Anda di halaman 1dari 92

RINGKASAN MATERI PEMBELAJARAN

TEKNIK KENDARAAN RINGAN OTOMOTIF

A. PEMELIHARAAN MESIN KENDARAAN RINGAN

1. Sistem utama engine atau sistem utama mesin dan


mekanisme katup

 Cylinder dan Block Cylinder


Cylinder adalah bagian dari sebuah mesin atau engine yang
mengubah energy panas menjadi energy mekanik. Cylinder
terdapat pada block cylinder yang merupakan sebuah rangka
utama dari mesin. Block Cylinder terbuat dari besi tuang
dengan paduan aluminium. Dengan seiring perkembangan
tekhnologi sekarang ini, blok cylinder juga banyak yang
terbuat dari aluminium alloy.

Di dalam sebuah Block Cylinder terdapat susunan silinder


yang fungsinya untuk tempat naik turun piston. Pada bagian
atas dari sebuah Block Cylinder biasanya ditutup dengan
Cylinder Head atau Kepala Silinder. Pada Block Cylinder
selain terpasang silinder juga terdapat water jacket atau jaket
air yang fungsinya sebagai tempat jalur pendingin air, juga
terdapat Jalur oli.
 Cylinder head / Kepala Cylinder
Kepala silinder / Cylinder Head terdapat di atas blok silinder.
Yang fungsinya untuk menutup blok silinder sehingga terdapat
ruang bakar yang dapat menahan kompresi yang tinggi dan
menahan ledakan akibat pembakaran. Bahan untuk pembuatan
silinder beraneka macam, ada yang terbuat dari besi tuang dan
ada juga yang terbuat dari almunium alloy. Pada silinder head
terdapat berbagai komponen, misalnya seperti mechanism
ekatup, tempat busi, water jacket dan jaluroli.
 Gasket Cylinder Head
Gasket Cylinder head terletak diantara kepala silinder
dan blok silinder yang fungsinya sebagai perapat agar
tidak terjadi kebocoran kompresi, kebocoran oli dan
kebocoran air pendingin.

 Piston dan Connecting Rod


Piston terletak didalam silinder dan bergerak naik
turun. Piston inilah yang menerima gaya tekan akibat
ledakan yang terjadi di ruang bakar dan diteruskan
kebawah oleh conecting rod ( stang piston). Piston
kebanyakan terbuat dari almunium alloy. Namun pada
mesin-mesin yang berteknologi tinggi piston banyak
yang menggunakan bahan yang lain.
 Crank Sahft atau Poros Engkol
Crank shaft disebut juga dengan nama poros engkol
( ada juga yang menyebut dengan nama krukas ). Di
sinilah gerakan naik turun piston diubah menjadi gerak
putar.

 KALTER/ OIL PAN/BAK OLI


Komponen ini terletak di bagian bawah mesin yang
fungsinya sebagit empatoli. Oli yang ditampung di
bagian ini selanjutnya di pompa oleh oil pump menuju
kebagian bagian yang membutuhkan dan selanjutnya
kembali lagi kekalter.

2. Sistem pelumasan mesin

Pelumasan adalah suatu sistem atau rangkaian pada kendaraan


di mana pelumas ditampung, disedot, disaring, kemudian
didistribusikan secara menyeluruh ke setiap bagian mesin.
Media pelumas yang digunakan pada sistem ini adalah oli yang
mampu masuk hingga ke celah mesin.

Oli yang melapisi celah-celah mesin dinamakan oil film.


Lapisan ini menempel sangat kuat pada komponen mesin dan
sulit dilepaskan. Hal ini membuat setiap kali komponen mesin
yang mayoritas terbuat dari logam bergesekan, lapisan tersebut
dapat menjadi penghalang terjadinya gesekan langsung.

Sistem ini dibuat dengan memperhitungkan beberapa fungsi.


Sistem ini bekerja secara langsung sebagai pendingin
komponen mesin dan membilas kotoran yang menempel pada
komponen mesin sehingga mesin dapat bekerja lebih baik.

Pelumasan juga dilakukan untuk memberi sekat pada lubang


antara silinder dan torak. Sekat ini berfungsi sebagai pencegah
kebocoran tekanan dari ruang pembakaran. Selain itu,
pelumasan juga berfungsi untuk melumasi seluruh permukaan
komponen mesin agar tidak bergesekan secara langsung.

Hal tersebut dilakukan untuk meredam suara yang ditimbulkan


dari komponen mesin yang bergerak. Serta agar tidak terjadi
keausan pada komponen mesin, sehingga mesin menjadi lebih
awet dan kendaraan Anda menjadi nyaman untuk dikendarai.
Komponen-Komponen Sistem Pelumasan

 Bak oli

Bak oli merupakan salah satu komponen pelumasan yang


berfungsi untuk menampung oli. Komponen ini menyimpan
cadangan oli yang nantinya akan digunakan untuk melumasi
mesin.

 Pompa oli

Komponen ini berfungsi untuk menghisap dan menyalurkan oli


pada mesin. Kinerja komponen pompa oli bergantung pada
putaran mesin dari camshaft, crankshaft, atau timing belt.
Pompa oli bekerja dengan menyalurkan oli yang bertekanan ke
semua saluran mesin.
Kemudian oli tersebut pada akhirnya dibuang melalui saluran
perkaitan yang berada di ujung pompa. Proses ini bertujuan
untuk melumasi seluruh bagian lain dari mesin yang terbuka.
Adanya pompa oli membuat beluruh komponen mesin
mendapat pelumas tanpa tekanan.

 Filter oli

Komponen lain yang digunakan dalam sistem pelumasan


adalah filter oli. Komponen ini bertugas sebagai penyaring oli
dari kotoran sehingga oli tidak cepat kotor. Apabila oli yang
diproses dalam sistem ini terkontaminasi oleh kotoran, maka
pelumasan tidak akan berfungsi secara maksimal.

Pelumas yang bekerja di sebuah kendaraan tidak boleh


mengandung kotoran sedikitpun. Partikel dan kotoran yang ada
dalam oli dapat menyebabkan celah mesin yang rapat akan
tergores.

 Strainer

Komponen ini berfungsi untuk menyempurnakan kerja filter


oli. Strainer atau penyaring dapat menyaring kotoran hingga
yang berdiameter satu milimeter. Komponen pompa oli berada
di antara lubang pompa oli dengan pompa oli, yaitu bertugas
sebagai lubang isap pelumas menuju pompa oli.
 Pressure Valve

Pressure valve atau katup tekanan merupakan sebuah


komponen pelumasan yang bertugas untuk mengatur tekanan
pelumas. Pengaturan ini dilakukan utamanya ketika mesin
sedang bekerja dengan perputaran yang tinggi.

Ketika mesin berputar tinggi, volume oli yang bergerak dari


pompa oli mengalami pertambahan. Sedangkan saluran oli
memiliki batas kemampuan. Oleh karena itu, pengaturan
tekanan pelumas dibutuhkan agar tekanan oli tetap stabil.

Kerja dari komponen yang satu ini memiliki hasil akhir untuk
mengembalikan oli pada carter. Proses ini berlangsung ketika
tekanan pelumas atau oli sedang naik.

 Switch Oli

Switch oli merupakan sensor tekanan oli yang berfungsi untuk


mengetahui hasil kerja dari pompa oli. Komponen ini bertugas
untuk memberitahukan kepada Anda terkait cukup atau
tidaknya tekanan pompa oli untuk melumasi mesin.

