Anda di halaman 1dari 64

STUDY KELAYAKAN

PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR


SUMUR BOR KE – 1 ( SATU )
TAHUN 2022

UPTD PUSKESMAS SUMBERLAWANG


JL. Raya Solo-Purwodadi Km. 30
Sumberlawang Kab. Sragen
KATA PENGANTAR

Seiring dengan upaya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah


Kabupaten Semarang untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan, UPTD Puskesmas Sumberlawang tetap konsisten pada
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan.

UPTD Puskesmas Sumberlawang sebagai Pusat layanan masyarakat yang


bergerak di bidang kesehatan yang memerlukan pasokan air yang untuk mendukung
proses pelayanan yang berasal dari sumur bor di area UPTD Puskesmas
Sumberlawang, meskipun demikian sesuai dengan komitmen puskesmas terhadap
lingkungan diharapkan agar pemanfaatan air tanah tersebut tidak menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan air tanah di sekitar Puskesmas.

Bertumpu pada hal tersebut di atas, Direktur PT. Akerlund Rausing Packaging
Indonesia memandang perlu untuk melakukan studi kelayakan pembangunan sumur
bor yang akan digunakan sebagai landasan kebijakan dalam pemberian izin
pengusahaan sumber daya air tanah.

Atas terselenggaranya pekerjaan ini, kami mengucapkan terima kasih dan semoga
bermanfaat.

Bawen, Januari 2022

Hormat kami

PT. AKERLUND RAUSING PACKAGING INDONESIA

ii
ABSTRAKSI

PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak


dalam bidang jasa penyedia kemasan berbahan kertas yang menyediakan one stop
service dari desain hingga produksi percetakan. Berdiri sejak tahun 1974 dengan
mencetak bungkus rokok, perusahaan telah berkembang dan memberikan aneka
jenis layanan cetak untuk kemasan dari perusahaan farmasi, makanan dan minuman
maupun kemasan lainnya. Sebelumnya PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia
bernama PT. Maju Jaya Sarana Grafika, dan telah diubah berdasarkan Keputusan
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang Nomor:
660.1/IL/996/2020 Tanggal 31 Agustus 2020 Tentang Persetujuan Perubahan
Kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan Industri Percetakan, Security Printing,
Hologram, Label dan Offset di Jalan Soekarno-Hatta KM 32 Kelurahan
Harjosari Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang dari semula PT. Maju Jaya
Sarana Grafika menjadi PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia.
Berdasarkan peta geologi regional, PT Akerlund Rausing Pakaging Indonesia
berada satuan batuan gunung api kwarter dengan litologi berupa breksi vulkanik
hasil rombakan material gunung api ungaran
Studi kelayakan diperlukan sebagai kajian agar dalam pemanfataan air tanah tidak
menimbulkan permasalahan dikemudian hari dengan batasan- batasan masalah
meliputi pengambilan debit air, kualitas air serta dampak lingkungan yang terjadi.
Berdasarkan hasil uji pemompaan Debit Maksimum Sumur Bor yang dihasilkan
adalah sebesar 11,17 liter/detik. Debit Optimum Sumur bor yang dapat
dipertimbangkan adalah sebesar 6,71 liter/detik. Debit Konservasi Sumur bor yang
dapat diberikan adalah sebesar 5,9 liter/detik. Debit aman (save yield) untuk sumur
bor k e - 1 (satu) PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia adalah sebesar
509,8 m3/hari, atau 15.294 m3/bulan. Serta Kualitas air tanah sumur bor Sumur bor 1
(satu) PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia menunjukan nilai TDS = 266
ppm.
Dari hasil perhitungan keekonomian didapatkan nilai BCR 3,041, Nilai NPV
(Nett Present Value) Rp. 163.216.917,- dan Nilai BEP pada 1,4 tahun.

Kata Kunci : PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia, Batuan Gunung Api
Kwarter, Debit Maksimal, Kualitas Air.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
ABSTRAKSI..................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................................vi

BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................................1
I.1. Identitas Pemohon....................................................................................1
I.2. Latar Belakang.........................................................................................2
I.3. Maksud Dan Tujuan.................................................................................3
BAB II. KEADAAN UMUM..........................................................................................4
II.1. Lokasi Sumber Air dan Penggunaan........................................................4
II.2. Kesampaian Lokasi..................................................................................4
II.3. Geologi Regional.....................................................................................5
BAB III. TEKNIS PENGGUNAAN AIR TANAH.........................................................13
III.1. Hidrogeologi............................................................................................13
III.2. Ketersediaan Sumber Air Saat Perencanaan.............................................17
III.3. Kerapatan Sumur dan Pengambilan Air Tanah.........................................18
III.4 Hasil Pengukuran Geolistrik.....................................................................19
III.5 Rencana Pembuatan Infrastruktur Pengambilan Air Tanah.......................19
BAB IV. LAPORAN PENGEBORAN............................................................................21
IV.1 Hasil Pengeboran......................................................................................21
IV.2 Geoelectrical Logging...............................................................................21
IV.3 Konstruksi Sumur.....................................................................................21
IV.4 Hasil Uji Pemompaan...............................................................................22
IV.5 Hasil Kualitas Air.....................................................................................27
BAB V. KEEKONOMIAN PEMANFAATAN AIR TANAH........................................30
V.1 Nilai Investasi Penggunaan Sumber Daya Air..........................................31
V.2 Nilai Manfaat Yang Didapatkan...............................................................34
V.3 Nilai Kelayakan Investasi.........................................................................35
BAB VI. KELAYAKAN LINGKUNGAN......................................................................47
VI.1 Izin Lingkungan........................................................................................47
VI.2 Studi Lingkungan Dampak Penggunaan Sumber Daya Air.......................48
BAB VII. KESIMPULAN...............................................................................................50

