OLEH :
NUR FAJARWATI MAYASARI
AOA0150764
OLEH :
NUR FAJARWATI MAYASARI
AOA0150764
i
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir ini oleh Nur Fajarwati Mayasari NIM AOA0150764
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Demensia dengan Gangguan
Pola Tidur di Griya Asih Lawang”telah diuji dan dipertahankan di depan Tim
Penguji ujian sidang laporan tugas akhir studi D III Keperawatan STIKes
Kendedes Malang pada :
Hari :
Tanggal :
Disahkan oleh :
Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Keperawatan
STIKes Kendedes Malang
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, kasih sayang
dan Kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal laporan tugas
akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Demensia dengan
Gangguan Pola Tidur di Griya Asih Lawang Kabupaten Malang”sebagai salah
satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Keperawatan pada Program
Studi Diploma III Keperawatan STIKes Kendedes Malang.
Penulis menyadari bahwa proposal laporan tugas akhir ini tidak mungkin
selesai tanpa bantuan, bimbingan, dan pengarahan.Penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu.Ucapan terima kasih terutama
ditujukan kepada pihak-pihak sebagai berikut.
1. dr. Muljo Hadi Sungkono, Sp.OG (K) Pembina Yayasan Kendedes Malang
yang telah memberikan kesempatan menyusun proposal laporan tugas akhir.
2. drg. Suharwati ketua Yayasan Kendedes Malang yang telah memberikan
kesempatan menyusun proposal laporan tugas akhir.
3. dr. Endah Puspitorini, MscIH., DTMPH., selaku PLH Ketua Yayasan
Kendedes Malang yang telah memberikan kesempatan menyusun proposal
laporan tugas akhir.
4. Ns. Chinthia Kartiningtias, M.Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan yang telah memberikan bimbingan sehingga proposal laporan
tugas akhir ini dapat terselesaikan.
5. Ns. Eny Rahmawati, M.Kep selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan sehingga proposal laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
6. Ns. Afiatur Rohimah, S.Kep selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan sehingga proposal laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
7. Orang Tua dan saudara, dukungan dan doa yang selalu diberikan sehingga
proposal laporan tugas akhir ini dapat selesai pada waktunya.
8. Rekan seangkatan dan pihak-pihak yang terkait dan banyak membantu dalam
menyelesaikan proposal laporan tugas akhir ini.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir ini
masih jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.Akhirnya peneliti berharap semoga penelitian ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Malang, Agustus2018
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................. v
ABSTRACT……………………………………………………………... vi
KATA PENGANTAR.......................................................................... vii
BAB IPENDAHULUAN
viii
1.5.2 Bagi Praktis.........................................................................6
2.2.6 WOC............................................................... 21
....................................................................... 26
ix
2.4 Konsep Tidur .............................................................. 35
2.4.7 Penatalaksanaan………………………………. 44
2.5.4 Implementasi...................................................... 65
2.5.5 Evaluasi.............................................................. 67
3.3 Partisipan........................................................................................70
x
3.9 Etika Penelitian.............................................................................74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR TABEL
xiii
93
95
halangan lingkungan...........................................................................100
halangan lingkungan...........................................................................104
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR SINGKATAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain
yang cukup berat, sehingga dapat mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan
(Santoso&Ismail, 2013).
suatu penyakit yang spesifik. Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan kumpulan gejala yang bisa disebabkan oleh berbagai kelainan yang
terganggu dan menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari baik dari pola
aktivitas, pola nutrisi, pola tidur maupun hubungan dengan orang sekitarnya.
mengontrol emosi, dan bahkan bisa mengalami perubahan kepribadian dan masalah
1
2
tidurnya. Lebih dari 80% penduduk usia lanjut menderita penyakit fisik yang
mengganggu fungsi mandirinya. Sejumlah 30% klien yang menderita sakit fisik
maupun demensia. Sebagian besar usia lanjut yang menderita penyakit fisik dan
demensia dan di Indonesia pada tahun 2015 lansia yang menderita demensia
diperkirakan sebesar 1,2 juta jiwa, dan masuk dalam sepuluh Negara dengan
demensia tertinggi di dunia dan di Asia Tenggara 2015 dan usia diatas 60 tahun
(Dinkes provinsi jawa timur, 2014). Data lansia yang berada di Griya Asih
Lawang pada tahun 2017 sebanyak 22 lansia dan terdapat yang mengalami tanda
Ada beberapa dampak jika fungsi kognitif pada lansia demensia tidak
pengiriman dan penerimaan pesan atau disebut kerusakan memori, risiko jatuh,
defisit perawatan diri, gangguan pola tidur. Tetapi peneliti lebih tertarik
kegangguan pola tidur karena jika tidak teratasi dapat menyebabkan berbagai
gejala salah satunya terdapat kantung mata, tidak konsen dalam bekerja.
Dampak pada penerimaan pesan, antara lain: lansia mudah lupa terhadap pesan
sulit membuat kesimpulan. Dampak pada pengiriman pesan, antara lain: lansia
kurang mampu membuat pesan yang bersifat kompleks; bingung pada saat
mengirim pesan; sering terjadi gangguan bicara; pesan yang disampaikan salah
bahwa aktivitas fungsi kogntif yang buruk akan memperbesar resiko fungsi
Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu
aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif
dari tidur. Hal ini berhubungan dengan proses degeneratif sistem dan fungsi dari
organ tubuh seperti gangguan kognitif pada lansia seperti penyakit demensia pada
lansia atau sering dikenal oleh orang awam sebagai penyakit pikun. Gangguan tidur
pekerjaan, atau fungsi penting lain. Gangguan pola tidur yang sering terjadi
pada usia lanjut pada dasarnya sulit untuk mempertahankan tidur dan jika
Gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut cukup tinggi. Pada usia 65
gangguan tidur dan dua pertiga dari mereka yang tinggal di tempat perawatan usia
lanjut juga megnalami gangguan pola tidur. Pada usia lanjut tersebut tentunya ingin
tidur enak dan nyaman setiap hari, yang merupakan indikator kebahagiaan dan
derajat kualitas hidup. Sedangkan insomnia dan gangguan tidur yang lain dapat
dianggap sebagai bentuk paling ringan dari gangguan mental (Prayitno, 2013).
Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab morbiditas yang signifikan. Ada
berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan memori. Gangguan pola tidur yang
terjadi pada lansia dengan gangguan kognitif adalah karena adanya disorientasi
pola tidurnya, maupun mengatur jadwal tidurnya sehingga kwalitas tidurnya pun
terganggua juga inilah yang dinamakan gangguan pola tidur pada lansia dengan
lahan matinya neuron yang terkait mengatur pola tidur yang bernama nukleus
penurunan fungsi kognitif pada lansia demensia yaitu dengan terapi kolaboratif
farmakologis dan terapi non farmakologis. Disini peran perawat sendiri adalah
5
sesuai dengan keluhan yang dialami lansia sehingga keluhan lansia dapat
sehingga diharapkan kualitas hidup lansia dapat meningkat dan para lansia bisa
hidup produktif diusia senja mereka. Disini perawat juga memberi dukungan
1.4 Tujuan
1) Bagi Peneliti
3) Bagi Perawat
pada klien demensia dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.
5) Bagi Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Memang harus diakui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Lanjut usia akan
2013).
macam factor yang saling berkaitan yang dapat mempengaruhi kemandirian dan
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,
8
9
yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis,
(Iknatius, 2013).
1) Perubahan Fisik
internal, seperti penurunan aliran darah ke otot, atropi dan penurunan massa
2) Perubahan Psikososial
gangguan panca indra seperti kebutaan dan ketulian, dan gangguan gerak
karena lansia lebih banyak berada di rumah. Bahkan dapat timbul kesepian
Perubahan tidak hanya terjadi pada fisik dan psikososial, tetapi juga
mengecilnya saraf panca indra sehingga waktu respon dan waktu bereaksi
dalam, terutama terhadap nada tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-
kata, 50% terjadi pada orang di atas umur 65 tahun (Nugroho, 2014).
2.2.1 Definisi
Demensia adalah penurunan memori yang paling jelas terjadi pada saat
belajar informasi baru, meskipun dalam. Pada kasus yang lebih parah memori
terjadi pada materi verbal dan non verbal. Penurunan ini juga harus didapatkan
secara objektif dengan mendapatkan informasi dari orang – orang yang sering
bersamanya, atau pun dari tes neuropsikologi atau pengukuran status kognitif.
dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari
daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas
2.2.2 Klasifikasi
Alzheimer.