Anda akan dapat mengetahui hal tersebut ketika memutar


kunci kontak Anda pada posisi on. Lihatlah pada dashboard
apakah lampu indikator oli kendaraan Anda menyala. Apabila
lampu ini menyala berarti komponen switch berfungsi dengan
baik.

Namun sebaliknya, ketika mesin dihidupkan lampu indikator


oli harus mati. Apabila lampu indikator oli hidup saat mesin
dihidupkan, periksalah oli mesin Anda. Kemungkinan ada
sesuatu yang bermasalah pada pelumasan kendaraan Anda.

 Oil gallery

Oil gallery adalah saluran pelumasan yang berfungsi sebagai


jalan oli atau pelumas pada mesin. Komponen ini berupa
lubang pada blok mesin yang akan dilumasi. Lubang ini akan
mengantarkan pelumas pada perangkat yang harus mendapat
pelumasan.

 Oil jet

Oil jet merupakan sebuah komponen pelumasan yang berada


di bawah silinder mesin. Komponen ini bertugas
menyemburkan oli atau pelumas ke batang penggerak.

 PCV valve

Komponen yang satu ini tidak kalah penting. Komponen


Positive Crankcase Ventilation valve atau disingkat PCV valve
merupakan bagian dari rangkaian saluran mesin. Komponen
ini berupa saluran ventilasi udara yang terdapat pada ruang
engkol mesin.

PCV valve berguna untuk mengeluarkan gas atau udara yang


telah terkontaminasi. Pada rangkaian pelumasan mesin
kendaraan, PCV valve berfungsi untuk membuang gas sisa
pembakaran dalam mesin. Pada akhirnya, komponen ini dapat
menjaga kestabilan tekanan pada mesin.

Cara Kerja Sistem Pelumasan

Cara kerja sistem pelumas mesin kendaraan dapat dikatakan


cukup sederhana namun juga rumit. Sistem ini akan mulai
bekerja ketika mesin kendaraan dihidupkan. Sedangkan pada
kondisi normal, yaitu mesin belum dihidupkan, pelumas atau
oli tertampung di dalam karter atau bak oli.

Ketika itu, pompa oli memiliki pasokan pelumas yang berasal


dari engkol mesin. Pompa oli pada umumnya menggunakan
rotary pump.

Kemudian ketika mesin dihidupkan, poros engkol memulai


kerja sistem pelumasan dengan memutar pompa oli. Proses ini
menyebabkan adanya penyedotan pada komponen inlet hose
oil pump. Pelumas akan masuk pada pompa oli lewat inlet
valve, dan terjadi penekanan pelumas oleh pompa di sisi
lainnya.
Pelumas atau oli yang sudah memiliki tekanan mengalir lewat
jalur oli menuju filter oli. Di dalam komponen filter ini
pelumas mengalami proses penyaringan agar terbebas dari
berbagai kerak, kotoran, dan partikel.

Pelumas atau oli lalu lewat pada komponen oil feed disalurkan
ke oil jet dan bagian atas mesin. Oli yang telah berada di
permukaan mesin secara otomatis akan langsung melakukan
tugasnya, yaitu melumasi bagian rocker arm dan poros cam.
Setelah itu, oli kembali ke bak atau karter lewat saluran oli.

Di sisi lain, oli dari oil jet  di bawah blok silinder dikeluarkan
dengan cara disemprotkan. Oli atau pelumas ini bertugas untuk
melumasi komponen connecting rod dan piston. Seluruh
perputaran pelumas tersebut dibantu dengan adanya komponen
weight balance.

Komponen weight balance merupakan bagian dari poros


engkol yang berbentuk menyerupai sekop. Komponen ini
bertugas untuk mengobrak-abrik oli yang berada di karter atau
bak oli pada saat poros engkol berputar. Hal ini bertujuan
untuk menyebar oli ke semua bagian mesin.
3. Sistem pendingin mesin

Sistem pendingin adalah sekumpulan komponen tambahan


pada mesin untuk mencegah terjadinya engine overheat.
Melalui sistem ini, temperature mesin akan dijaga agar
tidak berlebihan.

Sehingga, meski mesin dipacu dalam RPM tinggi serta


dihidupkan dalam waktu yang lama, temperature mesin
tidak akan berlebihan. Ini akan membuat mesin bekerja
secara efektif dan aman dalam jangka waktu lama.

Fungsi Sistem Pendingin

 Mengurangi temperature mesin saat terdeteksi


temperature yang berlebihan.

 Menjaga temperature mesin tetap pada suhu kerja

 Memindahkan panas dari mesin ke luar atau untuk


heater system

 Membantu mendistribusikan panas mesin secara


merata
Prinsip Kerja Sistem Pendingin

Sistem pendingin bekerja dengan prinsip


perpindahan panas. Kita tahu kalau panas itu
merupakan salah satu bentuk energi, dan energi
ini tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Komponen Utama Sistem Pendingin

1. Selubung air
Selubung air atau biasa disebut water jacket
adalah saluran air yang terbentuk didalam blok
silinder. Saluran ini ada disekitar blok silinder,
fungsinya sebagai tempat air bersirkulasi
didalam mesin.

Saat air berairkulasi didalam selubung air, maka


proses penyerapan panas dari mesin ke media
pendinginan akan berlangsung.

2. Media pendinginan

Media pendinginan adalah zat yang dipakai


untuk memindahkan panas dari mesin ke
komponen pelepas panas (radiator). Media
pendinginan harus memiliki sifat yang mudah
menyerap panas, dan mudan melepaskan panas.

3. Pelepas panas (radiator)

Radiator adalah komponen yang digunakan


untuk melepaskan panas yang ada didalam
media pendinginan ke udara bebas. Cara kerja
radiator, adalah dengan memasukan air ke
dalam selang pipih yang memiliki jumlah
banyak.

Sehingga, begitu ada udara melewati selang


pipih ini panas dari media pendinginan akan
ikut terbawa aliran udara.

4. Kipas pendingin

Kipas pendingin adalah komponen yang


digunakan untuk mengalirkan udara agar
melewati radiator. Saat udara mengalir
melewati radiator maka panas yang ada didalam
radiator akan ikut terbawa aliran udara.

Sehingga suhu radiator menjadi lebih rendah


dan tetap bisa menyerap panas yang dibawa
media pendinginan.

Jika dibedakan berdasarkan media pendinginan maka ada


tiga macam sistem pendingin

1. Sistem pendingin udara (alami)


Sistem pendingin udara adalah mekanisme pendinginan
mesin yang menggunakan udara atau angin yang terdapat
di luar kendaraan.

Sistem pendingin udara memiliki mekanisme lebih


sederhana, karena komponen pendinginan ini hanya terdiri
dari sirip udara yang diletakan di permukaan blok mesin.

Fungsi sirip udara ini adalah melepaskan panas mesin ke


udara yang mengalir melewati mesin. Sirip udara ini, bisa
menyerap dan melepas panas karena berbahan konduktor.
Kelebihan sistem pendingin udara

 Desain ringkas dan tidak memakan banyak ruang


 Proses pendinginan cepat karena letak mesin yang
ada di luar

 Tidak memerlukan perawatan

Kekurangan sistem pendingin udara

 Proses pendinginan dipengaruhi oleh kelajuan


kendaraan, bukan suhu mesin.

 Berpotensi overheat apabila posisi jalan macet

2. Sistem pendingin air


Sistem pendingin air menggunakan zat cair sebagai media
pendinginan, Zat cair ini bisa berupa air mineral, atau
cairan khusus sistem pendingin (coolant).