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

I.1. Peta Lokasi PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia...............................................4


I.2. Jalur Fisiografis Pulau Jawa...........................................................................................6
I.3. Stratigrafi Kabupaten Semarang....................................................................................13
I.4. Geologi Regional Kabupaten Semarang.........................................................................14
III.1. Peta Zona Pemanfaatan dan Koncservasi Air Tanah CAT Rawapening.......................12
III.2. Grafik Uji Surutan di Sumur Bor Kesatu PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia
28
III.3. Grafik Uji Pulih di Sumur Bor Kesatu PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia...29
V.I. Cashflow dan Nilai Kelayakan Ekonomi......................................................................49

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Keterangan Permohonan.......................................................................................1


3.1 Konstruksi Sumur..................................................................................................15
3.2 Analisis Hasil Uji Pemompaan..............................................................................21

vi
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Identitas Pemohon


PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang jasa penyedia kemasan berbahan kertas yang
menyediakan one stop service dari desain hingga produksi percetakan.
Berdiri sejak tahun 1974 dengan mencetak bungkus rokok, perusahaan telah
berkembang dan memberikan aneka jenis layanan cetak untuk kemasan dari
perusahaan farmasi, makanan dan minuman maupun kemasan lainnya.
Sebelumnya PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia bernama PT. Maju
Jaya Sarana Grafika, dan telah diubah berdasarkan Keputusan Kepala Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang Nomor: 660.1/IL/996/2020 Tanggal
31 Agustus 2020 Tentang Persetujuan Perubahan Kepemilikan Usaha dan/atau
Kegiatan Industri Percetakan, Security Printing, Hologram, Label dan Offset di
Jalan Soekarno-Hatta KM 32 Kelurahan Harjosari Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang dari semula PT. Maju Jaya Sarana Grafika menjadi PT.
Akerlund Rausing Packaging Indonesia.
Untuk keterangan pemohon adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Keterangan Permohonan
1) Nama : G.A Christian Bayu Putra
2) Jabatan : HRGA Manager
3) Untuk dan atas : PT. Akerlund Rausing Packaging
nama Indonesia
4) Alamat : Kawasan Industri Bawen Jl. Maju Jaya Blok
A-1 Kelurahan Harjosari, Kecamatan
Bawen, Kabupaten Semarang
5) Lokasi sumur : Kelurahan Harjosari, Kecamatan Bawen,
Kabupaten Semarang
6) Koordinat sumur : E 437.432 m; S 9.200.489 m
7) Register sumur : 8607/2019

1
I.2 Latar Belakang
Investasi sangat penting bagi pertumbuhan suatu perusahaan dalam
jangka panjang. Perusahaan dapat semakin berkembang dan memperoleh
keuntungan yang lebih besar melalui investasi yang tepat. Modal yang
tersimpan dalam bentuk uang maupun tabungan hanya memberikan sedikit
keuntungan dibandingkan jika modal itu digunakan untuk pengembangan
usaha lebih lanjut.
Investasi berhubungan dengan suatu proyek yang didahului oleh suatu
analisis kelayakan. Terwujudnya suatu proyek harus didukung adanya
perencanaan dan analisis kelayakannya untuk memberi gambaran bahwa
proyek tersebut akan memberikan keuntungan yang layak bagi investor.
Hasil analisis kelayakan suatu proyek akan menjadi kunci pengambilan
keputusan apakah suatu proyek akan direalisasikan atau tidak. Sebagai suatu
sistem, analisis kelayakan proyek merupakan input proses. Sedangkan
pelaksanaan proyek merupakan proses yang akan menghasilkan output berupa
keuntungan.
Pelaksanaan kegiatan usaha dan inventasi PT. Akerlund Rausing
Packaging Indonesia juga mempertimbangkan kondisi dan ketersediaan air
bersih untuk mendukung operasional perusahaan. Ada beberapa sumber air
yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia seperti air
permukaan yang berupa sungai, waduk dan danau, selain itu juga terdapat air
tanah, yaitu air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang
antar butir-butir yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk
lapisan yang disebut akuifer.
Akuifer ada empat jenis, yaitu akuifer bebas (unconfined aquifer),
akuifer tertekan (confined aquifer), akuifer semi tertekan (semi confined
aquifer), dan akuifer semi bebas (semi unconfined aquifer). Kualitas
akuifer yang baik adalah akuifer tertekan karena seluruh airnya dibatasi oleh
lapisan kedap air, baik yang di atas maupun yang di bawahnya, serta
mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer. Akuifer
tertekan ini menghasilkan air tanah yang berkelanjutan sepanjang masa.

