dan bimbingan yang kontinyu.

2. Masa Kelas-Kelas Tinggi Sekolah Dasar

a. Beberapa sifat khas Anak-Anak pada Kelas-Kelas Tinggi

Beberapa sifat, khas anak-anak pada masa ini adalar sebagai

berikut: 1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang

kongkrit, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk

membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis. 2) Amat realistis,

ingin tahu, dan ingin belajar. 3) Menjelang akhir masa ini telah adanya

minat terhadap hal-hal dan matapelajaran khusus yang oleh ahli-ahli

yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya

faktor-faktor. 4) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan


20

guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya

dan memenuhii keinginannya, setelah kira-kira umur 11 tahun pada

umumnya anak-anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas

dan berusaha menyeiesaikannya sendiri. 5) Pada masa ini anak

memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-

baiknya) mengenai prestasi sekolah. 6) Anak-anak pada masa ini

gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain

bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat

kepada aturan permainan yang tradisional mereka membuat peraturan

sendiri.

b. Perlakuan Guru terhadap Siswa

Perlakuan guru terhadap siswa di kelas-kelas tinggi antara

lain: 1) Penanaman disiplin yang jelas. 2) Layanan tut wuri handayani.

3) Memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan gagasan

berkreasi dalam bentuk peragaan dan dialog dengan lingkungan.

D. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan kegiatan peningkatan kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotor kearah yang lebih baik. Belajar merupakan akibat dari

tindakan pembelajaran. Dalam pembelajaran peran aktif dari guru dan siswa

menentukan keberhasilan belajar.

Rekayasa Pembelajaran Guru dan tindak mengajar siswa (Dimyati

dan Mujiono, 2002: 3) adalah sebagai berikut:


21

1. Guru sebagai pendidik melakukan rekayasa pembelajaran. Rekayasa

pembelajaran tersebut dilakukan berdasarkan kurikulum yang berlaku.

2. Siswa sebagai pembelajaran di sekolah memiliki kepribadian, pengalaman,

dan tujuan. la mengalami perkembangan jiwa sesuai asas emansipasi diri

menuju keutuhan dan kemandirian.

3. Guru menyusun desain instruksional untuk membelajarkan siswa.

4. Guru menyediakan kegiatan belajar mengajar siswa.

5. Guru bertindak mengajar di kelas dengan maksud membelajarkan siswa.

Dalam tindakan tersebut, guru menggunakan asas pendidikan maupun

teori belajar.

6. Siswa bertindak be!ajar, artinya mengalami proses dan meningkatkan

kemampuan mentalnya.

7. Dengan berakhirnya proses belajar maka siswa memperoleh suatu hasil

belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar

dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan

proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar untuk

sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran.

Pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil

belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak

pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur sedangkan

dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang

lain, suatu transfer belajar.


22

E. Pengajuan Hipotesis

Ada hubungan yang positif antara tingkat kecemasan, motivasi

belajar dan kebiasaan menonton televisi dengan prestasi belajar siswa

Kelas V SDN Pakisaji 02 Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang

Tahun Pelajaran 2007/2008.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Varian Penelitian Tindakan

Penelitian yang akan penulis lakukan berfokus pada masalah

peningkatan hasil belajar siswa dengan pendekatan pembelajaran dengan

kebiasaan menonton televisi

Jenis penelitian yang akan digunakan tergolong pada penelitian kelas

(classroom reaserch) dengan bentuk khusus penelitian tindakan yang

dilakukan di kelas yang lazim disebut penelitian tindakan kelas (classroom

actian research).

Penelitian tindakan kelas mampu menawarkan pendekatan dan prosedur

baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan

peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar di kelas

atau implementasi berbagai program di sekolah dengan mengkaji berbagai

indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa.

Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Stenhause di Hopkin 1993

dalam kasbollah bahwa :


23

"Penelitian Tindakan Kelas membuat guru dapat meneliti dan mengkaji

pembelajaran yang ia lakukan di kelas sehingga permasalahan yang

dihadapi adalah permasalahan aktual. Dengan demikian guru dapat

langsung berbuat sesuatu untuk memperbaiki praktik-praktik pengajaran

yang kurang berhasil agar menjadi lebih baik dan lebih efektif. Dalam hal

ini guru dilatih untuk dapat mengendalikan kehidupan profesinya serta

terlibat dalam pengambilan keputusan secara profesional."

Selain itu Ebbuf`(1285) dalam Kasbollah mengemukakan bahwa :

"Penelitian tindakan kelas merupakan studi yang sistimatis yang dilakukan

dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan

melakukan tindakan-tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut

yang berupa suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan dan diantara siklus-

siklus itu ada informasi yang merupakan balikan."

Bentuk penelitian kelas yang penulis gunakan adalah penelitian

tindakan kelas yang bersifat kolaboratif dan partisipatoris. Sesuai dengan

yang diungkapkan Kasbolah (1999: 14), bahwa sebagai dasar pemikiran,

Lewin (orang yang mempopulerkan penelitian tindakan) menekankan

pentingnya kolaboratif dan partisipatoris. Kolaboratif diterapkan untuk

menciptakan adanya hubungan kesejawatan kerja sedangkan partisipatoris

merupakan penelitian tindakan kelas yang pada pelaksanaannya melibatkan

guru kelas.

Penulis memilih metode mi dengan pertimbangan bahwa guru kelas

merupakan pihak yang langsung mengalami dan menemukan berbagai


24

masalah pembelajaran.

Dengan penelitian tindakan kelas diharapkan dapat meningkatkan

kinerja dan kemampuan guru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran

serta terciptanya hubungan antar guru SD dalam mencari jalan pemecahan

permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Sekolah yang menjadi lokasi penelitian yaitu SDN ________

Kecamatan ________ Kabupaten _____ . Sekolah ini letaknya sangat

strategis, mudah dijangkau oleh masyarakat di sekitarnya dan berada di

daerah pertanian yang tidak jauh dari kawasan wisata. Minat masyarakat

untuk menyekolahkan anaknya di SDN ________ Kecamatan ________

Kabupaten ____ sangat tinggi di mana setiap penerimaan siswa baru

yang mendaftar sangat banyak. Setiap rombongan belajar terdiri dari dua

kelas. Waktu belajar pagi dan siang. Sebagian besar siswa yang belajar di

sekolah ini berasal dari daerah sekitar sekolah. Walaupun jarak terjauh

sekitar 3 km namun tidak menjadi hambatan karena siswa yang jauh dapat

dengan mudah pergi ke sekolah naik kendaraan umum. Latar belakang

ekonomi dari orang tua siswa termasuk cukup, Sebagian besar orang tua

siswa berdagang di kawasan wisata dan bertani sayuran.

C. Prosedur Penelitian

Dalam proses penelitian tindakan kelas di buat beberapa siklus

sebagai langkah awal untuk mengadakan tindakan. Setelah satu siklus selesai
25

diadakan refleksi untuk melakukan tindakan selanjutnya. Adapun alur

pelaksanaan tindakan yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc.Targart.

Alur pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada gambar berikut:


1

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Tindakan dalam


Penelitian Tindakan Kelas

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas di SDN ________

Kecamatan ________ Kabupaten _____ dapat dikabarkan sebagai berikut:

1. Analisis GBPP 1994 dan Kurikulum 2004

Analisis kurikulum dilakukan peneliti untuk mempelajari

kompetensi dasar dari matapelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan

Sains di kelas V, kemudian peneliti menetapkan tema yang akan digunakan

dengan pendekatan kebiasaan menonton televisi


2

2. Observasi Awal.

Melakukan observasi di kelas V SDN ________ Kecamatan

________ Kabupaten _________ sebagai subyek penelitian terutama

difokuskan pada pembelajaran yang dilakukan selama ini. Masalah yang

ditemukan dari observasi awal oleh peneliti akan dijadikan sebagai acuan

dalam perencanaan tindakan.

3. Perencanaan Tindakan

a. Membuat silabus tentang pembelajaran dan skenario

pembelajarannya.

b. Membuat lembar kerja siswa untuk mengukur kemampuan siswa

dalam tema yang dipilih dalam pendekatan kebiasaan menonton

televisi .

c. Membuat lembar evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa sebelum

dan setelah dilaksanakannya pembelajaran inovasi.

d. Membuat lembar observasi untuk mengamati sikap dan aktivitas siswa

selama terjadi pembelajaran dengan pendekatan kebiasaan menonton

televisi .

4. Pelaksanaan Tindakan

a. Guru dan siswa menyiapkan alat-alat pelajaran yang diperlukan selama

pembelajaran berlangsung.
3

b. Pembagian kelompok belajar agar siswa dapat bekerja sama dan

berdiskusi untuk melakukan kegiatan dan menjawab soal yang ada

dalam LKS.

c. Guru mengadakan apersepsi melalui tanya jawab yang ada kaitannya

dengan tema yang akan di gunakan dalam pendekatan kebiasaan

menonton televisi .

d. Guru mengadakan tes awal untuk mengetahui pengetahuan awal siswa

sebelum dilaksanakan dalam pembelajaran memalui pendekatan

kebiasaan menonton televisi .

e. Penyampaian materi dengan pembelajaran terpadu.

f. Setiap kelompok mengerjakan LKS.

g. Guru melakukan observasi selama pembelajaran berlangsung dan

membuat catatan lapangan.

h. Setiap kelompok melaporkan hasil kegiatan dalam diskusi kelas.

i. Kelompok lain memberi tanggapan kritik ataupun saran.

j. Siswa dengan bimbingan guru merumuskan kesimpulan hasil diskusi.

k. Siswa mengerjakan soal-soal dalam lembai evaluasi sebagai akhir

pembelajaran untuk mengukur kemampuan siswa setelah pembelajaran

terpadu dilaksanakan.

l. Guru memberi penilaian sebagai hasil belajar siswa.

5. Observasi

Proses observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung

dengan lembar observasi yang telah dibuat dalam setiap tindakan.


4

6. Refleksi

Peneliti mengkaji hasil dari observasi selama pembelajaran terpadu

berlangsung, lembar kerja siswa, dan tes. Setiap kekurangan dan kesalahan

yang ditemukan selama pembelajaran melalui pendekatan kebiasaan

menonton televisi dapat dipakai sebagai acuan dalam merencanakan

tindakan dalam siklus berikutnya.

D. Instrumen Penelitian

Selama penelitian, peneliti menggunakan beberapa instrumen

penelitian yaitu:

1. Tes

Tes digunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan

siswa sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Soal pretes dan postes

sama. Untuk menghindari bias dari hasil kedua tes maka dilakukan: a)Soal

pretes ditarik kembali b) setelah pretes tidak dilakukan pembahasan soal c)

penggunaan soal yang sama tidak diberitahukan.

2. Lembar Kerja Siswa

Untuk memperoleh data mengenai pengetahuan, pemahaman,

dan keterampilan siswa setelah pembelajaran melalui pendekatan

kebiasaan menonton televisi selesai.


5

3. Lembar Observasi

Untuk memperoleh data ilmiah yang dimiliki siswa yang

berkembang selama proses pembelajaran melalui pendekatan kebiasaan

menonton televisi sehingga dapat diperoleh data aktivitas siswa setiap

tindakan.
6

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL TINDAKAN

A. Persiapan Tindakan

Media dan alat bantu yang digunakan dalam melalui pendekatan

kebiasaan menonton televisi dengan tema benda-benda di sekitar kita antara

lain menggunakan praktikum acara di salah ssatu stasiun televisi yakni TPI

dengan mengadakan uji teknologi tepat guna.

Siswa disuruh mempersiapkan bahan-bahan untuk praktek

matematika yakni : plastisin, gambar perahu, gambar bangun-bangun datar

pada kertas berpetak, kertas berpetak, air, cetakan es/plastik, lemari es, gelas.

Untuk fokus mengidentifikasi benda-benda di sekitar yang dapat

berubah bentuk ketika dibentuk alat bantu yang digunakan adalah plastisin

dengan cara membuat meja dari plastisin itu, kemudian merubah bentuk meja

itu menjadi bangun-bangun datar segiempat, persegi, persegi panjang, dan

segitiga.

Untuk fokus kemampuan menulis pengalaman dengan huruf

sambung alat bantu yang digunakan adalah kalimat yang belum lengkap

dengan cara terlebih dahulu menyelesaikan kalimat tersebut, kemudian

menyalin kalimat tadi dengan huruf sambung.