Berbeda dengan pendingin alami, pendingin air


menggunakan komponen tambahan berupa radiator yang
berfungsi melepaskan panas mesin.

4. Sistem bahan bakar bensin konvensional atau


karburator

 sistem bahan bakar, maka pada kesempatan kali ini akan


dijelaskan mengenai fungsi-fungsi dari komponen sistem
bahan bakar bensin konvensional. Berikut adalah
penjelasannya :
1. Fuel Tank (Tangki Bahan Bakar)

r
Fuel tank pada sistem bahan bakar 
berfungsi untuk menampung bahan bakar bensin yang
nantinya akan disalurkan oleh komponen sistem bahan
bakar yang lain agar dapat dijadikan sebagai bahan
pembakaran dalam mesin.
Tanki bahan bakar yang ada pada kendaraan roda empat
biasanya terletak di bagian belakang, dengan tujuan agar
tidak terjadi kebocoran ketika terjadi tabrakan. Tangki ini
terbuat dari lempengan baja yang tipis namun kuat, dilapisi
juga dengan pencegah karat. Perlu diketahui bahwa karat
pada tangki cukup berbahaya karena karat dapat
menyumbat saringan serta lebih rentan terjadinya
kebocoran.
Fuel tank tidak hanya berbentuk kotak sepenuhnya, di
dalamnya terdapat penyekat-penyekat atau separator.
Fungsi dari separator ini adalah untuk mencegah olakan
bensin ketika kendaaraan berjalan yang dapat merubah
tinggi permukaan bensin. Untuk bagian-bagian dari tangki
bahan bakar dapat dilihat pada gambar di atas.
2. Saluran Bahan Bakar
Saluran bahan bakar utama berfungsi untuk menyalurkan
bensin dari tangki menuju ke karburator. Saluran bahan
bakar ini terdiri dari selang dan pipa, umumnya diletakkan
di bawah rangka atau lantai mobil yang diberi pelindung
agar tidak terjadi kebocoran ketika terjadi benturan.
Pipa saluran bahan bakar ini terbuat dari pelat seng (zinc-
plated) dan tembaga (copper lined steel). Ada juga
beberapa bagian yang terbuat dari selang-selang
karet (rubber hose).
Pada sistem bahan bakar terdapat tiga saluran bahan bakar
yaitu :

 Saluran utama yang menyalurkan bahan bakar dari tangki


ke pompa bahan bakar
 Saluran pengembali yang menyalurkan bahan bakar
kembali dari karburator ke tangki, dan
 Saluran uap bahan bakar yang menyalurkan gas HC (uap
bensin) dari dalam tangki bahan bakar ke 1charcoal
canister.
3. Fuel Filter (Saringan Bahan Bakar)

Sesuai dengan namanya, fuel filter (saringan bahan bakar)


berfungsi untuk menyaring kotoran atau air yang mungkin
terdapat di dalam bahan bakar. Fuel filter ini diletakkan di
antara tangki dan pompa bahan bakar, ada juga kendaraan
yang saringan bahan bakarnya terletak di tangki bahan
bakar.
Pada saringan bahan bakar untuk mobil bensin, elemen
filter yang berada didalamnya, dapat menurunkan
kecepatan aliran bahan bakar, sehingga air dan partikel
kotoran yang massanya lebih berat dari bahan bakar akan
turun dan mengendap dibawah.
Saringan bahan bakar ini umumnya tidak bisa dibuka,
namun dapat dibersihkan apabila kotorannya belum parah.
Bila sudah parah maka lebih baik diganti, dan bila rusak
juga harus diganti karena tidak dapat dibuka dan
dibersihkan. Berikut ini adalah penampakan dari fuel
filter atau saringan bahan bakar pada mobil yang berbahan
bakar bensin.  Baca juga : Fungsi Fuel Filter (Saringan
Bahan Bakar)
4. Fuel Pump (Pompa Bahan Bakar

)
Pompa bahan bakar berfungsi untuk menghisap bahan
bakar dari tangki kemudian memompakan /
mengalirkannya sampai ke-radiator. Ada dua jenis pompa
bahan bakar yang sering dipakai yaitu jenis mekanik dan
eletrik.

Pada fuel pump jenis mekanik, pompa bahan bakar


digerakkan oleh cam shaft (poros nok), sedangkan
pada fuel pump elektrik pompa bahan bakar digerakkan
secara elektrik yang mengambil arus dari baterai / sistem
pengisian. Pada kendaraan masa kini yang menggunakan
sistem EFI, digunakan pompa bahan elektrik yang biasanya
juga sudah diletakkan dalam tangki langsung. Baca lebih
lanjut : Fungsi Pompa Bahan Bakar (Fuel Pump)
5. Karburator

Fungsi karburator adalah untuk mengatur jumlah campuran


udara dan bahan bakar yang masuk ke silinder mesin.
Salah satu bagian di dalam karburator adalah air bleeder
yang fungsinya sebagai tempat mencampur bahan bakar
dan udara sehingga sehingga membentuk pengabutan yang
halus.
Di dalam karburator terdapat beberapa macam sistem yang
mana sistem-sistem ini berfungsi untuk menghasilkan
campuran udara dan bahan bakar sesuai dengan kebutuhan
mesin, sehingga penggunaannya lebih efisien. Baca juga :
Fungsi Karburator Pada Mobil dan Motor

Untuk lebih memahami karburator, maka bisa membaca


artikel berikut ini yang berjudul Sistem Kerja
Karburator, dalam artikel tersebut dijelaskan sistem-
sistem pada karburator dan cara kerjanya.

6. Charcoal Canister
Charcoal canister berfungsi untuk menampung sementara
uap bensin yang berasal dari ruang pelampung pada
karburator dan uap bensin yang dikeluarkan dari saluran
emission pada saat tekanan di dalam tangki naik karena
bertambahnya temperatur di dalam internal canister agar
tidak terbuang keluar. Uap bensin yang tertampung ini
akan disalurkan ke intake manifold yang kemudian akan
masuk ke ruang bakar.

6. Sitem bahan bakar mesin injeksi atau EFI (Eelctronic


fuel injection)

EFI adalah kependekan dari Electronic Fuel Injection,


kalau diartikan maka sistem EFI adalah suatu rangkaian
penyuplai bahan bakar secara elektronik. Artinya,
sistem suplai bahan bakar dari tanki ke ruang bakar
sudah berbasis elektronik.

Prinsip kerja sistem EFI juga menggunakan perbedaan


tekanan, namun perbedaan tekanan ini dibuat lebih
tinggi. Sehingga akan meningkatkan tekanan didalam
saluran bensin, ini akan menyebabkan bensin mengabut
secara sempurna.
Ibaratnya sebuah kran, kalau anda buka kran dengan
tekanan air yang rendah maka air dari kran hanya
mengucur. Namun kalau tekanan air besar, air yang
keluar dari kran seperti menyemprot sehingga akan
memisahkan tiap molekul airnya (mengabut).

Mekanisme Sistem EFI


Seperti yang ditujukan gambar diatas, saat kunci
kontak ON pompa bensin akan menyala. Sehingga saat
kunci kontak baru ON tekanan bensin sudah
meningkat. Namun pada saat ini, lubang injektor masih
tertutup rapat sehingga tidak ada semprotan bensin
yang masuk ke intake manifold.

Ketika kita putar kunci ke posisi start, injektor akan


membuka dengan interval tertentu. Karena lubang
injektor kecil, ditambah tekanan bensin besar maka
efek ini akan mengabutkan bensin kedalam intake
manifold. Dan bensin yang terkabut tersebut, akan
masuk bersama aliran udara ke dalam ruang bakar.

