Anda di halaman 1dari 17

DISUSUN OLEH

NAMA : RUSMIATI, A.Md.Gizi

PANGKAT/GOLONGAN : Pengatur/II/c

NIP : 19920406 202012 2 014

PENGAMPUMATERI : Dr. HIRONYMUS GHODANG, S.Pd.,M.Si.

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

MANUSIA PROVINSI KALIMANTAN

TENGAH

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penulis adalah CPNS angkatan 2019 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Sukamara Kabupaten Sukamara Provinsi Kalimantan Tengah. RSUD Sukamara dengan
kualifikasi rumah sakit Kelas C Non Pendidikan Pada Tahun 2020, yang berada di
Jalan Tjilik Riwut Km. 5,5 Kelurahan Mendawai, Kecamatan Sukamara Kabupaten
Sukamara. Penulis merupakan Nutrisionis Terampil/Pelaksana yang pada awal
pengangkatan ditugaskan menjadi Nutrisionis di ruang Instalasi Gizi RSUD Sukamara
hingga sampai saat ini.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sukamara Provinsi Kalimantan


Tengah, sebagai lembaga teknis daerah Kabupaten Sukamara di bidang
pelayanan kesehatan dan satu-satunya rumah sakit umum milik Pemerintah Daerah
Kabupaten Sukamara yang memiliki peran strategis dalam meningkatkan derajat
kesehatan melalui upaya pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sukamara Provinsi Kalimantan


Tengah, telah melaksanakan/memberikan 4 (empat) pelayanan dasar (Dalam, Anak,
Kandungan, dan Bedah ) serta Pelayanan Gawat Darurat 24 jam. Untuk pelayanan
penunjang medik telah dibuka pelayanan Laboratorium 24 Jam, Apotek 24
Jam, Radiologi, Poli Gigi, Instalasi Gizi, Laundry, Kamar Jenazah dan Sarana
Prasarana Penunjang lainnya. Selama ditugaskan menjadi salah satu ahli gizi di
Instalsi Gizi RSUD Sukamara, ada beberapa temuan permasalahan yang sering
terjadi saat ini di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara Provinsi
Kalimantan Tengah, antara lain :

Permasalahan 1 : Kurangnya modifikasi pengolahan menu tambahan extra putih


telur untuk pasien TKTP di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara.
Menu extra putih telur adalah suatu menu tambahan yang sering di gunakan dengan tujuan
untuk meningkatkan asupan sumber tinggi protein. Extra putih telur diberikan kepada
pasien-pasien tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh, mendukung
kesehatan jantung dan membantu mempercepat proses kesembuhan pasca operasi bagi
pasien rawat inap. Namun dari pengamatan selama ini di Instalasi Gizi RSUD Sukamara
Kabupaten Sukamara pengolahan menu tambahan extra putih telur masih
dilakukan dengan sangat sederhana yaitu masih dengan cara biasa yaitu dengan cara
pengolahan di rebus. Dimana pada kebanyakan orang dan sebagian banyak orang tidak
menyukai putih telur karena dianggap tidak enak, sehingga kebanyakan menu tambahan
extra putih telur sering tidak dimakan oleh pasien.

Gambar 1 : Extra Putel Gambar 2 : Extra Putel


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan data di atas tersebut, dari gambar dapat disimpulkan bahwa pengolahan
menu tambahan extra putih telur di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara
terbilang sangat sederhana yaitu dengan cara direbus dan terlihat tidak menarik sehingga
hal ini membuat pasien tidak mau menghabiskan atau mencoba mencicipi menu tambahan
extra putih telur.

Permasalahan 2 : Kurangnya pengetahuan tentang pengolahan menu


makanan menarik untuk pasien anak di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten
Sukamara. Menu makan pasien anak-anak di RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara
masih dibuat sangat sederhana sama hal nya dengan pemberian makan untuk
pasien dewasa. Memberikan makanan sehat untuk anak- anak sangat baik bagi tumbuh
kembangnya. Tak hanya membuat pertumbuhannya optimal, risiko anak terserang
penyakit kronis ketika dewasa juga bisa menurun.
Gambar 3 : Menu Makan Pasien Anak Gambar 4 : Menu Makan Pasien Anak
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan data di atas tersebut, dari gambar dapat disimpulkan bahwa pengolahan
dan penyajian makan pasien anak rawat inap di rumah sakit masih sangat sederhana dan
tidak menarik. Kebanyakan anak-anak gemar sekali dengan menu makanan yang menarik
agar mau makan, tidak heran banyak orang tua membuatkan bermacam-macam bentuk
makanan agar anak mau makan.

