Anda di halaman 1dari 40

METODE SKRINING GIZI

(NUTRITION SCREENING METHOD)


NATALIA DESY PUTRININGTYAS
MALNUTRISI
Ketidakseimbangan antara ketersediaan energi dan zat gizi dengan
permintaan tubuh untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan
fungsi spesifik lainnya (WHO dalam Susetyowati, 2014)
3 elemen malnutrisi : defisiensi energi, defisiensi protein, dan
penurunan masa bebas lemak (Meijers dkk, 2010 dalam Susetyowati,
2014)
Malnutrisi dapat timbul sejak sebelum masuk RS atau timbul selama di
rawat di RS
Manutrisi di RS (Hospital Induced Malnutrition) penurunan status
gizi penderita yg dirawat di RS (Daldiyono dan Thaha, 1998 dalam
Susetyowati, 2014)
Pada kosensus European Society Parenteral and Enteral Nutrition
(ESPEN) dan American Society Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN)
disepakati bahwa malnutrisi memberikan efek yg tidak baik terhadap
outcome klinis pasien (Jensen dkk, 2010)
MALNUTRISI
Nomenklatur diagnosis malnutrisi pada orang dewasa di RS
(praktik klinis) :

1. Starvation-related malnutrition : kelaparan kronik tanpa


disertai inflamasi, misal pada anoreksia
2. Chronic disease-related malnutrition : penyakit kronik
yg menyebabkan inflamasi dg derajat ringan sd sedang,
misal : kegagalan organ, kanker pancreas dan arthritis
reumatik
3. Acute disease/injury-related malnutrition : ditandai dg
respon inflamasi derajat tingkat berat, misal : infeksi mayor,
luka bakar, trauma
Prevalensi Malnutrisi RS

Rata-rata menurut penelitian th 1970-2000an :


20-60%
Negara berkembang 47-50%, negara maju 20-46
% ( Norman, dkk 2008 dalam Susetyowati, 2014)
DAMPAK MALNUTRISI TERHADAP OUTCOME PASIEN

Morbiditas
Mortalitas
Lama perawatan
Dampak ekonomi
SKRINING GIZI
(NUTRITION SCREENING)
PENGERTIAN SKRINING
Skrining = penapisan

Skrining = tes atau metode diagnosis untuk mengetahui


apakah seseorang mempunyai penyakit/kondisi tertentu
sebelum menyebabkan gejala apapun

Proses SEDERHANA dan CEPAT yg dapat dilakukan oleh


tenaga kesehatan, serta SENSITIF untuk mendeteksi
pasien yg BERISIKO MALNUTRISI
(Barendregt dkk., 2012 dalam Susetyowati, 2014)
WAKTU SKRINING

The Joint Commision on Accreditaition of Healthcare


Organization (JCAHO), skrining gizi dilakukan minimal dlm
waktu 24 jam terhitung saat pasien mulai masuk RS
(DeBruyne dkk., 2008 dalam Susetyowati, 2014)
European Society for Parenteral and Enteral Nutrition
(ESPEN), skrining gizi dilakukan saat awal pasien masuk
RS (Kondrup dkk.,2003 dalam Susetyowati, 2014)
Skrining harus dpt diulang scr periodik
PERAN SKRINING
Identifikasi risiko malnutrisi atau malnutrisi
Identifikasi /prediksi risiko kondisi termasuk
komplikasi kematian, dan biaya
Identifikasi individu yg mkn atau tdk mungkin
memperoleh manfaat pengobatan tsb

(Ellia dan Straton,2012 dalam Susetyowati, 2014)


KOMPONEN SKRINING
Menurut ESPEN dalam Rasmussen dkk. (2010) :
1. Kondisi sekarang : IMT atau LLA
2. Kondisi yg stabil : kehilangan BB
3. Kondisi yg memburuk : penurunan asupan
makan
4. Pengaruh penyakit terhadap perburukan status
gizi : peningkatan kebutuhan, penurunan nafsu
makan
HASIL SKRINING
Menurut Kondrup, dkk. (2003) :
 Pasien tidak berisiko
 Pasien berisiko dan perlu terapi gizi
 Pasien berisiko dan perlu terapi gizi khusus 
dirujuk
 Hasil ragu-ragu  dirujuk
Alat skrining mudah digunakan, diterima, validitas
teruji (Lorenzo, dkk.)
METODE SKRINING GIZI
Skrining Gizi di Rumah Sakit
Metode Skrining Gizi pada Anak
Metode Skrining Gizi pada Orang Dewasa
Metode Skrining Gizi pada Usia Lanjut
METODE PADA ANAK