Untuk fokus kemampuan menggambar dan membuat bangun datar

segitiga, segi empat, persegi, dan persegi panjang alat bantu yang digunakan

adalah bentuk-bentuk bangun datar dari plastisin yang di buat siswa, gambar
7

perahu, gambar bangun-bangun datar pada kertas berpetak, dan kertas

berpetak dengan cara menempelkan bangun-bangun datar dari plastisin pada

kertas yang telah disediakan kemudian menjiplaknya, setelah itu

menghubungkan titik-titik pada gambar perahu kemudian menyebutkan

bangun datar pada gambar perahu itu yaitu layarnya berbentuk segitiga.

mengamati gambar bangun-bangun datar pada kertas berpetak dan

menyebutkan bangun-bangun datar itu. Setelah menggambar bangun-bangun

datar segitiga, segiempat, persegi, dan persegi panjang pada kertas berpetak

yang telah disediakan.

1) . Menyusun Rencana Pembelajaran

- Membuat silabus pembelajaran lenskap dengan skenario

pembelajarannya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah guru

melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana.

- Membuat Lembar Kerja Siswa untuk mengukur kemampuan

dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dengan

pembelajaran terpadu.

- Menyusun alat evaluasi untuk mengukur perkembangan

pemahaman siswa pada materi pelajaran yang menggunakan

pembelajaran terpadu. Alat evaluasi disusun bertahap mulai

dari Sains, Bahasa Indonesia, dan Matematika dalam satu tema

yaitu benda -benda di sekitar kita.

- Menyiapkan lembar observasi untuk mendapatkan gambaran

tingkah laku dan keberhasilan penggunaan pembelajaran


8

terpadu sehingga diperoleh data untuk direfleksi dan sebagai

acuan pada perbaikan tahap pembelajaran berikutnya.

B. Pelaksanaan Tindakan

Guru mengkondisikan siswa ke dalam situasi belajai lalu memeriksa

kehadiran siswa dan memeriksa tempat duduk siswa dalam kelompok serta

memulai pelajaran dengan berdoa.

Guru menginformasikan perolehan nilai pembelajaran yang lalu

kemudian mengadakan apersepsi melalui tanya jawab. Siswa mengerjakan

soal-soal evaluasi sebagai tes awal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

pengetahuan siswa pada benda-benda di sekitar kita sebelum dilaksanakan

pembelajaran terpadu.

Berdasarkan silabus yang dibuat, fokus kemampuan dari kegiatan ini

adaah menyebutkan bahwa plastisin merupakan benda yang dapat berubah

bentuk ketika dibentuk, menulis pengalaman pribadi dengan huruf sambung,

serta menggambar dan membuat bangun segitiga, segi empat, persegi, dan

persegipanjang. Kegiatan ini dimulai dengan guru meminta siswa untuk

memperlihatkan tugas sebelumnya yaitu membawa plastisin, setiap anak

membawa tugas bahkan rata-raia siswa membawa plastisin lebih dari satu dan

ada yang membawa satu stoples kecil. Melalui tanya jawab serta pertanyaan

pemandu siswa diminta menyebutkan hal-hal yang dapat dipelajari dari

plastisin ini, siswa menyebutkan berbagai jawaban antara lain malam, lilin

mainan, suka dibikin mainan, saya punya banyak, dan belinya dua ratus

ripiah. Kemudian guru memperluas wawasan murid dengan berbagai


9

kegiatan, yang dapat mengaitkan matapelajaran Sains, Bahasa Indonesia, dan

Matematika yang akan dipelajari. Plastisin bisa dibuat bangun-bangun datar

antara lain: persegi, persegipanjang, segitiga, dan segi empat. Siswapun

diminta membuat kalimat dengan kata plastisin. Siswa sangat senang

bermain-main dengan plastisin. Untuk memantapkan pemahaman siswa pada

materi pembelajaran, setiap kelompok dibagi LKS. Melalui diskusi kelompok

siswa mengerjakan LKS guru membimbing, membuat catatan lapangan, dan

melakukari observasi.

