Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TENTANG ADL

ACTIVITY DAILY LIVING LANSIA

Dosen : Agus Prasetyo, SKM, M.Kes

Di Susun Oleh:

Ayu Wulan Ningrum

P1337420420010

05/3B

PRODI D III KEPERAWATAN BLORA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Lanjut Usia
1. Pengertian
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas, baik pria maupun wanita (Kushariyadi, 2011). Menurut UU No.
13/1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2
mengatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun ke atas.
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan
manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah mengalami tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua.
Menua didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya
kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan,
hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologi yang
terkait dengan usia (Rivansyah, 2014).

Pada tahap ini, lanjut usia akan mengalami perubahan-perubahan


pada kondisi fisik maupun psikis. Perubahan ini mulai terjadi karena
proses pertumbuhan sel-sel sudah terhenti dan mulai menunjukkan
penurunan fungsinya. Perubahan tersebut antara lain perubahan
kesehatan, perubahan fisik, kemampuan motorik, minat, kemampuan
mental, lingkungan, status sosial, dan perubahan-perubahan lainnya
(Santoso dan Ismail, 2009).
Lanjut usia adalah suatu proses yang alami yang tidak dapat
dihindari oleh manusia. Lansia ditandai dengan perubahan fisik,
emosional, dan kehidupan seksual. Gelaja-gelaja kemunduran fisik
seperti merasa cepat capek, stamina menurun, badan menjadi
membongkok, kulit keriput, rambut memutih, gigi mulai rontok, fungsi
pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis,
2016). Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
lansia adalah merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, yaitu
seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita, hal ini
ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan kehidupan seksual.

2. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia dibagi menjadi lima yaitu pralansia, lansia, lansia


resiko tinggi, lansia potensial, lansia tidak potensial. Pertama adalah
pralansia (prasenelis) merupakan seseorang yang berusia antara 45-59
tahun. Kedua adalah lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih. Ketiga adalah lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70
tahun atau lebih dan bermasalah dengan kesehatannya seperti menderita
rematik, demensia, mengalami kelemahan dan lain-lain. Keempat adalah
lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa. Sedangkan yang
terakhir adalah lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya
mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain
(Darmajo, 2009).
Menurut WHO batasan lanjut usia dibagi menjadi 4 kelompok,
meliputi usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai
59 tahun, lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua
(old), antara 75 sampai 90 tahun, usia sangat tua (very old), diatas 90
tahun (Nugroho, 2012).
Berdasarkan laporan rumah sakit melalui Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) tahun 2010, 10 peringkat terbesar penyakit penyebab rawat
jalan pada kelompok usia 45-64 tahun dan 65+ tahun yang paling tinggi
adalah hipertensi esensial sedang sebab sakit lainnya hampir sama
kecuali pada kelompok umur 45-64 tahun terdapat gangguan refraksi,
penyakit kulit dan pulpa sedangkan pada kelompok umur >65 tahun
terdapat katarak, penunjang sarana kesehatan dan penyakit jantung.
Sedangkan menurut Susenas Tahun 2012 terdapat keluhan
kesehatan yang paling tinggi adalah jenis keluhan lainnya (32,99%).
Jenis keluhan lainnya di antaranya keluhan yang merupakan efek dari
penyakit kronis seperti asam urat, darah tinggi, rematik, darah rendah dan
diabetes. Kemudian jenis keluhan yang juga banyak dialami lansia adalah
batuk (17,81%) dan pilek (11,75%).
3. Karakteristik Lansia
Menurut Dewi (2014) lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:

(1) Berusia di atas 60 tahun.


(2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi, mulai dari rentang sehat
hingga sakit, dari kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, dan
dari kondisi adaptif hingga maladaptif.
(3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
4. Perubahan pada Lansia
Memasuki usia tua berarti memasuki periode dimana organisme
mengalami usia kemunduran dan mengalami perubahan pada sistem
organ tubuh yang berupa penurunan anatomi maupun fungsional organ-
organ tersebut. Penurunan fungsional pada lansia mengarah pada
teradinya gangguan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kemampuan
aktifitas hidup sehari-hari lansia dapat diukur dengan melihat aktivitas
yang bisa dilakukan oleh lansia misalnya dari hal makan, BAK/BAB,
mengenakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi.
Menurut Bandiyah (2009) ada beberapa perubahan yang terjadi
pada lanjut usia antara lain :
Perubahan-perubahan fisik
a. Sel
(1) Lebih sedikit jumlahnya
(2) Lebih besar ukurannya
(3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler
(4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal dan darah sertahati
(5) Jumlah sel otak menurun
(6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel
(7) Otek menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%
b. Sistem Pernafasan
(1) Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya)
(2) Cepatnya menurun hubungan persyarafan