Nutrition Risk Score (NRS)


Pediatric Nutrition Risk Score (PNRS)
The Screening Tool for Assessment of Malnutrition in
Paediatrics (STAMP)
Paediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS)
The Screening Tool for Risk of Impaired Nutritional
Status and Growth (STRONGKIDS)
Subjective Global Nutrition Assessment (SGNA)

(Joosten dan Hulst, 2014 dalam Susetyowati, 2014)


PERBANDINGAN METODE
SKRINING ANAK
Alat skrining gizi anak sdh banyak dipublikasikan,
namun belum ada yang diterima secara universal
Kelengkapan data PNRS butuh waktu 48 jam, yang lain
bisa langsung dilengkapi
Data status gizi aktual : PYMS dan NRS menggunakan
antropometri, SGNA dan STRONGKIDS menggunakan
pemeriksaan klinis subjektif
STAMP kecenderungan overdiagnosis &sulit dilakukan
daripada STRONGKIDS
PERBANDINGAN
METODE SKRINING ANAK
Metode Kondisi Penurunan Penurunan Keparahan Lain-lain
sekarang BB Asupan Penyakit

NRS √ √ √ √
PNRS √ √ Penilaian nyeri
STAMP √ √ √
SGNA √ √ √ √ Gejala saluran
cerna, kapasitas
fungsional
PYMS √ √ √ √
STRONGKID √ √ √ √
S

Sumber : (ESPEN dalam Joosten dan Hulst, 2014)


Nutrition Risk Score (NRS)
Komponen yang diukur dalam Nutrition Risk
Score :
Persen BB ideal anak
Asupan makan (nafsu makan dan
kemampuan untuk makan)
Faktor stres (pengaruh kondisi kesehatan
terhadap kebutuhan zat gizi)
Pediatric Nutrition Risk Score
(PNRS)
oDisebut juga Simple Pediatric Nutrition Risk
Score (SPNRS)
oMembutuhkan waktu penilaian 2 hari (48
jam) untuk menilai risiko malnutrisi krn
dibutuhkan penilaian asupan selama 48 jam
oSulit dan memakan waktu lama
The Screening Tool for Assessment of Malnutrition in
Paediatrics (STAMP)

Dikembangkan Royal Manchester Children’s Hospital dan


University of Ulster diketuai Helen McCarthy
Di Inggris digunakan pd anak 2-16 tahun yg masuk RS
Mudah dan cepat digunakan
Tidak medeteksi kelebihan/kekurangan asupan vitamin dan
mineral
Hasil reliabilitas, validitas, spesifisitas, sensitifitas cukup baik
Terdiri dr 5 langkah singkat : 1).diagnosis penyakit; 2). Asupan;
3). BB dan TB; 4) risiko malnutrisi berdasar skor; 5). rencana
asuhan berdasarkan hasil
Paediatric Yorkhill Malnutrition Score
(PYMS)

Dikembangkan oleh Gerasimidis dkk., (2010) untuk anak-anak


berdasarkan rekomedasi ESPEN
Komponen :
1. Riwayat penurunan asupan makan dlm 1 minggu
sebelumnya
2. BMI
3. Riwayat penurunan BB
4. Kaitan penyakit dg kebutuhan gizi pasien
The Screening Tool for Risk of Impaired Nutritional
Status and Growth (STRONGKIDS)