1. Sensor

Sensor adalah komponen yang berfungsi mendeteksi


semua indikator yang dijadikan acuan untuk menentukan
volume bensin yang ideal. Dalam sistem pengolahan data,
sensor berfungsi sebagai input device dimana sensor-
sensor ini akan mendeteksi beberapa indikator seperti
temperatur udara intake, masa udara intake, temperatur
mesin, dan lainnya.
Umumnya sensor bekerja dengan memanfaatkan variable
resistor. Dimana ada tegangan referensi yang diberikan,
kemudian tegangan referensi tersebut masuk ke sensor
dimana ada variable resistor. Besar hambatan pada variable
resistor ini mengikuti kondisi yang diukur, jadi output dari
sensor berupa tegangan dengan nilai tertentu. Tiap nilai
dari tegangan output ini akan diterjemahkan oleh processor
untuk proses pengolahan data.

Setidaknya ada 8 sensor pada mesin injeksi

 IAT (intake air temperature) berfungsi mendeteksi suhu


udara intake.

 MAF (mass air flow) mendeteksi masa udara intake.

 TPS (throtle position sensor) berfungsi mendeteksi sudut


pembukaan katup.

 MAP (manifold air pressure) mendeteksi tekanan didalam


intake manifold.

 ECT (engine coolant temperature) berfungsi mendeteksi


suhu air pendingin.
 CKP (cranksfhaft posistion) mendeteksi putaran crankshaft
untuk mengetahui RPM mesin.

 CMP (camshaft position) mendeteksi putaran camshaft


untuk mengetahui posisi TOP mesin.

 O2S (oksigen sensor) berfungsi mendeteksi emisi gas


buang dari dalam exhaust manifold.

2. Processor

Komponen processor pada mesin injeksi disebut ECU


(electronic control unit) atau ECM (engine control module),
baik ECU atau ECM sama saja hanya beda penamaan.
Fungsinya untuk mengolah data-data yang diberikan oleh
sensor, kemudian memberi perintah ke aktuator.

ECU bekerja seperti layaknya processor komputer yang akan


mengolah semua data dari input device. Namun ECU sudah
diprogram, untuk melakukan pengolahan data terkait kinerja
mesin. Selain menghitung jumlah bensin yang ideal, ECU juga
bertugas menghitung timming pengapian pada sistem
pengapian DLI (distributor less ignition).

3. Actuator

Actuator adalah perangkat elektronik yang berfungsi


mengeksekusi perintah dari ECU. Actuator ini mirip seperti
output device yang akan melaksanakan perintah CPU pada
komputer.

Bedanya, actuator pada sistem EFI itu injektor. Fungsinya


untuk mengabutkan bensin dari saluran bensin kedalam intake
manifold sesuai perintah dari ECU.

Injektor bekerja dengan menggunakan solenoid, dimana ketika


ada aliran listrik kemagnetan pada solenoid akan membuka
lubang injektor. Dan disaat inilah bensin mengabut. Untuk
menentukan volume bensin yang mengabut, ada pada timming
atau waktu solenoid membuka.

B. PEMELIHARAAN KELISTRIKAN KENDARAAN


RINGAN

Sistem kelistrikan mesin adalah rangkaian energi listrik yang


dibuat untuk membantu menghidupkan mesin dan
mempertahankan proses kerja mesin secara efisien.

Dengan kata lain, dengan adanya kelistrikan pada mesin maka


sebuah mesin bisa hidup (menghasilkan putaran) dengan
lembut dan berkelanjutan.
Contohnya ada pada busi, busi merupakan komponen untuk
memercikan api agar pembakaran mesin bisa terjadi.

sistem kelistrikan mesin dikelompokan menjadi dua tipe, yakni


;

 Sistem kelistrikan mesin konvensional yang terdiri dari ;


sistem pengapian, sistem starter, sistem pengisian.

 Sistem kelistrikan mesin modern seperti ; sistem efi, sistem


commonrail.

1 . Sistem pengapian
Sistem pengapian (ignition system) merupakan rangkaian
kelistrikan pada mesin yang digunakan untuk memantik gas
didalam ruang bakar agar terjadi pembakaran.

Sistem pengapian menggunakan metode perubahan energi


listrik menjadi api. Prinsip kerjanya dengan meloncatkan
sejumlah elektron melewati sebuah celah udara yang memiliki
beda potensial sangat tinggi.

Sehingga, loncatan elektron dengan volume besar tersebut


akan membentuk sebuah percikan api.

2. Sistem electric starter


Sistem starter adalah sebuah mekanisme yang memicu
terjadinya pembakaran mesin untuk yang pertama kali dengan
memberi putaran pada poros engkol.

Sistem starter bekerja dengan mengubah energi listrik ke


energi gerak melalui serangkaian proses elektromagnetik.
Dengan kata lain sistem starter memanfaatkan sebuah motor
listrik yang ditempatkan didekat flywheel, saat kita tekan
tombol start maka motor tersebut akan memutar flywheel dan
mesin bisa hidup.

3. Sistem pengisian
Sistem pengisian (charging system) merupakan sebuah
mekanisme pengisian daya baterai untuk memastikan
keberlangsungan siklus kelistrikan pada mobil.
Dengan kata lain, sistem pengisian menjadi bagian utama yang
menyediakan sumber listrik untuk semua sistem kelistrikan
pada mobil.

Sementara baterai hanya bersifat sementara, yang dapat


menyimpan cadangan listrik dan menyalurkannya saat sistem
pengisian masih non-aktif.
4. Sistem EFI

Sistem EFI (electronic fuel injection) adalah sistem injeksi


bahan bakar elektronik yang menggantikan fungsi karburator.

Sistem EFI memang tidak murni masuk ke dalam sistem


kelistrikan mesin, karena pada dasarnya ini adalah skema yang
mengatur aliran bahan bakar. Namun karena menggunakan
energi listrik dalam operasionalnya maka masuk juga ke dalam
sistem kelistrikan.

5. Common rail
Sistem common rail adalah sistem injeksi bahan bakar
elektronik pada mesin diesel. Secara umum, baik sistem EFI
dan common rail tidak memiliki perbedaan pola.

Keduanya sama-sama mengatur volume bahan bakar yang


akan dimasukan ke mesin dengan melakukan serangkaian
perhitungan dari berbagai macam sensor.

Hanya saja, perbedaan EFI dan Common rail ada pada


hardware atau komponen sistem bahan bakar masing-masing.
6. Glow plug system
Sistem glow plug atau busi pijar adalah skema tambahan pada
mesin diesel yang digunakan untuk menaikan temperature
ruang bakar saat terdeteksi suhu mesin dingin (cold start).

Sistem ini menggunakan prinsip perubahan energi dari listrik


menjadi panas. Mirip perebus air elektrik, glow plug
memanfaatkan kawat yang apabila dialiri arus listrik akan
membara dan panas.

Panas yang terbentuk pada kawat ini akan menaikan suhu


ruang bakar pada mesin diesel. Sehingga mesin bisa
melakukan start dingin.

C. PEMELIHARAAN SASIS DAN PEMINDAHAN


TENAGA KENDARAAN RINGAN

1. Sistem rem
Pengertian dan Fungsi Sistem Rem

Seperti yang dijelaskan diatas, sistem rem ini merupakan


mekanisme perlambatan kecepatan kendaraan. Dengan kata
lain, sistem pengereman menjadi salah satu komponen
keselamatan aktif pada mobil dan motor.

