Anda di halaman 1dari 22

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), evaluasi adalah proses

penilaian secara sistematis, pemberian nilai, atribut, apresiasi, dan pengenalan

permasalahan serta pemberian solusi atas permasalahan yang ditemukan. Evaluasi

melibatkan penjelasan dari beberapa faktor seperti elemen lanskap yang mungkin

mempengaruhi variasi kualitas lanskap (Porteous, 1983). Tujuan dari evaluasi

adalah untuk memberikan masukan dan perbaikan atas kelemahan yang ada

berdasarkan standar yang berlaku (Eliza, 1997).

2.2 Lanskap Pesisir

Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan

batas daratan meliputi bagian kering dan bagian terendam air yang dapat

dipengaruhi oleh akibat kegiatan manusia di darat (Dahuri, 2004). Garis pantai

adalah garis pertemuan antara daratan dan air laut yang mempunyai posisi tidak

tetap namun dapat berpindah (Triatmodjo, 1999). Batasan pantai dalam penelitian

ini tertera melalui ilustrasi Gambar 2.

Gambar 2. Batasan Pantai


Sumber: Triatmodjo (1999)

5
6

Strategi penataan wilayah pesisir penelitian ini berfokus untuk menangani

isu aspek fisik kawasan yaitu konflik pemanfaatan ruang wilayah pesisir. Maka

aspek fisik yang menjadi fokus pengembangan yaitu fungsi lahan dan elemen

penyusun lanskap. Untuk itu kriteria yang sesuai dengan aspek fisik kawasan

(Putri, 2016) yaitu:

a. Wilayah pesisir harus memiliki keunikan yang dapat ditonjolkan sebagai

potensi wilayah pesisir.

b. Pengelolaan sumber daya air yang harus dijaga kelestariannya.

c. Daerah sempadan pantai hendaknya dijadikan faktor utama dalam setiap

program pengelolaan wilayah pesisir.

d. Batas suatu wilayah pesisir harus ditetapkan berdasarkan pada isu dan

permasalahan yang hendak dikelola serta bersifat adaptif.

2.3 Elemen Lanskap

Elemen lanskap merupakan penyusun lanskap memiliki peranan yang

cukup besar terhadap nilai estetika visual lanskap. Menurut Booth (1983), adapun

elemen-elemen dasar pada lanskap seperti landform, vegetasi, bangunan,

perkerasan, site structure, dan air. Setiap elemen tersebut memiliki beragam

karakteristik sehingga saling melengkapi dan mempengaruhi suatu lanskap

menjadi visual yang estetis.

Penataan elemen pada suatu lanskap harus dipertimbangkan sehingga

sesuai dengan fungsi dan estetika yang diharapkan. Penataan elemen lanskap akan

memberikan kenyamanan visual dimana berhubungan dengan persepsi dan

preferensi manusia terhadap kesesuaian pemandangan lingkungan yang ditangkap


7

oleh mata. Menurut Hakim (2003), keindahan elemen perlu diperhatikan sekali

dalam hal penciptaan kenyamanan karena hal tersebut dapat mencakup masalah

kepuasan batin dan panca indera. Pemandangan didasarkan pada estetika alamiah

dan buatan manusia.

Pemandangan yang merupakan suatu karya seni dalam lanskap (karya seni

alam) lebih bersifat artifisial, dimana ketika sedang memandang alam bukan

sebagai suatu totalitas tetapi hanya memandang sebagian atau relatif jarang

memperhatikan. Keindahan dapat muncul dari kombinasi garis, bentuk, warna dan

tekstur yang tampak. Untuk memberikan kenyamanan visual dikaitkan dengan

kesesuaian standar bentuk dan desain elemen-elemen lanskap yang dibangun

terhadap lingkungan sekitar. Penggunaan elemen lanskap merupakan hal yang

sangat penting dalam membentuk pemandangan keseluruhan sehingga

menjadikannya estetik (Booth, 1983).