Dikembangkan di Belanda oleh Hulst dkk., (2010) menurut


pedoman terbaru dr ESPEN
Menilai risiko malnutrisi anak yg dirawat di RS
Valid, reliable, mudah digunakan, dan penggunaan cepat dengan
median waktu penyelesaian 3 menit
Dapat dg mudah digunakan jg oleh perawat
Parameter :
1. Subjective Global Assessment (SGA)
2. Penyakit dg risiko tinggi
3. Asupan gizi dan kehilangannya
4. Kehilangan BB/peningkatan BB yg kurang
Subjective Global Nutrition Assessment
(SGNA)
SGNA hampir sama dengan SGA untuk orang dewasa
Komponen :
1. Riwayat Medis
Kesesuaian TB/U, BB/TB
Perubahan BB
Kecukupan asupan makan
Gejala gastrointestinal
Kapasitas fungsional (berkaitan dg gizi)
Stres metabolik dr penyakit
2. Pemeriksaan Fisik
Kehilangan lemak subkutan, kehilangan otot, ada/tidak edema
METODE PADA DEWASA
Nutrition Risk Screening 2002 (NRS-2002)
Malnutrition Universal Screening Tool (MUST)
Malnutrition Screening Tool (MST)
Nutrition Service Screening Assessment (NSSA)
Short Nutrition Assessment Questionnaire (SNAQ)
Subjective Global Assessment (SGA)
Patient Generated -Subjective Global Assessment (PG-SGA)
Prognostic Nutritional Index (PNI)
Hospital Prognosis Index (HPI)

Paling baik menurut American Dietetic Association (2010)  Nutrition Risk


Screening 2002
METODE SKRINING GIZI DEWASA
Nutrition Risk Screening 2002 (NRS-2002) Remendasi ESPEN
Malnutrition Universal Screening Tool (MUST) rekomendasi
BAPEN
Malnutrition Screening Tool (MST)Australia banyak memakai
Short Nutrition Assessment Questionnaire (SNAQ) Kruizengan
(2005)
Subjective Global Assessment (SGA) sering dipakai di Indonesia
Nutrition Risk Screening 2002
(NRS-2002)

Dikembangkan Kondrup dkk., (2003) : pemberian dukungan gizi


dg melihat tingkat keparahan malnutrisi dan peningkatan
kebutuhan gizi yg merupakan dampak dr penyakit yg diderita
Alat skrining terbaik, valid, reliable (Meyer, 2006; Sorensen dkk.,
2008; Johansen, 2004; Kyle, 2006)
Mencakup pasien yg tidak malnutrisi pd saat tertentu, namun dpt
berisiko malnutrisi krn menderita penyakit tertentu/menjalani
terapi tertentu
Memadukan faktor penyakit, gizi, dan usia
Malnutrition Universal Screening Tool
(MUST)
Didesain untuk mengidentifikasi pasien dewasa yg underweight
dan berisiko malnutrisi (status energi dn protein buruk), serta
obesitas
Tidak didesain untuk deteksi kekurangan/kelebihan intake vitamin,
mineral
Validitas , sensitifitas dan spesifitas baik, mudah, cepat digunakan,
konsitensi baik
Pada pasien yg tdk dapat diukur BB-TB, dilakukan pengukuran
alternatif dan pengukuran subjektif
Komponen :
1. BMI
2. Penurunan BB 3-6 bulan yg lalu (tdk disengaja)
3. Panyakit akut atau pernah tdk mendapt asupan > 5 hari
Malnutrition Screening Tool
(MST)

Sederhana, cepat, valid, reliable untuk


identifikasi pasien yg berisiko malnutrisi.
Akurat (Venroijj dkk., 2009)
Hanya terdapat 2 komponen :
1.Kehilangan berat badan
2.Penurunan nafsu makan
Nutrition Service Screening Assessment
(NSSA)
Skrining dan penilaian status gizi untuk dewasa
Tujuan : identifikasi risiko malnutrisi pasien scr cepat
Komponen : masalah gizi yang dapat digunakan
untuk penilaian klinis
Komponen utama :
1. Catatan medis
2. Kriteria evaluasi
Detail isi catatan medis dan kriteria evaluasi ada di
formulir
Short Nutrition Assessment Questionnaire
(SNAQ)

Dapat dilakukan untuk pasien dewasa di RS


Dikembangkan Kruizenga (2005)
Terdapat 3 komponen :
1. Kehilangan BB 6 kg selama 6 bulan
terakhir/3 kg dalam 1 bulan kemarin
2. Penurunan nafsu makan selama 1 bulan
tekahir
3. Konsumsi suplemen/makanan enteral/tube
feeding 1 bulan terakhir
Subjective Global Assessment
(SGA)
Termasuk dalam metode penilaian klinis
SGA merupakan salah satu cara menilai status gizi pasien sebelum
masuk RS dan selama di RS shg lebih menggambarkan perubahan status
gizi
Komponen :
1. Riwayat Medis
BB dan perubahan BB
Kecukupan asupan makan
Gejala gastrointestinal
Kapasitas fungsional (berkaitan dg gizi)
Penyakit hubungannya kebutuhan gizi
2. Pemeriksaan Fisik
Kehilangan lemak subkutan, kehilangan otot, ada/tidak edema
Prognostic Nutritional Index (PNI)
Indeks gizi yg berkorelasi kuat dengan malnutrisi klinis

