Pkpo 2a
Pkpo 2a
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : 27 April 2022
RSI BANJARNEGARA
I. KEBIJAKAN UMUM
1. Panitia Farmasi dan Terapi adalah merupakan badan penghubung antara staf medis dan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Selain itu juga membuat kebijaksanaan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan penilaian dan pemilihan obat di rumah sakit.
2. Formularium rumah sakit adalah dokumen yang berisi kumpulan daftar obat yang
digunakan oleh profesional kesehatan dirumah sakit yang disusun secara bersama
oleh pengguna dibawah koordinasi Tim Farmasi Dan Terapi pada masing-masing
rumah sakit, yang direvisi secara terus-menerus untuk mengoptimasi pelayanan
pasien.
3. Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik rumah sakit
yang terhimpun dalam Tim Farmasi Dan Terapi untuk mengevaluasi, menilai dan
memilih dari berbagai zat aktif obat dan bentuk sediaan yang dianggap terbaik
dalam perawatan penderita dirumah sakit.
4. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia.
5. Kebijakan pengadaan obat berdasarkan Formularium
6. Ruang lingkup pelayanan PFT yaitu pada level penentuan kebijakan dalam
penggunaan obat di rumah sakit dan turut berperan dalam sebagian dari pengelolaan
dan penggunaan obat dalam siklus pengelolaan obat. Siklus pengelolaan obat secara
menyeluruh dilakukan oleh instalasi Farmasi.
7. PFT mempunyai peran dalam siklus pengelolaan obat sebagai berikut
1. Seleksi
2. Peresepan
3. Pemberian obat pada pasien
4. Pemantauan
1. Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi NonStruktural yang ditetapkan dengan SK
Direktur dan bertanggungjawab terhadap seleksi
2. Pasien BPJS peresepan sesuai Formularium Nasional dan untuk pasien umum mengacu
pada Formularium Rumah Sakit
3. Farmasi memiliki kewenangan untuk melakukan switching obat sesuai dengan yang
ditetapkan direktur yaitu 1 hari obat paten dan selanjutnya obat generik
4. Kebijakan formularium :
a. Obat yang dikeluarkan dari daftar Formularium adalah obat -obat yang tidak mutasi
minimal 6 bulan
b. Obat yang masuk dalam daftar formularium adalah obat – obat yang mendapatkan
rekomendasi dari dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan disetujui oleh Direktur, per
item obat formularium maksimal terdiri dari generik dan non generik (brand).
Obat yang masuk formularium adalah obat yang memenuhi 6 kriteria :
1) Terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidencebasedmedicines),
dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit, dengan harga yang
terjangkau. Memiliki kualitas yang memadai termasuk bioavaibitilas.
2) Memiliki rasio biaya-manfaat yang paling menguntungkan bagi pasien dilihat
dari total biaya perawatan baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung.
3) Meningkatkan kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
4) Diutamakan obat yang sudah dikenal baik dengan profil farmakokinetik yang
baik dan dibuat di dalam negeri oleh perusahaan farmasi yang sudah memiliki
sertifikat CPOB/GMP dengan sertifikasi A dan B dan terikat kontrak dengan
rumah sakit.
5) Praktis dalam proses pengadaan, penyimpanan, penggunaan dan penyerahan.
6) Diutamakan obat esensial dan senyawa tunggal.
7) Kriteria obat yang dapat dikeluarkan dari formularium :
1. Death stok : adalah obat yang tidak digunakan selama 3 – 6 bulan berturut-
turut.
2. Slowmoving : adalah obat sangat jarang digunakan
3. Obat dengan harga relatif mahal.
8) Apabila terjadi efek samping obat, dibuat laporan kepada Panitia Farmasi dan
Terapi.
9) Formularium rumah sakit dievaluasi setiap 1 tahun dan monitoring penggunaan
obat baru beserta efek samping disampaikan dalam agenda rapat tahunan
formularium. Monitoring obat baru jika dalam waktu 3 (tiga) bulan tidak mutasi
dan banyak temuan pelaporan efek samping obat maka obat baru tersebut
dikeluarkan dalam formularium.
10) Apabila terjadi efek samping obat , dibuat laporan kepada Panitia Farmasi dan
Terapi.