Terdapat elemen lanskap yang paling mendominasi kualitas estetika

lanskap lainnya adalah vegetasi, bangunan, bentukan lahan, perkerasan, struktur

tapak, air, dan langit (Medyuni, 2006). Penelitian Meliawati (2003) menyatakan

bahwa elemen langit tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan kualitas

estetika, sehingga dapat diabaikan. Dengan mempertimbangkan hal tersebut,

penelitian ini berfokus pada elemen yang paling berpengaruh terhadap kualitas

visual lanskap adalah elemen bangunan, elemen perkerasan, elemen bentukan

lahan, elemen struktur tapak, elemen vegetasi, dan elemen air.


8

2.3.1 Elemen Perkerasan

Perkerasan merupakan elemen lanskap untuk mengakomodasi penggunaan

yang intensif di atas permukaan tanah (Booth, 1983). Penggunaan material

perkerasan perlu dipertimbangkan dengan baik sesuai kondisi kawasan seperti

pemilihan warna dan tekstur material. Selain itu pola perkerasan dapat

mempengaruhi kualitas estetika visual. Pola penyusunan bahan perkerasan

mencerminkan atau memperkuat karakter suatu tempat dimana perkerasan itu

menonjol dan terdapat suatu hubungan yang jelas antara bangunan-bangunan

dengan ruang-ruang yang terdapat di antara bangunan tersebut (Laurie, 1984).

2.3.2 Elemen Bangunan

Peranan elemen bangunan sangat penting dalam menentukan karakter

suatu kawasan. Menurut Booth (1983) kehadiran bangunan secara individu

maupun cluster dapat mendominasi pemandangan, membentuk ruang terbuka, dan

menambah nilai fungsional tapak. Elemen bangunan yang memiliki nilai

keindahan tinggi adalah bangunan yang memiliki nilai arsitektur menarik baik

dari segi warna, tekstur, maupun struktur. Untuk meningkatkan nilai visual suatu

bangunan, perlu dilakukan penataan seimbang dengan elemen yang ada, salah

satunya vegetasi (Eckbo, 1964). Pengaruh bangunan terhadap kualitas estetika

suatu lanskap dapat menambah nilai keindahan secara visual.

2.3.3 Elemen Air

Elemen air pada lanskap pesisir memiliki peran dominan terhadap kualitas

visual kawasan. Air memiliki karakteristik berupa plastisitas, pergerakan, suara

dan refleksivitas menjadi daya tarik yang menjadi ciri khas dari elemen air
9

(Booth, 1983). Meliawati (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin

besar proporsi elemen air dalam suatu lanskap maka akan meningkatkan kualitas

estetikanya.

2.3.4 Elemen Vegetasi

Menurut Booth (1983), fungsi utama vegetasi terdiri dari tiga fungsi yaitu

fungsi struktural, fungsi lingkungan dan fungsi visual. Fungsi struktural pada

elemen vegetasi yaitu berperan sebagai pembentuk dan pengatur ruang,

mempengaruhi pemandangan, dan arah pergerakan. Fungsi lingkungan pada

elemen vegetasi dapat berperan sebagai pembersih udara, penjaga kelembaban

tanah, pencegah erosi, pengatur suhu, dan sebagai habitat satwa. Peran sebagai

focal point dan penghubung visual terhadap karakter vegetasi berupa ukuran,

bentuk, warna dan tekstur merupakan fungsi visual pada elemen vegetasi.

Jenis-jenis vegetasi yang biasanya terdapat di pantai terdiri dari pohon,

semak dan herba. Pohon merupakan tumbuhan yang memiliki akar, batang dan

tajuk yang jelas, batang utama tumbuh tegak, berkayu dan berdiameter lebih dari

20 cm, serta berukuran lebih dari 5 m. Semak merupakan tumbuhan yang

memiliki batang yang lembut, cabang, ranting dan daun tumbuh bergerombol,

serta memiliki ukuran kurang dari 1 m. Sedangkan herba merupakan tumbuhan

yang berukuran pendek, batang tidak berkayu dan memiliki batang yang basah,

karena mengandung banyak air (Bismark, 2011).