5) Kehilangan inisiatif.
a) Stadium I (amnesia)
2. Amnesia menonjol
b) Stadium II (bingung)
2. Episode psikotik
3. Agresif
13
4. Inkontinensia urin
b. Demensia Vascular
darah di otak dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat
2. Menurut usia
deteriorasi mental.
terjadi pada golongan umur lebih muda (onset dini) yaitu umur
1. Mild
individu tersebut pada orang lain. Tidak dapat melakukan tugas sehari-
2. Moderat
mana dia tinggal, apa telah dilakukan belakangan ini, atau nama-
3. Severe
2.2.3 Etiologi
1. Penyakit alzaimer
(Nugroho, 2014)
(Nugroho, 2014)
2014)
6. Neurotransmitter
Penurunan fungsi dapat terjadi dalam kurun waktu yang lama sebelum gejala
fungsi dapat terjadi dalam kurun waktu yang lama sebelum gejala demensia
daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, ”lupa” menjadi bagian
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada (Hurley, 2012).
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mangulang
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang di lakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
20
5. Adanya perubahan tingkah laku seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah sampai susah mengatur pola tidur (Hurley, 2012).
2.2.5 Patofisiologi
Demensia sering terjadi pada usia >65 tahun , gejala yang mucul yaitu
perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari
– hari. Lansia penderita demensia tidak memeperlihatkan gejala yang menonjol pada
penuanaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri,
mereka sulit mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka sering
kali menutup – nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu adalah hal yang biasa
– orang terdekat yang tinggal bersama mereka, mereka merasa kawatir terhadap
penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa
bahwa mungkin lansia kelelahan dan perlu banyak istirahat. Mereka belum
mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang
lansia. Mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi
seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan
memperparah kondisi lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat
tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki
2.2.6 WOC
Faktor genetik Proses menua Imunologi Trauma Lingkungan
Degenerasi neuron
kelainan
neurotransmiter
Asetilkoin menurun
Muncul
Penurunan Mudah
Perubahan
gejala Kehilangan
kemampuan lupa mengawasi
neuro kemampuan
akativitas psikiatrik keadaan
menyelesaikan
masalah kompleks dan
perpikir abstrak
Perubahan Kesulitan
Defisit persepsi mengatur
perawatan diri sensori pola tidur Ketidakefektifan
koping Kerusakan
memori
Risiko Gangguan
jatuh pola tidur
2. Imaging
5. Pemeriksaan neuropsikologis
24
2.2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan demensia ada berbagai cara antara lain
sebagai berikut (Turana, 2013) :
1. Farmakoterapi
Memantine
dengan stroke.
tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam
a. Diet
4. Pencegahan dan perawatan demensia Hal yang dapat kita lakukan untuk
(Harrisons,2014):
c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
seperti kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
26
2.3.1 Definisi
memiliki kesulitan dengan ingatan, persepsi, dan belajar. Meskipun berbeda dari
kemampuan seseorang untuk belajar dan akhirnya hidup sehat dan normal
yaitu proses penuaan pada otak dan pertambahan usia. Sebagian besar bagian
ingatan di otak (Lucas, 2013). Faktor pertambahan usia yaitu bertambahnya usia
seseorang maka akan semakin banyak terjadi perubahan pada berbagai sistem
dalam tubuh yang cenderung mengarah pada penurunan fungsi. Pada fungsi
2
7
2014).
1. Orientasi
2. Atensi
3. Bahasa
a. Kelancaran
b. Pemahaman
c. Pengulangan
d. Penamaan
4. Memori
5. Visuospasial
6. Fungsi eksekutif
7. Fungsi konstruksi
1. Faktor Predisposisi
2. Faktor Presipitasi
Karena tidak ada penyebab secara yang pasti dari gangguan kognitif dan
gejalanya pun berbeda – beda dari setiap penderitanya, maka tak ada obat
oleh penyedia layanan kesehatan yang berbed a, mulai dari dokter sampai
2. Obat-obatan seperti penguat suasana hati dan obat yang menghalangi atau
tertentu.
understood) dan makan (eating). Tiap kategori dibagi dalam 7 grup, dimana
pada skala nol (0) dinyatakan intact sampai skala enam (6) dinyatakan
sebagai gangguan fungsi kognitif yang sangat berat (very severe impairment).
kognitif yang akurat dan penuh arti pada populasi dalam suatu institusi
luas untuk pengukuran fungsi kogntif secara umum. Pemeriksaan MMSE kini
kognitif dan status mentalpada usia lanjut (Kochhann dkk. 2013). Sebagai
satu penilaian awal, pemeriksaan MMSE adalah tes yang paling banyak
paling sering dipakai saat ini. Penilaian dengan nilai maksimal 30, cukup
a. Normal 24 – 30.
Klien 1 Klien
2
1) Tahun
2) Musim
1 Orientasi 5 3) Tanggal
4) Hari
5) Bulan
Dimana kita sekarang berada
1) Negara Indonesia
2) Provinsi
5 3) Kolta
4) Panti Werda
5) Wisma
Pemeriksa menyebutkan nama 3
objek 1 detik untuk mengatakan
2 Regristrasi masing-masing objek, kemudian
tanyakan kepada klien ketiga objek
tadi.
3
1) Objek
2) Objek
3) Objek
Ex : Objek yang ada di sekitar
Griya Asih Lawang (meja, kursi,
kipas angin)
Minta klien untuk memulai dari
angka 100 kemudian dikurangi 7
3 Perhatian dan sampai 5 kali atau tingkat
kalkulasi
5 1) 93
35
2) 86
3) 79
4) 72
5) 65
Minta klien untuk mengulangi
ketiga objek pada no. 2 tadi, bila
4 Mengingat 3 benar 1 poin untuk masing-masing
objek
Interpretasi hasil :
2.4.1 Definisi
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua
orang. Setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup untuk dapat
berfungsi secara optimal (Haryati, 2013). Tidur adalah suatu proses yang sangat
penting bagi manusia, karena dalam tidur terjadi proses pemulihan, proses ini
begitu, tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali
(Castro, 2014).
bahwa tidur diyakini dapat memulihkan tenaga karena tidur memberikan waktu
Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak dan organ-
organ tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat menyegarkan kembali
selama tidur dan penurunan laju metabolik basal penyimpanan persediaan energi
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan sistem saraf pusat, saraf perifer,
tidur tergantungg dari hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara
bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun.
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial
cepat), perubahan tekanan darah, gerakan otot tidak teratur, gerakan mata
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang
pendek karena gelombang otak selama tidur NREM lebih lambat dari pada
gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan
tidur. Tanda tidur NREM adalah mimpi yang berkurang, keadaan istirahat,
tekanan darah dan kecepatan pernapasan turun, metabolism turun dan gerakan
mata lambat (Kaplan dkk, 2010). Biasanya tidur pada malam hari itu adalah
tidur NREM. Tidur saat ini sangat dalam, tidur penuh dan dapat memulihkan
1. Tahap I
mudah.
2. Tahap II
3. Tahap III
4. Tahap IV
Kualitas tidur merujuk pada kemampuan seseorang untuk dapat tidur dan
mendapatkan tidur REM dan NREM yang tepat. Kualitas tidur adalah jumlah
total waktu tidur seseorang. Faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas
1. Lingkungan
2. Kelelahan
3. Penyakit
yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama dari keadaan normal.
Sering sekali pada orang sakit pola tidurnya juga akan terganggu karena
4. Gaya hidup
Orang yang bekerja shift dan sering berubah shiftnya harus mengatur
kegiatan agar dapat tidur pada waktu yang tepat. Keadaan rileks sebelum
dapat tidur.
4
0
akan memsupresi REM. Orang yang minum alcohol terlalu banyak sering
6. Merokok
malam orang biasanya akan tidur lebih baik. Banyak perokok melaporkan
Gangguan pola tidur merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya
gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu
1. Insomnia
insomnia inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau
tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal
2. Hipersomnia
kerusakan sistem saraf pusat dan gangguan pada ginjal, hati atau gangguan
metabolisme.
3. Parasomnia
masa dewasa tengah dan selanjutnya. Mengigau, mimpi yang aneh serta
tidur dapat disajikan sebagai keluhan, yang dapat ditanggulangi oleh setiap
medikus praktikus.