Fungsi sistem rem antara lain ;

 Mengurangi kecepatan kendaraan secara berkala atau


drastis

 Menahan kendaraan agar tidak bergerak maju atau


mundur

Prinsip Kerja Sistem Rem


Sistem rem menggunakan prinsip perubahan energi dari energi
gerak ke energi panas.

Ini adalah kebalikan dari mesin, mesin kendaraan


menggunakan perbubahan energi dari panas pembakaran ke
bentuk gerakan. Namun, saat gerakan itu disalurkan ke roda
ada mekanisme lain yang memperlambat putaran roda dengan
mengubahnya kembali ke bentuk energi panas.

Ini karena energi tidak dapat dibuat dan dimusnahkan,


sehingga untuk menghilangkan sebagian energi pada roda
kendaraan, harus diubah ke bentuk lain. Bentuk perubahan
energi yang paling memungkinkan adalah perubahan ke energi
panas.

Cara perubahan energi sistem rem

Untuk mengubah energi gerak ke energi panas, sistem


pengereman menggunakan gesekan dua material.

Kita tahu, kalau gesekan pasti menimbulkan panas. Panas


tersebut timbul karena proses perubahan energi dari energi
gerak yang saling bergesekan menjadi energi panas. Sehingga
temperatur permukaan benda yang bergesekan lebih tinggi,
namun gerakan benda tersebut melemah.

Material benda gesekan pada sistem rem

Dalam sistem rem, gesekan ini diperoleh antara piringan yang


terhubung dengan roda (berputar) dengan kampas rem yang
terhubung dengan chasis kendaraan (diam).

Namun seperti yang anda ketahui, gesekan ini pasi


menghasilkan panas. Dan panas, bisa melelehkan logam.
Sehingga harus ada penyesuaian material pada piringan dan
kampas rem.

Kalau dua benda ini berbahan logam, pasti gesekan akan


menimbulkan panas yang cukup besar juga suara yang cukup
kasar. Namun kalau dua benda ini terbuat dari bahan organik
(isolator) maka ketahanannya lemah sehingga akan cepat
tergerus.
Dari kondisi ini, maka piringan rem yang berputar dibuat dari
bahan besi solid. Besi ini, juga dibuat dengan permukaan gesek
yang halus agar saat bergesekan, tidak  menimbulkan suara
yang berisik.

Sementara kampas rem, umumnya terbuat dari bahan organic


(keramik, asbes ) yang memiliki permukaan lebih kasar.
Sehingga tetap memiliki gaya gesek yang besar.
Jenis – Jenis Sistem Rem
Secara umum ada dua macam sistem rem, yakni ;

1. Sistem rem tromol

Rem tromol, adalah sistem pengereman tertutup yang


menggunakan komponen berbentuk seperti mangkuk yang
diletakan dibagian luar kampas rem.

Komponen berbentuk mangkuk ini, dinamakan tromol dan


terhubung dengan roda kendaraan.

Sementara didalam tromol rem, terdapat dua buah kampas rem


yang memiliki luas penampang cukup lebar. Saat rem
diaktifkan, maka dua kampas rem ini akan menekan
permukaan dalam tromol rem ke arah luar. Sehingga gerakan
tromol dan roda bisa terhenti.

2. Sistem Rem Cakram


Rem cakram, adalah sistem rem terbuka yang menggunakan
metode penjepitan piringan untuk menghentikan putaran
piringan rem.

Untuk komponennya, terdapat sebuah piringan berbentuk


lingkaran yang terhubung dengan roda. Lalu pada satu titik,
terdapat dua kampas rem yang terletak disamping kanan dan
kiri piringan.
Komponen sistem rem
Nama komponen pada sistem rem, memang berbeda tiap jenis
rem. Tapi, kalau secara umum komponen sistem rem terbagi
menjadi tiga bagian yakni ;

1. Komponen input

Komponen input, merupakan bagian sistem rem yang


berfungsi sebagai tempat aktifasi sistem pengereman. Dari
komponen inilah, pengemudi mengaktifkan sistem rem.

Biasanya yang termasuk dalam komponen input adalah pedal


rem pada mobil, atau tuas rem pada sepeda motor.

2. Komponen penghubung

Komponen penghubung, adalah bagian sistem rem yang


menghubungkan gerakan pada input menuju aktuator rem.
Meski bagian ini hanya menghubungkan, namun konstruksinya
juga harus diperhitungkan agar tidak mengalami kerugian
tenaga.
Yang masuk dalam bagian ini, adalah kawat rem pada sistem
rem mekanis atau kalau yang lebih maju menggunakan
hidrolik dan pada bus biasanya menggunakan tekanan angin.

3. Aktuator rem

Aktuator rem, adalah komponen yang bertindak langsung


menghentikan putaran roda. Di bagian inilah proses perubahan
energi dari energi putar ke energi panas terjadi. Kinerja
aktuator rem, hanya akan aktif saat pengemudi
mengaktifkannya melalui bagian input.

Yang termasuk dalam aktuator rem, adalah rem cakram, rem


tromol dan rem parkir.

2. Sistem kemudi
Sistem kemudi adalah salah satu sistem pada mobil yang
berfungsi untuk mengatur arah kendaraan dengan cara
membelokkan roda depan. Cara kerjanya yaitu apabila roda
kemudi (steering wheel) diputar, maka batang kemudi (steering
column) akan meneruskan tenaga putarnya ke roda gigi kemudi
(steering gear).
Steering gear memperbesar tenaga putar ini sehingga dihasilkan
momen puntir yang lebih besar untuk diteruskan ke steering
linkage. Steering linkage akan meneruskan gerakan steering
gear ke roda-roda depan.

Jenis sistem kemudi pada mobil ada dua, yaitu model


Recirculating Ball yang banyak digunakan oleh kendaraan
menengah sampai besar, dan model Rack and Pinion yang
banyak digunakan oleh kendaraan ringan.

Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar sistem kemudi dapat


sesuai dengan fungsinya, yaitu :
 Kelincahannya baik
 Usaha pengemudian yang baik
 Recovery (pengembalian) yang halus
 Pemindahan kejutan dari permukaan jalan harus
seminimal mungkin

Konstruksi Sistem Kemudi

Konstruksi utama pada sistem kemudi pada umumnya ada 3,


yaitu :
1. Steering Column
2. Steering Gear
3. Steering Linkage

1. STEERING COLUMN

Steering column atau batang kemudi merupakan tempat posros


utama. Steering column terdiri dari main shaft yang 
meneruskan putaran steering wheel (roda kemudi) ke steering
gear, dan column tube yang mengikat main shaft ke body.
Ujung atas dari main shaft dibuat meruncing dan bergerigi, dan
roda kemudi diikatkan di tempat tersebut dengan sebuah mur.
Steering column juga merupakan mekanisme penyerap energi
yang menyerap gaya dorong dari pengemudi pada saat terjadi
tabrakan.
Steering column dipasang pada body melalui bracket column
tipe brakeaway sehingga steering column dapat bergeser turun
pada saat terjadi tabrakan. Bagian bawah main shaft
dihubungkan pada steering gear melalui flexible joint atau
universal joint yang berfungsi untuk memperkecil pengiriman
kejutan yang diakibatkan oleh keadaan jalan dari steering gear
ke steering wheel.
Berikut cara kerja mekanisme penyerap energi pada steering
column :
Disamping mekanisme penyerap energi, pada steering column
kendaraan tertentu terdapat sistem kontrol kemudi.
a. Mekanisme Steering Lock, berfungsi untuk mengunci
main shaft.

b. Mekanisme Tilt Steering, berfungsi untuk memungkinkan


pengemudi menyetel posisi vertikal kemudi.
c. Mekanisme Telescopic Steering, berfungsi untuk
mengatur panjang main shaft agar diperoleh posisi yang sesuai
dan sebagainya.