11) Usulan penambahan obat atau alkes dalam formularium oleh dokter harus
ditelaah oleh Panitia Farmasi dan Terapi dan mendapat rekomendasi sebelum
disetujui oleh Direktur pada akhir tahun.
12) Pembelian obat dan alat kesehatan diajukan oleh Kepala Instalasi Farmasi sesuai
pengajuan dari gudang dengan mengacu pada Rencana Anggaran Belanja (RAB)
tahunan dan disetujui oleh Supervisor dan Kepala Bidang penunjang medis.
13) Pembelian obat dan alat kesehatan dilakukan pada distributor farmasi yang
resmi, berijin dan bermou dengan rumah sakit melalui tim pengadaan barang.
14) Pengadaan obat baru hanya boleh dilakukan pada pengajuan Formularium baru,
kecuali untuk obat emergency / khusus maka diperbolehkan.
15) Obat yang diperlukan pada pasien emergency / khusus dapat diajukan lanjut
menggunakan obat paten apabila disetujui dan telah dikaji oleh tim ahli dan
Panitia Farmasi dan Terapi.
16) Daftar pembelian dilaporkan secara berkala kepada direktur,
17) Verifikasi daftar pembelian dapat dilakukan secara elektronik dan secara
manual
18) Klaim faktur kekeuangan harus dilengkapi copy sp, faktur pajak dan kontra bon
19) Kelengkapan administrasi dilakukan oleh distributor,
20) Faktur yang akan klaim ke keuangan di cek oleh Kepala Instalasi Farmasi dan
diverifikasi oleh supervisor Instalasi Farmasi
Di tetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : 27 April 2022
Direktur
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA TENTANG
PEDOMAN PANITIA FARMASI DAN TERAPI RUMAH SAKIT ISLAM
BANJARNEGARA
Kesatu : Mengesahkan Pedoman Pelayanan Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Islam
Banjarnegara sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini.
Kedua : Segala biaya administrasi yang timbul terkai dengan Keputusan ini dibebankan pada
Anggaran belanja RSI Banjarnegara
Ketiga : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan dan perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : 31 Mei 2022
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pedoman pelayanan PFT disusun sebagai acuan dalam proses penentuan kebijakan
dan pelaksanaanya bagi setiap kegiatan yangberkaitan dengan penggunaan obat diseluruh
bagian di Rumah Sakit Islam Banjarnegara sesuai pedoman akreditasi yang tertuang
dalam bab Manajemen dan Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO) dan
StandarPelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
B. Tujuan
1. Sebagai pedoman Panitia Farmasi Dan Terapi dalam melakukan fungsi
pengarahan dan pengawasan dalam pengelolaan obat
2. Sebagai pedoman Panitia Farmasi Dan Terapi untuk membuat formulasi kebijakan
mengenai obat.
3. Menerapkan pengawasan terhadap pengelolaan sediaan farmasi khususnya
yang berhubungan dengan keamanan obat bagi pasien
4. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
5. Sebagai pedoman penyusunan dan pengelolaan formularium rumah sakit
C. Ruang Lingkup Pelayanan
a. Aktifitas yang berhubungan dengan pengelolaan formularium rumah sakit
1. Pembuatan formularium rumah sakit
2. Membuat pertimbangan obat baru dan pengeluaran obat dari formularium
3. Melakukan evaluasi formularium rumah sakit tiap satu tahun sekali
1
4. Melakukan evaluasi kepatuhan pelayanan terhadap formularium rumah sakit
b. Aktifitas yang berhubungan dengan pemantauan obat baru Evaluasi penggunaan
obat baru
c. Aktifitas yang berhubungan dengan pengawasan ESO Mengkoordinasi
pelaporan dan pemantauan ESO
d. Mensosialisasikan informasi tentang kebijakan atau rekomendasi Panitia
Farmasi Dan Terapi yang telah disetujui kepada seluruh staf professional
kesehatan di rumah sakit
D. Batasan Operasional
Batasan operasional dari Tim Farmasi Dan Terapi mencakup proses:
a. Pembuatan dan pengelolaan formularium rumah sakit yang meliputi
kegiatanpengumpulanform usulan, penyusunan, evaluasi usulan baru, revisi dan
evaluasi kepatuhan staf medis pada formularium rumah sakit
b. Melakukan evaluasi dan pemantauan obat baru di rumah sakit, melakukan
evaluasi laporan adanya ESO sebagai bahan rekomendasi penggunaan obat baru
tersebut di rumahsakit
c. Melakukan evaluasi terhadap hasil laporan ESO secara rutin
E. Landasan Hukum
1. Undang - undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang - undang nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah Sakit
3. Undang - undang nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika
4. Undang - undang nomor 5 Tahun 2009 tentang Psikotropika
5. Undang – undang nomor 29 Tahun 2009 tentang Praktek Kedokteran
6. Peraturan Pemerintah nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kearmasian
7. Peraturan menteri kesehatan nomor 1951 Tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016 tentang
standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit.