2
Karena kondisi jaringan air permukaan (PDAM) yang belum tersedia
secara maksimal di lokasi perusahaan, serta besarnya investasi untuk
melakukan pengolahan air baku dari sumber permukaan lainnya, maka PT.
Akerlund Rausing Packaging Indonesia menggunakan sumber air tanah untuk
pemenuhan kebutuhan operasional perusahaan.

I.3 Maksud Dan Tujuan


Maksud studi kelayakan ini adalah sebagai upaya untuk mengetahui
berbagai parameter kelayakan dalam proses pengusahaan air tanah dari sumur
bor kesatu area pabrik PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia.
Sedangkan tujuan dilakukan studi kelayakan ini adalah untuk
memperhitungkan kelayakan pengusahaan air tanah berdasarkan aspek teknis,
aspek sosial lingkungan, dan aspek finansial serta untuk mendapatkan izin
pengusahaan air tanah.

3
BAB II
KEADAAN UMUM

II.1 Lokasi Sumber Air Dan Penggunaan


PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia berada di Kawasan Industri
Bawen Jl. Maju Jaya Blok A-1 Kelurahan Harjosari, Kecamatan Bawen,
Kabupaten Semarang terletak pada koordinat E 437.432 m; S
9.200.489 m dimana berdasarkan Peta Zona Pemanfaatan dan Konservasi Air
Tanah CAT Rawapening Tahun 2012, sumur terletak pada sub-zona Aman II.
II.2 Kesampaian Lokasi
Secara administratif lokasi Kelurahan Harjosari, Kecamatan Bawen,
Kabupaten Semarang, yakni pada jarak 30 Km ke arah Selatan dari kota
Semarang melalui Jalan Raya Semarang – Bawen, serta dapat dicapai dengan
kendaraan roda empat melalui jalan beraspal.

4
Gambar 1.1 Lokasi sumur PT. Akerlund Rausing Packaging
Indonesia
II.3 Geologi Regional
a. Fisiografi
Menurut Van Bemmelen (1970), Jawa Tengah dibagi menjadi 7 jalur
fisiografis dari Utara-Selatan (Gambar 1.2), yaitu :
1. Gunung Api Kwarter
Zona ini meliputi G. Slamet, G. Dieng, G, Sundoro, G. Sumbing,
G. Ungaran, G. Merapi, G. Merbabu dan G. Muria.
2. Dataran Aluvial Jawa Utara
Zona ini mempunyai lebar maksimum 40 km ke arah selatan.
Semakin ke arah timur lebarnya menyempit hingga 20 km.
3. Antiklinorium Rembang-Madura
Zona ini terletak di utara zona Randublatung dan menyebar ke arah
timur hingga Madura.
4. Antiklinorium Bogor-Serayu Utara-Kendeng
Zona Antiklinorium Bogor terletak di selatan Dataran Alluvial Jakarta
berupa antiklinorium dari lapisan Neogen yang terlipat kuat dan
terintrusi. Zona Serayu Utara memiliki lebar 30-50 km. Di selatan
Tegal, zona ini tertutupi oleh produk gunungapi kwarter dari G.
Slamet. Di bagian tengah ditutupi oleh produk volkanik kwarter G.
Rogojembangan, G. Ungaran dan G. Dieng. Zona ini menerus ke Jawa
Barat menjadi Zona Antiklinorium Bogor dengan batas antara
keduanya terletak di sekitar Prupuk, Bumiayu hingga Ajibarang,
persis di sebelah barat G. Slamet, sedangkan ke arah timur membentuk
Zona Kendeng. Zona Kendeng meliputi daerah yang terbatas antara
G. Ungaran hingga daerah sekitar Purwodadi dengan singkapan
batuan tertua berumur Oligosen-Miosen Bawah yang diwakili oleh
Formasi Pelang.
5. Zona Punggungan dan Kubah pada Pusat Depresi
Zona ini merupakan zona Pegunungan Serayu Selatan yang terletak di
antara Zona Depresi Jawa yang membentuk kubah dan punggungan.
Di bagian barat dari zona ini yang berarah

5
barat-timur dicirikan oleh bentuk antiklinorium yang berakhir di timur
pada suatu singkapan batuan tertua terbesar di Pulau Jawa yaitu
daerah Luk Ulo, Kebumen.
6. Zona Central Depresi Jawa dan Zona Randublatung
Zona Central Depresi Jawa menempati bagian tengah hingga selatan.
Sebagian merupakan dataran pantai dengan lebar 10- 25 km.
Morfologi pantai ini cukup kontras dengan pantai selatan Jawa Barat
dan Jawa Timur yang relatif lebih terjal. Sebelah utara zona ini
dibatasi oleh zona dataran Alluvial Jawa Utara dan zona Rembang.
7. Pegunungan Selatan Jawa
Zona ini memanjang di sepanjang pantai selatan Jawa membentuk
morfologi pantai yang terjal. Namun di Jawa Tengah, zona ini terputus
oleh central depresi Jawa.