Ada dua tipe steering column, yaitu :


a. Model Collapsible
Keuntungan :

 Apabila kendaraan berbenturan/bertabrakan dan steering gear


box mendapat tekanan yang kuat, main shaft column atau bracket akan
runtuh sehingga pengemudi terhindar dari bahaya
Kerugian :

 Main shaft kurang kuat, sehingga hanya digunakan pada mobil


penumpang atau mobil berukuran kecil
 Konstruksinya lebih rumit
b. Model Non-Collapsible
Keuntungan :
 Main shaftnya lebih kuat sehingga banyak digunakan pada
mobil-mobil besar atau mobil-mobil kecil
 Konstruksinya sederhana
Kerugian :
 Apabila berbenturan dengan keras, kemudinya tidak dapat
menyerap goncangan sehingga keselamatan pengemudi relatif kecil.

2. STEERING GEAR

Steering gear berfungsi untuk mengarahkan pada roda depan


dan dalam waktu bersamaan, juga berfungsi sebagai gigi
reduksi untuk meningkatkan momen agar kemudi menjadi
ringan. Steering gear ada beberapa tipe dan yang banyak
digunakan adalah tipe recirculating ball dan tipe rack and
pinion.
Berikut ini adalah konstruksi dari steering gear tipe
recirculating ball dan tipe rack and pinion.

Berat ringannya kemudi ditentukan oleh besar kecilnya


perbandingan steering gear dan umumnya berkisar antara 18-
20 : 1. Perbandingan steering gear yang semakin besar akan
menyebabkan kemudi semakin ringan akan teetapi jumlah
puatarannya semakin banyak, untuk sudut belok yang sama.

Ada beberapa macam bentuk steering gear box, diantaranya :


a. Model Worm and Sector Roller
Pada model ini, Worm gear berkaitan dengan Sector Roller di
bagian tengahnya. Gesekannya dapat mengubah sentuhan
antara gigi dengan gigi menjadi sentuhan menggelinding.

b. Model Worm and Sector

Pada model ini, Worm gear dan Sector berkaitan secara


langsung.

c. Model Screw Pin


Pada model ini, pin yang berbentuk tirus bergerak sepanjang
worm gear.

d. Model Screw and Nut

Pada model ini, di bagian bawah main shaft terdapat ulir dan
sebuah nut terpasang padanya. Pada nut terdapat bagian yang
menonjol dan dipasangkan tuas yang terpasang pada
rumahnya.

e. Model Recirculating Ball


f. Model Rack and Pinion

Pada model ini, gerakan putar pinion diubah langsung oleh


rack menjadi gerakan mendatar. Model Rack and Pinion
mempunyai konstruksi yang sederhana, sudut belok yang
tajam dan ringan, tetapi goncangan yang diterima dari
permukaan jalan mudah diteruskan ke roda depan.

3. STEERING LINKAGE

Steering linkage terdiri dari rod dan arm yang meneruskan


tenaga gerak dari steering gear ke roda depan. Walaupun mobil
bergerak naik dan turun, gerakan roda kemudi harus diteruskan
ke roda-roda depan dengan sangat tepat setiap saat. Ada
beberapa tipe steering linkage dan konstruksi joint yang
dirancang untuk tujuan tersebut. Bentuk yang tepat sangat
mempengaruhi kestabilan pengendaraan.

Beberapa tipe steering linkage, yaitu :


a. Steering Linkage untuk Suspensi Rigid
Steering linkage tipe ini terdiri dari pitman arm, drag link,
knuckle arm, tie-rod, dan tie-rod end. Tie rod mempunyai pipa
untuk menyetel panjangnya rod.
b. Steering Linkage untuk Suspensi Independen
Pada tipe ini terdapat sepasang tie-rod yang disambungkan
dengan relay rod (pada tipe rack and pinion, rack berfungsi
sebagai relay rod). Sebuah pipa dipasang diantara tie-rod dan
tie-rod end untuk menyetel panjangnya rod.

-Steering Linkage untuk tipe Reirculating Ball

-Steering Linkage untuk tipe Rack and Pinion


4. STEERING WHEEL

Ada beberapa macam roda kemudi yang ditinjau dari


konstruksinya, yaitu :

a. Roda Kemudi Besar

Mempunyai keuntungan yaitu mendapatkan momen yang


besar sehingga pada waktu membelokkan kendaraan, akan
terasa ringan dan lebih stabil.

b. Roda Kemudi Kecil


Mempunyai keuntungan yaitu tidak memakan tempat dan peka
terhadap setiap gerakan yang diberikan pada saat jalan lurus,
akan tetapi dibutuhkan tenaga besar untuk membelokkan
kendaraan karena mempunyai momen yang kecil.

c. Roda Kemudi Ellips

Mempunyai keuntungan yaitu model ini dapat mengatasi


kedua permasalahan diatas, karena merupakan gabungan dari
roda kemudi besar dan roda kemudi kecil.

5. STEERING MAIN SHAFT

Steering main shaft (poros utama kemudi) berfungsi untuk


menghubungkan atau sebagai tempat roda kemudi dengan
steering gear.

a. Pitman Arm

Pitman arm meneruskan gerakan gigi kemudi ke relay rod atau


drag link. Berfungsi untuk merubah gerakan putar steering
column menjadi gerakan maju mundur.

b. Relay Rod
Relay rod dihubungkan dengan pitman arm dan tie-rod end kiri
serta kanan. Relay rod ini meneruskan gerakan pitman arm ke
tie-rod end.

c. Tie-Rod

Ujung tie-rod yang berulir dipasang pada ujung rack pada


kemudi rack end, pinion, atau ke dalam pipa penyetelan pada
Recirculating Ball, dengan demikian jarak antara joint-joint
dapat disetel.

d. Tie-Rod End (Ball Joint)

Tie-rod end dipasangkan pada tie-rod untuk menghubungkan


tie-rod dengan knuckle arm, relay rod dan lain-lain.

e. Knuckle Arm

Knuckle arm meneruskan gerakan tie-rod atau drag link ke


roda depan melalui steering knuckle.

f. Steering Knuckle
Steering knuckle untuk menahan beban yang diberikan pada
roda-roda depan dan berfungsi sebagai poros putaran roda.
Berputar dengan tumpuan ball joint atau king pin dari
suspension arm.

g. Idler Arm
Pivot dari idler arm dipasang pada body dan ujung lainnya
dihubungkan dengan relay rod  dengan swivel joint. Arm ini
memegang salah satu ujung relay rod dan membatasi geraka
relay rod pada tingkat tertentu.

Macam-Macam Sistem Kemudi

Pada dasarnya sistem kemudi dibedakan menjadi dua, yaitu :


1. SISTEM KEMUDI SECARA MANUAL

Sistem kemudi manual dibutuhkan adanya tenaga yang besar


untuk mengemudikannya. Akibatnya pengemudi akan cepat
lelah apabila mengendarai mobil terutama pada jarak jauh. Ada
dua tipe yang banyak digunakan yaitu :

a. Jenis Recirculating Ball


Cara kerja :
Pada waktu roda kemudi diputar, poros utama yang
dihubungkan dengan roda kemudi langsung membelok. Di
ujung poros utama, kerja dari gigi cacing dan mur pada bak
roda gigi kemudi menambah tenaga dan memindahkan gerak
putar dari roda kemudi ke gerakan maju mundur lengan
pitman.