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
3
BAB III
STANDAR FASILITAS
Untuk menunjang kelancaran Panitia Farmasi Dan Terapi dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, Panitia Farmasi Dan Terapi memerlukan fasilitas sebagai berikut :
1. Fasilitas ruangan dan peralatan
1) Berada dalam lingkungan rumah sakit
2) Tersedia meja dan rak untuk menyimpan arsip dokumen
2. Peralatan Kantor
1) Furniture (meja dan rak untuk menyimpan arsip dokumen)
2) Alat tulis kantor
3) Komputer
Fasilitas ruangan dan peralatan kantor Panitia Farmasi Dan Terapi digabungkan dengan
ruangan sekretaris Panitia Farmasi Dan Terapi yaitu ruang Kepala Instalasi Farmasi.
4
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
5
f. Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit antara lain:
Melakukan analisis terhadap konsumsi obat satu tahun terakhir dan
dikelompokkan menjadi pareto A (fast moving), pareto B (slow moving), dan
pareto C (very slow moving) serta dikombinasi dengan analisis VEN.
Membuat rekapitulasi usulan obat dari anggota staf medik dan Sub Seksi Farmasi
untuk obat-obat yang belum ada di formularium edisi sebelumnya.
PFT melakukan penilaian terhadap hasil analisis dan usulan anggota staf medik
atau Instalasi Farmasi .
Hasil pembahasan dikembalikan kepada anggota staf medik untuk mendapatkan
umpan balik untuk kemudian dibahas kembali oleh PFT.
Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit.
Melakukan sosialisasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan
melakukan monitoring.
g. Kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:
Relevan dengan pola penyakit di Rumah Sakit Islam Banjarnegara
Mengutamakan penggunaan obat esensial dan daftar obat Formularium Nasional
Kualitas obat terjamin, termasuk uji bioavailabilitas dan bioekuivalensi, serta
stabilitas.
Produsen obat dengan mengutamakan produsen tersertifikat GMP (Good
Manifacturing Product) atau CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan terikat
kontrak atau kerja sama dengan Rumah Sakit Islam Banjarnegara
Cost benefit yang tinggi dihitung dari total biaya perawatan
Kemudahan dalam pengadaan terutama yang digunakanuntukpasien BPJS
yaitumelaluiaplikasie-cataloge
Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
Praktis dalam penggunaan dan penyerahan.
Sedapat mungkin menghindari obat yang mengandung unsur LASA/NORUM baik
dalam nama obat maupun kemasannya.
Mudah dalam hal prosedur pengembalian/retur obat jika obat rusak atau hampir
kadaluarsa (3 bulan sebelum kadaluarsa).
h. Secara umum hanya obat formularium yang disetujui untuk diadakan secara rutin
dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Prinsip yang mendasari untuk menyetujui
6
pemberian obat non formularium adalah pada keadaan dimana penderita sangat
memerlukan terapi obat yang tidak tercantum di dalam formularium, sebagai contoh :
i. Kasus tertentu yang jarang terjadi, misalnya kelainan hormon pada anak atau
penyakit kulit yang jarang terjadi
ii. Perkembangan terapi yang sangat memrlukan obat baru yang belum terakomodir
dalam formularium rumah sakit
i. Mekanisme pengajuan obat baru ke dalam formularium:
Dokter pengusul mengisi form usulan obat baru
Formulir diajukan ke Panitia Farmasi dan Terapi
Penilaian oleh PFT mengenai usulan yang disampaikan
Usulan obat baru dapat diterima jika minimal ada 2 DPJP yang mengusulkan
Jawaban usulan diberikan secara tertulis baik diterima maupun tidak
j. Obat baru (zat aktif maupun brand name) yang masuk formularium akan dievaluasi
awal selama 3 bulan pertama. Aspek evaluasi awal meliputi:
Tingkat peresepan
Efek samping yang dilaporkan ke PFT
Tingkat KTD yang terkait dengan obat tersebut
Stabilitas obat dalam penyimpanan
Laporan klinisi terkait dengan efektivitas obat tersebut
k. Obat baru ditindak lanjuti oleh tim pengadaan, kemudian dilakukan pengadaan obat
mengetahui Barjas MOU.
