Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri

Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang bekerja

pada instansi pemerintah, pengertian tersebut sesuai dengan UU No.5

Tahun 2014. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan publik yang dibuat

oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan, memberikan pelayanan publik yang

professional dan berkualitas, serta mempererat persatuan dan

kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Untuk

melaksanakan peran tersebut diperlukan sosok PNS yang professional,

yaitu PNS yang mampu memenuhi standar kompetensi jabatannya

sehingga mampu melaksanakan tugas jabatannya secara efektif dan

efisien.

Untuk merealisaikan hal tersebut, diperlukan sebuah

penyelenggaraan pelatihan yang inovatif dan terintegrasi. Dalam hal ini,

Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 1 Tahun 2021 tentang

Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil mengatur mengenai

penyelenggaraan pelatihan yang memadukan pembelajaran klasikal

dan non-klasikal di tempat pelatihan dan di tempat kerja sehingga

memungkinkan peserta mampu menginternalisasi, menerapkan dan

mengaktualisasikan serta membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi)

1
dan merasakan manfaatnya sehingga terpatri dalam dirinya sebagai

karakter PNS yang profesional sesuai bidang tugas.

Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III

diselenggarakan untuk membentuk PNS profesional yang berkarakter,

yaitu PNS yang karakternya dibentuk oleh sikap perilaku bela negara,

nilai-nilai dasar ASN, pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS

dalam NKRI dan menguasai bidang tugasnya sehingga mampu

melaksanakan tugas dan perannya secara profesional sebagai pelayan

masyarakat.

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang

mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan melalui

fungsinya sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Tujuan

keberadaan puskesmas, khususnya di wilayah terpencil dan sangat

terpencil diantaranya adalah untuk meningkatkan aksesibilitas

pelayanan kesehatan. Puskesmas Babai merupakan puskesmas non

rawat inap yang terdapat di Desa Babai Kecamatan Karau kuala

Kabupaten Barito selatan.

Gizi dalam kaitanya dengan pembanguanan suatu bangsa

berkaitan dengan sumber daya manusia, karena pelayanan gizi

sebagai sentra untuk pembangunan manusia. Seseorang yang hidup

didukung dengan gizi yang cukup sesuai kebutuhan akan tumbuh dan

2
berkembang secara optimal dan menghassilkan sumber daya

manusia yang berkualitas.

Stunting pada anak merupakan satu dari beberapa program

prioritas yang dicanangkan oleh pemerintah agar angka kasusnya

diturunkan. Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh

asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan

makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Kondisi ini juga bisa terjadi

akibat kebutuhan gizi anak saat masih di bawah usia 2 tahun tidak

tercukupi. Entah itu tidak diberikan ASI Eksklusif ataupun MP-ASI

(makanan pendamping ASI) yang diberikan kurang mengandung zat

gizi yang berkualitas.Waktu terbaik untuk mencegah stunting adalah

selama kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan. Stunting di awal

kehidupan akan berdampak buruk pada kesehatan, kognitif dan

fungsional ketika dewasa.

Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) yang

dilakukan Kementrian Kesehatan di Kalimantan Tengah terhadap

prevalensi stunting. Kabupaten Kotawaringin Timur diurutan pertama

sebesar 48,84 persen, Barito Timur 42,05 persen, Kapuas 41,53

persen, barito selatan 40,19 persen dan Gunung Mas 38,21 persen.

Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia

indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa.

Hal ini dikarenakan anak stunted, bukan hanya tergangu pertumbuhan

fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga tergangu

perkembangan otaknya, yang mana tentu akan sangat mempengaruhi

3
kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di

usia-usia produktif dimasa akan datang.

B. IDENTIFIKASI ISU

Berdasarkan isu yang beredar saat ini dimasyarakat dan di

puskemas,serta hasil diskusi bersama mentor. Terdapat beberapa isu

yaitu :

1. masih tingginya stunting Pada Balita

2. Belum Optimal Pemeberian ASI Ekslusif

3. Belum optimalnya Pengawasan pada remaja putri yang minum

tablet tambah darah (TTD)

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Penyusunan laporan aktualisasi nilai dasar PNS ini memiliki tujuan

untuk mengaktualisasikan nilai-nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika

publik, komitmen mutu dan anti korupsi (ANEKA) sebagai ASN di

instansi bekerja. Tujuan lain dari penyusunan laporan aktualisasi ini

yaitu agar mampu melaksanakan tugas, fungsi dan perannya sebagai

pelaksana kebijakan, pelayan publik serta perekat dan pemersatu

bangsa.

D. MANFAAT

Manfaat dari penulisan Aktualisasi Nilai Dasar ini antara lain:

1. Manfaat bagi penulis adalah menjadi ASN yang mempunyai nilai-

nilai dasar ANEKA yang tinggi sehingga mampu melaksanakan

tugas dan perannya secara profesional sebagai pelayan

masyarakat.

4
2. Manfaat untuk puskesmas adalah untuk program perbaikan gizi di

puskesmas serta terwujudnya visi dan misi Puskesmas Babai

3. Manfaat untuk lingkungan masyarakat agar menciptakan pelayanan

yang optimal dan berdaya guna bagi masyarakat.

BAB II

GAMBARAN UMUM ORGANISASI

2.1 PROFIL PUSKESMAS BABAI

Gambar 2.1 Profil UPTD Puskesmas Babai

1. Keadaan Geografis

Secara geografis, puskesmas terletak di Desa Babai

Kecamatan Karau Kuala Kabupaten Barito Selatan, dimana kantor

wilayah merupakan daerah pinggiran Sungai Barito. Transportasi

5
antar wilayah kerja UPTD Puskesmas Babai dihubungkan dengan

jalur sungai, yang mana jalur sungai tersebut hanya bisa dilalui

memakai speedboat dan perahu (kelotok) serta sulit dijangkau

dengan sarana transportasi darat LuasWilayah

Luas wilayah kerja Puskesmas Babai ±486 km²,

Puskesmas Babai secara administrasi terdiri dari 5 desa

wilayah kerja, yaitu Desa Babai, Desa Talio, Desa Tampijak,

Desa Bintang Kurung dan Desa Sampudau.

Puskesmas Babai memiliki 4 puskesmas pembantu

dan 1 polindes, yaitu Pustu Talio, Pustu Tampijak, Pustu

Bintang Kurung, Polindes Bintang Kurung dan Pustu

Sampudau.

Puskesmas Babai merupakan Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama (FKTP) yang berlokasi di Desa Babai

Kecamat Karau Kuala Kabupaten Barito Selatan.Luas

wilayah kerja berdasarkan wilayah naungan dapat dilihat

pada tabel2.1.

Tabel 2.1
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Babai

No. Wilayah Desa Luas Wilayah

1 Desa Babai 111 km²

2 Desa Talio 166 km²

3 Desa Tampijak 103 km²

4 Desa Bintang Kurung 30 km²

5 Desa Sampudau 76 km²

6
TOTAL 486 km²

2. Demografi

a. JumlahPenduduk

Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja UPTDPuskesmas Babai

Luas Jumlah Penduduk


Kriteria
No. Nama Desa Wilayah Total
Laki-Laki Perempuan Desa
(km²)
Babai 111 2124 2207 4.331 Terpen
1
cil
Talio 166 951 885 1.836 Terpen
2
cil
Tampijak 103 245 215 460 Terpen
3
cil
Bintang 30 542 496 1.038 Terpen
4 Kurung cil
Sampudau 76 141 136 277 Terpen
5
cil
TOTAL 486 4.003 3.930 7.942

b. Pelayanan Kesehatan

1. Fasilitas Sarana Kesehatan

UPTD Puskesmas Babai merupakan

Puskesmas Rawat Jalan, dimana dalam

7
melaksanakan programnya, baik program Upaya

Kesehatan Masyarakat (UKM) maupun Upaya

Kesehatan Perseorangan (UKP). UPTD Puskesmas

Babai memiliki 4 puskesmas pembantu dan 1

poskesdes.Untuk lebih jelasnya, distribusi

pelayanan kesehatan yang ada di wilayah UPTD

Puskesmas Babai dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3
Sarana Pelayanan Kesehatan Di Wilayah UPTD Puskesmas Babai
No. Nama Desa Puskesmas Puskesma Poskesdes Posyandu Posyandu
Pembantu Balita Lansia
1 Babai 1 - - 5 2
2 Talio - 1 - 3 1
3 Tampijak - 1 - 1 1
4 Bintang
Kurung - 1 1 3 1
5 Sampudau - 1 - 1 1

2. Fasilitas Penunjang Pelayanan Kesehatan

Untuk menunjang pelayanan kesehatan yang optimal

di Puskesmas, perlu dilakukan pengorganisasian seluruh

warga atau staff Puskesmas. Oleh karena keterbatasan

jumlah staff, maka beberapa staff dapat memegang rangkap

tugas. Berikut merupakan tabel struktur organisasi di UPTD

Puskesmas Babai tahun 2021Distribusi tenaga kesehatan

menurut tingkat pendidikan di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Babai.

8
Tabel 2.4
Distribusi Jumlah Tenaga Kesehatan Di Wilayan Kerja
UPTD Puskesmas Babai

Tempat Bertugas
No. Tenaga Kesehatan Jumlah
Induk Pustu Poskesdes
1 Dokter Umum 1 - - 1
2 Dokter Gigi - - - -
3 Perawat 6 3 - 9
4 Perawat Gigi 1 - - 1
5 Bidan 2 2 1 5
6 Apoteker 2 - - 2
7 Asisten Apoteker - - - -
8 Nutrisionis 2 - - 2
9 Analis Kesehatan - - - -
10 Penyuluh KesMas 1 - - 1
11 Prakarya - - - -
12 Cleaning Service 1 - - 1
TOTAL 16 5 1 22

Adapun sarana fasilitas penunjang kesehatan di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Babai sebagai berikut.

Tabel 2.5
Jumlah Sarana Fasilitas Penunjang Kesehatan Di Wilayah
UPTD Puskesmas Babai

No. Fasilitas Jumlah


1 Rumah dinas dokter 0
2 Rumah dinas kepala puskesmas 1
3 Rumah dinas perawat 2
4 Ambulance 0
5 Speedboat 1
6 Sepeda Motor Dinas 3
7 Komputer 4
8 Kulkas Vaksin 2
9 LCD Proyektor 1

2.2 Struktur Organisasi

Untuk menunjang pelayanan kesehatan yang optimal di

Puskesmas, perlu dilakukan pengorganisasian seluruh staff

9
puskesmas. Oleh karena keterbatasan jumlah staff, maka beberapa

staff dapat memegang rangkap tugas. Berikut merupakan struktur

organisasi Puskesmas Babai

Gambar 2.2 Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Babai Kecamatan

2.3 VISI DAN MISI

UPTD Puskesmas Babai memiliki visi dan misi dalam

memberikan pelayan. Adapun visi dan misi UPTD Puskesmas

Babai adalah sebagai berikut :

10
a. Visi

Terciptanya masyarakat wilayah UPTD Puskesmas Babai yang

sehat dan mandiri dalam bidang kesehatan.

b. Misi

1. Meningkatkan pemberdayaan sumber daya masyarakat

untuk pelayanan kesehatan masyarakat.

2. Meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan

masyarakat yang adil, bermutu dan terjangkau.

3. Menjalin kemitraan dengan sektor terkait untuk mewujudkan

perilaku hidup bersih dan sehat.

2.4 Tata Nilai UPTD Puskesmas Babai “SEHAT”

S : Santun ( Sopan Bertutur kata dan Berprilaku baik )

E : Empati ( Melayani dengan Sepenuh Hati )

H : Handal ( Memberikan Pelayanan Baik oleh Tenaga Profesional)

A : Akuntabel ( Dapat dipertanggung jawabkan )

T : Teladan ( Menjadi Panutan dan Tauladan Bagi Masyarakat dalam

Berprilaku Hidup Bersih dan Sehat)

2.5 Role Model

Role Model adalah panutan, yang dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) sama artinya dengan teladan yaitu suatu yang patut

ditiru atau baik untuk dicontoh seperti teladan, kelakuan, perbuatan,

11
sifat dan sebagainya. Dalam hal ini role model bagi penulis adalah

pimpinan puskesmas yaitu bapak Achmad Ismail, S.Kep.Ns.Beliau

adalah pimpinan yang dapat menjadi panutan, Inspirasi, contoh, dan

teladan bagi penulis.

Selama beberapa bulan penulis bekerja di instansi tersebut,

penulis melihat bahwa beliau adalah sosok yang paling bisa

menempatkan diri dimana, kapan, dan bagaimana situasi yang ada.

Beliau tetap berwibawa tanpa membuat batas antara senior dan

junior. Beliau adalah sosok yang ramah, bersahabat dan menjadi

penengah. Beliau selalu memberikan solusi yang terbaik dan objektif

terhadap masalah untuk kepentingan puskesmas. Kedisiplinan,

penampilan, kepedulian terhadap lingkungan sekitar yang beliau

tunjukkan mencerminkan sikap ASN yang berintegritas dan

penerapan nilai-nilai dasar ANEKA dalam kehidupan sehari- hari. Oleh

karena itu, beliau merupakan figur yang cocok untuk penulis jadikan

role model.

12
BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Nilai-nilai Dasar PNS

Pada saat memulai dalam melaksanakan tugas pekerjaan,

ASN harus memahami terlebih dahulu wewenang dan tanggung jawab

yang dibebankan kepadanya, kemudian menguasai standar mutu

layanan yang melekat pada wewenang tersebut. Pelayanan publik

yang bermutu tidak saja dibebankan pada pemerintah tetapi juga

semua elemen yang terdapat dalam sistem pelayanan publik.

Berdasarkan pada prinsip pelaksanaan aktualisasi yang

memuat tentang nilai dasar ANEKA, yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme,

Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi yang harus ditetapkan

dan ditanamkan pada Aparatur Sipil Negara maka perlu diketahui

indikator-indikator dari kelima kata dasar tersebut yaitu:

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang

harus dicapai. Kewajiban Pertangungjawaban pekerjaan yang

13
dimiliki individu, kelompok, atau instansi perlu dijalankan secara

profesional. Indikator nilai dasar akuntabilitas yaitu:

a) Kepemimpinan

b) Transparansi

c) Integritas

d) Responsibilitas

e) Keadilan

f) Kepercayaan

g) Keseimbangan

h) Kejelasan

i) Konsisten

Sebagai seorang ASN ahli gizi mampu mempertanggungjawabkan

laporan kegiatan kepada atasannya seperti laporan bulanan

posyandu dan laporan BOK.

2. nasionalisme

Dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan

tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara dan

sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme Pancasila

adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia

terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-

nilai Pancasila. Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap

Aparatur Sipil Negara (ASN). Diharapkan dengan nasionalisme

yang kuat, maka setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki

14
orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa dan

negara.

Nilai-nilai nasionalisme Aparatur Sipil Negara (ASN)

berdasarkan kepada sila-sila Pancasila. Aparatur Sipil Negara

(ASN) harus memahami dan mampu mengaktualisasikan

Pancasila dan semangat nasionalisme serta wawasan

kebangsaan dalam setiap pelaksanaan fungsi dan tugasnya

sesuai bidang masing-masing. Selanjutnya, dilakukan aktualisasi

nasionalisme dan dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya

sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik yang

berintegritas, dan pemersatu bangsa.

Adapun nilai-nilai dasar nasionalisme:

a) Ikhlas

b) Adil

c) Toleransi

d) Gotong royong

e) Musyawarah

f) Demokrasi

g) Amanah

h) Rela berkorban

i) Cinta tanah air

Sebagai seorang ASN ahli gizi menanamkan sikap

nasionlisme dengan menghargai dan tidak membeda-bedakan

15
dalam melayani pasien serta mengutamakan kepentingan umum

dari pada kepentingan pribadi.

3. Etika Publik

Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang

menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan

keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka

menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.