(3) Lambat dalam respond waktu untuk bereaksi, khususnya dengan


stress
(4) Mengecilnya saraf panca indra
(5) Mengurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
saraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan
suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin
(6) Kurang sensitive terhadap sentuhan
c. Sistem Pendengaran
(1) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya
kemampuan atau daya pendengaran pada telinga dalam terutama
terhadap bunyi atau suara-suara atau nada-nada tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata 50% terjadi pada usia diatas
65 tahun

(2) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis


(3) Terjadinya penggumpalan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin
(4) Pendengaran bertambah menurun pada lansia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres
d. Sistem Penglihatan
(1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar
(2) Kornea lebih berbentuk strefis atau
(3) Lensa lebih suram atau kekeruhan pada lensa menjadi katarak,
jelas menyebabkan gangguan penglihatan
(4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, dah susah melihat dalam cahaya gelap
(5) Hilangnya daya akomodasi
(6) Menurunnya lapisan pandang dan berkurangnya luas
pandangannya
(7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada
skala
e. Sistem Kardiovaskuler
(1) Elasitisas dan diding aorta menurun
(2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
(3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontaksi dan volumenya
(4) Kehilangan elasitisas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur
ke duduk atau duduk ke berdiri bila menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg mengakibatkan pusingmendadak
(5) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi
dari pembuluh darah perifer
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
(1) Temperatur tubuh menurun (hipotemia) secara fisiologik + 35
ºC ini akibat metabolisme yang menurun
(2) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot
g. Sistem Respirasi
(1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
(2) Menurunnya aktivitas dari silia
(3) Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun, dan kedalaman pernafasan menurun

(4) Alveoli ukurannya melebar dari biasanya dan jumlahnya berkurang


O2 (oksigen) ada arteri menurun menjadi 75 mmHg
(5) CO2 (karbon dioksida) pada arteri tidak berganti
(6) Kemampuan untuk batuk berkurang
(7) Kemampuan pegas, dinding dada, dan kekuatan otot pernafasan
akan menurun seiring dengan pertambahan usia
h. Sistem gastrointestinal
(1) Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease yang
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan
gigi yang buruk dan gizi yang buruk
(2) Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (80%) hilangnya sensitifitas dari
saraf pengecap lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya
sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit
(3) Esofagus melebar
(4) Lambung rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun
(5) Peristaltic melemah dan biasanya timbul konstipasi
(6) Fungsi absorpsi melemah
(7) Liver atau hati semakin mengecil dan menurunnya tempat
pengimpanan, berkurangnya aliran darah
(8) Mengecilnya ovari dan uterus
(9) Atrofi payudara

(1) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi sperma meskipun


adanya penurunan secara berangsur-angsur
(2) Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun asalkan
kondisi kesehatan baik
(3) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan
terjadi perubahan-perubahan warna
i. Sistem Genitourinaria
(1) Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, melalui urin darah yang masuk ke ginjal disaring oleh
nefron. Aliran darah ginjal menurun sampai 50% fungsi tubulus
berkurang akibat kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin
(2) Vesika urinaria atau kandung kemih, otot-otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan
frekuensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan
pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya
retensi urin
(3) Pembesaran otot dialami oleh pria diatas 65 tahun
(4) Atrofi vulva
(5) Vagina, orang-orang yang semakin menua sexual intercoure
masih juga membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu
fungsi seksual seseorang berhenti, frekuensi cenderung menurun

bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan


menikmati lajannya terus sampai tua
j. Sistem Endokrin
(1) Produksi dari hampir semua hormon menurun
(2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
(3) Pituitari
(4) Perubahan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam
pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH
(adrenocorticotropic hormone), TSH (thyroid stimulating
hormone), FSh (follicle stimulating hormone) dan LH (luteinizing
hormone)
(5) Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR, dan menurunnya
dan pertukaran zat
(6) Menurunnya produksi aldosteron
(7) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron,
estrogen, dan terstosteron
k. Sistem Kulit
(1) Kulit mengerut atau keriput akibat dari kehilangan jaringan
lemak
(2) Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis
(3) Menurunnya respon terhadap trauma
(4) Mekanisme proteksi kulit menurun
(5) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu

(6) Rambut dalam hidung dan telinga menebal

(7) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan

Vaskularisasi

(8) Pertumbuhan kuku lebih lambat

(9) Kuku jari menjadi keras dan rapuh

l. Sistem Muskuloskeletal
(1) Tulang kehilangan cairan dan semakin rapuh
(2) Kifosis
(3) Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
(4) Discus interveterbralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang)
(5) Persendian membesar dan menjadi kaku
(6) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
(7) Atrofi serabut otot
(8) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh
Perubahan-perubahan mental pada lanjut usia
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental pada lanjut usia
antara lain:

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ peras

b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Perubahhan-perubahan psikososial yang terjadi pada lanjut usia
antara lain :
a. Pensiun
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan
identitas dikaitkan dengan peranan dalam bekerja. Bila seseorang
pensiun, ia akan mengalami kehilangan- kehilangan antara lain :
kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman, dan
kehilangan pekerjaan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidupnya
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan
e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit,
bertambahnya biaya pengobatan
f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan
5. Menurut (Fatimah, 2010) perubahan fisik yang terjadi pada lansia erat
kaitannya dengan perubahan psikososial. Lansia yang sehat secara
psikososial dapat dilihat dari kemampuannya beradaptasi terhadap
kehilangan fisik, sosial, dan emosional serta mencapai kebahagiaan,
kedamaian dan kepuasan hidup. Ketakutan menjadi tua dan tidak mampu
produktif lagi memunculkan gambaran yang negatif tentang proses
Permasalahan pada Lanjut Usia.
a. Kehilangan dalam bidang sosial ekonomi
Kehilangan keluarga atau teman karib, kedudukan sosial, uang,
pekerjaan (pensiun), atau mungkin rumah tinggal, semua ini dapat
menimbulkan reaksi yang merugikan. Perasaan aman dalam hal
sosial dan ekonomi serta pengaruhnya terhadap semangat hidup,
rupanya lebih kuat dari pada keadaan badani dalam melawan depresi
(Maramis, 2009).
b. Seks pada usia lanjut
Orang usia lanjut dapat saja mempunyai kehidupan seks yang
aktif sampai umur 80-an. Libido dan nafsu seksual penting juga pada
usia lanjut, tetapi sering hal ini mengakibatkan rasa malu dan
bingung pada mereka sendiri dan anak-anak mereka yang
menganggap seks pada usia lanjut sebagai tabu atau tidak wajar.
Orang yang pada masa muda mempunyai kehidupan seksual yang
sehat dan aktif, pada usia lanjut masih juga demikian, biarpun sudah
berkurang, jika saat muda sudah lemah, pada usia lanjut akan habis
sama sekali (Maramis, 2009). Memang terdapat beberapa perubahan
khusus mengenai seks. Pada wanita karena proses penuaan, maka
pola vasokongesti pada buah dada, klitoris dan vagina lebih terbatas.
Aktivitas sekretoris dan elastisitas vagina juga berkurang.

Pada pria untuk mencapai ereksi diperlukan waktu lebih lama.


Ereksi mungkin tidak akan dicapai penuh, tetapi cukup untuk
melakukan koitus. Kekuatan saat ejakulasi juga berkurang. Pada
kedua seks, semua fase eksitasi menjadi lebih panjang, akan tetapi
meskipun demikian, pengalaman subjektif mengenai orgasme dan
kenikmatan tetap ada dan dapat membantu relasi dengan pasangan
(Maramis, 2009).
c. Penurunan fungsi kognitif
Menurut Setiati, Harimurti & Roosheroe (2009) menyebutkan
adanya perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi
berkurangnya kemampuan meningkatkan fungsi intelektual,
berkurangnya efisiensi tranmisi saraf di otak menyebabkan proses
informasi melambat dan banyak informasi hilang selama transmisi,
berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan
mengambil informasi dari memori, serta kemampuan mengingat
kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan mengingat
kejadian yang baru saja terjadi.
Penurunan menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat dipercaya
sebagai kontributor utama perubahan dalam kemampuan kognitif
dan efisiensi dalam pemrosesaninformasi.
d. Jatuh
Jatuh dapat menyebabkan berbagai bentuk cedera pada lansia seperti
patah tulang. Lansia yang berada di komunitas. Jatuh terjadi karena
adanya beberapa faktor. Selain faktor akibat proses penuaan terdapat
juga faktor-faktor lain yang berasal dari lingkungan yang menjadi
penyebab jatuh antara lain lantai yang basah, licin, adanya objek yang
berserak dilantai atau penataan barang-barang yang tidak rapih dan dapat
membahayakan bagi lansia, penerangan yang kurang, anak tangga yang
terlalu tinggi, tidak ada alat bantu berjalan ataupun safety rail, lantai
yang memiliki perbedaan ketinggian, tempat duduk yang terlalu tinggi
bagi lansia, tempat tidur lansia yang terlalu tinggi, lokasi WC yang terlalu
jauh dengan kamar tidur lansia dan hal-hal lain yang dapat meningkatkan
risiko cedera.
B. Status Fungsional (ADL)