Gambar 1.2 Jalur Fisiografis Pulau Jawa (Van Bemmelen (1970)

Berdasarkan pembagian zona ini, lokasi PT. Akerlund


Rausing Packaging Indonesia termasuk dalam Zona Gunung Api Kwarter
dimana litologinya berupa breksi vulkanik, tuff yang merupakan produk
gunung api Ungaran..

6
b. Stratigrafi
Secara umum area Kabupaten Semarang terdiri atas beberapa Formasi
antara lain :
1) Formasi Kerek (Tmk)
Bagian bawah berupa batuan sedimen tipe flysch, berlapis
dengan baik, terdiri dari batulanau, batulempung, batupasir
gampingan, batugamping pasiran, dan banyak mengandung
material volkanik. Bagian atas merupakan napal bersisipan
batupasir tufan-gampingan, batulanau tufan, dan batupasir
kerikilan yang juga banyak mengandung material volkanik.
2) Anggota Banyak Formasi Kalibeng (Tmkb)

Anggota Banyak Formasi Kalibeng tersusun atas perselingan


batupasir tufan, batulanau gampingan, batupasir dan batupasir
kerikilan.

3) Satuan Batulempung Kalibiuk Formasi Kalibeng (Tmk) bagian


Bawah
Van Bammelen (1949) memberikan nama ”Kalibiuk Beds”,
kemudian De Genevraye dan Luki Samuel (1972) menyebutnya
dengan Kalibeng Bawah. Satuan ini dicirikan oleh napal
kehijauan, batulempung napalan kehijauan, serta sisipan batupasir
gampingan dan juga banyak dijumpai cangkang moluska.
4) Anggota Damar Formasi Kalibeng (Tmkd)
Anggota damar merupakan bagian dari Formasi Kalibeng yang
berumur miosen-pliosen. Batuan penyusun Anggota Damar terdiri
dari konglomerat, batupasir kerikilan, batupasir gampingan
bersisipan batugamping. Secara umum lingkungan pengendapan
Anggota Damar merupakan lingkungan laut – dangkal hingga
fluvial.

7
5) Formasi Jongkong
Formasi Jongkong terdiri atas breksi andesit hornblende- augite.
Formasi ini sebelumnya disebut pula sebagai gunungapi Ungaran
Lama. Pelamparan formasi ini berada di daerah Gunung Jadi.
6) Formasi Kaligetas
Satuan ini terdiri atas batuan yang bersifat padu sampai kurang
padu berupa batuan piroklastik dan batuan hasil aktifitas aliran,
yakni breksi vulkanik, aliran lava, batupasir tuffan, dan
batulempung yang diperkirakan berumur Pleistosen. Pelamparan
satuan ini berada di bagian lereng bawah - kaki gunungapi dan
setempat berada pada bagian morfologi perbukitan bergelombang
rendah di bagian barat daerah penyelidikan.
7) Formasi Payung (Qp)
Formasi ini terdiri atas lahar, batulempung, breksi dan tufa.
Formasi ini tersebar di Kecamatan Tuntang.
8) Formasi Penyatan
Formasi ini terletak secara tidak selaras di atas formasi Kerek
dengan litologi terdiri dari batu pasir, breksi, tuf, batu lempung,
dan aliran-aliran lava. Batu pasir tufan dan breksi vulkanik (aliran
dan lahar) nampak dominan. Ditemukan juga aliran lava, batu
lempung marin dan napal. Formasi ini mempunyai ketebalan lebih
dari 1000 meter dan menunjukkan umur Miosen Tengah-Plistosen.
Formasi ini banyak dijumpai pada gunung Payung, gunung
Djakapita, kali Lutut, Kertosari dan gunung Djomblong.
9) Andesit
Batuan ini berumur Miosen dengan pelamparan yang sangat
sempit, setempat di bagian barat dan utara daerah penyelidikan,
pada satuan morfologi lereng atas dan lereng bawah gunungapi.
Batuan ini terdiri atas batuan terobosan, yaitu andesit.

8
10) Volkanik Gilipetung (Qg)
Merupakan batuan gunungapi yang bercirikan aliran lava dan
berada di barat Rawapening. Pelamparan satuan ini berada di
Kecamatan Ambarawa.
11) Volkanik Kaligesik (Qpk)
Batuannya berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman,
halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin dan augit,
sangat keras. Batuan volkanik Kaligesik tersebar di beberapa
daerah antara lain Kecamatan Ungaran Barat dan Bergas.
12) Volkanik Lasem
Batuan volkanik Lasem tersebar di daerah Kecamatan Pringapus
dan Kecamatan Tuntang.
13) Volkanik Telomoyo
Batuan berupa batuan volkanik yang tersebar di sekitar Gunung
Telomoyo di Kecamatan Getasan dan Banyubiru.
14) Volkanik Andong dan Kendil
Merupakan batuan volkanik dari Gunung Andong dan Gunung
Kendil. Satuan ini terdapat di daerah Kecamatan Jambu dan
Kecamatan Banyubiru.