Nilai-nilai dasar etika publik sebagai tercantum dalam

Undang-undang ASN, yakni sebagai berikut:

a) Memegang teguh ideologi Pancasila

b) Setia dan mempertahankan Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945 serta pemerintahan yang sah

c) Mengabdi kepada Negara dan rakyat Indonesia

d) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak

e) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian

f) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif

g) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur

h) Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada

publik

i) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan

program pemerintah

j) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,

cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun

k) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi

16
l) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama

m) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja

pegawai

n) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan.

Sebagai ahli gizi di puskesmas memberikan pelayanan gizi

prima cepat dan akurat, melindungi hak pasien akan privasi dengan

memegang teguh informasi yang bersifat rahasia, serta memberi

informasi kepada pasien dengan tepat dan jelas.

4. Komitmen Mutu

Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik

dengan berorientasi pada kualitas dari hasil pelayanan. Bidang

apapun yang menjadi tanggung jawab ASN, semua harus

dilaksanakan secara optimal agar dapat memberi kepuasan

kepada stakeholders. Aspek utama yang menjadi target

stakeholders adalah layanan yang komitmen pada mutu, melalui

penyelenggaraan pada tugas secara efektif, efisien, dan inovatif.

Nilai-nilai dasar dari komitmen mutu adalah sebagai berikut:

1. Efektifitas dan efisiensi

2. Inovasi

3. Mengedepankan komitmen terhadap kepuasan

customers/clients

4. Memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga

dan memelihara customers/clients tetap setia

17
5. Menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggitanpa

cacat, tanpa kesalahan, dan tidak ada pemborosan

6. Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan

dengan pergeseran tuntutan kebutuhan customers/clients

maupun perkembangan teknologi

7. Menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam

pemecahan masalah dan pengambilan keputusan

Sebagai ahli gizi mengembangkan dan memberikan

pelayanan gizi yang cepat, tepat, senyum ramah yang

menyentuh hati serta efektif dan efesien.

5. Anti korupsi

Korupsi berasal dari kata latincorruptio yang artinya secara

harafiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran,

dapat disuap, tidak bermoral dan penyimpangan dari kesucian.

Langkah untuk menjauhkan diri dari korupsi adalah

internalisasi integritas pada diri sendiri dan hidup/bekerja dalam

lingkungan yang menjalankan integritas dengan baik. Identifikasi

nilai dasar anti korupsi memberikan nilai-nilai dasar anti korupsi

yang prioritas dan memiliki signifikasi yang tinggi bagi kita. Nilai-

nilai dasar anti korupsi penting untuk mencegah terjadinya korupsi

dan mendukung prinsip-prinsip anti korupsi yang meliputi

akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan dan kontrol

kebijakan agar berjalan dengan baik serta mencegah faktor

18
eksternal penyebab korupsi. Adapun nilai-nilai dasar anti korupsi

adalah:

1) Kejujuran

2) Kepedulian

3) Kemandirian

4) Kedisiplinan

5) Tanggung jawab

6) Kerja keras

7) Sederhana

8) Keberanian

9) Keadilan

Sebagai ahli gizi harus menunjukan sikap jujur dan tanggung

jawab dalam menjalankan tugas dan kegiatan sesuai dengan

aturan anggaran yang sudah disepakati, serta melakukan absensi

dengan jujur dating dan pulang dengan tepat waktu.

3.2 Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI

1. Manajemen ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk

menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai

dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari

praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Adapun asas-asas

manajemen ASN, antara lain:

a) Kepastian hukum;

b) Profesionalitas;

19
c) Proporsionalitas;

d) Keterpaduan;

e) Delegasi;

f) Netralitas;

g) Akuntabilitas;

h) Efektif dan efesien;

i) Keterbukaan;

j) Non diskriminatif;

k) Persatuan;

l) Kesetaraan;

m) Keadilan; dan

n) Kesejahteraan.

2. Whole Of Government

Whole of Government (WoG) adalah suatu bentuk

pendekatan yang mengintegrasikan berbagai Instansi untuk

membuat layanan kepada masyarakat menjadi lebih efektif dan

efisien dengan berdasar pada prinsip kolaborasi, kerjasama antar

instansi, kesatuan layanan, dan tujuan bersama yang ingin

dicapai. WoG dijadikan pendekatan dan diterapkan karena adanya

beberapa faktor internal dan eksternal yang dapat menghambat

tercapainya tujuan layanan yang lebih efektif dan efisien.

3. Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan

dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan

20
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan

penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif

yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Prinsip-prinsip pelayanan publik antara lain:

a. Partisipatif

b. Transparan

c. Responsif

d. Tidak deskriminatif

e. Mudah dan murah

f. Efektif dan efisien

g. Aksesibel

h. Akuntabel

i. Berkeadilan

3.3. Rancangan Aktualisasi

A. Identifikasi Isu

Isu adalah suatu hal yang terjadi baik didalam maupun diluar

instansi yang apabila tidak ditangani secara baik akan

memberikan efek negatif terhadap instansi dan berlanjut pada

tahap krisis isu yang saat ini sedang hangat diperbincangkan. Isu

adalah masalah pokok yang berkembang di masyarakat atau

suatu lingkungan yang belum tentu benar, serta membutuhkan

pembuktian. Pada dasarnya isu bersumber dari individu, unit

instansi, dan organisasi. Berikut ini isu-isu yang terjadi di UPTD

PUSKESMAS BABAI :

21
a. Optimalisasi Pemantaun Pada Balita stunting

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh

asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Hal ini terjadi

karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan

gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru

terlihat saat anak berusia dua tahun. Menurut UNICEF,

stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0

sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting

sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari

standar pertumbuhan anak keluaran WHO. Stunting

diakibatkan oleh banyak faktor, seperti ekonomi keluarga,

penyakit atau infeksi yg berkali-kali. Kondisi lingkungan, baik

itu polusi udara, air bersih bisa juga mempengaruhi stunting.