4. Narkolepsia
ketahui tetapi tidak diperkirakan akibat kerusakan genetik sitem sarap pusat.
a. Tidak dapat
tertidur dalam
waktu 30 menit
b. Terbangun
ditengah malam
42
atau pagi-pagi
sekali
c. Terbangun
karena ingin ke
kamar mandi
d. Terganggu
pernafasan
e. Batuk/mendengkur
terlalu keras
f. Merasa kedinginan
g. Merasa kepanasan
h. Mimpi buruk
i. Merasa kesakitan
j. Alasan lain :
u
Gangguan tidur pada malam hari
5b, 5c, Sangat baik 0
Jumlah lamanya ditempat
tidur
l 5d, 5e, Cukup baik 1
a 5f, 5g, 5h, 2
Buruk
5i, 5j
n Sangat buruk 3
Disfungsi tidur siang hari 7+8 Sangat baik 0
Cukup baik 1
Buruk 2
Sangat buruk 3
Penggunaan obat tidur 6 0 0
<1 1
1-2 2
>3 3
memiliki nilai validitas dan reliabilitas tinggi. Namun, kuesioner PSQI ini
Interpretasi nilai skor kualitas tidur baik apabila skor nilai 1-5, ringan 6-
7, sedang 8-14 dan kualitas tidur buruk jika skor nilai mencapai 15-21.
2.4.7 Penatalaksanaan
1) Terapi musik
kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR (SOP)
“Terapi Musik”
PROSEDUR
Pre interaksi
1 Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2Siapkan alat-alat
3Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra
indikasi
4Cuci tangan
Tahap orientasi
5 Beri salam dan panggil klien dengan namanya
6 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
Tahap kerja
7Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
8Menanyakan keluhan utama klien
9Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
10Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang
diinginkan seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan
mengurangi rasa sakit.
11Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
12Identifikasi pilihan musik klien.
13Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam
musik.
14Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien
46
2.5.1 Pengkajian
1. Aktifitas istirahat
Gejala: Merasa lelah
1. Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi
( seperti punggung atau ekstremitas yang
tidak
mampu ) atau mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian
tubuh,
bantuan masuk dan keluar dari bak mandi,
serta tidak mandi sendiri
2. Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai
pakaian, melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau
hanya sebagian
3. Ke Kamar
Kecil Mandiri :
48
2 Mandiri
5. Makan 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan orang
lain penuh
2 Bantuan minimal
3 Mandiri
6. Berpindah dari kursi 0 Tidak mampu
ke tempat tidur 1 Perlu pertolongan untuk
dapat duduk
2 :dapatberpindahdengan
pengawasan.
atau kurang.
Total skor
Total skor : 56
Interpretasi
0-20 : harus memakai kursi roda (wheelchair bound)
41-56 : mandiri/independen
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
5. Hygene
menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada
6. Neurosensori
7. Kenyamanan
8. Interaksi sosial
tepat.
9. Riwayat tidur
Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan kualitas
tidur di siang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang dilakukan
tidur, dengan siapa klien tidur, obat yang dikonsumsi sebelum tidur,
Gejala klinis :
57
konjungtiva merah, dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit
kepala.
teratur.
1) Data subyektif
2) Data obyektif
3) Diagnosa keperawatan
a) Risiko Jatuh
efektif n emosi
8) Hindaripenenan
gan yang salah;
berikan
jawaban jujur
dan berikan
hanya
informasi yang
diminta
9) Dukunglah
perilaku
penanggulanga
n; berikan klien
waktu untuk
bersantai
10) Bantu klien
untuk
menjelaskan
arti gejala yang
mereka miliki
11) Anjurkan
penggunaan
relaksasi
perilaku
kognitif (misal
terapi
musik,guided
imagery)
12) Gunakan teknik
selingan selama
prosedur yang
menyebabkan
klien merasa
ketakutan
NO Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
nyaman
c) Teknik / relaksasi : bias
melakukan teknik relaksasi
d) Lingkungan : merasa
nyaman dan terbiasa
dengan lingkungan
NO Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
5 Risiko jatuh Tujuan :Setelah dilakukan asuhan 1) Mengidentifika
ja
keperawatan 3x24 m diharapkan si defisit
Definisi : risiko jatuh tidak dapat terjadi kognitif atau
Peningkata NOC : Kejadian jatuh fisik yang dapat
n kerentanan N Indikator 1 2 3 4 5 meningkatkan
untuk jatuh o potensi jatuh
yang dapat 1 Susah dalam
menyebabkan saat lingkungan
bahaya fisik 2 berdiri tertentu.
susah saat 2) Mengidentifika
3
Faktor Resiko berjalan si perilaku dan
1. Dewasa kesulitan faktor yang
a. Usia 65 melakuka mempengaruhi
tahun atau n kegiatan resiko jatuh
lebih dasar 3) Mengidentifika
b. Riwayat hidup si karakteristik
jatuh sehari- lingkungan
c. Prosthesis hari yang dapat
eksremita Keterangan : meningkatkan
s bawah Beri tanda (X) sesuai dengan nilai potensi untuk
d. Pengguna skoring klien sebelum intervensi jatuh ( misalnya
an alat Beri tanda ( ) sesuai dengan nilai : lantai yang
bantu skoring klien setelah intervensi licin dan tangga
2. Lingkungan 1) Sangat terganggu terbuka )
a. Lingkung a) Susah saat berdiri: tidak 4) Mendorong
an yang dapat berdiri klien untuk
tidak b) Susah saat berjalan : tidak menggunakan
terorganis dapat berjalan sepenuhnya tongkat atau
ir c) Kesulitan melakukan alat pembantu
b. Ruang kegiatan kehidupan sehari- berjalan
yang hari :dibantu orang lain 5) Membantu
memiliki dengan sepenuhnya toilet
pencahay 2) Terganggu seringkali,inter
aan yang a) Susah saat berdiri : dapat val dijadwalkan
redup berdiri dengan bantuan orang 6) Tempat artikel
c. Lantai lain atau alat sepenuhnya mudah
yang licin b) Susah saat berjalan : dapat dijangkau dari
3. Fisiologis berjalan dengan bantuan klien
a. Sakit akut orang lain atau alat bantu
b. Kelemaha dengan sepenuhnya
n dari c) Kesulitan melakukan
ekstermit kegiatan kehidupan sehari-
as bawah hari: diabntu orang dengan
c. Arthritis sepenuhnya
3) Cukup terganggu
65
2.5.4 Implementasi
2013).
akan berbeda, disesuaikan dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan
klien sesuai dengan diet yang telah dibuat oleh ahli gizi dan
2.5.5 Evaluasi
METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam laporan penelitian ini adalah studi kasus, yaitu
studi yang mengeksplorasi suatu masalah atau fenomena dengan batasan terperinci,
informasi. Studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari
berupa peristiwa, aktivitas atau individu (Parwoto, 2015). Studi kasus ini adalah
studi kasus untuk mengeksplorasi asuhana keperawatan pada klien lansia dengan
menjelaskan istilah – istilah kunci yang menjadi focus studi kasus. Beberapa
timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai
2. Gangguan pola tidur merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya
gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu
(Harsono, 2014).
3.3 Partisipan
69
70
Subyek yang digunakan sebagai partisipan dalam studi kasus ini adalah dua
klien yang memiliki masalah keperawatan dan diagnosa medis yang sama.
Partisipan atau unit yang diteliti dalam studi kasus ini klien demensia dengan
1. Inklusi
2. Ekslusi
tanggal 20 Juli s/d 3 Agustus 2018 dengan responden para lansia penghuni
1. Wawancara
sehari-hari yang dilakukan klien sebelum sakit dan pada saat sakit.
7
1
raut wajah klien , pola aktivitas sehari-hari klien, tanda- tanda vital
klien dan juga fungsi dari organ-organ klien masih berfungsi dengan
kebenaran dari temuan data yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan
Analisa Data
Penarikan kesimpulan
Penyajian data
membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini
digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang
1. Pengumpulan data
2. Mereduksi data
3. Penyajian data
identitas dari klien serta surat informed consent yang telah disetujui
responden.
7
4
4. Kesimpulan
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut
(Hidayat, 2014):
peneliti harus menghormati hak klien. Beberapa informasi yang ada dalam
a. Partisipasi klien
c. Komitmen
75
d. Prosedur pelaksanaan
f. Manfaat
g. Kerahasiaan
3. Confidentiality (kerahasian)
4. Justice (keadilan)
perawat bekerja untuk klien yang benar sesuai hukum, standar praktek
5. Veracity (Kejujuran)
6. Beneficence
penelitian dan harus dilakukan dengan metode yang benar secara ilmiah
7. Nonmaleficience
dirugikan.