Perbedaan suhu daratan dengan pantai yaitu pantai memiliki suhu yang

relatif lebih tinggi, angin yang cenderung lebih kencang, tanah dan pasir yang

gersang, serta keberadaan vegetasi pesisir penyusunnya yang memiliki


10

karakteristik berbeda. Sehingga menyebabkan sulitnya vegetasi untuk tumbuh di

area pesisir. Penelitian ini tidak berfokus terhadap vegetasi karena akan

memberikan dampak berbeda kepada rekomendasi yang akan diberikan.

2.3.5 Elemen Struktur Tapak

Struktur tapak (site structure) merupakan elemen penyusun lanskap yang

dibangun secara tiga dimensi bersifat tetap dalam suatu kawasan lanskap. Contoh

elemen struktur tapak seperti bangku, meja, pagar, pergola, tempat sampah,

gazebo, signage, patung, dan sebagainya (Booth, 1983). Standar elemen struktur

tapak (Hasibuan et al., 2020) sebagai berikut:

1. Bangku atau tempat duduk

Bangku pantai umumnya dibuat dengan desain yang memiliki

sandaran/tanpa sandaran. Bangku memiliki ukuran tinggi 40-45 cm, dengan

lebar dudukan 40-50 cm dan panjang minimal 50-60 cm untuk 1 orang dan

dapat menyesuaikan untuk kapasitas yang lebih banyak.

2. Signage

Elemen struktur tapak ini digunakan untuk memberikan identitas nama

kawasan dan umumnya diletakkan di area penerimaan (welcome area). Fungsi

lainnya seperti landmark membuat signage harus memiliki bentuk, warna yang

kontras dan menarik, serta ukuran yang besar. Posisi penempatan dan

keterbacaan tulisannya juga harus terlihat jelas.

3. Pergola

Pergola memiliki fungsi sebagai peneduh/kanopi bagi ruang tertentu.

Pemilihan material yang dapat digunakan seperti kayu, besi, acrylic, dan
11

bambu. Penting pula memperhatikan bentuk, ukuran, dan warna menyesuaikan

lokasi penempatannya.

4. Gazebo/shelter

Gazebo/shelter merupakan bangunan yang terlindungi karena memiliki

atap serta alas untuk duduk dan dapat menampung beberapa orang. Bentuk

gazebo dapat dikreasikan dengan bentuk bola, kubus, dome, oval, maupun

bentukan yang menyerupai benda atau objek tertentu. Ukuran gazebo dibuat

menyesuaikan kebutuhan pengguna dan luas area yang tersedia pada tapak.

Material yang dapat digunakan bervariasi seperti kayu, bambu, kayu komposit,

besi, stainless, atau kombinasi dari beberapa bahan tersebut.

5. Pagar

Tanaman dapat dijadikan sebagai pembatas taman karena memberikan

kesan alami yang kuat serta tidak kaku. Pohon yang digunakan memiliki tipe

tajuk kolumnar, oval, dan piramidal.

6. Tempat Sampah

Tempat sampah yang digunakan harus sesuai dengan standar SNI yaitu

terdapat pembagian berdasarkan jenis sampahnya. Material yang digunakan

terbuat dari bahan fiberglass yang dikombinasikan dengan rangka besi hollow

sebagai penyangganya. Desainnya dibuat tertutup, dapat mudah dibuka dan

dikosongkan, dapat dipindahkan, dan juga ringan.

2.3.6 Elemen Bentukan Lahan

Pengertian bentuk lahan (landform) adalah gambaran nyata dari

permukaan lahan, seperti pegunungan, bukit, lembah, dataran, dan yang sejenis
12

dengan itu. Tipe-tipe landform menurut Booth (1983), yang terdiri dari landform

datar (level landform), landform cekung (concave landform), landform cembung

(convex landform), ridge (punggungan bukit), dan valley (lembah).