Permasalahan 3 : Kurangnya sosialisasi tentang pengetahuan ketepatan


jadwal pemberian makan pasien rawat inap di Instalasi Gizi RSUD Sukamara
Kabupaten Sukamara. Ketepatan pemberian makan untuk pasien di Instalasi Gizi
RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara sering terjadi lambat atau biasa lebih cepat
dari jadwal yang ditentukan. Ketepatan pemberian makan sangat berperan penting bagi
kesembuhan pasien, selain itu apabila ketidaktepatan jadwal pemberian makan pasien
atau pendistribuasian makan dapat menyebabkan sisa makanan yang banyak dan
memicu pasien untuk mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit, sedangkan apabila
pemberian makan lebih cepat dari jadwal yang ditentukan makanan juga kadang tidak di
konsumsi akibat pasien masih merasa kenyang dengan pemberian makan sebelumnya
yang tidak terlalu jauh jeda pendistribusian makanan.
Tabel 1.1
Jadwal Pemberian Pelayanan Distribusi Makanan
Pagi Siang Sore

06.00 – 07.00 Wib 11.00 – 12.00 Wib 17.00 – 18.00 Wib


Gambar 5 : Distribusi Makanan Gambar 6 : Distribusi Makanan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan dari dokumentasi diatas diambil saat pendistribusian makan dimana pada
pemberian makan terjadi keterlambatan pendistribusian dari jadwal yang telah ditentukan.
Sehingga apabila kejadian ini terjadi terus menerus, bisa dapat menghambat
dalam pelaksanan kepatuhan diet yang di jalani pasien.

Permasalahan 4 : Kurangnya tingkat kesadaran penggunaan APD lengkap


di petugas pengolah makanan di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten
Sukamara. Penggunaan APD di dapur Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten
Sukamara masih belum sepenuhnya memakai APD lengkap, sedangkan seharusnya para
petugas pengolah makanan atau pemasak dan penyajian makanan di rumah sakit hendaknya
memperhatikan syarat hygien dan sanitasi, mengingat permasalahan dari suatu makanan
di tentukan oleh ada tidak nya kontaminasi dari penjamah makanan.
Gambar 7 : Penyajian Makan Tanpa APD Gambar 8 : Penyajian Makan Tanpa APD
Lengkap Lengkap
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan dokumentasi diatas dapat dilihat bahwa petugas pengolah makanan atau
pemasak makanan saat menyajikan makanan hanya menggunakan masker saja, sedangkan
penggunaan APD yang lengkap harusnya di gunakan adalah, masker, sarung tangan,
celemek serta tutup kepala, agar menu yang di sajikan dapat terjaga mutu makanannya
hingga sampai ke pasien dan dapat membantu proses penyembuhan pasien
hingga mendapatkan asupan gizi yang tepat dan tidak terkontaminasi.

Permasalahan 5 : Kurangnya pengetahuan tentang pembagian porsi makanan untuk


pasien DM bagi petugas pramusaji di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten
Sukamara. Di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara masih
belum mempunyai standar porsi khusus untuk pasien DM (Diabetes Melitus).
Sehingga saat penyajian makan khusus nya di pemberian porsi karbohidrat masih belum
ada standar porsi atau URT (ukuran rumah tangga), sedangkan pada pasien DM sumber
karbohidrat sangat di perhitungakan atau dibatasi serta kalori yang di konsumsi agar gula
darah tetap normal, serta obat yang di konsumsi dapat diserap dengan baik. Standar porsi
merupakan jumlah bahan makanan dalam jumlah bersih setiap hidangan. Sehingga dalam
pemberian makanan untuk pasien khusus (DM) perlu untuk setiap hidangan nya di
perhitungkan dengan jelas dan sesuai dengan kalori yang di anjurkan oleh dokter dan ahli
gizi.
Gambar 9 : Pemorsian Gambar 10 : Pemorsian
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan dokumentasi diatas dapat dilihat bahwa jumlah porsi sumber karbohidrat
masih belum sesuai dengan standar porsi atau URT untuk pasien khusus DM, apabila setiap
pemberian makan ke pasien DM tidak di perhitungkan di takutkan akibatnya yaitu dengan
naiknya kadar gula dalam darah dan obat yang di konsumsi tidak bisa diserap dengan baik.
Sehingga perlu ada nya standar porsi untuk pasien khusus.
Berdasarkan permasalahan di unit kerja saya, maka diperlukan adanya
bentuk upaya penanggulangan yang inovatif, efisien dan efektif agar pelaksanaan
penyelenggaraan pelayanan pemberian makanan di RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara
dapat tertangani dan menjadi lebih baik untuk kedepannya.