Tidak jarang pula masalah non kesehatan menjadi akar dari

masalah stunting, seperti masalah ekonomi, politik, sosial,

budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan,

serta masalah degradasi lingkungan.

b. Belum Optimal Pemeberian ASI Ekslusif

ASI adalah sumber asupan nutrisi yang penting untuk bayi.

ASI diberikan kepada bayi selama 2 tahun. Sedangkan ASI

eksklusif diberikan kepada bayi selama 6 bulan dengan tanpa

menambahkan makanan atau minuman lainnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seperti yang dilansir

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Indonesia

22
menyebutkan, ASI eksklusif yakni Inisiasi menyusu dini (IMD)

pada satu jam pertama setelah lahir.

c. Belum optimalnya Pengawasan pada remaja putri yang

minum tablet tambah darah (TTD)

Selama ini upaya penanggulangan anemia gizi masih

difokuskan pada sasaran ibu hamil, sedangkan kelompok

lainnya seperti bayi, anak balita, anak sekolah dan buruh

berpenghasilan rendah belum ditangani. Padahal dampak

negatif yang ditumbuhkan anemia gizi pada anak balita

sangatlah serius, karena mereka sedang dalam tumbuh

kembang yang cepat, yang nantinya akan berpengaruh

terhadap perkembangan kecerdasannya. Mengingat mereka

adalah penentu dari tinggi rendahnya kualitas pemuda dan

bangsa kelak. Penanganan sedini mungkin sangatlah berarti

bagi kelangsungan pembangunan. Penanganan anemia salah

satunya dengan program pemberian tablet tambah darah

pada remaja putri. Berdasarkan Riskesdas Tahun 2018

cakupan TTD yang diperoleh ratri adalah 76,2%, dan 80,9%

nya mendapatkan dari sekolah.

Tabel 3.1
identifikasi Isu
No. Kondisi saat ini Kondisi yang diharapakan Keterkaitan dengan
MP agenda III
(1) (2) (3) (4)
1. Masih tingginya stunting Adanya penurunan angka Pelayanan public dan
pada balita stunting pada balita, adanya whole of goverment
pihak terkait terutama untuk
petugas dan orang tua agar
selalu rajin membawa anak
datang ke posyandu untuk

23
memantau perkembangan dan
status gizinya
2. Belum optimalnya pemberian Pemberian ASI yang baik Pelayanan public
ASI eksklusif dapat menjaga berat badan
anak tetap seimbang serta
memperkuat daya tahan tubuh
agar tidak mudah sakit
3. Belum optimalnya Tersedianya leaflet dan kartu Pelayanan public
Pengawasan pada remaja pemantauan Agar rematri
putri yang minum tablet dapat minum TTD dengan
tambah darah (TTD) rutin sesuai dengan anjuran

B. Teknik Analisis

Teknik analisis Isu Dengan Metode APKL yang dibuat adalah

teknik yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu

masalah dengan memperhatikan empat faktor, yaitu:

a. Aktual (A), yaitu isu terasebut masih dibicarakan atau belum

terselesaikan hingga masa sekarang.

b. Problematik (P), yaitu isu yang menyimpang dari harapan

standar, ketentuan yang menimbulkan kegelisahan yang perlu

segera dicari penyebab dan pemecahannya.

c. Kekhalayakan (K), yaitu isu yang diangkat secara langsung

menyangkut hajat hidup orang banyak dan bukan hanya untuk

kepentingan seseorang atau sekelompok kecil orang.

d. Layak (L), yaitu isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis

dan dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak, wewenang dan

tanggung jawab hingga akhirnya diangkat menjadi isu yang

prioritas.

24
Tabel 3.2
Analisis Isu Berdasarkan Kriteria APKL

No Isu A P K L TOTAL
1 2 3 4 5 6 7
1. Masih tingginya stunting pada 4 5 5 5 19
balita
2. Belum Optimalnya Pemberian 4 3 4 5 16
Asi
Ekslusif
3. Belum optimalnya Pengawasan 4 4 5 5 18
pada remaja putri yang minum
tablet tambah darah (TTD)
Keterangan nilai :

1 = tidak berpengaruh

2 = kurang berpengaruh

3 = cukup berpengaruh

4 = berpengaruh

5 = sangat berpengaruh

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan APKL

didapatkan isu yang paling prioritas yaitu belum potimalnya

pemantaun balita stunting. Dari 3 isu tersebut selanjutnya dianalisis

lebih lanjut menggunakan alat bantu tapisan USG (Urgency,

Seriousness,Growth). Kriteria USG meliputi:

1. Urgency : Seberapa mendesak isu itu harus dibahas, dianalisi

dan ditindaklanjuti.

2. Seriousness : Seberapa serius isu itu harus dibahas dikaitkan

dengan dengan akibat yang ditimbulkan.

3. Growth : Seberapa besar kemungkinan terburuknya isu

tersebut jika tidak segera ditangani dengan semestinya.

25
Penilaian secara USG dilakukan dengan menggunakan nilai

dengan rentang 15 untuk menentukan skor prioritas dengan

interpretasi sebagai berikut :

Tabel. 3.3
Skor Prioritas USG

Bobot Keterangan
5 Sangat penting dan sangat berdampak
4 Penting dan berdampak
3 Cukup penting dan cukup berdampak
2 Tidak penting dan tidak berdampak
1 Sangat tidak penting dan sangat tidak berdampak

Tabel 3.4
Analisis Isu Berdasarkan Kriteria USG

NO ISU U S G SKOR
(1) (2) (3) (4) (6) (7)
1 Masih tingginya stunting pada balita 5 5 5 15
Belum Optimalnya
2 Pemberian Asi Ekslusif 4 4 4 12

3 Belum optimalnya Pengawasan 4 4 3 11


pada remaja putri yang minum tablet
tambah darah (TTD)

C. Isu yang Diangkat

Berdasarkan hasil analisis APKL dan USG isu yang

didapatkan adalah Masih Tingginya angka pada balita stunting Di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Babai.

Isu prioritas dianalisis dengan alat bantu Fishbone Diagram

untuk mendapatkan penyebab-penyebab yang perlu diintervensi

dengan melakukan kegiatan/inovasi. Fishbone diagram akan

mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau

26
masalah. Penyebab yang menimbulkan isu prioritas akan dibagi

menjadi beberapa kategori yaitu man (orang), method (metode),

milieu (Lingkungan), dan money (dana).

Sebab Akibat

Money Man

Pengetahuan dan
Status ekonomi pola asuh ibu
rendah

Masih
Tingginya
Stunting
Pada Balita

Ibu yang sibuk Kurangnya


bekerja penyuluhan

Milieu Methode

Gambar 3.1 Diagram Fishbone

Setelah dilakukan analisis penyebab terhadap isu prioritas

dengan fishbone diagram, maka diperoleh penyebab prioritas

yang perlu diselesaikan.

27
a. Faktor man (orang); kurangnya pengetahuan dan pola asuh

ibu

b. Faktor method (metode); kurangnya penyuluhan

Inggris yang kurang kreatif dan membosankan.

c. Faktor milieu (lingkungan); orang tua atau ibu balita yang

sibuk bekerja

d. Factor money (uang); status ekonomi yang rendah.

D. Gagasan Pemecahan Isu

Berdasarkan identifikasi isu dan penetapan isu di atas, maka

penulis mengangkat judul "Optimalisasi Pemantauan Stunting

Pada Balita Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Babai” dengan

solusi gagasan pemecahan isu sebagai

berikut:

a. pelaksanaan konsultasi dengan mentor

b. mengumpulkan data dan menentukan status gizi TB/U

c. melakukan pemantauan pada balita stunting

d. melakukan penyuluhan / edukasi pada orang tua balita

stunting

e. refresing kader

28
29
E. Rancangan Aktualisasi

a) Unit Kerja : UPTD Puskesmas Babai

b) Identifikasi Isu :

1. Masih Tingginya stunting Pada Balita

2. Belum Optimal Pemeberian ASI Ekslusif

3. Belum optimalnya Pengawasan pada remaja putri yang minum tablet tambah darah

(TTD)

c) Isu yang Diangkat : Optimalisasi Pemantauan Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Babai
d) Gagasan Pemecah :

1) pelaksanaan konsultasi dengan mentor

2) mengumpulkan data dan menentukan status gizi TB/U

3) melakukan pemantauan pada balita stunting

4) melakukan penyuluhan/edukasi pada orang tua balita stunting

5) refresing kader

30
Tabel 3.5 Matriks Rencana Kegiatan Aktualisasi

Kontribusi Penguatan
Keterkaitan Substansi Mata
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil Terhadap Visi – Nilai
Pelatihan
Misi Organisasi Organisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Konsultasi - Menyusun hal-hal Adanya - Akuntabilitas Visi UPTD Kegiatan
dengan mentor yang akan dikonsulkan hasil Bertanggung Puskesmas menerapkan
(Kepala UPTD - Menemui mentor dan konsultasi jawab untuk Babai nilai
membuat kesepakatan dan diskusi melaksanakan terciptanya
Puskesmas puskesmas
tempat dan jadwal aktualisasi, wilayah UPTD
Babai) “SEHAT”
pertemuan dengan konsultasi Puskesmas
mentor dengan mentor Babai yang S ; santun
- Melaporkan serta - Nasionalisme sehat dan (sopan
menjelaskan maksud Musyawarah mandiri dalam bertutur kata
dan tujuan kegiatan dengan mentor bidang dan
yang akan dilakukan mengenai kesehatan berperilaku
aktualisasi di Dengan misi : baik)
instansi 1.
E : Empati
- Etika Publik menghargai meningktakan
pemberdayaan (melayani
komunikasi, konsultasi
dan kerja sama dengan sumber daya dengan
mentor masyarakat sepenuh hati)
- Komitmen Mutu untuk H: Handal
Efektif, efisien dan pelayanan (memberikan
rasionalitas dalam kesehatan
pelayanan baik
konsultasi 2.
meningkatkan oleh tenaga
- Anti Korupsi
pemerataan professional)
Tanggung jawab dengan
pelayanankese A: akuntabel
apa
hatan (Dapat
yang akan dilaksanakan masyarakat dipertanggung

31
- Manajemen ASN yang adil jawabkan)
Keterbukaan dengan bermutu dan T: Teladan
mentor dan tutor serta terjuangkau (menjadi
menghormati segala 3. menjalin
panutan dan
keputusan kemitraan
sector terkait tauladan bagi
- Whole of Government
Koordinasi dengan untuk masyarakat
mentor mewujudkan dalam
Pelayanan Publik perilaku hidup berperilaku
Kejelasan kegiatan akan bersih dan hidup sehat)
dilaksanakan sehat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


2. Mengumpulkan - Mempersiapkan alat Data TB dan - mempersiapkan alat Dengan adanya Dengan
data dan pengukuran Umur Balita pengukuran tinggi badan kegiatan adanya
menentukan secara konsisten dalam pengumpulan kegiatan
- Melakukan pengukuran data balita
status gizi balita pemasangan. pengumpulan
awal tinggi badan balita, Stunting dan
(Akuntabilitas) data balita
umur balita melakukan
- bersikap Stunting dan
adil(Nasionalisme) pengukuran melakukan
- Menyiapkan formulir
tinggi badan Visi
pencatatan hasil. dalam mengukur TB anak pengukuran
UPTD
- Mencatat hasil dengan urutan yang dengan
Puskesmas
pengukuran tinggi datang terlebih dahulu menerapkan
Babai
badan dan umur balita dengan standar dan terciptanya nilai
balita prosedur yang wilayah UPTD Puskesmas
- Menginput data ke berlaku(Komitmen Puskesmas SEHAT”
aplikasi E-PPGBM mutu). Babai yang S ; santun
- Klik Daftar aplikasi E- - Menyiapkan formulir sehat dan (sopan
mandiri dalam
PPGBM daftar anak pencatatan dengan teliti bertutur kata
bidang
Berd Status Gizi TB/U (komitmen mutu) dan dan

32
- Menginterprestasikan penuh rasa tanggung kesehatan berperilaku
data jawab (Akuntabilitas ) Dengan misi : baik)
- mencatat hasil 1. E : Empati
meningktakan
pengukuran dan (melayani
pemberdayaan
melaporkan secara jelas sumber daya dengan
dan jujur (Etika Publik) masyarakat sepenuh hati)
akan data yang ditulis untuk H: Handal
tanpa memanipulasi data pelayanan (memberikan
pengukuran agar terlihat kesehatan pelayanan baik
lebih baik.(Anti Korupsi) 2. oleh tenaga
meningkatkan
- Menginput data sesuai pemerataan professional)
target (Komitmen Mutu) pelayanankese A: akuntabel
jumlah balita yang hatan (Dapat
tersedia dengan hasil masyarakat dipertanggung
catatan secara cermat yang adil jawabkan)
(Etika Publik) kedalam bermutu dan T: Teladan
terjuangkau
aplikasi. (menjadi
3. menjalin
- Mengikuti langkah yang kemitraan panutan dan
ada di aplikasi untuk lebih sector terkait tauladan bagi
mudah (Komitmen untuk masyarakat
Mutu) menentukan hasil mewujudkan dalam
status gizi BB/U. Percaya perilaku hidup berperilaku
bersih dan
diri (Nasionalisme) tidak hidup sehat)
sehat.
ada kesalahan dalam
menentukan status gizi
balita.
- Menginterpretasikan data
dengan penuh tangung

33
jawab dan berani
mengolah hasil data
status gizi balita.(Anti
Korupsi)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

3 Melakukan - Menyiapkan, alat ukur Data hasil Mepersiapkan alat ukur Visi UPTD Kegiatan
kegiatan tinggi badan, dan form pengukuran secara akurat dan memantau Puskesmas menerapkan
pemantauan pengukuran balita. tinggi badan pada balita akan Babai nilai
balita Stunting - Melakukan Pengukuran Status gizi saya lakukan secara terciptanya puskesmas
wilayah UPTD
- Mencatat Pengukuran balita saat konsisten (akuntabilitas), “SEHAT”
Puskesmas
TB balita Stunting. itu. tidak akan menambah Babai yang S ; santun
ataupun mengurangi hasil sehat dan (sopan
pengukuran (anti korupsi), mandiri dalam bertutur kata
- bidang dan
Melakukan pengukuran kesehatan berperilaku
dengan ramah (etika Dengan misi : baik)
publik), dan tidak bertele- 1.
E : Empati
tele (komitmen mutu). meningktakan
pemberdayaan (melayani
Melakukan pengukuran sumber daya dengan
dengan adil sesuai dengan masyarakat sepenuh hati)
urutan (Nilai nasionalisme : untuk H: Handal
pelayanan (memberikan
keadilan)
kesehatan
pelayanan baik
Mencatat dan menentukan 2.
meningkatkan oleh tenaga
status gizi balita Stunting professional)
pemerataan
dengan teliti(komitmen A: akuntabel
pelayanankese
mutu) dan tidak akan hatan (Dapat
memanipulasi data (anti masyarakat dipertanggung

34
korupsi) yang adil jawabkan)
bermutu dan T: Teladan
terjuangkau (menjadi
3. menjalin
panutan dan
kemitraan sector
tauladan bagi
terkait untuk
masyarakat
mewujudkan
dalam
perilaku hidup
berperilaku
bersih dan sehat
hidup sehat)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