2.4 Kualitas Visual

Menurut Daniel dan Boster (1976) estetika merupakan definisi parsial oleh

karakter dan ketergantungan diri terhadap lingkungan serta merupakan bagian

terbesar dari pengembangan manusia. Simonds (1983) menyatakan estetika

merupakan hubungan yang harmonis terhadap semua elemen atau komponen yang

dapat dinikmati. Menurut Nassar (1988), kualitas estetika suatu lanskap

ditentukan berdasarkan dua macam penilaian estetika, yaitu formal dan simbolik.

Estetika formal ditinjau atas suatu objek berdasarkan bentuk, ukuran, warna,

kompleksitas, dan keseimbangan suatu objek. Sedangkan estetika simbolik

ditinjau atas suatu objek berdasarkan pada makna konotatif dari objek tersebut

setelah dialami oleh pengamat. Penelitian ini berfokus berdasarkan penilaian

estetika formal.

Menurut Simond (1983) sesuatu yang secara visual dinilai indah menurut

pengamatnya adalah yang memiliki keharmonisan antara seluruh komponen-

komponen yang dirasakan. Kehadiran elemen-elemen lanskap yang tertata buruk

atau memiliki nilai visual rendah akan memperburuk tampilan lanskap tersebut.

Sehingga kualitas objek wisata akan berpengaruh terhadap hal tersebut. Kualitas

visual suatu kawasan akan berperan penting dalam membentuk karakter dan

identitasnya.
13

Scenic Beauty Estimation (SBE) merupakan salah satu cara mengevaluasi

kualitas estetika suatu lanskap. Metode SBE digunakan untuk menduga nilai

keindahan lanskap berdasarkan panorama tertentu (Daniel dan Boster, 1976).

Menurut Daniel dan Boster (1976) pentingnya memperhatikan latar belakang

pengamat karena pada saat penilaian diperlukan pengetahuan tentang estetika

lanskap serta kriteria lanskap yang sesuai dengan penggunaan.

2.5 Indikator Penilaian Kualitas Visual Elemen Lanskap

Dalam melakukan penilaian terhadap kualitas visual elemen lanskap yang

baik, diperlukan indikator sebagai acuan dalam pengukurannya. Kualitas visual

tinggi dapat diwujudkan dengan menyatukan dan memadukan seluruh komponen

elemen penyusun lanskap melalui prosedur prinsip desain (Nurisyah et al., 2013).

Prinsip-prinsip desain didukung oleh unsur desain dapat dijadikan sebagai kriteria

bagi penilai untuk mengidentifikasi kualitas visual elemen lanskap.

2.5.1 Prinsip-Prinsip Desain

Prinsip desain berfungsi untuk menyatukan komponen dan unsur-unsur

bentuk sebagai sebuah dasaran menilai kualitas visual (Hakim, 2003). Prinsip-

prinsip desain menurut Simon Bell (2004) didukung Hakim (2003) sebagai

berikut:

1. Kesatuan (Unity)

Kesatuan merupakan keserasian pengaturan seluruh unsur sehingga tidak

berdiri sendiri-sendiri dan mempunyai hubungan satu sama lain. Elemen

cenderung serupa tetapi tidak identik untuk mencapai kesatuan. Sehingga

membentuk visual yang konsisten secara menyeluruh. Kesatuan menjadikan


14

suatu visual lanskap baik berdasarkan ritme landform alami, dominasi dari satu

tipe vegetasi, human use dan bangunan yang telah menyatu dengan lingkungan

sekelilingnya.

2. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan berarti penyamaan tekanan visual suatu komposisi antara

unsur-unsur yang ada pada suatu lanskap. Keseimbangan diperlukan untuk

tetap menjaga suatu lanskap terlihat menarik dan memiliki karakter khas

sehingga menghindari visual yang berantakan. Posisi sebuah objek sangat

menentukan keseimbangan suatu lanskap secara menyeluruh. Bentuk-bentuk

keseimbangan antara lain:

a. Kesimbangan simetris atau keseimbangan formal merupakan bentuk

keseimbangan yang mempunyai sifat kaku namun agung, impresif dan formal.

b. Keseimbangan asimetris atau keseimbangan informal merupakan bentuk

keseimbangan yang memberikan kesan gerak dan penempatan yang bersifat tak

beraturan dan santai.

3. Irama (Rhythm)

Dalam menikmati lanskap secara visual mata manusia dapat bergerak

sesuai dengan irama tertentu secara teratur dari satu benda ke benda

berikutnya. Penataan lanskap yang berhasil akan menciptakan suatu alur atau

irama pemandangan. Irama dapat memecah kemonotonan yang membosankan.

Irama digunakan sebagai perangkat struktural yang penting dan dapat

menghidupkan suatu lanskap. Selain itu berguna untuk membantu menyusun

bagian-bagian komposisi dalam lanskap.


15

4. Keserasian (Harmony)

Komposisi suatu lanskap yang harmonis dapat dicapai dengan

keselarasan antar unsur-unsur pembentuknya. Harmoni berada di antara

keserupaan yang absolut dengan kontras yang tajam (perbedaan). Keserupaan

yang terlalu besar akan memberikan kesan membosankan. Kontras yang

mencolok menimbulkan pemberontakan sehingga keselarasan tidak tercapai.

5. Aksentuasi

Aksen atau titik perhatian dapat menggugah semangat, menghidupkan

suasana, memecah kemonotonan dan memberi variasi maksimal. Kesan ini

dapat diperoleh dengan cara membuat kontras, kejutan, pembeda, penekanan

dan fokalisasi (focal point). Ada beberapa cara untuk menciptakan emphasis,

yaitu pengelompokan unsur-unsur sejenis (misal: unsur-unsur sewarna,

sebentuk), pengecualian atau menghadirkan suatu unsur yang berbeda dari

unsur lainnya (misal: penempatan bentuk, warna, garis), arah dengan

menempatkan emphasis sedemikian rupa sehingga unsur yang lain mengarah

kepadanya (point interest-center point), kontras dengan perbedaan yang

mencolok di antara unsur desain (misal: warna cerah dalam warna gelap,

bentuk kecil ditengah bentuk besar).

6. Proporsi

Proporsi merupakan perbandingan antara sebuah benda dengan

lingkungannya yang menyangkut ukuran relatif elemen dengan bagian elemen

lainnya. Proporsi yang baik dapat dicapai dengan percobaan dan pengalaman

memproyeksikan perasaan ke keindahan visualnya. Proporsi termasuk prinsip


16

desain untuk memperoleh keserasian dengan perbandingan-perbandingan yang

tepat.

Dalam menilai kualitas visual suatu lanskap pentingnya memperhatikan

prinsip-prinsip desain. Prinsip desain dapat tercapai apabila didukung oleh unsur-

unsur desain. Unsur desain menjadi sebuah dasar untuk mampu membentuk

keharmonisan dalam prinsip desain. Sehingga dapat mewujudkan penataan yang

indah dan memiliki kualitas visual tinggi.

2.5.2 Unsur-Unsur Desain

Penataan lanskap mempertimbangkan aspek fungsi dan estetika, aspek

fungsi memberikan penekanan dalam pemanfaatan dari elemen penyusun lanskap,

sedangkan aspek estetika memberi penekanan untuk menghasilkan suatu

keindahan visual (Hakim, 2003). Unsur-unsur desain menurut Hakim (2003),

terdiri dari garis, bidang, ruang, bentuk, fungsi, tekstur, dan warna. Namun

penelitian ini menggunakan garis, bidang, bentuk, tekstur, dan warna sebagai

indikator penilaian kualitas visual elemen lanskap. Hal ini disebabkan karena foto

penilaian yang ditampilkan merupakan dua dimensi. Unsur-unsur desain sebagai

berikut:

