SISTEM PELUMAS
B. Bersifat Pendingin
Pembakaran menimbulkan panas dan komponen mesin akan menjadi
panas sekali. Hal ini akan mengakibatkan keausan yang cepat bila tidak di
turunkan temperaturnya. Untuk melakukan ini oli mesin harus di sirkulasi di
sekeliling komponen-komponen agar dapat menyerap panas dan
mengeluarkannya dari mesin. Peredaran minyak pelumas (oli) tersebut
dengan membawa panas yang bersikulasi kesegala arah sehingga pendinginan
dapat terjadi.
C. Sebagai Perapat
Oli mesin membentuk semacam lapisan antara torak dan silinder. Ini
sangat berfungsi sebagai perapat (seal) yang dapat mencegah hilangnya
tenaga mesin. Oli mesin menutup kebocoran yaitu cacat-cacat kecil, lubang
berpori-pori sehingga ketidaksempurnaan pada cicin torak dapat tertutup oleh
oli dan tekanan dalam ruang pembakaran dapat dipertahankan serta tetap
berfungsi dengan baik.
Sebaliknya apabila terjadi kebocoran maka gas campuran yang
dikompresikan atau gas pembakaran akan menekan di sekeliling torak dan
masuk ke dalam bak engkol dan ini berarti akan kehilangan tenaga.
D. Sebagai Pembersih
kotoran (lumpur) akan menguap dalam komponen-komponen mesin. Hal
ini akan menambah pergerakan dan menyumbat saluran oli. Oli mesin akan
membersihkan kotoran yang menempel tersebut untuk mencegah tertimbun
didalam mesin.
Ketika itu, pompa oli memiliki pasokan pelumas yang berasal dari engkol
mesin. Pompa oli pada umumnya menggunakan rotary pump.
Kemudian ketika mesin dihidupkan, poros engkol memulai kerja sistem
pelumasan dengan memutar pompa oli. Proses ini menyebabkan adanya
penyedotan pada komponen inlet hose oil pump. Pelumas akan masuk pada
pompa oli lewat inlet valve, dan terjadi penekanan pelumas oleh pompa di sisi
lainnya.
Pelumas atau oli yang sudah memiliki tekanan mengalir lewat jalur oli
menuju filter oli. Di dalam komponen filter ini pelumas mengalami proses
penyaringan agar terbebas dari berbagai kerak, kotoran, dan partikel.
Pelumas atau oli lalu lewat pada komponen oil feed disalurkan ke oil jet
dan bagian atas mesin. Oli yang telah berada di permukaan mesin secara
otomatis akan langsung melakukan tugasnya, yaitu melumasi bagian rocker
arm dan poros cam. Setelah itu, oli kembali ke bak atau karter lewat saluran
oli.
Di sisi lain, oli dari oil jet di bawah blok silinder dikeluarkan dengan
cara disemprotkan. Oli atau pelumas ini bertugas untuk melumasi komponen
connecting rod dan piston. Seluruh perputaran pelumas tersebut dibantu dengan
adanya komponen weight balance.
Komponen weight balance merupakan bagian dari poros engkol yang
berbentuk menyerupai sekop. Komponen ini bertugas untuk mengobrak-abrik
oli yang berada di karter atau bak oli pada saat poros engkol berputar. Hal ini
bertujuan untuk menyebar oli ke semua bagian mesin.
Gambar 3.4 pelumasan pada connecting rod piston dan main bearing
6
Gambar 3.5 pelumasan pada mekanisme katup
b) Pelumas nabati, yaitu yang terbuat dari bahan lemak binatang atau tumbuh-
tumbuhan. Sifat penting yang dipunyai pelumas nabati ini ialah bebas sulfur
atau belerang, tetapi tidak tahan suhu tinggi.