15) Volkanik Gajah Mungkur (Qhg)


Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman,
berbutir halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar,
hornblende dan augit, bersifat keras dan kompak.
16) Volkanik Kemalon dan Sangku (Qks)
Batuan ini berwarna muda sampai tua, di Kemalon menunjukkan
porfir pagioklas sampai kristalin halus. Sedang di Sengku berupa
lava berongga, berbutir halus dengan feokrist hornblende.
17) Volkanik Kwarter (Qvb)
Formasi ini merupakan batuan vulkanik hasil dari proses
pembekuan magma gunungapi yang berumur Plistosen.

9
Batuan penyusun formasi ini terdiri dari beberapa jenis antara
lain ; Breksi Gunungapi, Konglomerat, dan batupasir tufan.
18) Volkanik Kwarter (Qvu, Ungaran & Qvm, Merbabu)
Formasi ini merupakan batuan vulkanik magma gunungapi yang
berumur Holosen. Batuan yang tersingkap antara lain breksi
gunungapi, lava, tuf, dan breksi lahar. Berdasarkan sumbernya
dibedakan dari Gunung Merbabu (Qvm) dan Gunung Ungaran
(Qvu).
19) Aluvial (Qa)
Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan
pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan
campuran. Endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil, kerakal,
pasir dan lanau.

PT. Akerlund Rausing Packaging secara geografis berada pada Kelurahan Harosari,
Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, lokasi tersebut masuk ke dalam Formasi
Volkanik Kwarter yang tersusun atas batuan gunungapi.

10
Gambar 1.3 Stratigrafi regional daerah Kabupaten Semarang dan sekitarnya (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1992)

11
Gambar 1.4 Geologi regional daerah Kabupaten Semarang (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1992) Lokasi PT.

Akerlund Rausing Packaging Indonesia (Satuan Breksi Gunungapi)

12
BAB III
TEKNIS PENGGUNAAN AIR TANAH

III.1 Hidrogeologi
Berdasarkan Said,H.D, dan Sukrisno (1988) komposisi di Kabupaten
Semarang terdiri atas Endapan vulkanik, endapak volkanik muda, endapan
volkanik tak teruraikan, batupasir dan tuffa, batupasir, breksi dan
batulempung.
Secara terdapatnya airtanah dan produktivitas di sekitar cekungan Kecamatan
Ambarawa dan Rawa pening, akuifer terdiri atas akuifer dengan produktifitas
tinggi dengan penyebaran luas. Akuifer ini berlapis banyak dengan keterusan
sedang sampai tinggi, muka air tanah beragam, umumnya dekat dengan
permukaan tanah, di beberapa lokasi ada di muka air tanah, debit sumur
umumnya lebih dari 10 liter/detik. Akuifer produktif dengan penyebaran
luas. Akuifer ini berlapis banyak dengan keterusan sedang, muka air tanah
beragam, umumnya dekat dengan permukaan tanah, debit sumur umumnya 5-
10 liter/detik. Akuifer produktiftias sedang dengan penyebaran luas, terdiri
atas akuifer berlapis dengan keterusan sedang sampai rendah, muka air tanah
beragam umunya dekat pemukaan tanah dengan debit sumur kurang dari 5
liter/detik.
Kondisi hidrogeologi di bagian Barat dari sebagian Kabupaten Semarang
terdiri atas akuifer dengan aliran melalui celah dan ruang antar butir, terdiri
atas akuifer produktiftas tinggi dengan penyebaran luas. Akuifer ini dengan
keterusan dan kisaran kedalaman muka air tanah sangat beragam dengan debit
sumur umumnya lebih dari 5 liter/detik, permunculan mata air banyak
dijumpai, beberapa debit mencapai lebih dari 500 liter/detik, terutama yang
muncul dari lava vulkan. Akuifer produktifitas sedang dengan penyebaran
luas berada di lereng-lereng Ungaran. Akuifer ini dengan keterusan sangat
beragam; kedalaman muka air tanah umumnya dalam, debit sumur sumumnya
kurang dari 5 liter /detik; mata air umumnya berdebit

13
sedang, munculnya pada lekung lereng. Pada beberapa tempat terdapat
skuifer setempat dengan produktifitas sedang. Akuifer ini sangat beragam,
umunya airtanah tidak dimanfaatkan karena dalamnya muka air tanah;
setempat mataair berdebit kecil dapat diturap atau dipompa. Keterdapatan
akuifer dibatuan beku yang kompak bebrapa lokasi dengan akuifer
produktifitas sedang. Aliran tanah melalui zona celah, rekah dan saluran
pelarutan debit sumur beragam.
Kondisi hidrogeologi di bagian Timur dari sebagian Kabupaten Semarang
terdiri dari akuifer (bercelah atau sarang) produktifitas kecil dan daerah
airtanah langka. Akuifer produktifitas kecil setempat berate. Akuifer ini
umumnya rendah sampai sangat rendah, bersifat setempat airtanahnya dalam
jumlah terbatas dapat diperoleh terutama pada daerah rendah atau zona
pelapukan batu padu. Selaitu terdapat daerah airtanah langka dan akuifer
setempat, akuifer berproduksi kecil menutui akuifer berproduksi tinggi.