BAB IV
4.1 Hasil
Lawang. Didalam Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih lawang ini
menampung anak yatim atau yatim piatu dan juga lansia atau disebut dengan
panti werdha dengan sistem rumah asuh atau pendampingan saja. Griya Asih
Lawang terdiri dari bangunan asrama panti werdha, bangunan anak yatim,
2
bangunan aula, perkantoran dan rumah dinas dengan luas 6000 m dengan
personil organisasi sebanyak 21 orang dengan tugas yang telah dibagi masing-
masing, dan terdapat 24 lansia di Griya Asih Lawang.
4.1.2 Pengkajian
a. Identitas klien
77
78
b. Status kesehatan
Keluhan Utama Klien mengeluh sering lupa Klien mengatakan sering lupa
dan sering terbangun saat dan susah untuk mengawali
malam hari ± 2x / malam. tidur.
Riwayat Penyakit Klien datang ke Griya Asih Klien datang ke Griya Asih
Sekarang Lawang dengan diantarkan Lawang denga diantarkan
keluarga tanpa keluhan atau keluarga dengan kondisi klien
riwayat penyakit. mengalami gangguan mobilitas
fisik.
Riwayat Penyakit Klien tidak memiliki Klien tidak memiliki riwayat
Dahulu riwayat penyakit terdahulu. penyakit terdahulu.
Sering Riwayat Dalam keluarga klien tidak Dalam keluarga klien tidak ada
Penyakit Keluarga ada riwayat penyakit seperti riwayat penyakit seperti
hipertensi, diabetes militus hipertensi, diabetes militus dan
dan lain-lain. lain-lain.
c. Genogram
Klien 1
Ket :
: perempuan
: laki-laki
X : meninggal
: menikah
X X X X X X
: penderita / klien
79
Klien 2
Ket :
: perempuan
: laki-laki
X : meninggal
: menikah
X X X X X
: penderita / klien
d. Pola kesehatan
e. Pemeriksaan fisik
Klien 1 Klien 2
Suhu 36,7 ºC 36,2 ºC
TB 153 cm 157 cm
BB 56 kg 65 kg
Kepala
Ekspresi wajah Grimace (-) tegang (-) Grimace (-) tegang (-)
Pemeriksaan Thorak
Pulmonum
Cardiovaskular
Inspeksi Ictus cordis tidak tampak Ictus cordis tidak
tampak
Palpasi Ictus cordis teraba Ictus cordis teraba
Perkusi Batas jantung normal: batas Batas jantung normal:
atas (N=ICS II), batas batas atas (N=ICS II),
bawah (N=ICS V), batas batas bawah (N=ICS V),
kiri (N=ICS V Mid batas kiri (N=ICS V Mid
Clavikula Sinistra), batas Clavikula Sinistra), batas
kanan (N=ICS IV Mid kanan (N=ICS IV Mid
Sternalis Dextra) Sternalis Dextra)
Batas kanan : Pekak Batas kanan : Pekak
Batas kiri :Pekak Batas kiri :Pekak
Auskultasi S1 S2 tunggal S1 S2 tunggal
Abdomen
Inspeksi Bentuknya datar Bentuknya datar
12x/menit 11x/menit
Kekuatan otot
D S D S
5 5 5 5
5 5
1 1
Tidak terbatas
Rentang gerak Terbatas saat bergerak
f. Psikososial
2 Ds :Klien
mengatakan sering Proses menua Gangguan pola
terbangun pada tidur
malam hari
Do : Gangguan
1. Klien tampak terhadaplingkungan,
susah gangguan sosial seperti
mengawali teman sekitar
untuk tidur
kertas
diletakkan Susah mengawali tidur
diatas
mukanya
sering dibuka Kesulitan mengatur pola
dan ditutup tidur
2. Terdapat
85
1. Usia klien 77
tahun Kekakuan sendi,
2. Bagian kaki penggunaan kursi roda
klien susah
diluruskan.
3. Klien Risiko jatuh
melakukan
aktivitas
dengan bantuan
orang lain dan
alat.
4. Tampak sering
tertidur di kursi
roda sehingga
posisiduduk
condong ke
depan.
5. Skore BBS 9
(penggunaan
kursi roda)
6. Kekuatan otot
55
2 2
86
Klien 2
Risiko jatuh
4.1.5 Intervensi
Tabel 4.10 Intervensi klien I
4) Sedikit terganggu
a) Susah saat berdiri : dapat berdiri dengan
mengunakan alat bantu saja
b) Susah saat berjalan : dapat berjalan dengan
alat bantu saja
c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan
sehari-hari: mengunakan alat bantu saja
5) Tidak terganggu
a) Susah saat berdiri : dapat berdiri sendiri
dengan alat bantu
b) Susah saat berjalan : dapat berjalan sendiri
tanpa alat bantu
c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan
sehari-hari : tidak ada kesulitan
2.Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan 1) Perkenalkan diri
lingkungan. 2) Monitoring TTV
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 3) Kaji pola tidur dengan cara
x kunjungan dalam 14 hari pada klien dengan observasi
gangguan pola tidur dapat teratasi. 4) Monitoring kenyamanan
setelah tidur
Dengan kriteria hasil :
5) Observasi sering terbangun
1. mengawali tidur malam 1 jam sebelum terapi pada malam hari
2. Terbangun dimalam hari berkurang 1x dari 6) Ciptakan lingkungan yang
sebelumnya aman
3. Kualitas tidur membaik 7) Berikan tempat tidur dan
NOC : Tidur lingkungan yang bersih dan
No Indikator 1 2 3 4 5 nyaman
1 Waktu X 8) Berikan posisi tidur yang
tidur membuat klien yang nyaman
9) Berikan terapi nafas dalam
2 Kualitas X 10) Berikan terapi musik pada
tidur klien
3
Teknik
relaksasi X
4
Lingkunga
n X
Keterangan :
Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien
sebelum intervensi
Beri tanda ( ) sesuai dengan nilai skoring klien setelah
intervensi
1) Sangat parah
a) Waktu tidur : 0-2 jam
b)Kualitas tidur : perasaan lelah, kelopak
mata bengkak, pusing
c) Teknikrelaksasi : tidak mampu
melakukan teknik relaksasi
d) Lingkungan : mengatakan tidak nyaman
2) Parah
a) Waktu tidur : 3-4 jam
b) Kualitas tidur : tidur tidak puas, hitam
91
Beri tanda ( ) sesuai dengan nilai skoring klien setelah menggunakan gambar dengan
intervensi
cara yang tepat( mengunakan
1) Sangat terganggu simbol, gambar, tulisan )
a) Tidak dapat memproses informasi atau 11) Kolaborasi dengan perawat
bahkan tidak ada informasi yang dapat yanglainagarselalu
diingat atau diproses. memantau klien dan
b) Sangat ketergantungan dengan orang mengingtkan klien
lain. Tdak dapat melakukan sama sekali 12) Kolaborasi dengan tim medis
kegiatan sehari-hari. lainnya
2) Terganggu
a) Hanya informasi yang sangat sederhana
yang dapat diterima oleh klien.
b) Dapat pemenuhan kebutuhan sehari-hari
dibutuhkan bantuan dari orang lain secara
maximal.
3) Cukup terganggu
a) Susahmemproses informasi yang
sederhana tetapi masih ada informasi
yang dapat diterima.
b) Dapat melakukan kegiatan sehari hari
dengan bantuan orang lain secara
minimal
4) Sedikit terganggu
a) Dapat memproses informasi yang
bersifat sederhana.
b) Dapat melakukan kegiatan sehari
hari dengan bantuan orang lain atau
hanya dengan alat bantu.
5) Normal
a) Dapat memproses informasi dengan baik
Dapat melakukan kegiatan sehari-har secara
mandiri.