Adapun kegiatan yang akan saya lakukan adaah sebagai berikut :


1. Membuat modifikasi pengolahan menu tambahan extra putih telur untuk pasien TKTP di
Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara.
2. Meningkatan pengetahuan tentang pengolahan menu makanan menarik untuk pasien
anak di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara.
3. Meningkatan sosialisasi tentang pengetahuan ketepatan jadwal pemberian makan pasien
rawat inap di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara.
4. Meningkatan tingkat kesadaran penggunaanAPD lengkap di petugas pengolah makanan
di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara.
5. Meningkatan pengetahuan tentang pembagian porsi makanan untuk pasien DM bagi
petugas pramusaji di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara.
1.2 Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok ahli gizi berdasarkan Kepmenkes Nomor 374/MENKES/SK/III/2007


tentang Standar Profesi Gizi adalah sebagai berikut :
1. Melakukan tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik
2. Melaksanakan pelayanan gizi masyarakat
3. Melaksanakan sistem penyelenggaraan makanan institusi/massal
4. Sebagai pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi
5. Melakukan praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis
Berdasarkan tugas pokok tersebut maka ahli gizi memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Merencanakan diet dan konsultasi gizi rawat jalan
2. Memberikan penyuluhan dan konsultasi pasien rawat jalan
3. Merencanakan diet dan mengevaluasi gizi pasien di ruang rawat inap
4. Memberikan penyuluhan dan konsultasi pasien di ruang rawat inap
5. Mengawasi kegiatan persiapan, pengolahan bahan makanan, penyediaan dan
pendistribusian makanan
6. Mengawasi dan mengevaluasi ketepatan pemberian diet
7. Melakukan kegiatan perencanaan, administrasi dan logistik
8. Melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan perencanaan, administrasi
dan logistik.
Sesuai dengan jabatan penulis sebagai Nutrisionis Pelaksana/Terampil berdasarkan
Surat Keputusan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Permenpan RB) Nomor 23 tahun 2001 tentang jabatan fungsional nutrisionis
pelaksana/terampil.Tugas pokok nutrisionis pelaksana/terampil adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan pelayanan di bidang gizi, makanan dan dietetik yang


meliputi pengamatan, penyusunan program, pelaksanaan
serta penilaian gizi bagi perorangan/individu,
kelompok masyarakat dan di rumah sakit
2. Mengumpulkan data gizi, makanan, dan dietetik serta penunjangnya dalam rangka
menyusun rencana harian, bulanan dan tahunan
3. Mengumpulkan data dan literatur dalam rangka menyusun juknis di bidang gizi,
makanan, dan dietetik
4. Mengumpulkan data dalam rangka menyusun pedoman gizi, makanan dan dietetik
5. Mengumpulkan data dalam rangka menyusun standar gizi, makanan dan dietetik
6. Mengumpulkan data untuk pengamatan masalah di bidang gizi, makanan dan dietetik
secara sekunder
7. Memeriksa dan menerima bahan materi, pangan, peralatan dan sarana pelayanan gizi,
makanan dan dietetik
8. Menyimpan bahan materi, pangan, peralatan dan sarana kegiatan pelayanan gizi,
makanan dan dietetik
9. Melakukan pengukuran TB, BB, umur di unit atau wilayah kerja sesuai kebutuhan
10. Melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) di unit atau wilayah kerja
11. Melakukan pengukuran indeks massa tubuh (IMT) pada orang dewasa di unit atau
wilayah kerja sesuai kebutuhan
12. Melakukan anamnesa diet klien (Food Frekuensi dan rata-rata contoh hidangan)
13. Melakukan recall makanan 24 jam bagi klien
14. Melakukan perhitungan kandungan gizi makanan klien
15. Mencatat dan melaporkan atas hasil pengukuran BB, TB, umur, IMT dan LILA
16. Mencatat dan melaporkan anamnesa diet
17. Menyediakan kapsul vitamin A
18. Melakukan pencatatan harian dan penyediaan makanan pasien
19. Memantau diet pasien selama dirawat
20. Memantau penggunaan bahan makanan secara harian, mingguan, dan bulanan.
BAB II

IDENTIFIKASI ISU DAN PENETAPAN ISU

Berdasarkan latar belakang tersebut terdapat 5 (lima) isu permasalahan yang terjadi
di unit kerja saya (Instalasi Gizi RSUD Sukamara) Kabupaten Sukamara.
Isu pertama yaitu kurangnya modifikasi pengolahan menu tambahan extra putih telur
untuk pasien TKTP di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara. Hasil data
diperoleh berdasarkan pengamatan selama penyelenggaran pelayanan makan di Instalasi
Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara. Pengolahan menu tambahan extra putih telur
masih sangat sederhana yaitu dengan cara pengolahan di rebus. sehingga kebanyakan
menu tambahan extra putih telur sering tidak dimakan oleh pasien.
Isu yang kedua yaitu kurangnya pengetahuan tentang pengolahan menu makanan
menarik untuk pasien anak di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara. Hasil
data diperoleh berdasarkan pengamatan selama penyelenggaran pelayanan makan di Instalasi
Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara, bahwa pemberian makan untuk pasien anak
tidak menarik serta tidak ada perbedaan dengan pemberian makan untuk pasien dewasa.
Isu yang ketiga kurangnya sosialisasi tentang pengetahuan ketepatan
jadwal pemberian makan pasien rawat inap di Instalasi Gizi RSUD Sukamara
Kabupaten Sukamara. Hasil data diperoleh berdasarkan pengamatan selama pendistribusian
pelayanan makan di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara, saat
pendistribusian makan terjadi keterlambatan pendistribusian dari jadwal yang telah
ditentukan. Sehingga dapat memicu pasien untuk mengkonsumsi makanan dari luar rumah
sakit dan bisa menghambat dalam pelaksanan kepatuhan diet yang di jalani pasien
dan dapat memperlambat kesembuhan.
Isu yang keempat kurangnya tingkat kesadaran penggunaan APD lengkap di petugas
pengolah makanan di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara. Hasil data
diperoleh berdasarkan pengamatan selama penyajian dan pemorsian makanan di instalasi
gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara, masih ditemukan kurang nya kesadaran dan
kepatuhan dalam menggunakan APD lengkap serta kurang memperhatikan hygiene sanitasi
sehingga bisa mengakibatkan resiko tinggi terkontaminasi makanan serta memperlambat
proses penyembuhan pasien hingga kurang mendapatkan asupan gizi yang tepat.
Isu yang kelima kurangnya pengetahuan tentang pembagian porsi makanan
untuk pasien DM bagi petugas pramusaji di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten
Sukamara. Hasil data diperoleh berdasarkan pengamatan selama pemorsian makanan di
Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara untuk pemorsian makan khusus
pasien DM sumber karbohidrat masih belum ada standar porsi atau ukuran
rumah tangga (URT) yang memperhitungkan jumlah asupan karbohidrat dan kalori.
Hal ini mengakibatkan kurang stabil nya kadar gula dalam darah dan obat yang di
konsumsi tidak bisa diserap dengan baik.
Hasil identifikasi isu yang saya temui di Instalasi Gizi RSUD Sukamara
Kabupaten Sukamara sesuai dengan penempatan
kerja saya sebagai Nutrisionis/Ahli Gizi
penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi RSUD Sukamara.
Untuk menentukan sumber isu dan penyebab isu dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1
Permasalahan, Sumber Isu dan Penyebab di Instalasi Gizi RSUD Sukamara
Kabupaten Sukamara
No Isu Sumber Isu Penyebab Isu