l. Kriteria obat yang dikeluarkan dari formularium:
Obat very slow moving, non esensial, dan tidak memenuhi syarat di atas
Obat-obat yang tidak digunakan (death stock) setelah waktu 3 (tiga) bulan maka
obat tersebut dikeluarkan dari formularium.
Ada keputusan pemerintah untuk menarik obat tersebut dari peredaran.
Pihak principal beserta jajarannya melakukan pelanggaran etika dalam
memasarkan obat di RS Islam Banjarnegara.
Usulan dari dokter yang praktek di rumah sakit dengan mempertimbangkan
berbagai faktor.
m. Evaluasi formularium dilakukan setiap satu tahun sekali.
n. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis resep, pemberi obat,
dan penyedia obat di rumah sakit.
7
o. Penulisan Obat Generik dan obat Formularium Nasional
Obat generik diresepkan bagi pasien BPJS atas permintaan pasien, dan atas
pengkajian dokter terhadap riwayat pengobatan pasien, serta ketersediaan obat di
Rumah Sakit Islam Banjarnegara.
Penulisan resep dengan nama dagang (bermerek) boleh disubtitusi dengan
generik bagi pasien BPJS, atas permintaan pasien, atau atas ketentuan penjamin,
serta ketersediaan obat di Rumah Sakit Islam Banjarnegara.
Pasien BPJS wajib diresepkan dengan obat yang masuk daftar Formularium
Nasional
Perubahan terapi pasien dari generik ke bermerek atau sebaliknya atau ganti
terapi yang disebabkan visite dokter pengganti atau konsulan atau rawat bersama
maka yang menentukan adalah DPJP dan terapi DPJP menjadi acuan
perencanaan kebutuhan obat pasien rawat inap.
Penggunaan obat diluar Formularium Rumah Sakit dan Formularium Nasional
harus mendapat persetujuan dari manajer Pelayanan Medik setelah mendapat
rekomendasi dari Panitia Farmasi dan Terapi.
p. Evaluasi kepatuhan peresepan obat formularium dilakukan setiap bulan.
q. Instalasi Farmasi melakukan pencatan obat non formularium yang diresepkan dan
memberikan laporan kepada PFT.
r. Kejadian efek samping obat direkap oleh PFT kemudian dianalisa dan dilaporkan dan
dilaporkan kepada direkturt
s. PFT menggunakan laporan kejadian kesalahan obat untuk memperbaiki proses
penggunaan obat termasuk mengevaluasi kebijakan dan prosedur pengelolaan dan
penggunaan obat di rumah sakit.
t. Pengendalian penggunaan obat dilakukan oleh instalasi Farmasi bersama dengan
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) di Rumah Sakit, yang dilakukan terhadap jenis dan
jumlah persediaan dan penggunaan obat.
8
BAB V
LOGISTIK
TUJUAN
1. Mengelola perbekalan kesehatan yang efektif dan efesien
2. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan
3. Meningkatkan kompetensi / kemampuan tenaga kesehatan terutama yang berkaitan
dengan obat
4. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdayaguna dan tepat guna
5. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
PENGADAANFORMULARIUM
Dalam pengadaan formularium, Panitia Farmasi Dan Terapi melalui unit
logistikRumah Sakit Islam Banjarnegara, membuat buku formularium dengan cara
mencetak di percetakan yang telah ditentukan oleh unit logistik.
9
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
10
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Panitia Farmasi dan Terapi merupakan tim yang bersifat fungsional dan bukanlah
sebuah unit sehingga tidak memiliki pedoman keselamatan kerja tersendiri. Sekretariat
Panitia Farmasi dan Terapi bergabung dengan ruang Kepala Instalasi Farmasi yang menjadi
sub bagian dengan Farmasi Rawat Inap sehingga Pedoman Keselamatan Kerja mengikuti
Pedoman Pelayanan Farmasi.