Kegiatan tahap ini berfokus kemampuan menjelaskan bahwa

plastisin benda yang dapat dibentuk, dan menyebutkan benda-benda yang

dapat berubah bentuk ketika dibentuk selain plastisin antara lain tanah liat dan

adonan. Siswa melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk yang ada pada

LKS, yaitu siswa dalam kelompok membuat bentuk meja atau kursi dari

plastisin, ketika membuat meja dari plastisin beragam cara muncul dilakukan

oleh siswa pertama ada kelompok yang membuat bagian atas meja lebih dulu

kemudian membuat keempat kaki yang meja gemuk dan menempelkannya

sehingga meja mudah berdiri, ada pula yang membuat kaki mejanya langsing

sehingga meja susah berdiri. Namun semua siswa dapat membuat meja

dengan baik dari plastisin, Setelah selesai dan diperlihatkan pada guru siswa

melanjutkan kegiatannya yaitu merubah bentuk meja menjadi bangun-bangun

datar yaitu segiempat, persegi, persegipanjang, dan segitiga. Beragam cara

dilakukan siswa ada yang membuatnya dengan cara menempelkan plastisin

pada telapak tangan selesai ada yang membuatnya pada meja sampai selesai

ada pula yang membuatnya dengan cara meratakan paltisin di atas meja
10

kemudian dipotongnya dengan penggaris melalui kegiatan itu siswa dapat

memberi contoh benda yang mudah dibentuk. Siswa melakukan kegiatan ini

dengan beragam cara dan terlihat menyenangi kegiatan belajar seperti ini.

Setelah itu siswa menuliskan hasilnya pada LKS. Dalam menuliskan hasilnya

siswa sudah mulai berani walaupun dengan bahasa yang sederhana, Guru

membimbing sesuai yang dibutuhkan.

Untuk fokus kemampuan menulis pengalaman dengan huruf tegak

bersambung dimulai dengat mengingat ketika siswa membuat benda atau

bangun dari plastisin kemudian menuliskan dengan huruf tegak bersambung

yang sebelumnya mengisi atau menyelesaikan kalimat yang belum lengkap.

Semua siswa melakukan kegiatan dengan tertib. Setiap kelompok membagi

tugas secara spontan. Setiap siswa menulis pada LKS secara bergantian.

Pada kegiatan ini dengan fokus kemampuan menggambar bangun-

bangun datar dimulai dengan menempelkan bangun-bangun datar dari

plastisin pada tempat yang telah disediakan pada LKS kemudian bagian

luarnya diberi garis menggunakan pensil dan jadilah gambar bangun-bangun

datar. Untuk memotivasi siswa disediakan gambar berupa titik-titik yang

harus dihubungkan agar gambar perahu menjadi lebih jelas, kemudian siswa

menyebutkan bangun datar yang ada yaitu segitiga. Melalui pengamatan pada

gambar siswa menyebutkan bangun-bangun datar yang ada pada kertas

berpetak dalam LKS. Melalui diskusi siswa menggambar segi empat, persegi,

persegipanjang, dan segitiga. siswa dapat menggambar bangun-bangun datar

dengan cukup baik pada kertas berpetak yang telah disediakan pada LKS

semua siswa menggambar bangun-bangun datar pada LKS secara bergiran.


11

Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya di depan kelas. sesuai dengan

yang diminta oleh guru, siswa lain memberi tanggapan, kritik, ataupun saran.

Siswa sudafi mulai berani tampil dengan suara lantang dan cukup baik sesuai

dengan kemampuan siswa SDN ________ Kecamatan ________

Kabupaten _________

Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan tentang materi

yang dibahas dalam pembelajaran melalui pendekatan kebiasaan menonton

televisi. Kali ini acara di RCTI yakni acara Laptop Si Unyil yang

menayangkan cara pembuatan es batu. Dari sini siswa mengerjakan soal-soal

evaluasi. Guru memberi tugas membuat es di rumah, semua siswa senang

karena banyak diantara siswa yang mempunyai lemari es. Kemudian Guru

memberi kesempatan kepada seorang siswa untuk menceritakan cara

membuat es. Siswa bercerita secara sederhana, kemudian guru menjelaskan

dan membuat es sesuai petunjuk dalam LKS yang akan diberikan.