Ditinjau dari jenis batuan dan dikaitkan dengan kesarangannya, di daerah


penyelidikan ini terdapat 2 (dua) kelompok akuifer:

a. Akuifer dengan Aliran melalui Ruang antarbutir dan Rekahan

Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir dan rekahan dibentuk
oleh material yang agak padu sampai padu, dengan pelamparan yang luas,
menempati kurang lebih 45% dari luas keseluruhan daerah penyelidikan.
Akuifer ini tersebar secara setempat-setempat di bagian barat laut, tengah-
utara, dan timur- tenggara daerah penyelidikan yaitu pada bagian
morfologi perbukitan bergelombang, lereng bawah – kaki gunung api, dan
setempat pada bagian lereng atas gunung api.
Akuifer ini dibentuk oleh berbagai jenis batuan gunung api yang berumur
Kuarter, dibedakan dalam beberapa unit akuifer menurut batuan penyusun
utamanya dan kesamaan sikapnya terhadap airtanah sebagai berikut :
- Breksi vulkanik, lava, tuf, batupasir tufan, dan batulempung (Formasi
Kaligetas). Batuan tersebut memiliki tingkat kelulusan

14
yang bervariasi dari rendah sampai sedang. Kelulusan rendah dijumpai
pada lava massif, breksi vulkanik,tuf, dan batulempung, sedangkan
kelulusan sedang dijumpai pada batupasir tufan ataupun lava dan
breksi vulkanik yang memiliki rekahan dan terlapukkan dengan
intensitas cukup tinggi.
- Breksi andesit dan aliran lava ( Formasi Jongkrong ). Batuan ini secara
umum memiliki tingkat kelulusan yang rendah.

b. Akuifer dengan Aliran melalui Rekahan


Akuifer dengan aliran melalui rekahan dibentuk oleh batuan yang bersifat
padu dengan pelamparan yang ini terluas, kurang lebih 65% dari luas
keseluruhan daerah penyelidikan. Akuifer ini tersebar di bagian tengah
daerah penyelidikan yaitu pada bagian morfologi puncak sampai lereng
bawah gunungapi.
Akiufer ini dibentuk oleh berbagai jenis batuan vulkanik hasil kegiatan
gunungapi kuarter, yang secara umum bersifat padu. Batuan-batuan
tersebut dibedakan ke dalam beberapa unit akuifer menurut batuan
penyusun utamanya dan kesamaan sikapnya terhadap airtanah sebagai
berikut :
- Aliran lava andesit dan setempat breksi gunungapi (Aliran lava
G. Sumbing, Batuan Gunungapi Gajahmungkur, dan Batuan
Gunungapi Kemalon dan Sangku). Batuan–batuan tersebut memiliki
tingkat kelulusan yang bervariasi dari rendah sampai sedang, terutama
kelulusan sedang pada batuan yang memiliki intensitas rekahan dan
pelapukan tinggi.

Plotting koordinat PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia, diketahui


bahwa sumur bor ke – 1 termasuk di dalam Zona Pemanfaatan Air Tanah Sub
Zona Aman II berdasarkan Peta Pemanfaatan dan Konservasi Air Tanah CAT
Rawapening Tahun 2012 dengan debit optimum sumur adalah 172,8-604,8 m3
per hari dengan kedudukan akuifer berada pada kedalaman 2 -20 mbmt.

