Skizofrenia merupakan gangguan jiwa kronik dan kompleks yang ditandai oleh beberapa
gejala, seperti adanya delusi, halusinasi, perilaku atau bicara kacau, serta gejala negatif.
Penegakkan diagnosis skizofrenia, berdasarkan DSM 5 dapat ditentukan saat individu
memiliki dua dari lima gejala, dari kriteria A: meliputi delusi, halusinasi, bicara kacau,
perilaku kacau atau katatonik, dan gejala negatif. Selain itu, terpenuhinya kriteria B hingga F
seperti adanya disfungsi sosial atau pekerjaan, keberlangsungan minimal 6 bulan, serta bukan
merupakan gangguan akibat kondisi medis lain, gangguan suasana perasaan, skizoafektif,
gangguan kondisi medis umum ataupun Narkotika Zat Psikoaktif lain dan Alkohol (NAPZA),
dan keterkaitan dengan keterlambatan perkembangan individual secara global.4,5 Menurut
DSM 5 terdapat beberapa subtipe skizofrenia. Subtipe tersebut antara lain paranoid,
hebefrenik, dan katatonik. Subtipe paranoid lebih sering terjadi dengan persentase pada
kisaran 57,7% dari skizofrenia. Selain itu, subtipe paranoid menunjukkan gangguan yang
lebih besar dalam hubungan interpersonal dan penerimaan sosial dibandingkan subtipe
lainnya.
Hingga kini, terdapat lima subtipe utama pada skizofrenia yakni : subtipe paranoid,
hebefrenik, katatonik, tak terinci, dan simpleks. Menurut DSM 5, penegakkan diagnosis
skizofrenia paranoid terpenuhi apabila memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
dengan gejala tambahan berupa: 1) Halusinasi dan/atau waham harus menonjol, meliputi
terdapat halusinasi bentuk verbal, halusinasi lain tanpa bentuk verbal, seperti halusinasi
pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, serta gangguan isi pikir berupa waham
dikendalikan, dipengaruhi atau ketidakberdayaan.
2) Gangguan afektif.
3) Gangguan psikososial.
Penyakit Skizofrenia yang dijelaskan dalam DSM-5 adalah gangguan yang memiliki
beberapa sifat berikut:
skizofrenia paranoid,
skizofrenia hebrefenik / tidak terorganisasi,
skizofrenia katatonik,
skizofrenia residual,
skizofrenia tidak tergolong.
Penyakit skizofrenia bisa membingungkan, bahkan bagi para profesional, dan gagasan
mendiagnosis pasien menggunakan jenis tertentu membuat kebingungan semakin parah.
Pasien bisa memiliki gejala yang sesuai dengan lebih dari satu jenis skizofrenia. Itulah
mengapa dalam DSM-5 hanya ada satu gangguan skizofrenia dan 5 jenis spesifik yang pada
awalnya dikenalkan dalam DSM-IV-TR dihilangkan. Meskipun begitu mengetahui jenis
skizofrenia pada DSM-IV-TR dapat membantu seseorang memahami ciri dan karakteristik
skizofrenia. Dengan mengetahui kelima jenis tersebut bisa membantu seseorang memahami
apa yang sebenarnya terjadi.
halusinasi,
delusi
disorganisasi, baik ucapan maupun perilaku
kurangnya motivasi.
Gejala skizofrenia tersebut tidak muncul begitu saja. Ada beberapa tanda-tanda awal yang
menunjukan gejala dan diagnosa bahwa skizofrenia akan datang.
1. Tanda-Tanda Skizofrenia
Penyakit skizofrenia pada awalnya akan didahului oleh fase prodromal skizofrenia. Selama tahap
prodromal / tahap awal, akan muncul beberapa yang menganggu kinerja otak pasien. Tanda-tanda
tersebut mencakup perubahan perilaku, pemikiran, komunikasi dan emosi. Beberapa tanda
prodromal skizofrenia meliputi:
Menurut SDM-5, seseorang dinyatakan mengalami gangguan mental ini jika mengalami
gejala skizofrenia positif dan negatif. Gejala positif adala gejala yang mengubah / menambah
pengalaman normal seseorang. Sedangkan gejala negatif adalah gejala yang menghilangkan
pengalaman biasa seseorang.
kurang fokus,
masalah pada pikiran dan ucapan.
Gejala skizofrenia yang ada dalam DSM-5 adalah gambaran umum yang merupakan bagian
dari skizofrenia, semua orang mengalaminya dengan cara yang berbeda. Memahami gejala-
gejala umum ini akan membantu memahami bagaimana seseorang hidup dengan penyakit
skizofrenia.
Skizofrenia merupakan psikosis, sejenis penyakit mental yang ditandai oleh distorsi dalam
berpikir, persepsi, emosi, bahasa, rasa diri dan perilaku. Gejala skizofrenia yang umum
meliputi:
1) halusinasi atau mendengar, melihat maupun merasakan hal-hal yang tidak ada
2) delusi yakni memiliki keyakinan atau kecurigaan tidak nyata yang tidak dimiliki oleh
orang lain dalam budaya orang tersebut
3) perilaku abnormal seperti perilaku tidak teratur, berkeliaran tanpa tujuan, bergumam atau
tertawa pada diri sendiri, penampilan aneh, pengabaian terhadap penampilan diri atau tampak
tidak terurus;
4) ucapan tidak teratur seperti perkataan tidak koheren atau tidak relevan; dan/atau
5) gangguan emosi yang ditandai apatis atau terputusnya hubungan antara emosi dengan hal
yang dapat diamati seperti ekspresi wajah atau bahasa tubuh (WHO, 2019).
Skizofrenia ditandai oleh distorsi dalam berpikir, persepsi, emosi, bahasa, rasa diri, dan
perilaku. Pengalaman umum termasuk halusinasi (mendengar suara-suara atau melihat hal
yang tidak nyata) dan delusi (keyakinan tetap yang salah).