93
4.16 Implementasi
a. Peneliti melakukan pendampingan pengelolaan kognitif dan minat klien pengelolaan kognitif dan minat klien
senam otak a. Peneliti melakukan a. Peneliti melakukan
7. Memberi latihan orientasi misalnya klien pendampingan senam otak pendampingan senam otak
berlatih mengenai informasi pribadi dan 7. Memberi latihan orientasi misalnya 7. Memberi latihan orientasi misalnya
tanggal secara tepat klien berlatih mengenai informasi klien berlatih mengenai informasi
a. Memberikaninformasitentang pribadi dan tanggal secara tepat pribadi dan tanggal secara tepat
informasi sederhana keklien seperti a. Memberikan informasi tentang a. Memberikan informasi tentang
hari, tanggal dan tahun informasi sederhana keklien informasi sederhana keklien
seperti hari, tanggal dan tahun seperti hari, tanggal dan tahun
Risiko Jatuh
mengarahkan gerakan senam otak pendampingan senam otak dan pendampingan senam otak dan
7. Memberi latihan orientasi misalnya mengarahkan gerakan senam otak mengarahkan gerakan senam otak
klien berlatih mengenai informasi 7. Memberi latihan orientasi misalnya 7. Memberi latihan orientasi misalnya
pribadi dan tanggal secara tepat klien berlatih mengenai informasi klien berlatih mengenai informasi
a. Memberikan informasi tentang pribadi dan tanggal secara tepat pribadi dan tanggal secara tepat
informasi sederhana keklien a. Memberikan informasi tentang a. Memberikan informasi tentang
seperti hari, tanggal dan tahun informasi sederhana keklien informasi sederhana keklien
seperti hari, tanggal dan tahun seperti hari, tanggal dan tahun
4.17 Evaluasi
S: Klien mengatakan sering terbangun saat malam hari S: Klien mengatakan tadi malam tidurnya masih S: Klien mengatakan malah tidak bias tidur saat
O: sering terbangun menerapkan terapi musik
O: O:
1. Klien sering terbagun malam hari 3 x/malam
2. Klien tampak susah mengawali untuk tidur kembali 1. Klien sering terbagun malam hari ± 1-2 x/malam 1. Klien sering terbagun malam hari ± 1-2 x/malam
miring kanan kiri saat akan tidur 2. Klien tampak susah mengawali untuk tidur 2. Klien tampak susah mengawali untuk tidur
3. Saat tidur klien menyalakan lampunya kembali miring kanan kiri saat akan tidur kembali miring kanan kiri saat akan tidur
4. Klien mampu melakukan terapi musik mandiri 3. Terdapat kantung mata 3. Terdapat kantung mata
meskipun terkadang masih sering diingatkan 4. Saat pagi klien tampak sering menguap 4. Saat pagi klien tampak sering menguap
5. Terdapat kantung mata 5. Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami 5. Saat tidur klien menyalakan lampunya
6. Saat pagi klien tampak sering menguap kualitas tidur buruk 6. Klien mampu melakukan terapi musik mandiri
7. Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami 6. Saat tidur klien menyalakan lampunya meskipun terkadang masih sering diingatkan
kualitas tidur buruk 7. Klien mampu melakukan terapi musik mandiri 7. Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami
101
NOC : Tidur meskipun terkadang masih sering diingatkan kualitas tidur buruk
No Indikator NOC : Tidur NOC : Tidur
Akhir
No Indikator No Indikator
Awal
Targ
Akhir
Akhir
Awal
Awal
Targ
Targ
et
et
et
1 Waktu tidur 1 2 1
1 Waktu tidur 1 2 1 1 Waktu tidur 1 2 2
2 Kualitas tidur 2 4 3
2 Kualitas tidur 2 4 3 2 Kualitas tidur 2 4 3
3
Teknik relaksasi 1 2 2 3 3
Teknik relaksasi 1 2 2 Teknik relaksasi 1 2 2
4 Lingkungan 3 5 5
4 Lingkungan 3 5 5 4 Lingkungan 3 5 5
S: Saat ditanya hari ini hari apa? Klien menjawab S: Klien mengatakan lupa dengan peneliti S:klien mengatakan ingat hari ini tanggal berapa,
lupa sekarang hari apa. O: tetapi lupa dengan hari ini hari apa.
O: 1. Klien tampak bingung mengerutkan alisnya O:
1. Klien tampak bingung mengerutkan alisnya saat diberi pertanyaan tanggal berapa hari ini 1. Klien tampak bingung mengerutkan alisnya saat
saat diberi pertanyaan tanggal berapa hari ini 2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang diberi pertanyaan tanggal berapa hari ini
2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang diberikan peneliti pada pertemuan terakhir kali. 2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang
diberikan peneliti pada pertemuan terakhir kali. 3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 19 diberikan peneliti pada pertemuan terakhir kali.
3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 19 (sedang) 3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 19
(sedang) 4. Klien focus kepada lawan berbicara (sedang)
4. Klien focus kepada lawan berbicara 5. Kesulitan mengingat informasi 4. Klien focus kepada lawan berbicara
5. Kesulitan mengingat informasi 6. Klien melakukan senam otak selama ± 15 5. Kesulitan mengingat informasi
6. Klien melakukan senam otak selama ± 15 menit dengan bantuan DVD 6. Klien melakukan senam otak selama ± 15 menit
menit dengan bantuan DVD NOC : Manajemen Demensia dengan bantuan DVD
NOC : Manajemen Demensia No Indikator NOC : Manajemen Demensia
No Indikator No Indikator
Targ
Awa
Target
Target
Akhir
Akhir
hir
Ak
Awal
Awal
et
l
1 Kesulitan 3 4 3
1 Kesulitan 3 4 3 mengingat dan 1 Kesulitan 3 4 3
mengingat dan memproses mengingat dan
memproses informasi yang baru memproses
informasi yang terjadi informasi yang baru
baru terjadi 2 Kesulitan 3 4 4 terjadi
2 Kesulitan 3 4 4 melakukan 2 Kesulitan 3 4 4
melakukan kebutuhan dasar melakukan
kebutuhan dasar sehari-hari kebutuhan dasar
sehari-hari sehari-hari
A : Masalah belum teratasi
103
S: klien mengatakan mandi secara mandiri hanya saja S: klien mengatakan mandi secara mandiri hanya S: klien dapat mandi sendiri dan hanya diawasi
diawasi oleh orang lain saja diawasi oleh orang lain oleh orang lain
O: O: O:
1. K/U baik 4. K/U baik 1. K/U baik
2. Kesadaran compos mentis 1. Kesadaran compos mentis 2. Kesadaran compos mentis
3. Klien selalu diawasi oleh orang lain 2. Klien selalu diawasi oleh orang lain 3. Klien selalu diawasi oleh orang lain
4. Klien berusia lanjut 3. Skore BBS 9 4. Klien berusia lanjut
5. Skore BBS 9 4. Klien berusia lanjut 5. Skore BBS 9
6. Kekuatan otot 5. Kekuatan otot 6. Kekuatan otot
5 5 5 5 7. Klien tidak pernah jatuh
5 5
2 2 2 2
NOC : Kejad.an jatuh NOC : Kejad.an 2 2
No Indikator jatuh No Indikator Awal
NOC : Kejad.an jatuh
Akhi
Targe
Targ
No Indikator
Aw
Ak
hir
Target
al
Akhi
t
e
t
wa
Susah saat 1 2 1 Susah saat 1 2 1
A
1 1
r
l
berdiri berdiri 1 Susah saat 1 2 1
susah saat susah saat berdiri
104
berjalan berjalan
2 Kesulitan 1 2 2 2 Kesulitan 1 2 2
melakukan melakukan
3 kegiatandasar 2 3 2 3 kegiatandasar 2 3 2
hidup sehari-hari hidup sehari-hari
3 kegiatan dasar 2 3 3
hidup sehari-hari
S: Klien mengatakan sering terbangun saat malam hari S: Klien mengatakan tadi malam tidurnya masih S: Klien mengatakan malah tidak bias tidur saat
O: sering terbangun menerapkan terapi musik
1. Klien sering terbagun malam hari 3 x/malam O: O:
2. Klien tampak susah mengawali untuk tidur kembali 1. Klien sering terbagun malam hari 3 x/malam 1. Klien sering terbagun malam hari 3 x/malam
miring kanan kiri saat akan tidur 2. Klien tampak susah mengawali untuk tidur 2. Klien tampak susah mengawali untuk tidur
3. Dapat melakukan terapi musik dengan bantuan orang kembali miring kanan kiri saat akan tidur dan kembali miring kanan kiri saat akan tidur dan
lain menutupi wajahnya dengan kertas menutupi wajahnya dengan kertas
4. Terdapat kantung mata 3. Terdapat kantung mata 3. Dapat melakukan terapi musik dengan bantuan
5. Saat pagi klien tampak sering menguap 4. Saat pagi klien tampak sering menguap orang lain
6. Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami 5. Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami 4. Saat tidur klien menyalakan lampu kamarnya
kualitas tidur buruk kualitas tidur buruk 5. Terdapat kantung mata
105
7. Saat tidur klien menyalakan lampu kamarnya 6. Saat tidur klien menyalakan lampu kamarnya 6. Saat pagi klien tampak sering menguap
NOC : Tidur 7. Dapat melakukan terapi musik dengan bantuan 7. Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami
No Indikator orang lain kualitas tidur buruk
NOC : Tidur NOC : Tidur
Akhir
Awal
Targ
No Indikator
et
Akhir
Awal
Targ
1 Waktu tidur 1 2 1
et
1 Waktu tidur 1 2 1
2 Kualitas tidur 4 5 4
2 Kualitas tidur 4 5 4
3
Teknik relaksasi 1 2 2
3
4 Lingkungan 4 5 5 Teknik relaksasi 1 2 2
4 Lingkungan 4 5 5
Awal
Akhi
Targ
et
r
1 Waktu tidur 1 2 1
2 Kualitas tidur 4 5 5
3
Teknik relaksasi 1 2 2
4 Lingkungan 4 5 5
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1-8
S: Saat ditanya hari ini hari apa? Klien menjawab lupa S: Klien mengatakan lupa dengan peneliti S:klien mengatakan ingat hari ini tanggal berapa,
sekarang hari apa. O: tetapi lupa dengan hari ini hari apa.