Kegiatan berikutnya ber fokus kemampuan mencari contoh benda

padat yang dapat berubah wujud menjadi benda cair dan sebaliknya yaitu

benda cair menjadi benda padat. melalui tugas membuat es di rumah dengan

petunjuk kegiatan yang telah diberikan guru sebelumnya siswa membawa es

ke sekolah, siswa dapat menyebutkan contoh benda cair yang dapat berubah

wujud menjadi benda padat. Semula siswa menyebutkan bahwa es adalah

benda cair, setelah melalui kegiatan dan penjelasan siswapun menjadi tahu

bahwa es termasuk benda padat yang berasal dari benda cair. Melalui

pertanyaan pemandu siswa membuat kalimat yang berhubungan dengan cara

membuat es dan menyebutkan bentuk permukaan es yang dibuat pada cetakan


12

es untuk mengaitkan pelajaran Sains. Untuk memantapkan pemahaman siswa

pada materi yang dipelajari guru membagikan LKS untuk dikerjakan secara

berdiskusi dalam kelompok dan menuliskan hasilnya pada LKS. Dari hasil

pengamatan dan diskusi siswa menyebutkan suhu dalam lemari es dingin,

setelah beberapa lama air dalam lemari es berubah merijadi es, kemudian es

disimpan ke dalam gelas dan dibiarkan beberapa lama sehingga es berubah

menjadi air. Dengan mengamati hasil percobaan siswa dapat memberi contoh

benda cair dapat berubah wujud menjadi benda padat dan sebaliknya benda

padat dapat berubah wujud menjadi cair.

Kegiatan berikutnya dengan fokus kemampuan menggambar bangun-

bangun datar pada acara di TPI pelajaran membuat miniatur rancang bangun,

dari bahan-bahan di sekitar kita. Dimulai dengan menempelkan bangun-

bangun datar dari plastisin pada tempat yang telah disediakan pada LKS

kemudian bagian luarnya diberi garis menggunakan pensil dan jadilah gambar

bangun-bangun datar. Untuk memotivasi siswa disediakan gambar berupa

titik-titik yang harus dihubungkan agar gambar perahu menjadi lebih jelas,

kemudian siswa menyebutkan bangun datar yang ada yaitu segitiga. Melalui

pengamatan pada gambar siswa menyebutkan bangun-bangun datar yang ada

pada kertas berpetak dalam LKS. Melalui diskusi siswa menggambar

segiempat, persegi, persegi panjang, dan segitiga. siswa dapat menggambar

bangun-bangun datar dengan cukup baik pada kertas berpetak yang telah

disediakan pada LKS semua siswa menggambar bangun-bangun datar pada

LKS secara bergiran. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya di depan

kelas. sesuai dengan yang diminta oleh guru, siswa lain memberi tanggapan,
13

kritik, ataupun saran. Siswa sudah mulai berani tampil dengan suara lantang

dan cukup baik sesuai dengan kemampuan siswa SDN ________ Kecamatan

________ Kabupaten _________.

Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan tentang materi

yang dibahas dalam pembelajaran. Siswa mengerjakan soal-soal evaluasi.

Guru memberi tugas membuat es di rumah, semua siswa senang karena

banyak diantara siswa yang mempunyai lemari es. Kemudian Guru memberi

kesempatan kepada seorang siswa untuk menceritakan cara membuat es.

Siswa bercerita secara sederhana, kemudian guru menjelaskan cara membuat

es sesuai petunjuk dalam LKS yang akan diberikan.

C. Hasil Tindakan

Observasi dilakukan peneliti, selama pembelajaran melalui

pendekatan kebiasaan menonton televisi berlangsung terhadap aktiviatas

siswa. Berdasarkan hasil pengamatan motivasi belajar siswa semakin

meningkat dari berbagai kegiatan (siklus) karena berbagi kegiatan yang

dilakukan membuat siswa dan alat bantu yang digunakan membuat siswa

tertarik dan menyenanginya. Aktivitas siswapun semakin meningkat.

Pembelajaran berlangsung dengan baik. Siswa melakukan diskusi dengan

tertib. Siswa dapat menjawab pertanyaan guru dengan beragam jawaban yang

mengarah kepada pembelajaran Sains dan Matematika. Siswa berani

bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Semua kegiatan dalam

pembelajaran dapat dikerjakan siswa dengan baik Dampak pengiring yang


14

muncul dengan baik yaitu kerja sama, mengaiukan pertanyaan, berdiskusi,

menghargai pendapat orang lain dan toleransi.