11
BAB VIII
PENUTUP
Pedoman ini diharapkan digunakan sebagai acuan bagi Panitia Farmasi dan Terapi
untuk menjalankan fungsinya. Formularium yang disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi
merupakan pedoman pemilihan dan penggunaan obat yang paling bermanfaat bagi pasien
dan akan mendorong penggunaan obat secara rasional di rumah sakit. Adanya formularium
di rumah sakit diharapkan dapat menyederhanakan penyediaan obat, membatasi
penggunaan obat yang tidak perlu dan meningkatkan efisiensi pengobatan.
Diharapkan dengan tersusunnya Pedoman Pelayanan Panitia Farmasi dan Terapi
akanmemberikansumbanganterhadappeningkatanmutupelayanankesehatan rumahsakit.
12
PEDOMAN PENGORGANISASIAN
2022
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Jl. Raya Bawang km. 8 Banjarnegara
Telp. Pely (0286) 597034, IGD (0286) 5988848, Fax. (0286) 597015
Web. rsibanjarnegara.com, Email : rsi_banjarnegara@yahoo.co.id
KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Nomor: 1389/ SK / RSIB / V /2022
TENTANG
PEDOMAN PENGORGANISASIAN DAN TATA KERJA PANITIA FARMASI
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Bismillahirrohmanirrohim
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, diperlukan
adanya panitia yang merumuskan kebijakan mengenai pemilihan obat,
penggunaan obat dan evaluasinya.
b. Bahwa untuk melaksanakan fungsi – fungsi tersebut maka perlu dibentuk
Panitia Farmasi dan Terapi.
c. bahwa dalam rangka mengatur tata kerja dan tata kelola diperlukan Pedoman
Struktur Organisasi di Panitia Farmasi dan Terapi.
d. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara;
ii
DAFTAR ISI
Cover…………….................................................................................................... i
SK PENGORGANISASIAN.......................................................................... ......... ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. RUANG LINGKUP
Pedoman pengorganisasian dan tata kerja Panitia Farmasi dan Terapi ini meliputi penataan
organisasi, jabatan, dan ketenagaan.
1
BAB II
2
BAB III
C. TUJUAN
Syiar Islam melalui pelayanan kesehatan
3
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RS
4
5
BAB V
DIREKTUR
KETUA
SEKERTARIS
ANGGOTA
5
BAB VI
URAIAN JABATAN
A. Penanggung jawab
Penanggung jawab tim adalah Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara
Tugas pokok:
a. Memberikan arahan pelaksanaan Panitia Farmasi dan Terapi di RSI Banjarnegara
b. Memantau pelaksanaan pelayaan Panitia Farmasi dan Terapi RSI Banjarnegara
c. Memberi masukan kepada Panitia Farmasi dan Terapi RSI Banjarnegara untuk
terselenggaranya pelayanan Panitia Farmasi dan Terapi yang baik
B. Ketua
Ketua Panitia Farmasi dan Terapi adalah seorang dokter
Uraian Tugas :
1. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya
2. Menyusun formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat-obatan di rumah
sakit dan apabila perludapat diadakan perubahan secara berkala
3. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi penulisan resep dan
penggunaan obat generik bersama- sama dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
4. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat dengan mengkaji rekam
medik pasien (audit medik)
Tanggung Jawab :
1. Bertanggung jawab terhadap telaah Formularium Rumah Sakit
2. Bertanggung jawab untuk melaporkan hasil pelaksanaanprogram panitia farmasi dan
terapi kepada direktur
3. Bertanggung jawab terhadap disiplin dan performa kerjastaf di Panitia Farmasi dan
Terapi
C. Sekertaris
Sekretaris Panitia Farmasi dan Terapi adalah seorang Apoteker
Uraian Tugas :
1. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya
2. Menyusun formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat-obatan di rumah
sakit dan apabila perludapat diadakan perubahan secara berkala
3. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi penulisan resep dan
penggunaan obat generik bersama- sama dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
4. Mempersiapkan rapat dan menjadi notulis dalam rapat pertemuan Panitia Farmasi dan
Terapi
Tanggung Jawab :
1. Melakukan tugas dan fungsinya secara profesional
2. Bertanggung jawab terhadap kegiatan administratif Panitia Farmasi dan Terapi
6
D. Anggota
Anggota Panitia Farmasi dan Terapi adalah dokter, dokter spesialis, perawat, dan KSM
Uraian tugas
1. Mengembangkan formularium di rumah sakit danmerevisinya
2. Menyusun formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat-obatan di rumah
sakit dan apabila perlu dapat diadakan perubahan secara berkala
3. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi penulisan resep dan
penggunaan obat generik bersama- sama dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Tanggung Jawab :
1. Melaksanakan dan mentaati peraturan dan prosedur yangditetapkan
2. Melakukan tugas dan fungsinya secara profesional
7
BAB VII
Hubungan tata kerja antara Panitia Farmasi dan Terapi dengan gugus tugas lain sebagai berikut
1. Seleksi obat yang akan masuk formularium dilakukan secara kolaboratif antara dokter –
dokter, apoteker yang merupakan representative dan manajemen instalasi, serta
repesentative perawat dari bidang keperawatan yang mewakili perawat.