1. Garis

Tipe garis seperti garis vertikal, garis horizontal, garis diagonal, dan garis

lengkung. Garis vertikal memberikan aksentuasi di ketinggian, tegak dan

gagah, kaku, formal, tegas dan serius. Garis horizontal dapat membuat suatu

lanskap memiliki kesan santai dan rileks karena bertambah lebar, membesar,

meluas dan melapang. Garis diagonal merupakan garis dinamis (bergerak),


17

bergegas (tidak tenang) sehingga dapat digunakan untuk meminta perhatian

atau sebagai daya tarik visual. Garis lengkung memiliki sifat dinamis, riang,

lembut, dan memberikan pengaruh gembira sehingga digunakan dalam suatu

daerah rekreasi.

2. Bidang

Bentuk bidang terdiri dari bentuk sederhana seperti segi empat, segitiga,

bulat, trapesium, atau bentuk bebas. Bidang memiliki fungsi sebagai unsur

yang mampu membentuk sebuah ruangan (space). Ruang atau space dibentuk

dengan adanya bidang dasar atau alas, bidang pembatas atau dinding dan

bidang pengatap atau atap.

3. Bentuk

Bentuk dapat memberikan suatu kesan statis, stabil, dan memiliki kesan

tersendiri dari setiap bentukan. Wujud bentuk terdiri dari bentuk yang teratur

(bentuk geometris), bentuk lengkung (bentuk-bentuk alami), dan bentuk tidak

teratur. Masing-masing bentuk memiliki sifat dan karakter yang berbeda

sehingga menghasilkan visual yang menarik dalam suatu lanskap.

4. Tekstur

Bentuk tekstur terdiri dari dua, yaitu tekstur halus dan tekstur kasar.

Tekstur halus memiliki karakter permukaan benda yang apabila diraba akan

terasa halus. Sedangkan tekstur kasar apabila objek terdiri dari elemen dengan

corak yang berbeda, baik bentuk maupun warnanya.

5. Warna
18

Warna memiliki fungsi untuk menekankan atau memperjelas karakter

suatu objek atau memberikan aksen melalui bentuknya. Melalui warna,

identitas seseorang dapat ditampilkan, pesan dapat tersampaikan, dan bentuk-

bentuk visual dapat dibedakan dengan jelas. Warna memegang peran penting

dalam penataan ruang alam terbuka. Hal ini dikarenakan dalam penataan ruang

akan selalu berkaitan dengan penggunaan bahan-bahan alami (tanah, batu-

batuan) dan bahan buatan manusia serta detail-detailnya.


19

Tabel 1. Indikator Penilaian Kualitas Visual Elemen Lanskap

Aspek Elemen Sub Indikator Acuan Teori


Lanskap Variabel
Elemen Elemen Unsur Garis A. Kesatuan Hakim (2003);
Penyusun Perkerasan Unsur Bidang Elemen bangunan memiliki hubungan identik, "kemiripan kelompok" Nurisyah et al.,
Lanskap Unsur Bentuk terhadap pola, corak, dan gaya. Menunjukkan konsistensi penataan yang (2013)
Unsur Tekstur memiliki ciri khas daya tarik wisata.
Unsur Warna B. Keseimbangan
Ukuran, warna, dan jumlah elemen perkerasan merupakan pertimbangan
dalam mencapai keseimbangan. Bentuk dan pola simetris pada bangunan
dapat menciptakan keseimbangan visual. Keseimbangan simetris lebih
mudah dimengerti nilai keindahannya dibandingkan asimetris.
C. Irama
Menampilkan variasi pola yang jelas seperti pengulangan, progresif, dan
berselang. Memperhatikan pemilihan material dan pola perkerasan
sehingga sesuai dengan tujuannya.
D. Aksen Laurie (1984).
Terdapat komposisi unsur yang dominan. Menekankan komponen sebagai
pusat perhatian seperti warna, tekstur, bentuk, dan pola.
20