15
Gambar III.1 Peta Zona Pemanfaatan dan Konservasi CAT Rawapening Tahun 2012

Lokasi Sumur Bor PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia

16
III.2 Ketersediaan Sumber Air Saat Perencanaan
Litologi akuifer utama di CAT Rawapening adalah pasir dan pasir
lempungan dari Aluvium, aliran lava dari Batuan Gunung Api Gilipetung dan
Batuan Gunung Api Telomoyo, Lava basal-andesit dari Batuan Gunung Api
Merbabu, serta breksi gunung api dan batu pasir tufan dari F. Kaligetas. Batuan
yang menutupi daerah penyelidikan, terdiri atas beberapa jenis batuan yang
mempunyai kesarangan dan kelulusan yang berbeda.
Mengacu pada Peta Hidrogeologi Lembar VII Semarang Skala 1 :
250.000 (H. D. Said dan Soekrisno,1988) keterdapatan air tanah terdiri atas:
1) Akuifer dengan aliran air tanah melalui ruang antar butir, merupakan
akuifer dengan produktivitas tinggi dengan penyebaran luas, keterusan
sedang sampai tinggi, muka air tanah beragam, umumnya dekat permukaan
tanah, debit sumur umumnya lebih dari 10 liter/detik;
2) Akuifer dengan aliran melalui ruang celahan dan ruang antar butir dengan
produktivitas tinggi, penyebaran luas, debit sumur umumnya lebih dari 5
liter/detik;
3) Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir dan celahan dengan
produktivitas sedang, penyebaran luas, debit sumur umumnya kurang dari
5 liter/detik;
4) Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir dan celahan, setempat
akuifer produktif;
5) Akuifer bercelah atau sarang, akuifer jenis ini mempunyai produktivitas
rendah, setempat berarti;
6) Akuifer bercelah atau sarang, merupakan daerah air tanah langka, yakni
daerah yang tidak menjajikan eksploitasi air tanah dalam jumlah berarti.
Berdasarkan data dari pemerintah daerah setempat, kebutuhan air di
Kecamatan Bawen untuk rumah tangga umumnya dipenuhi oleh mata air,
sumur gali, dan PDAM. Kebutuhan air untuk industri umumnya dipenuhi oleh
sumur bor, sedangkan kebutuhan air untuk irigasi

17
pertanian di Kecamatan Bawen secara umum dengan memanfaatkan air
permukaan yang berasal dari limpahan mata air dan air hujan.
Berbagai masalah kesulitan perolehan air bersih yang dihadapi
masyarakat di Kabupaten Semarang merupakan masalah endemik yang sudah
lama terjadi. Perlunya melakukan pengkajian Pola dan Proses Konsumsi Air
Masyarakat adalah untuk mendapatkan gambaran penyediaan dan pemenuhan
kebutuhan konsumsi air masyarakat, yang diharapkan dapat menjadi masukan
pemecahan masalah sarana prasarana air bersih di wilayah studi. Masyarakat
menjadi fokus utama pengamatan dengan tujuan agar pemecahan masalah
yang dirumuskan mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi masyarakat
sebagai sasaran utama pelayanan kota.
Penyediaan air bersih merupakan salah satu bentuk pelayanan kota,
dimana di Indonesia wewenang tersebut dijalankan oleh PDAM (Perusahaan
Daerah Air Minum) sebagai pemasok air bersih utama di perkotaan. Akan
tetapi kinerja dan pelayanan PDAM dalam meyediakan air bersih selama ini
masih dinilai banyak kalangan belum optimal. Permasalahannya tidak hanya
berkaitan dengan kuantitas atau banyaknya jumlah air yang disediakan
PDAM, namun juga kualitas air bersih yang ada dan kontinuitas
penyediaannya. Seringkali air mengalir hanya pada waktu-waktu tertentu, tidak
lancar, masih berbau kaporit dan sebagainya. Manakala penyediaan air bersih
perkotaan tidak mencapai target pelayanan yang diharapkan maka timbul
berbagai permasalahan pemenuhan kebutuhan air masyarakat. Untuk mengatasi
masalah penyediaan air permukaan tersebut, maka dibangunlah sumur bor
untuk pengusahaan air tanah.

III.3 Kerapatan Sumur dan Pengambilan Air Tanah

Sumur bor ke-1 (satu) PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia


merupakan satu-satunya sumur yang ada di lingkungan pabrik, sehingga data
kerapatan sumur diasumsikan berjarak di lokasi pabrik terdekat yaitu sekitar
300-400 meter.

18
III.4 Hasil Pengukuran Geolistrik
Pada kegiatan studi kelayakan ini tidak dilakukan pengukuran geolistrik
karena kondisi sumur bor sudah terbangun.

III.5 Rencana Pembuatan Infrastruktur Pengambilan Air


a. Pemanfaatan Air Permukaan dan Infrastrukturnya
Di sekitar lokasi PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia
terdapat mata air yang rencananya akan digunakan untuk membantu
mencukupi kebutuhan operasional pabrik, saat ini sedang dalam tahap
pengajuan izin ke BBWS Pemali Juana.
b. Konstruksi Sumur Bor ke-1 (satu) PT. Akerlund Rausing Packaging
Indonesia
Tabel 3.1 Konstruksi Sumur
Kedalaman sumur : 100 m
Diameter jambang : 4 inch
Panang pipa jambang : 88 meter
Diameter saringan : 4 inch
Panjang saringan : 12 m
Posisi saringan : 88-100 m bmt
Posisi pompa : 48 m bmt
Kapasitas pompa : 2 PK
Diameter pipa hisap : 1,5 inch
Panjang pipa hisap : 40 m
Pada saat uji pemompaan (bulan November 2019) digunakan pompa
submersible kapasitas 2 PK, namun kondisi saat ini telah dilakukan
penggantian pompa karena terjadi kerusakan (dari sebelumnya
submersible menjadi pompa sentrifugal).

c. Pengambilan Debit

Rencana pengambilan debit air tanah dari sumur bor ke-1 (satu)
PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia adalah sebesar maksimal 20
m3/hari sesuai debit yang diizinkan dalam Surat Izin Pengeboran Air
Tanah, dan merupakan debit yang digunakan dalam analisis studi
kelayakan ini.