D. Refleksi

Berdasarkan data hasil tes yang dilakukan pada tiap-tiap tindakan

dapat diperoleh nilai sebagai berikut : Untuk mata pelajaran Sains nilai

tertinggi 7, nilai terendah 5, dan nilai rata-rata 6,3. Untuk mata pelajaran

Matematika nilai tertinggi 9, nilai terendah 4, dan nilai rata-rata 7,5.

Setelah proses pembelajaran melalui pendekatan kebiasaan menonton

televisi dilaksanakan, diadakan lagi postes dengan perolehan nilai sebagai

berikut: Untuk mata pelajaran Sains nilai tertinggi 10, nilai terendah 3, dan

nilai rata-rata 8,1; dan untuk matapelajaran Matematika nilai tertinggi 10,

nilai terendah 7,5, dan nilai rata-rata 9,6.

Berdasarkan hasil pengamatan pada tindakan tersebut motivasi belajar

siswa semakin meningkat. Beragam kegiatan yang dilakukan siswa dalam

pembelajaran membuat aktivitas siswapun semakin meningkat, Alat bantu

yang digunakan dalam pembelajaran cukup memotivasi siswa. Proses

pembelajaran terpadu berlangsung dengan baik dimana siswa sudah berani

mengeluarkan pendapatnya ketika pertanyaan pemandu diajukan oleh

peneliti, siswa dapat mempelajari Sains dan Matematika dari satu tema yang

jelas.
15

Siswa dengan aktif melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk.

Kemampuan siswa yang diharapkan cukup baik. Seluruh siswa sudah dapat

mengikuti pembelajaran dengan aktif dan siswa dapat berdiskusi dalam

bekerja kelompok dengan baik. Beda perolehan hasil pretes dan postes untuk

mata pelajaran Matematika Bahas Indonesia dan Sains cukup meningkat.


16

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara tingkat

kecemasan, motivasi belajar matematika dan kebiasaan menonton televisi

dengan prestasi belajar sains dan matematika siswa SDN ________

Kecamatan ________ Kabupaten _________ maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

a. Kecenderungan motivasi belajar sains dan matematika siswa SDN

________ Kecamatan ________ Kabupaten _________adalah

sedang. Hal ini dapat dilihat dari rerata hasil observasi sebesar 87,963

yang berada pada interval 72,0 – 89,9 dengan kategori sedang.

b. Kecenderungan kebiasaan menonton televisi siswa SDN ________

Kecamatan ________ Kabupaten _________ adalah sedang. Hal

ini dapat dilihat dari rerata hasil observasi sebesar 79,113 yang berada

pada interval 72,0 – 89,9 dengan kategori sedang.

c. Kecenderungan prestasi belajar sains dan matematika siswa SDN

________ Kecamatan ________ Kabupaten _________adalah

tinggi. Hal ini dapat dilihat dari rerata hasil observasi sebesar 17,150

yang berada pada interval 72,0 – 89,9 dengan kategori sedang.


17

B. Saran

Sesuai dengan kesimpulan dan pembahasan yang telah dilakukan,

maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut :

1. Kepada guru yang secara langsung mengetahui perkembangan mental

anak didiknya maupun sekolah selaku penyelenggara pendidikan

disarankan untuk selalu memberikan pengertian dan pengarahan yang

benar tentang matematika agar siswa tidak lagi merasa was-was ataupun

cemas terhadap setiap persoalan yang berkaitan dengan pelajaran

matematika.

2. Kepada orang tua diharapkan dapat lebih bijaksana dalam mengarahkan

putra-putrinya agar dapat mengurangi kebiasaan menonton televisi yang

menayangkan hiburan semata tanpa unsur pendidikan yang jelas.

Disamping itu juga disarankan dapat menciptakan suasana yang tenang

pada saat putra-putrinya belajar sehingga bisa lebih konsentrasi dan dapat

menumbuhkan semangat belajar siswa sehingga siswa lebih termotivasi

untuk belajar matematika yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi

belajar matematika misalnya dengan tidak menyalakan televisi pada saat

jam belajar, melengkapi fasilitas belajarnya dan lain-lain.