1. Kurangnya modifikasi pengolahan Pelayanan a. Kurang pengetahuan petugas pemasak


menu tambahan extra putih telur untuk Publik tentang pengolahan menu tambahan extra
pasien TKTP di Instalasi Gizi putih telur.
RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara b. Petugas pemasak belum pernah
mendapatkan sosialisasi tentang
pengolahan menu tambahan extra putih
telur.
c. Petugas pemasak belum pernah
mengikuti pelatihan tentang pengolahan
menu tambahan extra putih telur.
2. Kurangnya pengetahuan tentang Pelayanan a. Masih ada tenaga pemasak yang tidak
pengolahan menu makanan menarik Publik mempunyai pengetahuan tentang
untuk pasien anak di Instalasi Gizi pengolahan menu makanan menarik
RSUD Sukamara Kabupaten untuk pasien anak.
Sukamara b. Petugas pemasak belum pernah
mendapatkan sosialisasi tentang
pengolahan menu makanan menarik
untuk pasien anak.
c. Petugas pemasak belum pernah mengikuti
pelatihan tentang pengolahan menu
makanan menarik untuk pasien anak.
3. Kurangnya sosialisasi tentang Pelayanan a. Petugas pramusaji belum pernah
Publik mendapatkan sosialisasi tentang
pengetahuan ketepatan jadwal pemberian
pengetahuan ketepatan jadwal pemberian
makan pasien rawat inap di Instalasi Gizi makan pasien.
RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara
b. Belum ada nya kesadaran serta sanksi
yang dikenakan jika pramusaji terlambat
mengantar makan ke pasien.
c. Kebiasaan pramusaji menganggap remeh
ketepatan jadwal pemeberian makan di
rumah sakit.
4. Kurangnya tingkat kesadaran penggunaan Pelayanan a. Kebiasaan petugas pemasak yang sering
APD lengkap di petugas pengolah Publik memakai APD kurang lengkap.
makanan di Instalasi Gizi RSUD b. Kurang optimal nya sosialisasi tentang
Sukamara Kabupaten Sukamara pemakaian APD lengkap
c. Kurangnya kesadaran menggunakan
APD
5. Kurangnya pengetahuan tentang Pelayanan a. Ketidaktahuan petugas pemasak saat
pembagian porsi makanan untuk pasien Publik membagi porsi makan
DM bagi petugas pramusaji di Instalasi b. Kurang optimalnya sosialisasi tentang
Gizi RSUD Sukamara Kabupaten porsi makan
Sukamara c. Petugas pemasak belum mendapatkan
pelatihan tentang porsi makanan DM

Berdasarkan identifikasi isu, sumber isu dan penyebab isu maka untuk
menentukan isu terpilih penulis menggunakan 2 (dua) teknik analisis isu yaitu
APKL (Aktual, Problematik, kekhalayakan dan Kelayakan) merupakan salah satu
teknik yang digunakan untuk menguji kelayakan suatu isu untuk dicarikan solusinya.
Aktual, artinya isu tersebut benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
dalam masyarakat. Problematik, artinya isu tersebut memiliki dimensi masalah yang
kompleks sehingga perlu segera dicari solusinya secara komprehensif. Kekhalayakan,
artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Dan kelayakan, artinya isu
tersebut masuk akal, realistis, relevan dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan
masalahnya.
Tabel 2.2
Analisis isu dengan teknik APKL

Kriteria
No. Isu APKL Keterangan
A P K L
1. Kurangnya modifikasi
pengolahan menu tambahan
extra putih telur untuk pasien
TKTP di Instalasi Gizi RSUD √ √ √ √ Memenuhi
Sukamara Kabupaten
Sukamara
2. Kurangnya pengetahuan
tentang pengolahan menu
makanan menarik untuk pasien
anak di Instalasi Gizi RSUD √ √ √ √ Memenuhi
Sukamara Kabupaten
Sukamara
3. Kurangnya sosialisasi tentang
pengetahuan ketepatan jadwal
pemberian makan pasien rawat Tidak
inap di Instalasi Gizi RSUD √ √ √ X Memenuhi
Sukamara Kabupaten
Sukamara
4. Kurangnya tingkat kesadaran
penggunaan APD lengkap di
petugas pengolah makanan di Tidak
√ √ X √ Memenuhi
Instalasi Gizi RSUD Sukamara
Kabupaten Sukamara
5. Kurangnya pengetahuan
tentang pembagian porsi
makanan untuk pasien DM
bagi petugas pramusaji di √ √ √ √ Memenuhi
Instalasi Gizi RSUD Sukamara
Kabupaten Sukamara