Komponen : serum albumin, serum transferin, lipatan


kulit trisep, dan kelambatan hipersensitivitas kulit
Indikasi risiko kesakitan dan kematian pasien setelah
pembedahan
PNI (%) = 158-(16,6 x ALB) – (0,78 x TSF) – (0,2 x
TFN) – (5,8 x DCH)
ALB : serum albumin (g/dl); TSF : Triseps Skinfold
(mm); TFN : Transferin (g/dl); DCH : Delayed
Cutaneus Hipersensitivity
Inteprestasi risiko komplikasi sebelum operasi

DCH : Delayed Cutaneus PNI < 40 % =


Hipersensitivity risiko rendah
0 = nonreaktif PNI 40-50 % =
1= < 5 mm reaktivitas risiko sedang
2= > 5 mm reaktivitas PNI > 50 % =
risiko tinggi
Hospital Prognosis Index
(HPI)
Nilai HPI berdasarkan albumin serum, respon
hipersensitifitas kulit tipe lambat, keadaan klinik
(sepsis/tidak), dan kanker (ada/tidak)
HPI = (0,19 x ALB) - (1,00 x DCH) - (1,44 x SEP) +
(0,98 x DX) - 1,09
ALB : serum albumin (g/dl)
DCH : Delayed Cutaneus Hipersensitivity
1= respon positif
2= respon negatif
SEP : sepsis (ada =1, tidak = 2)
DX : diagnosis (kanker =1, bukan kanker=2)
METODE PADA USIA LANJUT
Mini Nutritional Assessment (MNA)
Nutritional Risk Index (NRI)
Geriatric Nutrition Risk Index (GNRI)
Nutritional Screening Initiative (NSI)
Mini Nutritional Assessment
(MNA)

Salah satu alat skrining untuk pasien lansia yg


sdh banyak digunakan di RS
Alat skrining gizi lansia yg paling terpercaya,
valid (sensitifitas dan spesifisitas baik),
sederhana (Bauer,2003)
Komponen :
Skrining gizi (6 pertanyaan) meliputi
antropometri, penilaian umum, penilaian diet
Assessment (12 pertanyaan)
Nutritional Risk Index
(NRI)
Digunakan untuk usia lanjut
Berhubungan dg indikator klinis dan biokimia (Istanti,
2003)
Dibandingkan SGA, NRI bisa mendetiksi malnutrisi berat
yg sebaiknya menggunakan total parenteral nutrition
(Gidson, 2005)
NRI =(1,159 x albumin) + (41,7 x BB sekarang/BB biasa)
Albumin : albumin serum (g/dl)
BB biasa : BB stabil lebih dari 6 bulan sebelum masuk RS
Interpretasi
Nilai > 100 : tdk malnutrisi
97,5-100 : malnutrisi ringan
83,5-97,4 : malnutrisi sedang
<83,3 : malnutrisi berat
Geriatric Nutrition Risk Index
(GNRI)
Digunakan untuk usia lanjut
Berhubungan dg indikator klinis dan biokimia
(Istanti, 2003)
Modifikasi dari NRI
GNRI =(1,489 x albumin) + (41,7 x BB /BB ideal)
Albumin : albumin serum (g/dl)
Interpretasi
> 98 : tdk berisiko
92-≤ 98: risiko rendah
82- < 92 : risiko sedang
<82 : risiko tinggi
Nutritional Screening Initiative
(NSI)
Dikembangkan untuk Disease
pasien usia lanjut di Amerika Eating poorly
Identifikasi Tooth loss atau mouth pain
ketidaksesuaiam asupan, Economic hardship
kemiskinan,isolasi
sosial,kemandirian,penyakit Reduced social contact
akut dan kronik, pengobatan Multiple medication/drugs
 DETERMINE
Involuntary weight loss
Need for assisstance with
self-care
Elderly years : > 80 th
TERIMA KASIH ...

Anda mungkin juga menyukai