Keuntungan :
 Komponen gigi kemudi relatif besar, dapat digunakan untuk
mobil ukuran sedang, mobil besar dan kendaraan komersia
 Keausan relatif kecil dan pemutaran roda kemudi relatif ringan
Kerugian :
 Konstruksinya rumit karena hubungan antara gigi sector dan
gigi pinion tidak langsung
 Biaya perbaikan lebih mahal

b. Jenis Rack and Pinion


Cara kerja :
Pada waktu roda kemudi diputar, pinion pun ikut berputar.
Gerakan ini akan menggerakkan rack dari samping ke samping
dan dilanjutkan melalui tie-rod ke langan nakel pada roda-roda
depan sehingga satu roda depan didorong, sedangkan satu roda
tertarik hal ini menyebabkan roda-roda berputar pada arah
yang sama.

Keuntungan :

 Konstruksinya ringan dan sederhana


 Persinggungan antara gigi pinion dan rack secara langsung
 Pemindahan momen relatif lebih baik, sehingga lebih ringan
Kerugian :
 Bentuk roda gigi kecil, hanya cocok digunakan pada mobil
penumpang dengan ukuran kecil atau sedang
 Lebih cepat aus
 Bentuk gigi rack lurus, dapat menyebabkan cepatnya keausan

2. SISTEM KEMUDI DAYA (POWER STEERING)

Lahirnya sistem kemudi daya (power steering) ini didasari oleh


kekurangan yang didapat pada sistem kemudi manual dimana
rendahnya kemampuan di dalam pengemudian terutama pada
perjalanan yang jauh, dan pada kecepatan rendah sehingga
membuat pengemudi cepat lelah. Pada umumnya sistem
kemudi daya (power steering) dibagi atas dua tipe, yaitu :

a. Hydraulic Power Steering (HPS)

Sistem kemudi ini memiliki sebuah booster hidraulis dibagian


tengah mekanisme kemudi agar kemudi menjadi lebih ringan.
b. Electric Power Steering (EPS)

Tujuan pengembangan EPS adalah meningkatkan efisiensi


kerja kendaraan dengan melakukan perubahan proses kerja
power steering. Perubahan ini mengalihkan sistem hidraulis ke
sistem elektrik.

3. Sistem kopling
Pada artikel kali ini saya akan membahas tentang kopling
manual yang banyak digunakan pada mobil. Kopling
(clutch) terletak diantara mesin dan transmisi, dan berfungsi
untuk menghubungka an memutuskan putaran mesin ke
transmisi yang selanjutnya putaran mesin tersebut
diteruskan hingga ke roda.
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh kopling adalah :
1.   Harus dapat menghubungkan putaran mesin ke transmisi
dengan lembut
2.   Harus dapat memindahkan tenaga mesin ke transmisi tanpa
slip
3.   Harus dapat memutuskan hubungan dengan sempurna dan
cepat

JENIS-JENIS KOPLING

A.  Kopling Gesek
Disebut kopling gesek karena untuk melakukan pemindahan
daya adalah dengan cara memanfaatkan gaya gesek yang terjadi
pada bidang gesek. Jika dilihat dari bentuk bidang geseknya
kopling dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Kopling piringan (Disc clutch)
    Kopling piringan adalah unit kopling dengan bidang gesek
berbentuk piringan atau disc. 
2. Kopling konis (Cone clutch)
3. Kopling konis adalah unit kopling dengan bidang gesek
berbentuk konis.

Jika kita lihat dari jumlah penggunaan piringan/plat dibedakan


lagi menjadi 2 yaitu :
1. Kopling plat tunggal
    Kopling plat tunggal adalah unit kopling dengan jumlah
pirngan koplingnya hanya Satu.

   

2. Kopling plat ganda/banyak


    Kopling plat banyak adalah unit kopling dengan jumlah
piringa lebih dari satu.
 

Karena kerja dari kopling gesek ini bergesekan antar


bidang/permukaan sehingga akan menimbulkan panas, yang
tentunya diperlukan media pendingan. Dilihat dari media kerja
ini kopling gesek dibedakan menjadi :

1. Kopling plat basah


Kopling plat basah dimana plat kopling bekerjanya terendam
minyak atau cairan. Aplikasinya  kopling plat basah banyak
digunakan pada jenis plat banyak.
2. Kopling plat kering
Kopling plat kering adalah u hkan tidak boleh sama sekali ada
cairan/minyak.

Untuk  mendapatkan penekanan yang kuat saat bergesekan dan


meneruskan daya dan putaran tidak terjadi slip maka dipasang
pegas penekan. Dilihat dari pegas penekanya, kopling
dibedakan menjadi :
1. Kopling dengan pegas spiral.
    Unit kopling ini pegas penekanya berbentuk spiral/coil
2. Kopling dengan pegas diaphragma.
    Unit kopling ini pegas penekanya berbentuk diaphragma.
  
KONSTRUKSI 

 
 Kopling terdiri dari :
1.   Clutch disc (plat kopling)
2.   Pressure plate (plat penekan)
3.   Diapragm spring (pegas diaphragma)
4.   Release bearing (bantalan pelepas)
5.   Clutch cover (tutup kopling)
6.   Release fork (garpu penekan)
7.   Release cylinder (silinder pelepas)

TUTUP KOPLING (CLUTCH COVER)


Clutch cover terikat pada flaywheel. Ini berarti bahwa saat
mesin berpuar clutch cover juga berputar. 
Syarat utama yang harus dimiliki oleh clutch cover adalah
balance dan mampu memindahkan panas dengan baik.

Clutch Cover Tipe Coil Spring


Tipe ini terdiri dari : 
1.  Clutch disc
2.  Pressure plate
3.  Release fork
4.  Release bearing
5.  Release lever
6.  Pressure spring
7.  Clutch cover
  
Tipe ini mempnai keuntungan : 
 - Penekanan terhadap plat kopling lebih kuat.

Dan kerugian : 
- Tenaga untuk menekan pedal kopling besar.
-  Konstruksi rumit sehingga harganya mahal.

Cara Kerja :

a. Saat pedal ditekan


Release fork menekan release bearing, release bearing menekan
release lever sehingga release lever mengangkat pressure plate
melalui pivot ring melawan tekanan pressure spring dan
menyebabkan plat kopling terbebas (tidak lagi tejepit diantara
flywheel dan pressure plate) dan putaran mesin tidak dapat
diteruskan ke input shaft transmisi.
 
b. Saat pedal dilepas
Release fork tidak menekan release bearing, release bearing
tidak menekan release lever sehingga pressure spring menekan
pressure plate dan pressure plate menekan clutch disc ke
flywheel. Terjadi perpndahan tenaga.
 
Mesin (flywheel) - clutch cover - pivot pin - elease lever -
pressure plate - clutch disc - spline - input shaft transmisi.

  
Clutch Cover Tipe Diapragm Spring
Tipe ini terdiri dari :
1.  Diapragm spring
2.  Clutch disc
3.  Release fork
4.  Release bearing
5.  Pressure plate
6.  Clutch cover
7.  Pivot ring
8.  Retracting spring

Tipe ini mempunyai keuntungan : 


1. Tenaga penekanan pedal kopling lebih ringan
2. Penekanan terhadap plat kopling lebih merata
3. Tenaga pegas tidak akan berkurang karena gaya sentrifugal
saat kecepatan tinggi.

Dan kerugian : 
- Penekanan terhadap plat kopling lebih kecil.