Berdasarkan hasil analisis teknik APKL diatas, dari 5 (lima) isu permasalahan yang
ada, dapat dikatakan bahwa isu atau permasalahan ketiga dan keempat tidak memenuhi
kriteria APKL.
Untuk isu nomor 3 (dua) yaitu kurangnya sosialisasi tentang pengetahuan ketepatan

jadwal pemberian makan pasien rawat inap di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten
Sukamara tidak memenuhi kriteria APKL dalam unsur L (kelayakan). Hal ini dikarenakan
permasalahan yang terjadi sebenarnya petugas pramusaji atau pengantar makanan sudah
memahami waktu dan jadwal pendistribusian makanan. Hanya saja penulis masih perlu
terus melakukan evaluasi dan berkoordinasi langsung dengan pramusaji atau pengantar
makanan agar memperhatikan jadwal distribusi dengan tepat, sehingga tidak terjadi
keterlambatan distribusi makanan.
Untuk isu nomor 4 (empat) yaitu kurangnya tingkat kesadaran penggunaan APD
lengkap di petugas pengolah makanan di Instalasi Gizi RSUD Sukamara
Kabupaten Sukamara tidak memenuhi kriteria APKL dalam unsur K
(kekhalayakan). Hal ini dikarenakan tidak menyangkut atau berpegaruh pada diri
pasien secara langsung. Akan tetapi permasalahan yang terjadi tentang kepatuhan
menggunakan APD lengkap, yang sebenarnya setiap petugas pemasak atau pengolah
makanan sudah memahami uraian tugas masing-masing. Hanya saja penulis masih
perlu terus melakukan evaluasi dalam hal pemantauan penggunaan APD lengkap
oleh petugas pengolah makanan atau prtugas pemasak.

Untuk isu-isu yang memenuhi kriteria APKL adalah isu nomor 1 (satu)
yaitu kurangnya modifikasi pengolahan menu tambahan extra putih telur untuk pasien
TKTP di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara. Untuk isu ini
termasuk dalam kriteria APKL karena Aktual (A) hal ini masih terjadi hingga saat ini,
Problematik (P) kurangnya modifikasi pengolahan menu tambahan extra putih telur
akan berdampak kurang optimalnya asupan gizi pada pasien khusus nya pasien TKTP,
Kekhalayakan (K) permasalahan ini menyangkut hajat hidup orang banyak, dan
kriteria Layak (L) permasalahan ini sangat realistis dan di butuhkan inisiatif
pemecahan masalahnya guna meningkatkan asupan tinggi protein untuk pasien
TKTP untuk percepat proses kesembuhan pasien.