4 Melakukan - menyusun informasi - Leaflet Melakukan pekerjaan dengan Visi UPTD Kegiatan
penyuluhan pada yang akan disampaikan - dokumenta penuh tanggung jawab dan Puskesmas menerapkan
orang tua balita - membuat desain leaflet si profesional (Akuntabilitas) Babai nilai
- mencetak leaflet informasi kesehatan akan terciptanya
stunting puskesmas
- membagikan leaflet berkontribusi ke peningkatan wilayah UPTD
pada orang tua balita “SEHAT”
pengetahuan(Nasionalisme) Puskesmas
- mendokumentasikan Babai yang S ; santun
Menyampaikan informasi (sopan
kegiatan sehat dan
dengan bahasa yang santun
mandiri dalam bertutur kata
(Etika publik)
bidang dan
Memastikan informasi kesehatan berperilaku
kesehatan yang akan Dengan misi :
digunakan dalam leaflet baik)
1.
(Komitmen mutu) E : Empati
meningktakan
dalam mengolah informasi pemberdayaan (melayani
(Anti Korupsi Jujur) sumber daya dengan
memberikan informasi secara masyarakat sepenuh hati)
benar (Manajemen ASN) untuk H: Handal
Bersinergi untuk pelayanan (memberikan
menghasilkan karya yang kesehatan

35
berkualitas(WoG) 2. pelayanan baik
Kejelasan dalam membuat meningkatkan oleh tenaga
informasi (Pelayanan pemerataan professional)
Publik) pelayanankese
A: akuntabel
hatan
masyarakat (Dapat
yang adil dipertanggung
bermutu dan jawabkan)
terjuangkau T: Teladan
3. menjalin (menjadi
kemitraan sector panutan dan
terkait untuk tauladan bagi
mewujudkan masyarakat
perilaku hidup dalam
bersih dan sehat berperilaku
hidup sehat)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
5. Melaksanakan - Menyiapkan materi - Materi - Menyiapkan materi Visi UPTD . Kegiatan
refrhesing kader - Membagikan - Jadwal untuk penyuluhan Puskesmas menerapkan
brosur/leaflet kegiatan secara teliti (komitmen Babai nilai
- Melakukan Penyuluhan - Hasil mutu) dan cermat terciptanya puskesmas
wilayah UPTD
pada kader dokumenta (etika public) “SEHAT”
Puskesmas
- Dokumentasi hasil si kegiatan - Menyediakan leaflet Babai yang S ; santun
kegiatan tentang kegiatanStunting sehat dan (sopan
dengan penuh mandiri dalam bertutur kata
tanggung jawab bidang dan
(akuntabilitas) kesehatan berperilaku
- Akan melakukan Dengan misi : baik)
1.
penyuluhan dengan E : Empati
meningktakan

36
sopan(etika public) dan pemberdayaan (melayani
tidak membeda-bedakan sumber daya dengan
kader serta masyarakat sepenuh hati)
untuk
- memberikan kader H: Handal
pelayanan
kebebasan berpendapat kesehatan (memberikan
(nilai 2. pelayanan baik
nasionalisme :Kerakya meningkatkan oleh tenaga
tan) pemerataan professional)
- Akan memperhatikan pelayanankese A: akuntabel
waktu yang sudah hatan (Dapat
masyarakat
ditentukan pada yang adil dipertanggung
kegiatan sosialisasi (anti bermutu dan jawabkan)
korupsi : DISIPLIN) terjuangkau T: Teladan
3. menjalin (menjadi
kemitraan sector panutan dan
terkait untuk tauladan bagi
mewujudkan masyarakat
perilaku hidup dalam
bersih dan sehat berperilaku
hidup sehat)

37
3.4 Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi

Kegiatan habituasi/aktualisasi di UPTD Puskesmas Babai akan

dilakukan mulaitanggal 19 Oktober 2021 s/d 29 November 2021.

Jadwal kegiatan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.6
Jadwal kegiatan Aktualisasi

No Kegiatan Jadwal Pelaksanaan

(1) (2) (3)

1. pelaksanaan konsultasi dengan 20 – 25 okt 2021

mentor

2. mengumpulkan data dan 26 - 31 okt 2021

menentukan status gizi TB/U3

3. melakukan pemantauan pada balita 1 - 13 okt 2021

stunting

4. melakukan penyuluhan/edukasi 14 – 20 okt 2021

pada orang tua balita stunting

5 refreshing kader 21 – 29 okt 2021

38
BAB IV
PENUTUP

Demikian rancangan aktualisasi yang saya buat dengan judul

“Optimalisasi Pemantaun Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Babai” dengan harapan dapat diterapkan di tempat tugas

secara berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan mutu dalam

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas menuju keluarga

sehat dan

mandiri.
Penulis memahami bahwa masih banyak kekurangan dalam

menyusun rancangan aktualisasi ini, untuk itu penulis sangat

mengharapkan masukan dan saran dari berbagai pihak.

39
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang


Aparatur Sipil Negara.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2020 tentang


Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 1


tahun 2021 tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2015. Akuntabilitas.


Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara RI.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2015. Nasionalisme.


Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara RI.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2015. Etika Publik.


Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara RI.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2015. Komitmen Mutu.


Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara RI.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2015. Anti Korupsi.


Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara RI.

40
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2017. Manajemen
Aparatur Sipil Negara. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara RI.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2017. Whole of


Government. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara RI.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2017. Pelayanan Publik. Modul


Pelatihan Dasar CalonPNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara

41
42

Anda mungkin juga menyukai