Cara Kerja :

a. Saat pedal ditekan


Release fork menekan release bearig, release bearing menekan
dipraghma spring sehingga diapraghma spring mengangkat
pressure plate melalui pivot ring dan menyebabkan plat kopling
terbebas (tidak lagi terjepit di antara flywheel dan pressure
plate) dan putaran mesin tidak dapat diteruskan ke input shaft
transmisi.
 
b. Saat pedal dilepas
Release fork tidak menekan release bearing, release bearing
tidak menekan diapraghma spring sehingga diapraghma spring
menekan pressure plate dan pressure plate menekan clutch disc
ke flywheel. Terjadi perpindaan tenaga.
 
Mesin (flywheel) - clutch cover - pivot ring - dipraghm spring -
pressure plate - clutch disc - spline - input shaft transmisi.

PLAT KOPLING (DISC CLUTCH)

Plat kopling berungsi untuk memindahkan tenaga dari mesin ke


transmisi dengan lembut tana terjadi slip. Plat kopling terdiri
dari facing yang berfungsi sebagai bidang gesek yang dikeling
pada cushion plate yang berfungsi untuk memperlembut saat
kopling berhubungan, dan cushion plate dikeling pada disc
plate.

 
 
Pada plat kopling juga terdapat torsion damper yang berfungsi
untuk meredam kejutan saat kopling berhubungan.

MEKANISME PENGGERAK
a. Kopling Mekanis (Mechanical Clutch)

Mechanical clutch terdiri dari : 


1.  Clutch pedal
2.  Clutch release lever
3.  Clutch release cable
4.  Release fork
5.  Clutch cover
b. Kopling Hidraulis (Hydraulic Clutch) 

 
Pada tipe ini, gerakan pedal kopling dirubah menjadi tekanan
hidrois oleh master cylinder yang kemudian diteruskan ke
release fork melalui release cylinder.
Tipe ini terdiri dari :
1. Clutch pedal
2.  Master cylinder
3.  Flexible hose
4.  Release cylinder
5.  Release fork
6.  Clutch cover
c. Master Silinder kopling

Master silinder kopling berfungsi untuk menghasilkan tekanan


hidraulis.
Dan terdiri dari : 

 
1.   Reservoir tank
2.   Piston
3.   Push rod
4.   Inlet valve
5.   Conical spring
6.   Connecting rod
7.   Compression spring
8.   Spring retainer
Cara Kerja :

1. Saat Pedal Kopling Di Tekan


Connecting rod bergerak ke kiri karena tenaga dari conical
spring, dan mengakibatkan reservoir tertutup oleh inlet valve.
Chamber A terpisah dari chamber B, tekanan hidraulis pada
chamber A naik, kemudian tekanan diteruskan ke pipa dan
release cylinder.  

2. Saat Pedal Kopling Di Lepas


Piston akan kembali ke kanan oleh tekanan compression spring,
connecting rod tertarik ke kanan oleh spring retainer melawan
tekanan conical spring, sehingga inlet valve terbuka dan
chamber A berhubungan dengan chamber B.  

d. Silinder Pembebas Kopling  


 

Silinder pembebas kopling berfungsi untuk mendorong release


fork (meneruskan tekanan hidraulis dari master cylinder).
1.  Push rod
2.  Cylinder cup
3.  Cylinder body
4.  Conical spring
5.  Piston

  
KOPLING OTOMATIS

Kopling otomatis (torque converter) adalah kopling yang


dapat menghubngkan dan memutuskan putaran mesin ke
transmisi dengan sendirinya (otomatis).

Kopling otomatis digunakan pada kendaraan yang


menggunakan transmisi otomatis. Kopling otomatis diisi dengan
ATF (Automatic Transmision Fluid) dan momen mesin
dipindahkan dengan adanya aliran fluida.
Demikianlah penjelasan singkat tentang sistem kopling mobil,
semoga dapat bermanfaat buat para pembaca, khususnya yang
ingin belajar tentang otomotif.

4. Sistem transmisi
Fungsi transmisi pada kendaraan aadalah untuk
mendapatkan momen yang berubah-ubah, yaitu merubah
momen putar input transmisi menjadi momen putar output
transmisi melalui perbandingan susunan gigi pada transmisi.

5. Sistem gardan
Fungsi vinal drive pada kendaraan adalah untuk merubah
arah putaran poros propeller kearah poros aksel ( merubah
putaran 90 derajat) dan sekaligus menaikkan momen.
6. Sistem poros penggerak
Fungsi poros penggerak dan poros roda pada kendaraan
adalah Meneruskan putaran / tenaga dari transmisi ke
penggerak aksel dengan sudut yang bervariasi

D. PRODUK KREATIF DAN KEWIRAUSAHAAN

Biaya adalah semua pengeluaran yang dapat diukur dengan


uang, baik yang telah, sedang, maupun yang akan dikeluarkan
untuk menghasilkan suatu produk. Biaya produksi adalah
semua pengeluaran yang dilakukan oleh wirausahawan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah
yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang
produk kreatif bangunan tersebut. Biaya produksi dapat dibagi
menjadi beberapa bagian, sebagai berikut: a) biaya bahan
baku; b) Biaya Tenaga Kerja Langsung; c) Biaya Overhead
seperti pajak, asuransi, penyusutan,barang persediaan,
perbaikan dan pemeliharaan. Selain itu dikenal juga biaya tetap
dan biaya tidak tetap (biaya variabel). Biaya tetap adalah biaya
yang tidak berubah mengikuti tingkat produksi. Artinya biaya
ini besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah Output yang
dihasilkan. Contoh: biaya abonemen Telepon, Biaya
Pemeliharaan Bangunan, biaya penyusutan, dll. Sedangkan
biaya variabel, Keseluruhan biaya yang dikeluarkan usaha
dalam factor produksi dan bersifat variable atau dapat berubah-
ubah sesuai dengan hasil produksi yang akan dihasilkan.
Makin banyak produk yang dihasilkan, makin besar pula biaya
yang harus dikeluarkan. Contoh : Biaya bahan baku, upah
tenaga kerja, bahan bakar, dan lain sebagainya.

Penentuan harga jual: biaya produksi + laba

BEP atau Break Even Point adalah titik dimana pendapatan


sama dengan modal yang dikeluarkan, tidak terjadi kerugian
atau keuntungan.
a. BEP Unit (BEP Q)
Biaya Tetap
BEP Q = =
(Harga per unit – Biaya Variable per Unit)

FC
(P – VC )
b. BEP Rupiah/Uang (BEP R)
Biaya Tetap
BEP R =
(Kontribusi Margin per unit / Harga per Unit)
FC FC
FC
= Q = (P−VC ) = x P = BEP Q x P
(P – VC)
P P

B/C ratio atau Benefit and Cost Ratio adalah salah satu konsep
yang bisa digunakan untuk menentukan kelayakan dari sebuah
usaha. Jika B/C <1 maka usaha dikatakan tidak layak. Ratio

laba
B/C=
total biaya

R/C ratio atau Renevue and Cost Ratio yaitu adalah jumlah
ratio yang dipakai guna melihat keuntungan relatif yang
nantinya akan diperoleh pada sebuah proyek atau sebuah
usaha. Jika R/C <1 maka usaha dikatakan rugi. Ratio R/C=

total pendapatan
total biaya

Keterangan: Total biaya (jumlah dari biaya tetap, variabel, dan


overhead); Laba atau keuntungan (selisih dari pendapatan dan
total biaya produksi); serta Pendapatan ( harga jual dikalikan
dengan jumlah unit yang terjual).

Anda mungkin juga menyukai