1. Pengertian

Activity Daily Living (ADL) merupakan pengukuran kemampuan


seseorang dalam melakukan aktivitas secara mandiri. Penentuan secara
fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan dalam
memudahkan pemilihan intervensi yang tepat (Maryam, 2012).
Kualitas hidup lansia juga dapat dinilai dari kemampuan
melakukan activity daily living. Menurut Setiati (2015), activity daily
living (ADL) ada 2 macam yaitu: activity daily living standar dan
instrumental activity daily living. Activity daily living standar meliputi
kemampuan merawat diri seperti makan, berpakaian, BAB / BAK, dan
mandi. Sedangkan instrumental activity daily living (IADL) terdiri dari
aktivitas yang lebih kompleks seperti halnya menjalankan ibadah,
memasak, mencuci, berbelanja, menyimpan obat, menggunakan telepon
dan menggunakan uang.

Aktivitas sehari-hari dapat mengukur rating skala, alat ukur yang


digunakan instrument pengkajian yang berfungsi mengukur kemandirian
fungsionaldalam hal perawatan diri dan mobilitas.

adalah indeks barthel. Indeks Barthel merupakIndeks barthel


(modifikasi Collin C, Wade DT) adalah alat atau instrument ukur status
fungsional dasar berupa kuesioner yang berisi atas 10 butir pertanyan yang
terdiri dari mengendalikan rangsangan buang air besar, mengendalikan
rangsangan buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat
gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan toilet atau masuk-
keluar WC (melepas, memakai celana, membersihkan atau menyeka,
menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi dan
sebaliknya, mobilitas atau berjalan, berpakaian, naik-turun tangga dan
mandi. Dengan skor antara 0 – 20. Skor 20 = mandiri, skor 12 – 19 =
ketergantungan ringan, skor 9 – 11 = ketergantungan sedang, skor 5 – 8 =
ketergantungan berat, skor 0 – 4 = ketergantungan totalan Tabel 2.1 Indeks
Barthel dalam Pemenuhan Kemandirian Lansia
No Aktivitas Kemampuan Skor
1 Bagaimana kemampuan Mandiri 3
transfer (berpindah posisi) Dibantu satu orang 2
Bapak/ Ibu dari posisi tidur ke Dibantu dua orang 1
posisi duduk ? Tidak mampu 0

2 Bagaimana kmampuan Mandiri 3


berjalan (mobilitas) Bapak/ Ibu Dibantu satu orang 2
? Dibantu dua orang 1
Tidak mampu 0

3 Bagaimana penggunaan toilet Mandiri 2


(pergike / dari WC, Perlu pertolongan 1
melepas/mengenakan celana, orang lain
menyeka, menyiran) Bapak/ Tergantung orang 0
Ibu ? lain
4 Bagaimana kemampuan Mandiri 1
Bapak/ Ibu dalam Perlu pertolongan 0
membersihkan diri (lap muka, orang lain
sisir rambut, sikat gigi)?
5 Bagaimana kemampuan Kontinen teratur 2
Bapak/ Ibu dalam mengontrol Kadang – kadang 1
BAB ? inkontinen
Inkontinen 0