106
Akhir
Target
Awal
Awal
Akhir
Target
Target
Akhir
Awal
1 Kesulitan 3 4 3 1 Kesulitan 3 4 3
mengingat dan mengingat dan 1 Kesulitan 3 4 3
memproses memproses mengingat dan
informasi yang informasi yang memproses
baru terjadi baru terjadi informasi yang
2 Kesulitan 2 3 3 2 Kesulitan 2 3 3 baru terjadi
melakukan melakukan 2 Kesulitan 2 3 3
kebutuhan dasar kebutuhan dasar melakukan
sehari-hari sehari-hari kebutuhan dasar
sehari-hari
A : Masalah Belum Teratasi A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1-7 P : Lanjutkan Intervensi 1-7 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1-7
107
1.2 Pembahasan
4.1.6 Pengkajian
Pada kasus yang dikelola peneliti, klien 1 berusia 75 tahun, berjenis kelamin
perempuan dan klien 2 berusia 77 tahun, berjenis kelamin perempuan pada tanggal 2
juli 2018 peneliti melakukan pengkajian dasar pada klien dan juga pengkajian tentang
kemampuan kognitif klien menggunakan MMSE dan didapatkan total skor 19 yang
menurut kriteria tergolong gangguan kognitif sedang, keluhan klien : klien mengeluh
sering lupa terhadap informasi yang diterimanya dan susah untuk mengingatnya.
Sedangkan klien 2 klien mengalami demensia dengan hasil pengkajian MMSE dengan
hasil 22 dan termasuk gangguan kognitif sedang hasil pengkajian pada tanggal 2 Juli
2018 adalah klien mengatakan lupa dengan informasi yang didapatkan bahkan untuk
mengingat nama saja klien mengalami kesulitan. Menurut teori memang benar
seseorang didiagnosa demensia bila salah satu atau lebih fungsi otak, seperti ingatan
Gangguan pola tidur merupakan salah satu dampak dari demensia yang tidak
tertangani, dan fungsi kognitif pada lansia demensia tidak diperbaiki. Gangguan pola tidur
sering terjadi pada usia lanjut pada dasarnya sulit untuk mempertahankan tidur dan jika
terbangun di malam hari, sulit untuk tidur kembali. Dan melakukan pengkajian tentang
gangguan pola tidur menggunakan PSQI dan didapatkan total skor 21 untuk klien 1 yang
menurut kriteria tergolong gangguan kualitas tidur buruk, keluhan klien : sering terbangun
dimalam hari biasa sampai 1-2x dalam semalam. Sedangkan untuk klien 2 PSQI dan
kualitas tidur bruk, keluhan klien : sering terbangun dimalam hari, saat tidur kedua
klien lebih suka menyalakan lampu kamarnya, untuk klien 1 kebiasaan sebelum tidur
adalah klien lebih suka tidur lebih ketengah kemudian menghadap tembok, sedangkan
untuk klien 2 kebiasaan sebelum tidur menutupi mukanya deangan kertas. Dalam
penelitian Ernawati, Ahmad Syauqy, Siti Haisah ini diperoleh lansia bisa tidur dalam
waktu 30-60 menit. Sulitnya kemampuan tidur lansia disebabkan karena perlahan-
lahan matinya neuron yang terkait mengatur pola tidur yang bernama nucleus preoptic
ventrolateral seiring usia bertambah. Selain itu, lambatnya lansia untuk bisa tidur
Hasil dari pengkajian pada kedua klien terdapat tanda dan gejala yang sesuai
dengan masalah keperawatan yang diangkat oleh peneliti yaitu gangguan pola tidur.
Pada Ny. L ditandai dengan data subyektif klien mengeluh sering terbangun dimalam
hari dan sulit untuk mengawali tidur malam yang didapatkan data objektif pada Ny. L
tampak sering terbangun pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat
kantung mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur. Selain melalui pengkajian dasar
peneliti juga melakukan pengkajian tentang pola tidur menggunakan PSQI dan
didapatkan skor 21 yang disimpulkan bahwa klien mengalami gangguan pola tidur
buruk. Pada Ny. Y didapatkan data subyektif klien mengatakan kalau tidur malam
untuk mengawali tidur susah. Data objektif pada Ny. Y tampak sering terbangun pada
malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong mata, saat pagi hari klien
tampak ingin tidur, saat pagi hari tampak tertidur dikursi rodanya. Selain melalui
pengkajian dasar peneliti juga melakukan pengkajian tentang pola tidur menggunakan
1
09
PSQI dan didapatkan skor 19 yang disimpulkan bahwa klien mengalami gangguan
pola tidur buruk. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
semua orang. Setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup untuk dapat
berfungsi secara optimal (Haryati, 2013). Gangguan pola tidur merupakan suatu
kondisi yang ditandai dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu
tidur pada seorang individu (Harsono, 2014). Diagnosa prioritas kedua yang diangkat
adalah gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan karena pada
lansia sering mengalami gangguan tidur dan kerusakan memori berhubungan dengan
distraksi lingkungan didapatkan klien dengan gangguan kognitif sedang. Menurut riset
matinya neuron yang terkait mengatur pola tidur yang bernama nucleus preoptic
ventrolateral seiring usia bertambah. Selain itu, lambatnya lansia untuk bisa tidur
klien tersebut yaitu kerusakan memori dengan pengkajian MMSE untuk klen 1
terdapat skore 19 sedangkan untuk klien 2 terdapat skore MMSE 22 yang artinya
kedua klien ini mengalami gangguan kognitif sedang. Menurut teori memang benar
seseorang didiagnosa demensia bila salah satu atau lebih fungsi otak, seperti ingatan
kesadaran (Turana, 2015). Menurut riset benar memang hal ini berhubungan dengan
proses degeneratif sistem dan fungsi dari organ tubuh seperti gangguan kognitif pada
lansia, maka tidak salah jika lansia lebih banyak mengalami gangguan kognitif.