Aspek Elemen Sub Indikator Acuan Teori


Lanskap Variabel
E. Keselarasan Hakim (2003)
Menampilkan keserasian dalam bentuk, pola, warna, dan material
perkerasan. Sehingga mencapai kesatuan ide secara menyeluruh sesuai
dengan fungsi dan tujuan daya tarik wisata.
F. Proporsi
Menampilkan simetri harmoni dimana memiliki perbandingan seimbang
yang berkaitan dengan pola, ukuran, bentuk, dan warna antara elemen
bangunan dan elemen pembanding lainnya.
Elemen Unsur Garis A. Kesatuan Hakim (2003);
Bangunan Unsur Bidang Elemen bangunan memiliki hubungan identik, "kemiripan kelompok" Nurisyah et al.,
Unsur Bentuk terhadap pola, corak, dan gaya. Menunjukkan konsistensi penataan sesuai (2013)
Unsur Tekstur dengan fungsi bangunan itu sendiri sehingga memiliki ciri khas daya tarik
Unsur Warna wisata.
B. Keseimbangan
Ukuran, warna, dan jumlah elemen bangunan merupakan pertimbangan
dalam mencapai keseimbangan. Bentuk dan pola simetris pada bangunan
dapat menciptakan keseimbangan visual. Keseimbangan simetris lebih
21

Aspek Elemen Sub Indikator Acuan Teori


Lanskap Variabel
mudah dimengerti nilai keindahannya dibandingkan asimetris.

C. Irama
Menampilkan variasi pola yang jelas seperti pengulangan, progresif, dan
berselang.
D. Aksen
Terdapat komposisi unsur yang dominan. Menekankan komponen sebagai
pusat perhatian seperti warna, tekstur, bentuk, dan pola.
E. Keselarasan
Menampilkan keserasian dalam bentuk, pola, warna, dan material
bangunan. Warna bangunan sebaiknya mengekspresikan kesan hangat
seperti merah campur putih, oranye (jingga), merah campur abu-abu,
putih, dan cokelat. Bentuk bangunan memiliki tema seragam yang
menjadi pembeda dengan kawasan lainnya, seperti didominasi bentuk
geometris.
F. Proporsi
Menampilkan simetri harmoni dimana memiliki perbandingan seimbang
22

Aspek Elemen Sub Indikator Acuan Teori


Lanskap Variabel
yang berkaitan dengan ukuran, bentuk, dan warna antara elemen
bangunan dan elemen pembanding lainnya.
Elemen Unsur Garis A. Kesatuan Hakim (2003);
Air Unsur Bidang Elemen air memiliki hubungan identik, "kemiripan kelompok" terhadap Nurisyah et al.,
Unsur Bentuk pola, corak, dan gaya. Menunjukkan konsistensi penataan yang (2013)
Unsur Tekstur mencirikan daya tarik wisata itu sendiri.
Unsur Warna B. Keseimbangan
Dalam mencapai keseimbangan visual, elemen air harus mampu
memberikan kesan indah melalui kejernihan air yang berwarna biru
sehingga memberikan kesan seimbang dari refleksi pantulan sinar
matahari
C. Irama
Menampilkan variasi pola yang jelas seperti pengulangan, progresif, dan
berselang.
D. Aksen
Terdapat komposisi unsur yang dominan. Air memiliki karakteristik
berupa plastisitas, pergerakan, suara dan refleksivitas sehingga mampu
23

Aspek Elemen Sub Indikator Acuan Teori


Lanskap Variabel
menjadi daya tarik sendiri.