2. Instalasi Farmasi sebagai satu-satunya bagian kewenangan sesuai perundang-undangan
dalam kesehatan dengan kebijakan satu pintu. Obat yang digunakan di RSI Banjarnegara,
dikelola sesuai kebijakan satu pintu yang ditetapkan Undang-Undang, yaitu dikelola oleh
Instalasi Farmasi
3. Resep yang ditulis dokter dilayani oleh Instalasi Farmasi untuk pasien dari
berbagai gugus tugas pelayanan (Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan,
ICU, IGD dan IBS)
8
BAB VIII
9
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI
10
BAB X
KEGIATAN RAPAT
Kegiatan rapat Panitia Farmasi terdari rapat rutin dan rapat insidental.
A. Rapat rutin
1. Rapat rutin adalah rapat yang sudah terprogram dan jelas waktunya.
2. Dilakukan tiga kali dam satu tahun
3. Rapat dihadari oleh semua anggota Panitia Farmasi dan Terapi minimal 80% anggota
hadir pada saat rapat.
4. Membahas evaluasi kegiatan, masalah kegiatan dan pemecahan masalahnya. Pimpinan
rapat adalah ketuaPanitia Farmasi dan Terapi.
5. Kelengkapan rapat berupa surat undangan, notulen, daftar hadir, rencana tindak lanjut,
rekomendasi.
B. Rapat insidental
1. Rapat insidental dilakukan tidak sesuai dengan jadwal rapat, karena adanya suatu
masalah yang harus diselesaikan segera.
2. Peserta rapat adalah Panitia Farmasi dan Terapi
3. Kelengkapan rapat berupa surat undangan, notulen, daftar hadir, rencana tindak lanjut,
rekomendasi.
11
BAB XI
PELAPORAN KEGIATAN
1. Sekretaris PFT wajib membuat notulen setiap kegiatan PFT dan melaporkannya kepada
Ketua PFT.
2. Membuat arsip semua notulen, catatan kegiatan, dan hasil evaluasi kegiatan PFT
3. Membuat Laporan Kegiatan PFT untuk diteruskan kepada Direktur setiap akhir tahun
sebagai hasil evaluasi dan bahan pertimbangan dalam merancang rencana program
tahun berikutnya
12
BAB XII
PENUTUP
Pedoman pengorganisasian Panitia Farmasi dan Terapi disusun sebagai acauan Panitia Farmasi
dan Terapi RSI Banjarnegara dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dengan tugas dan
fungsinya masing-masing.
Ditetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : 6 Mei 2022
Direktur,
13
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Jl. Raya Bawang Km. 8 Banjarnegara
Telp. Pelayanan (0286) 597034, IGD (0286) 5988848, Fax. (0286) 597015
Website. rsibanjarnegara.com, Email : rsi_banjarnegara@yahoo.co.id
: Pujiningsih, Amd.Gz
Ditetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : 13 Januari 2022
Direktur
Ditetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal :13 Januari 2022
Direktur
Unit Terkait Panitia Farmasi dan Terapi, Staf Medis, Instalasi Farmasi