Untuk isu nomor 2 (dua) yaitu kurangnya pengetahuan tentang pengolahan menu
makanan menarik untuk pasien anak di Instalasi Gizi RSUD Sukamara
Kabupaten Sukamara. Untuk isu ini termasuk dalam kriteria APKL karena Aktual (A)
hal ini masih terjadi hingga saat ini, Problematik (P) kurang optimalnya pengolahan
makanan yang menarik, Kekhalayakan (K) permasalahan ini menyangkut hajat hidup
orang banyak, dan kriteria Layak (L) permasalahan ini sangat realistis dan dibutuhkan
inisiatif pemecahan masalahnya untuk meningkatkan nafsu makan anak agar asupan
gizi terpenuhi untuk perkembangan dan pertumbuhan anak
Untuk isu nomor 5 (lima) yaitu kurangnya pengetahuan tentang pembagian porsi
makanan untuk pasien DM bagi petugas pramusaji di Instalasi Gizi RSUD Sukamara
Kabupaten Sukamara. Untuk isu ini termasuk dalam kriteria APKL karena Aktual (A)
hal ini masih terjadi hingga saat ini, Problematik (P) isu tersebut termasuk masalah yang
kompleks dan sangat perlu dicari solusinya, Kekhalayakan (K) permasalahan
ini menyangkut hajat hidup orang banyak, dan kriteria Layak (L) permasalahan ini
sangat realistis dan dibutuhkan inisiatif pemecahan masalahnya guna meningkatkan
ketepatan diet bagi pasien khusus untuk mempercepat proses kesembuhan.
Langkah selanjutnya untuk menetapkan skala prioritas masalah adalah dengan
menggunakan teknik USG (urgency, seriousness dan growth). Teknik USG merupakan
salah satu teknik yang digunakan untuk menentukan skala prioritas masalah, yaitu
dengan cara menentukan tingkat urgensinitas masalah, keseriusan masalah dan apabila
tidak tertangani ditentukan dengan menggunakan skala 1-5 untuk tiap-tiap unsur USG
yaitu :
1: Tidak mendesak/serius/berdampak
2: Kurang mendesak/serius/berdampak
3: Cukup mendesak/serius/berdampak
4: Mendesak/serius/berdampak
5: Sangat mendesak/serius/berdampak
Tabel 2.3
Menentukan skala prioritas masalah dengan teknik USG
No Isu Kriteria USG Jumlah Rank
U S G
1. Kurangnya modifikasi pengolahan menu tambahan
extra putel untuk pasien TKTP di Instalasi Gizi RSUD
Sukamara Kabupaten Sukamara
- Kurang pengetahuan petugas pemasak tentang
pengolahan menu tambahan extra putih telur 5 4 3
- Petugas pemasak belum pernah mendapatkan
39 I
sosialisasi tentang pengolahan menu tambahan 5 5 4
extra putih telur
- Petugas pemasak belum pernah mengikuti
pelatihan tentang pengolahan menu tambahan 5 4 4
extra putih telur
2. Kurangnya pengetahuan tentang pengolahan menu
makanan menarik untuk pasien anak di Instalasi Gizi
RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara
- Masih ada tenaga pemasak yang tidak
mempunyai pengetahuan tentang pengolahan 5 4 3
menu makanan menarik untuk pasien anak
- Petugas pemasak belum pernah mendapatkan 36 II
sosialisasi tentang pengolahan menu makanan 5 4 3
menarik untuk pasien anak
- Petugas pemasak belum pernah mengikuti
pelatihan tentang pengolahan menu makanan 5 4 3
menarik untuk pasien anak
3. Kurangnya pengetahuan tentang pembagian porsi
makanan untuk pasien DM bagi petugas pramusaji di
Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara
- Ketidaktahuan petugas pemasak saat membagi
porsi makan 5 4 3 35 III
- Kurang optimalnya sosialisasi tentang porsi
makan 5 3 3
- Petugas pemasak belum mendapatkan pelatihan
tentang porsi makanan DM 5 3 4

Berdasarkan dari hasil analisis diatas yaitu dengan menggunakan teknik USG, dari 3
(tiga) isu atau permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa isu prioritas utama yang
memiliki skor tertinggi yaitu dengan skor 39 dengan rincian Urgen (15), Keseriusan (13)
dan perkembangan isu (11). Sehingga isu yang terpilih adalah “Kurangnya modifikasi
pengolahan menu tambahan extra putih telur untuk pasien TKTP di Instalasi Gizi RSUD
Sukamara Kabupaten Sukamara”.
BAB III
PENETAPAN ISU

Berdasarkan hasil analisis menggunakan dengan teknik USG, maka didapatkan isu
prioritas yaitu “Kurangnya modifikasi pengolahan menu tambahan extra putih telur untuk
pasien TKTP di Instalasi Gizi RSUD Sukamara Kabupaten Sukamara” sehingga dapat di
tetapkan beberapa ide kreatif untuk mendukung pemecahan masalahnya tersebut, yaitu :

1. Membuat modifikasi bentuk putih telur

2. Membuat resep olahan putih telur

3. Membuat garnish olahan putih telur

4. Melakukan sosialisasi tentang olahan putih telur ke petugas pengolah makanan

5. Melakukan uji coba resep putih telur

Anda mungkin juga menyukai