Anda di halaman 1dari 2

setubuhi kucing di tasikmalaya akibat bullying anak remaja

OLEH: Jheryo Sanda Lembang

1.Latar belakang
Seorang bocah kelas V sekolah dasar (SD) di Kabupaten Tasikmalaya meninggal dunia,
diduga usai mengalami depresi karena menjadi korban perundungan teman sebayanya. Aksi
perundungan dilakukan secara fisik dan psikis. Korban yang masih berusia 11 tahun itu, diketahui
mendapatkan perlakukan kasar dari teman sebayanya. Tidak hanya itu saja, korban juga dipaksa
oleh terduga para pelaku untuk menyetubuhi seekor kucing dan kemudian direkam menggunakan
handphone
Kasus perundungan yang terjadi di Tasikmalaya, menjadi salah satu dari rentetan kasus-
kasus serupa di Indonesia yang seperti tidak pernah berakhir. Dari rangkaian kasus tersebut,
benang merahnya adalah bahwa mereka yang lemah kerap menjadi korban perundungan. Dokter
spesialis kejiwaan, Hayat Amin mengatakan bahwa bahwa fenomena perundungan sudah ada sejak
dulu. "Biasanya dilakukan dari orang-orang yang biasanya berkelompok, dan korbannya adalah
memilih yang mungkin lemah, secara fisik, penampilan, atau agak pendiam.”

Oleh karena itu, ia menyebut bahwa para orang tua dan pendidik di sekolah lebih sensitif
saat melihat perilaku anak, baik di lingkungan sekolah, rumah dan tempat bermain mereka. Dia
mengungkapkan bahwa dari posisi depresi sampai meninggal dunia, tidak mungkin berlangsung
dengan cepat, namun ada proses dan gejalanya. "Paling tidak, dua minggu ada terlihat gejala
depresi," ungkapnya.
Depresi seorang anak, menurutnya bisa diperparah dengan tidak adanya dukungan dari
orang tua sehingga memperberat kondisinya. Dan hal tersebut bisa dipicu karena beberapa
persoalan.
Idealnya, menurut Hayat, saat orang tua melihat tanda-tanda depresi dari anaknya
seharusnya langsung melakukan pendampingan. "Saat anaknya tidak mau makan, tidak mau
ngomong, ingin menyendiri, intinya ada perubahan perilaku dari yang tadinya ceria, orang tua
harus cepat tanggap dan proaktif, jangan dibiarkan dan atau memperberat kondisinya dengan
memarahi," paparnya.
apa yang dilakukan oleh para orang tua tergantung pada kondisi wawasannya. "Karena ada
juga saat melihat perubahan itu, orang tua itu menganggapnya hal biasa. Tapi kalau bingung harus
dibawa ke mana saat melihat perubahan perilaku pada anak, bawa saja ke dokter, ceritakan apa
yang terjadi, nanti pasti akan diarahkan apakah ke psikiater atau ke dokter jiwa dan lainnya,"
jelasnya
karena kemungkinan ada pencetusnya, maka beberapa anak ada kemungkinan hanya ikut-
ikutan saja. Oleh karenanya, yang harus dilakukan adalah mengkomunikasikan dengan orang tua
masing-masing anak dengan guru dan wali kelasnya. Untuk para pelaku juga, bisa jadi harus
dibawa ke psikiater atau bahkan ke dokter jiwa. "Tergantung keparahannya. Perlu dicek
perilakunya apa, apakah suka minum-minuman keras, merokok, atau enggak. Kadang kan memang
para siswa ini tidak sedikit melakukan hal yang tidak pantas sebagai pelajar. Harus dilihat satu-
satu, apakah hanya ikut-ikutan saja atau ada gangguan perilaku," sebutnya.

2.kesimpulan
pada anak, remaja dan orang dewasa.Masalah tersebut terjadi di keluarga, lingkungan
sekolah, rumah, tempat bermain anak, lingkungan sekitar anak, serta di tempat kerja. Tindakan
tersebut membawa berbagai dampak kepada para korban. Akibat dari tindakan prilaku bullying ini
keadaan kondisi psikologis korbancenderung terganggu, korban menjadi memiliki rasa cemas
yang berlebih , merasarendah hati, sedih,sakit hati,marah,sulit mengontrol emosi dan korban pun
menjadi memiliki rasa trauma dan depresi
Keadaan sosial korban terutama di lingkungan sekolah setelah mendapatkantindakan
prilaku bullying menjadi terganggu juga , pasal nya korban menjadi cenderung menutup diri ,
korban memilih diam dan tidak banyak berkomunikasi serta disengaja maupun tidak disengaja
tetapi dengan jelas menyebabkan ketidaknyamanan, penghinaan, kerugian, kejahatan dan
penderitaan bagi korban yang dapat menyebabkan lingkungan bekerja yang tidak menyenangkan
dimana korban sama sekali tidak menginginkan perlakuan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai