Anda di halaman 1dari 4

.

3 Pembahasan
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jarak(s), jarak
bayangan(s’), dan jarak titik api(f). alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini
adalah meja optic, rel presisi sebanyak 2 buah, pemegang slide diafragma, bola
lampu 12 volt, lensa f=100 mm, lensa f=200 mm, diafragma 1 celah, tumpukan
berpenjepit sebanyak 4 buah, dan catu daya. Alat –alat tersebut disusun sesuai
langkah-langkah percobaan pada modul. Langkah pertama yaitu memasang rel
presisi, kemudian memasang lampu sebagai sumber cahaya lalu kemudian
meletakkan lensa f=100 mm di depan sumber cahaya dengan jarak 10 cm
kemudian di depannya di pasang diafragma 1 celah. Untuk lensa f=200 mm di
pasang dengan jarak 30 cm dari benda (diafragma). Kemudian untuk melihat
bayangan yang dihasilkan di pasang meja optic dengan posisi diatur sedemikian
rupa sampai bayangannya tampak jelas. Tujuan dari penggunaan lensa positif
dalam percobaan ini adalah agar cahaya yang berasal dari lampu bersifat
mengumpul karena lensa ini bersifat konvergen. Oleh karena itu bayangan dapat
diamati pada meja optik(layar).
Percobaan pertama untuk menentukan jarak bayangan, lensa f=200 mm
diletakkan sejauh 30 cm yang merupakan jarak benda (s) dan di dapatkan jarak
bayangan 63 cm. yang kedua yaitu lensa f=200 cm diletakkan sejauh 35 cm dari
benda(diafragma) dan jarak bayangan(s’) yang diperoleh sejauh 47 cm. kemudian
lensa diletakkan sejauh 40 cm sebagai s dan jarak bayangan yang diperoleh yaitu
41 cm. untuk jarak benda ke lensa yang diletakkan sejauh 45 cm diperoleh jarak
bayangan sejauh 36 cm. dan terakhir lensa diletakkan sejauh 50 cm dari benda dan
jarak bayangan yang diperoleh yaitu sejauh 33 cm. mengukur jarak bayangan itu
sendiri yaitu dengan menggeser-geser layar sampai kemudian bayangan tampak
jelas pada layar.
Dari data yang diperoleh dari pengukuran jarak benda dan jarak bayangan
tersebut maka dapat ditentukan jarak focus yaitu dengan menggunakan rumus
gauss, 1/s + 1/s’ = 1/f.
1.      Pada jarak benda 30 cm dan jarak bayangan 63 cm, jarak
fokusnya sebesar 20,49 cm.
2.      Pada jarak benda 35 cm dan jarak bayangan 47 cm, jarak
fokusnya sebesar 20,33 cm.
3.      Pada jarak benda 40 cm dan jarak bayangan 41 cm, jarak
fokusnya sebesar 20,41 cm.
4.      Pada jarak benda 45 cm dan jarak bayangan 36 cm, jarak
fokusnya sebesar 20,41 cm.
5.      Pada jarak benda 50 cm dan jarak bayangan 33 cm, jarak
fokusnya sebesar 19,88 cm.

Dari data yang diperoleh tersebut dapat diketahui hubungan antara jarak
benda(s), jarak bayangan(s’), dan jarak titik api(f). untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada table sebagai berikut.

1.      Hubungan antara jarak benda(s), jarak bayangan(s’), dan jarak titik
fokus.
No. s (cm) S’ (cm) f (cm)
1. 30 63 20,49
2. 35 47 20,33
3. 40 41 20,41
4. 45 36 20,41
5. 50 33 19.,88

Dari table diatas dapat kita lihat bahwa hubungan antara jarak benda(s)
dan jarak bayangan(s’) berbanding terbalik artinya bahwa semakin besar atau
semakin jauh jarak benda maka semakin kecil jarak bayangannya. Dan dari
hubungan jarak benda(s), jarak bayangan(s’), dan jarak fokus(f) dirumuskan
dengan persamaan gauss yaitu :
1/s + 1/s’ = 1/f
dari persamaan diatas bahwa jarak benda dan jarak bayangan berbanding
lurus dengan jrak fokus. Berhubung pada pratikum ini menggunakan lensa fokus
200 mm maka jarak titik fokus yang di hasilkan seharusnya 20 cm. berapa pun
nilai jarak benda(s) dan jarak bayangan(s’) jika dihitung hasilnya harus 20 cm.
namun dari hasil percobaan ini hasilnya kurang lebih mendekati angka 20 cm.
faktor yang paling dominan mempengaruhi hasil tersebut adalah pengukuran jarak
bayangan(s’) karena saat menggeser meja optik (layar) belum tepat sasaran yang
dikehendaki. Hal ini wajar karena kita melakukan percobaan.
Untuk sifat bayangan dari setiap jarak benda yang ditentukan adalah
sebagai berikut berikut :
1.      S = 30cm, sifatnya: Nyata, Terbalik, Diperbesar
2.      S = 35cm, sifatnya: Nyata, Terbalik, Diperbesar
3.      S = 40cm, sifatnya: Nyata, Terbalik, Diperbesar
4.      S = 45cm, sifatnya: Nyata, Terbalik, Diperbesar
5.      S = 50cm, sifatnya: Nyata, Terbalik, Diperkecil
Dengan menggunakan lensa yang panjang fokus konvergen/positif (lensa
cembung). Jika sebuah benda diletakkan di luar titik fokus yang pertama F1 dari
lensa ini (yakni s > f), maka jarak bayangan adalah positif (yakni bayangan itu
berada pada sisi yang sama dengan sinar yang ke luar ), bayangan ini adalah nyata
dan terbalik. Seperti pada gambar dibawah ini.

Sebuah benda yang ditempatkan di dalam titik fokus pertama dari sebuah
lensa kovergen, sehingga s < f, menghasilkan sebuah bayangan dengan nilai s’
yang negatif; bayangan ini diletakkan pada sisi yang sama dari lensa seperti benda
tersebut sehingga sifat bayangan ini adalah maya tegak dan lebih besar daripada
benda itu.
Berdasarkan pernyataan ini, bisa dilihat sifat bayangan yang dihasilkan
sesuai. Dari semua percobaan yang didapat jarak s > f, berdasarkan peryataan di
atas bahwa bayangannya akan bersifat, nyata dan terbalik. Maka hal ini sangat
sesuai dengan sifat bayangan yang dihasilkan (bisa dilihat pada data di atas).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1.      Hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’) dan jarak titik api
(f). Dapat dihubungkan melalui persamaan Gauss yaitu 1/s + 1/s’ = 1/f
2.      Semakin besar nilai jarak benda (s) maka nilai jarak bayangan (s’) yang
didapat akan semakin kecil.
3.      Jika benda di letakkan pada ruang III yakni di sebelah kiri fokus dua
( dalam hal ini lensa cembung fokus 200 mm ). Maka sifat bayangan yang
dihasilkan, nyata, terbalik, diperbesar.

Anda mungkin juga menyukai