1
10
Untuk diagnosa prioritas pada klien ke-2 adalah risiko jatuh diagnosa ini tidak
dialami oleh klien ke-1 dengan didapatkannya data klien pemeriksaan BBS sedang
dikarenakan peneliti mengambil responden lansia usia 70-80 tahun yang rentan sekali
mengalami jatuh. Risiko jatuh sering diwaspadai saat lanjut usia selain dari faktor usia
juga karena penurunan fungsi organ tubuh yang sangat berbeda jauh dari fungsi organ
pengkajian pada klien Ny. L dan Ny. Y maka akan dilakukan intervensi
keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil dalam melakukan perencanaan dalam
waktu 14 hari dengan 3 kali kunjungan diharapkan gangguan pola tidur klien dapat
teratasi, gangguan pola tidur dapat berkurang. Menurut hasil dari teori peneliti
melakukan intervensi yang diberikan pada klien 1 dan 2 dengan gangguan pola
tidur perawat harus melakukan perencanaan antara lain:Kaji pola tidur dengan cara
observasi, Monitoring TTV, Beri edukasi pentingnya kebutuhan tidur, Kaji pola
sering terbangun pada malam hari, Ciptakan lingkungan yang aman, Berikan
tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman, Berikan posisi tidur yang
yang berpedoman pada NIC. Rencana Keperawatan pada gangguan pola tidur memiliki
beberapa indikator keberhasilan yang dicapai diantaranya kualitas tidur baik, waktu
teori dengan lapangan sehingga peneliti memodifikasi yang sesuai dengan keadaan
klien. Menurut riset juga tidak mudah menemukan kasus yang sesuai dengan teori
4.1.9 Implementasi
tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk
mendukung dan mencapai status kesehatan klien (Wijaya, 2013), pada penelitian
ini peneliti menggunakan terapi musik selama 30 menit sebelum tidur kepada klien
yang diharapkan dengan pemberian implementasi ini gangguan pola tidur klien
dapat berkurang. Peneliti sering kehilangan data dikarenakan beberapa faktor salah
musik tetapi masih sulit mengawali tidurnya. Dari riset yang menjadi acuan peneliti
ini terdapat perubahan hormon saat lansia sehingga dapat mengganggu kualitas
tidurnya, jadi tidak salah jika sudah dilaksanakan terapi tetapi tetap mengalami
meninggkatkan kognitif klien, dilakukan ±15-30 menit setiap pagi. Peneliti hanya
mendampingi saat senam otak dan mengarahkan gerakan yg ditirukan lewat video
yang diputar, yang lebih membutuhkan pengarahan adalah pada klien ke-2 karena
melakukan kolaborasi seperti pemberian obat dari dokter atau ahli medis lainnya.
1
12
Selain itu tidak dilakukan semua perencanaan karena sesuai dengan kondisi klien
dan lingkungan.
jatuh terdapat pemeriksaan BBS terdapat skore 9 yang artinya klien harus memakai
kursi roda. Kebetulan klien sudah memakai kursi roda peneliti hanya mengajarkan
posisi duduk di kursi roda dengan baik, dan penggunaan kursi roda dengan benar.
4.1.10 Evaluasi
Ny. L didapatkan hasil data subjektif klien mengeluh sering terbangun pada malam
hari, dan susah mengawali tidur malam. Data objektif pada Ny. L klien nampak
sering terbangun pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong
mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur. Pada pertemuan ke-2 didapatkan hasil
data subjektif klien masih mengeluh sering terbangun pada malam hari, dan susah
mengawali tidur malam. Data objektif klien masih nampak terbangun pada malam
hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong mata, saat pagi hari klien
tampak ingin tidur. Klien sudah mulai mempraktekkan terapi musik sebelum tidur.
Pada pertemuan ke-3 didapatkan hasil data klien masih sering terbangun pada
malam hari, dan susah mengawali tidur malam. Data objektif yang di dapatkan
nampak terbangun pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat
kantong mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur. Klien menerapkan terapi
musik sebelum tidur tetapi masih mengalami gangguan pola tidur dikarenakan
lingkungan nya karena teman satu kamarnya sering berbicara keras sehingga klien
Pada kunjungan ke-2 bahwa Ny. Y didapatkan hasil data subjektif klien
mengeluh susah mengawali tidur malam. Data objektif pada Ny. Y klien nampak
susah mengawali tidur pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat
kantong mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur, saat pagi hari klien sering
tertidur dikursi roda. Pada pertemuan ke-2 didapatkan hasil data subjektif klien
masih mengeluh susah mengawali tidur malam. Data objektif klien masih nampak
susah mengawali tidur pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat
kantong mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur, saat pagi hari klien sering
tertidur dikursi roda. Klien sudah mulai mempraktekkan terapi musik sebelum tidur
dengan bantuan peneliti atau asisten peneliti. Pada pertemuan ke-3 didapatkan hasil
data klien masih susah mengawali tidur malam. Data objektif yang di dapatkan
nampak susah mengawali tidurnya di malam hari, saat pagi hari sering menguap,
terdapat kantong mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur, sering tertidur di
kursi roda. Klien menerapkan terapi musik sebelum tidur dibantu oleh peneliti atau
asisten peneliti.
Pada klien gangguan kognitif dengan gangguan pola tidur selain dilakukan senam
otak juga dilakukan terapi musik untuk mengatasi gangguan pola tidurnya, fungsinya
untuk merelaksasi fikiran seseorang sehingga lebih mudah mengatur tidurnya terutama
dimalam hari. Usia lanjut sendiri merupakan hal yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan
yang berakhir dengan kematian (Supraba, 2015) pada usia lanjut terjadilah penurunan
kognitif yang dipengaruhi oleh adanya perubahan pada struktur dan fungsi organ otak
Diusia lanjut juga sering terjadi kasus gangguan pola tidur karena adanya
tidurnya. Penyakit demensia sendiri tidak dapat disembuhkan karena penyakit ini
diengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia. Pada usia lanjut kemampuan
kognitif maupun motorik menurun dan hal ini merupakan hal yang wajar dan tidak
bisa disembuhkan. Terapi musik sendiri dilakukan untuk merelaksasi fikiran saja
yang muncul pada kedua klien tidak dapat teratasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan
tidak tercapainnya masing-masing indikator yang diharapkan oleh peneliti. Hal ini
disebabkan karena terapi musik haruslah dilakukan secara rutin setengah jam
sebelum tidur, sedangkan untuk kedua klien ini peneliti mengobservasi selama 14
hari tetapi masih sering lupa untuk dilaksanakan oleh klien, dan terdapat satu faktor
yang tidak terkaji yaitu sering BAK pada malam hari pada klien ke-1 sehingga pola
1.1 Kesimpulan
1.1.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien 1 dan 2 dilakukan pada tanggal 2 juli 2018 . Klien 1
menderita demensia dengan gangguan pola tidur dan didapatkan data subjektif klien
sering megeluh lupa akan informasi yang didapatnya dan susah mengigat informasi,
dan mengeluh susah mengawali tidur pada malam hari dan sering terbangun
dimalam hari. Data objektif yang di dapatkan klien tampak bingung, klien tampak
sering menguap dipagi hari, klien tampak sering terbangun pada malam hari bias
sampai 1-2x/malam, terdapat kantong mata, klien dalam pengawasan saat melakukan
diagnonsa demensia dan gangguan pola tidur didapatkan data subjektif klien
mengatakan susah dalam mengingat informasi dan susah untuk mengawali tidurnya
saat malam hari. Data objektif yang di dapatkan, keadaan klien tampak bingung saat
di beri informasi, klien saat malam hari tampak susah untuk mengawali tidurnya,
saat pagi hari klien sering menguap, klien saat pagi hari tampak sering tertidur
dikursi rodanya. Klien dibantu sepenuhnya oleh orang lain saat melakukan aktivitas.
115
116
Dari hasil pengkajian pada Ny. L dan Ny. Y didapatkan diagnosa keperawatan
yang muncul adalah: risiko jatuh, gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan
pada klien Ny. L dan Ny. Y maka akan dilakukan intervensi keperawatan dengan
tujuan dan kriteria hasil dalam melakukan perencanaan dalam waktu 14 hari dengan 3
kali kunjungan diharapkan gangguan pola tidur klien dapat teratasi, gangguan pola
tidur dapat berkurang. Menurut hasil dari teori peneliti melakukan intervensi yang
diberikan pada klien 1 dan 2 dengan gangguan pola tidur perawat harus melakukan
perencanaan antara lain: 1. Kaji pola tidur dengan cara observasi 2. Monitoring TTV
3. Beri edukasi pentingnya kebutuhan tidur 4. Kaji pola tidur dengan cara observasi
hari 7. Ciptakan lingkungan yang aman 8. Berikan tempat tidur dan lingkungan
yang bersih dan nyaman 9. Berikan posisi tidur yang membuat klien yang nyaman
1.1.4 Implementasi
Pada penelitian ini peneliti menggunakan terapi musik kepada klien yang
diharapkan dengan pemberian implementasi ini gangguan pola tidur klien dapat
untuk melakukan terapi musik sebelum tidur selama setengah jam melakukan terapi
1
17
musik yang fungsinya untuk merelaksasi fikiran agar lebih mudah memulai tidur,
klien 2 jam 18.30 mengobservasi klien, melakukan pengkajian dan bina hubungan
1.1.5 Evaluasi
Evaluasi yang diberikan pada klien 1 dan 2 yang telah dilakukan implementasi
maka didapatkan klien 1 Ny. L dengan data subjektif : klien masih susah mengawali
tidurnya dimalam hari, dan untuk terapi musiknya dapat dilakukan klien secara mandiri
dengan tetap diobservasi peneliti. Data objektif pada Ny. L klien sudah dapat
melakukan terapi musik secara mandiri meskipun kadang lupa untuk dilakukan dan
klien masih dalam pengawasan orang lain saat melakuka aktivitas, Sedangkan evaluasi
Ny. Y dengan data subjektif : tidurnya mulai bias agak sore an. Data obektif
: klien melaksanakan terapi musik dengan bantuan peneliti atau asisten peneliti dan
klien masih dibantu sepenuhnya oleh orang lain saat melakukan aktivitas.