3. Kepada siswa disarankan agar dapat mensikapi kecemasan yang sering

timbuk ketika berhadapan dengan mata pelajaran matematika. Kecemasan

terhadap pelajaran matematika itu dapat disebabkan karena pemahaman

siswa tentang matematika secara tidak menyeluruh, kejadian matematika

sangat banyak dalam kehidupan sekitar kita, oleh karena itu akan sangat
18

menarik jika kita mempelajari matematika itu lebih mendalam. Disamping

itu carilah hal-hal yang dapat memotivasi untuk belajar matematika,

misalnya dengan mengadakan kegiatan seminar matematika, penelitian

ilmiah dan lain-lain.

4. Bagi pelaksana hasil seminar ini dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan untuk melakukan pengajaran yang sama pada populasi yang

berbeda, dengan memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi

prestasi belajar matematika. Dengan demikian dapat diketahui apakah

dihasilkan kesimpulan yang sama jika penelitian yang serupa dilakukan

pada populasi yang berbeda.


19

DAFTAR PUSTAKA

Andre Rinanto, 2003. “Peranan Media Audio Visual Dalam Pendidikan”,


Yogyakarta : Yayasan Kartesius.

Dakir, 2001. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : FIP IKIP Yogyakarta.

Dimyatio Mahmud, 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PPTPTK. Depdikbud.


Dirjen Dikti.

Dekdikbud, 2003, UURI No. 20 Tahun 2003, Jakarta.

Elida Prayitno, 2002. motivasi Dalam Belajar. Jakarta : PPLTK. Depdikbud.


Dirjen Dikti.

Gerungan, 2000. Psikologi Sosial. Bandung : Eresco.

Herman Hudoyo, 2001. Teori Belajar Untuk Pengajaran Matematika, Depdikbud,


Penataran Lokakarya PPGD.

Kartini Kartono, 2002. Pengantar Metodologi Research Social. Bandung :


Alumni.

Lazzarus, 2003. Adjusment And Personality. Mc. Grow Hills Company Inc.

Lilis Hidayati, 2004. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan, Motivasi Belajar


Matematika terhadap Menonton Televisi pada Siswa SD , Yogyakarta : JPMIPA
FKIP UST.

Ngalim Purwanto M, 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda


Karya.

Slameto, 2004. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta :


Bina Aksara.

Suharsimi Arikunto, 2001. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

……………, 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

……………, 2001. Prosedur Research Jilid 1. Yogyakarta : Andi Offset.

Wahyudi, J.B. 2002. Media Telekomunikasi Massa Televisi. Bandung : Alumni.

Winkel W.S., 1984. Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. Jakarta :


Gramedia.
20

Lampiran I

Gambar : Alur Pelaksanaan Tindakan dalam


Penelitian Tindakan Kelas
21

Lampiran II

DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DI SDN _________ KEC. _________KAB. __________


1

Lanjutan (Lampiran II)


1

Lampiran IV

Buatlah RPP Mata Pelajaran Sains Pokok Bahasan

Jenis dan sifat-sifat benda-benda di sekitar kita

di kelas V Semester I Tapel ___/___


2

Lanjutan ( Lampiran IV)


3
1

Lampiran V

Buatlah Tabel Daftar Absensi Siswa

kelas V SDN __________ Saat terjadi Kegiatan PTK


2
1

Lampiran VI

SURAT KETERANGAN
IDZIN PENYELENGGARAAN KEGIATAN P T K

Kepada YTH. Bapak / Ibu Kepala Sekolah SDN _________


Di
Tempat

Dengan Hormat,
Dengan surat ini, saya selaku peneliti sekaligus guru yang mengajar di

SDN ________ Kecamatan ________ Kabupaten _________., memohon

Ijin kepada Ibu / Bapak, ……… selaku Kepala Sekolah SDN ________ untuk

mengadakan Penelitian Tindakan Sekolah.

Adapun Jadwal Kegiatan PTK, saya lampirkan di bawah ini. Untuk itu,

saya mohon sekiranya untuk memberikan idzin penyelenggaran Kegiatan tersebut.

Demikian Surat permohonan ijin ini saya buat, dan terima kasih atas
kerjasamanya.

________,___________
Hormat Saya,

Peneliti
2
3
4

Anda mungkin juga menyukai