c) Pelumas sintetik, yaitu pelumas yang bukan berasal dari nabati ataupun
mineral. Minyak pelumas ini berasal dari suatu bahan yang dihasilkan dari
pengolahan tersendiri. Pada umumnya pelumas sintetik mempunyai sifat-
sifat khusus, seperti daya tahan terhadap suhu tinggi yang lebih baik
daripada pelumas mineral atau nabati, daya tahan terhadap asam, dll
c) Flash Point
Flash point atau titik nyala merupakan suhu terendah pada waktu minyak
pelumas menyala seketika. Pengukuran titik nyala ini menggunakan alat-alat
yang standard, tetapi metodenya berlainan tergantung dari produk yang diukur
titik nyalanya.
d) Pour Point
Merupakan suhu terendah dimana suatu cairan mulai tidak bisa mengalir
dan kemudian menjadi beku. Pour point perlu diketahui untuk minyak pelumas
yang dalam pemakaiannya mencapai suhu yang dingin atau bekerja pada
lingkungan udara yang dingin.
g) Density
Menyatakan berat jenis oli pelumas pada kondisi dan temperatur tertentu.
3.5.7 Strainer
Oil strainer merupakan komponen yang berbentuk saringan dan berfungsi
untuk memisahkan partikel yang ada di dalam mesin. Letaknya berada di
saluran masuk oli sehingga oli yang hendak beredar akan 'diseleksi' dulu oleh
oil strainer.
Ketika mesin berputar tinggi, volume oli yang bergerak dari pompa oli
mengalami pertambahan. Sedangkan saluran oli memiliki batas kemampuan.
Oleh karena itu, pengaturan tekanan pelumas dibutuhkan agar tekanan oli tetap
stabil.
Kerja dari komponen yang satu ini memiliki hasil akhir untuk
mengembalikan oli pada carter. Proses ini berlangsung ketika tekanan pelumas
atau oli sedang naik.
Anda akan dapat mengetahui hal tersebut ketika memutar kunci kontak
Anda pada posisi on. Lihatlah pada dashboard apakah lampu indikator oli
kendaraan Anda menyala. Apabila lampu ini menyala berarti komponen switch
berfungsi dengan baik.
Namun sebaliknya, ketika mesin dihidupkan lampu indikator oli harus
mati. Apabila lampu indikator oli hidup saat mesin dihidupkan, periksalah oli
mesin Anda. Kemungkinan ada sesuatu yang bermasalah pada pelumasan
kendaraan Anda.
PCV valve berguna untuk mengeluarkan gas atau udara yang telah
terkontaminasi. Pada rangkaian pelumasan mesin kendaraan, PCV valve
berfungsi untuk membuang gas sisa pembakaran dalam mesin. Pada akhirnya,
komponen ini dapat menjaga kestabilan tekanan pada mesin.
Terletak pada bagian bawah mesin tepatnya yaitu menempel pada blok
silinder bagian bawah. Cara melepas carter yaitu :
a) Menggunakan potongan plat ke celah antara bak oli dengan blok silinder
b) Buka bak penampung oli
c) Bersihkan bak penampung oli
d) Pasang gasket dan beri sealent
e) Pasang baut bak oli dengn kunci momen 2 kg
f) Periksa kembali bak oli
g) Periksa baut pembuangan oli
Keterangan :
a) Panjang saringan oli : 110 mm
b) Diameter Saringan oli : 90 mm
c) Diameter lubang oli : 5 mm
d) Diameter lubang outlet : 10 mm
Lalu setelah semua di pasang dan oli sudah di masukan, pasang kembali
dip stick oli untuk mengecek kurang atau lebih nya bahan pelumas atau oli.
Setelah semua langkah pemasangan di lakukan dan selesai, di cek
kembali agar tidak ada yang kendor maupun tertinggal. Karena akan sangat
mempengaruhi kinerja mesin apabila ada yang bocor ataupun tidak kencang.
Pengecekan oli yang ada pada carter yaitu dengan cara menggunakan dip
stick. Dengan mengangkat dip stick keatas dan lihat apakah oli berada pada
titik minimum atau maksimum, jika berada pada titik minimum maka harus
dilakukan penggantian oli yang SAE nya sesuai dengan kondisi wilayah nya.
Biasanya di sarankan menggunakan oli yang memiliki SAE 10w-40, 20w-50
dan 15w-30.