E. Keselarasan
Menampilkan keserasian dan mencapai kesatuan ide secara menyeluruh
sesuai dengan fungsi dan tujuan daya tarik wisata.
F. Proporsi Meliawati
Semakin besar proporsi elemen air dalam suatu lanskap maka akan (2003)
meningkatkan kualitas estetikanya
Elemen Unsur Garis A. Kesatuan Hakim (2003);
Vegetasi Unsur Bidang Elemen vegetasi memiliki hubungan identik, "kemiripan kelompok" Nurisyah et al.,
Unsur Bentuk terhadap pola, corak, dan gaya. Menunjukkan konsistensi penataan yang (2013)
Unsur Tekstur mencirikan daya tarik wisata itu sendiri.
24

Aspek Elemen Sub Indikator Acuan Teori


Lanskap Variabel
Unsur Warna B. Keseimbangan
Ukuran, bentuk tajuk, dan jumlah elemen vegetasi merupakan
pertimbangan dalam mencapai keseimbangan. Keseimbangan simetris
pada bentuk alami vegetasi dapat menciptakan keseimbangan visual.
Keseimbangan simetris lebih mudah dimengerti nilai keindahannya
dibandingkan asimetris.
C. Irama
Menampilkan variasi pola yang jelas seperti pengulangan, progresif, dan
berselang. Untuk menampilkan irama, diperlukan penataan letak dan jarak
vegetasi sesuai dengan fungsi dan tujuan penataan.
D. Aksen
Terdapat komposisi unsur yang dominan. Menekankan komponen sebagai
pusat perhatian seperti pemilihan jenis dan ukuran vegetasi yang berbeda
dengan vegetasi sekitarnya.
E. Keselarasan
Menampilkan keserasian dalam bentuk, pola, warna, bentuk tajuk, tekstur
daun. Sehingga mencapai kesatuan ide secara menyeluruh sesuai dengan
25

Aspek Elemen Sub Indikator Acuan Teori


Lanskap Variabel
fungsi dan tujuan daya tarik wisata.
F. Proporsi
Menampilkan simetri harmoni dimana memiliki perbandingan seimbang
yang berkaitan dengan ukuran, kuantitas, dan lebar tajuk antara elemen
vegetasi dan elemen pembanding lainnya.
Elemen Unsur Garis A. Kesatuan Hakim (2003);
Struktur Unsur Bidang Elemen struktur tapak memiliki hubungan identik, "kemiripan kelompok" Nurisyah et al.,
Tapak Unsur Bentuk terhadap pola, corak, dan gaya. Menunjukkan konsistensi penataan yang (2013)
Unsur Tekstur mencirikan daya tarik wisata itu sendiri.
Unsur Warna B. Keseimbangan
Ukuran, bentuk, jenis material, warna, dan jumlah elemen struktur tapak
merupakan pertimbangan dalam mencapai keseimbangan. Keseimbangan
yang simetris pada struktur tapak dapat menciptakan keseimbangan
visual. Keseimbangan simetris lebih mudah dimengerti nilai
keindahannya dibandingkan asimetris.
26

Aspek Elemen Sub Indikator Acuan Teori


Lanskap Variabel
C. Irama
Menampilkan variasi pola yang jelas seperti pengulangan, progresif, dan
berselang. Untuk menampilkan irama, penting untuk memperhatikan jarak
dan peletakan struktur tapak sesuai dengan fungsi dan tujuan penataan.
D. Aksen Booth (1983)
Terdapat komposisi unsur yang dominan. Menekankan komponen sebagai
pusat perhatian seperti penempatan ornamen/patung, lampu, signage, dan
fasilitas pantai.
E. Keselarasan Hakim (2003)
Menampilkan keserasian dalam bentuk, pola, warna, material struktur
tapak, dan ukuran. Sehingga mencapai kesatuan ide secara menyeluruh
sesuai dengan fungsi dan tujuan daya tarik wisata.
F. Proporsi
Menampilkan simetri harmoni dimana memiliki perbandingan seimbang
yang berkaitan dengan jumlah, tinggi, panjang, dan lebar antara elemen
struktur tapak dan elemen pembanding lainnya.

Anda mungkin juga menyukai