1.2 Saran
secara rutin untuk mencapai hasil yang maksimal meskipun masih membutuhkan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat menggunakan latihan ini sebagai salah
atau teknik terapi dalam membantu penderita demensia untuk mengatasi gangguan
Eprints.undip.ac.id/44525/3/Danu_kumajaya_22010110110028_BAB_II.pdf
Pratiwi. 2013. Pola komsumsi pangan, aktivitas fisik, riwayat penyakit, riwayat
2018
Prawoto, Edy.2015. Panduan penyusunan karya tulis ilmiah : studi kasus program
Verhey & de vugt. 2013. The impact of early dementia diagnosis and intervention
on informal caregives. Diakses maret 2017.Diakses Desember 2017.
www21.ha.org.hk/sub/EM/files/Dementia-Indonesia.pdf?ext=.pd
Halim, Samuel.,2007. Efek Mozart dan terapimusik dalam dunia kesehatan.
www.tempo.co.id/medika. Diakses juli 2018.Pandoe, Wing. 2006. Musik terapi.
JADWAL PENELITIAN
BULAN
NO URAIAN Januari ’18 Februari’18 Maret’18 April’18 Mei’18 Juni – Juli’18 Agustus’18
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Informasi Penyelenggaran LTA
2 Penyerahan surat permohonan kepada
pembimbing
3 Pengajuan judul LTA
4 Konfirmasi judul LTA
5 Penelusuran literature
6 Pembuatan proposal LTA
7 Revisi proposal oleh pembimbing
8 Seminar proposal LTA
9 Revisi dan persetujuan proposal
oleh kedua pembimbing
10 Pengurusan Ijin Penelitian
11 Pelaksanaan penelitian dan penulisan
laporan
12 Pendaftaran ujian LTA
13 Pelaksanaan ujian LTA
14 Revisi laporan LTA
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada :
Yth.Bapak/Ibu
Ditempat
Dengan hormat,
Dalam rangka untuk menyelesaikan tugas akhir Program Studi DIII
Keperawatan STIKes Kendedes Malang, dengan ini saya :
Nim : AOA0150764
Malang,
Hormat saya,
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : No. RM :
Umur : Tanggal MRS :
Jenis Kelamin : Tanggal Pengkajian :
Agama : Diagnosa Medis :
Suku / Bangsa :
Status Perkawinan :
Pendidikan :
Alamat :
b) Saat Pengkajian :
C. STATUS KESEHATAN
1. Penyakit yang pernah dialami :
( ) Kecelakaan :
( ) Operasi :
( ) Penyakit :
2. Alergi :
3. Imunisasi :
4. Kebiasaan :
A. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
2. Pola Eliminasi
5. Pola Aktivitas
6. Ketegantungan
Frekuensi / pola
Porsi yang dihabiskan
Komposisi menu
Nafsu makan
Jenis minuman
Frekuensi / Pola
POLA ELIMINASI
1. BAB (Buang Air Besar)
POLA ELIMINASI DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
Frekuensi / Pola
Konsistensi
Kesulitan
Frekuensi / Pola
Konsistensi
Kesulitan
Tidur Siang
Tidur Malam
Mandi
Keramas
Gosok gigi
H. POLA KOMUNIKASI
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Umum
Keadaan Umum :
Kesadaran :
GCS :
TTV :
TD : RR :
Nadi : Suhu :
Tinggi Badan :
Berat Badan :
b. Mata :
c. Hidung :
d. Mulut :
e. Telinga :
f. Leher :
3. Dada
Jantung:
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi:
Paru:
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi :
Auskultasi :
5. Abdomen
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi :
Auskultasi :
b. Anus :
7. Ekstremitas
Edema :
Kekuatan Otot :
8. Kulit dan Kuku
a. Kulit:
b. Kuku:
1. Pengkajian Fungsional
Klien a. Pengkajian KATZ
KATZ Indeks
No Aktivitas Mandiri Tergantung
Keterangan :
2 Mandiri
11. Makan 0 Tidak mampu 3 3
1 Butuh pertolongan orang
lain penuh
2 Bantuan minimal
3 Mandiri
12. Berpindah dari kursi 0 Tidak mampu 3 1
ke tempat tidur 1 Perlu pertolongan untuk
dapat duduk
a. Psikososial
1 Komunikasi
dengan orang lain
2 Hubungan
dengan orang lain
3 Peran dalam
kelompok
4 Kesedihan yang
dirasakan
5 Stabilitas emosi
Total 19 22
Interpretasi hasil :
Kunjungan 1 (20-07-2018)
Kesimpulan :
Kunjungan 2 (27-07-2018)
Kesimpulan :
Kunjungan 3 (03-08-2018)
Kesimpulan :
Kunjungan 2 (27-07-2018)
Kesimpulan :
Kunjungan 3 (03-08-2018)
Kesimpulan :
Apabila semakin tinggi skor nilai yang didapatkan maka akan semakin
buruk kualitas tidur seseorang. Keuntungan dari PSQI adalah memiliki nilai
validitas dan reliabilitas tinggi. Namun, kuesioner PSQI ini juga memiliki
terbuka dan tertutup. Pertanyaan untuk nomor 5-8 adalah pertanyaan tertutup
3= lebih dari 3 kali seminggu. Interpretasi nilai skor kualitas tidur baik
apabila skor nilai 1-5, ringan 6-7, sedang 8-14 dan kualitas tidur buruk jika
Interpretasi
41-56 : mandiri/independen
ANALISA DATA
Klien 2
RENCANA KEPERAWATAN
1.
3.
4.
Implementasi
S : S : S :
O : O : O :
A
w
A
w
al
A
w
Targ
Akhi
a
Akhi
a
Tar
l
Akhi
Tar
l
get
get
et
r
r
1 1 1
2 2 2
A : A : A :
P : P : P :
Lampiran 8
“Terapi Musik”
NO PROSEDUR
Pre interaksi
1 Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2 Siapkan alat-alat
3 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi
4 Cuci tangan
Tahap orientasi
5 Beri salam dan panggil klien dengan namanya
6 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
Tahap kerja
7Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
8Menanyakan keluhan utama klien
9Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
10Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti
relaksasi,
stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
11 Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
12 Identifikasi pilihan musik klien.
13 Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam musik.
14 Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien
15 Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman.
16 Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung,
panggilan telepon selama
mendengarkan musik.
17 Dekatkan mp3 musik dan perlengkapan dengan klien.
18 Pastikan mp3 dan perlengkapan dalam kondisi baik.
19 Dukung dengan headphone jika diperlukan.
20 Nyalakan musik dan lakukan terapi music.
21 Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras.
22 Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu
yang lama.
23 Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan alat
musik atau bernyanyi
jikan diinginkan dan memungkinkan saat itu.
24 Hindari stimulasi musik setelah nyeri/luka kepala akut.
25 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang
diinginkan seperti relaksasi,
stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
26 Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
27 Identifikasi pilihan musik klien.
Terminasi
28 Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
29 Simpulkan hasil kegiatan
30 Berikan umpan balik positif
31 Kontrak pertemuan selanjutnya
32 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
33 Bereskan alat-alat
34 Cuci tangan
Dokumentasi
35 atat hasil kegiatan di dalam catatan
keperawatan
- Nama Px, Umur, Jenis kelamin, dll
- Keluhan utama
- Tindakan yang dilakukan (terapi musik)
- Lama tindakan
- Jenis terapi music yang diberikan
- Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi musik
- Respon pasien.
- Nama perawat
- Tanggal pemeriksaan
Lampiran 9
Lampiran 10
Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 12