Bagaimana kemampuan Mandiri 2

6
Bapak/ Ibu dalam mengontrol Kadang – kadang 1
BAK ? inkontinen
Inkontinen 0
7 Bagaimana kemampuan Mandiri 1
Bapak/ Ibu dalam Tergantung orang 0
membersihkan diri (mandi) ? lain
8 Bagaimana kemampuan Mandiri 2
Bapak/ Ibu dalam berpakaian Sebagian dibantu 1
(mengenakan baju) ? Tergantung orang 0
lain
9 Bagaimana kemampuan Mandiri 2
makan
Bapak/ Ibu ? Perlu pertolongan 1
Tergantung 0
pertolongan orang
lain
10 Bagaimana kmampuan Bapak/ Mandiri 2
Ibu untuk naik atau turun Perlu pertolongan 1
tangga ? Tidak mampu 0
Skor total (0 – 20)

Sumber : Indeks Barthel modifikasi Collin C dalam Agung 2010.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Activity Daily Living (ADL)

Menurut (Hardywinoto dalam Rakhmawati, 2017), kemampuan


dalam melakukan activity daily living dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain :

a. Umur dan Status Perkembangan


Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan
tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi
terhadap ketidakmampuan melaksanakan activity daily living. Saat
perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara perlahan-
lahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan
activity daily living.
b. Kesehatan Fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi
kemampuan partisipasi dalam activity daily living, contoh sistem
nervous mengumpulkan, menghantarkan dan mengolah informasi
dari lingkungan. Sistem muskuloskeletal mengkoordinasikan dengan
sistem nervous sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan
cara melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena
penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan activity
daily living secara mandiri.
c. Fungsi Kognitif
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam melakukan activity daily living. Fungsi kognitif menunjukkan
proses menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan
sensor stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses
mental memberikan kontribusi pada fungsi kognitif dapat
mengganggu dalam berpikir logis dan menghambat kemandirian
dalam melaksanakan activity daily living.
d. Fungsi Psikososial
Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk
mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada
suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks
antara perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada
intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau
ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam tanggung jawab
keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti masalah
komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam
penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan
activity daily living.
e. Tingkat Stress
Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai
macam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor),
dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat mengganggu
keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa fisiologis seperti
injuri atau psikologi seperti kehilangan.
f. Ritme Biologi
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur
lingkungan fisik disekitarnya dan membantu homeostasis internal
(keseimbangan dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama
biologi yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam.
Perbedaaan irama sirkardian membantu pengaturan aktivitas
meliputi tidur, temperatur tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang
ikut berperan pada irama sirkardian diantaranya faktor lingkungan
seperti hari terang dan gelap, seperti cuaca yang mempengaruhi
activity daily living.
g. Status Mental
Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang.
Keadaan status mental akan memberi implikasi pada pemenuhan
kebutuhan dasar individu. Seperti yang diungkapkan oleh Cahya
yang dikutip dari Baltes, salah satu yang dapat mempengaruhi
ketidakmandirian individu dalam memenuhi kebutuhannya adalah
keterbatasan status mental. Seperti halnya lansia yang memorinya
mulai menurun atau mengalami gangguan, lansia yang mengalami
apraksia tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan dasarnya.
h. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat salah satunya
adalah posyandu lansia. Jenis pelayanan kesehatan dalam posyandu
lansia salah satunya ada pemeliharaan activity daily living. Lansia
yang secara aktif melakukan kunjungan ke posyandu kualitas
hidupnya akan lebih baik dari pada lansia yang tidak aktif ke
posyandu (Pujiono, 2009).
3. Manfaat kemampuan aktivitas sehari-hari pada lansia

Kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia sangat


bermanfaat, diantaranya sebagai berikut (Bandiyah, 2009) :

a. Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia. Selain itu


terdapat banyak faktor yang dapat membatasi dorongan dan
kemauan seksual pada lanjut usia khususnya laki-laki.
b. Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan.
c. Tulang tidak mudah patah.
d. Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau mengurangi
kecepatan penurunan kekuatan otot.

C. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori

Penggolongan lansia
Faktor yang mempengaruhi
 Usia pertengahan
ADL :
(middle age) antara usia
45 sampai 59 tahun,  Umur dan status

 lanjut usia (elderly), perkembangan

antara 60 sampai 74  Kesehatan fisiologis

tahun,  Fungsi kognitif

 lanjut usia tua (old),  Fungsi psikososial


antara 75 sampai 90  Tingkat stress
tahun,  Ritme biologi
 usia sangat tua (very  Status mental
old), diatas 90 tahun  Pelayanan kesehatan
(Nugroho, 2012) (Rakhmawati, 2017)

Anda mungkin juga menyukai