19
Bagan neraca air adalah sebagai berikut:

Air Permukaan
(17,5 m3 per hari)
Kebutuhan air MCK / utilitas
karyawan
(37,5 m3 per hari)
Air Tanah (20 m3 per hari)

Selain itu juga terdapat penggunaan air reverse osmosis (RO) dari
sumber air tangki sebanyak 2,4 m3 per hari yang digunakan untuk
produksi packaging bahan makanan.

Produksi air RO Air Tangki


(2,4 m3 per hari) (2,4 m3 per hari)

20
BAB IV
LAPORAN PENGEBORAN

IV.1 Hasil Pengeboran


Pada saat dilakukan kegiatan studi kelayakan ini, sumur bor kesatu PT.
Akelund Rausing Packaging Indonesia dalam kondisi sudah terbangun setelah
mendapatkan izin pengeboran air tanah pada tanggal 10 Oktober 2019.

IV.2 Geoelectrical Logging


Pada kegiatan studi kelayakan ini tidak dilakukan pengukuran geolistrik
karena kondisi sumur bor sudah terbangun setelah mendapatkan izin
pengeboran air tanah pada tanggal 10 Oktober 2019.

IV.3 Konstruksi Sumur


Berdasarkan data hasil pemboran, telah terpasang bahan-bahan
konstruksi sumur yaitu :
- Pipa casing PVC diameter 4” AW;
- Pipa saringan PVC diameter 4” lengkap dengan socket;
- Tutup dasar sumur (bottom plug);
- Gravel pack dan peralatan serta material lain yang diperlukan.
Pemasangan pipa casing dan pipa screen didasarkan dari data litologi dan
hasil well logging. Persiapan konstruksi dimulai dengan mengatur pemotongan
dan penyambungan pipa casing dan pipa saringan. Pekerjaan konstruksi
dilaksanakan setelah lubang sumur yakin lurus dan bersih. Penyambungan pipa
dilakukan dengan cara direkatkan (lem) dan diperkuat dengan baut. Setelah
pipa konstruksi terpasang dilakukan pemasukan gravel pack dari dasar sumur
sampai 5 meter di atas pipa saringan paling atas. Berdasarkan data pemboran
dari PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia diketahui kedalaman sumur
bor mencapai 100 m di bawah muka tanah setempat (bmt), dimana pipa
jambang berdiameter 4 inchi dengan panjang 88 meter, dengan saringan
berdiameter 4 inchi dan panjang total 12 meter terpasang diantara kedalaman
88-100 meter bmt.

21
IV.4 Hasil Uji Pemompaan
a. Metode
Metode yang digunakan dalam uji pemompaan ini adalah dengan
uji menerus Continues Well Pumping Test dilanjutkan Uji Recovery
Test (uji kambuh/pulih). Uji pemompaan ini dilaksanakan setelah
kegiatan pengambilan air tanah dihentikan selama lebih kurang 1 hari
agar tercapai kedudukan muka air tanah statis (MAS). Dalam
pelaksanaan uji pemompaan dengan debit tetap sebesar 0,5 Liter/detik.
Penurunan muka air tanah dicatat per menit pada sepuluh menit
pertama, per dua menit pada sepuluh menit kedua, per lima menit pada
40 menit berikutnya, per 15 menit, per 30 menit dan seterusnya hingga
tercapai kedudukan muka air tanah dinamis seimbang (steady).
Selanjutnya pemompaan dihentikan dan diukur pulihnya muka air tanah
selama selang waktu sama dengan uji hingga tercapai kedudukan muka
air tanah statis (muka air tanah awal).
b. Analisis Data
Analisis data pemompaan dilakukan dengan menggunakan
Microsoft Excel yang didasarkan pada Metode Jacob untuk data
surutan, serta Metode Theis untuk data pulih, sehingga dapat
diperhitungkan parameter akuifer berupa keterusan (T), kelulusan
(K) dan kapasitas jenisnya.
Keterusan Akuifer (T) merupakan jumlah volume air (misalnya
M3/jam) yang dapat diteruskan melalui penampang tegak akuifer dari
satuan lebar (misalnya m) dibawah landaian hidrolika sama dengan
100%. Kapasitas jenis (Qs) merupakan angka yang menunjukan volume
air yang dapat diambil setiap satuan waktu (misalnya m3/jam) apabila
muka air tanah diturunkan satu satuan panjang (misalnya m) pada saat itu

T = Transmisivitas (m2/hari)
Q = Debit pemompaan
S’ = Selisih kenaikan residual drawdown

22
Qs = Kapasitas jenis
K=
(lt/dt/m) Qopt = Debit

QOptimum K = Konduktivitas Hidrolik


Qs =
SOptimum (m2/hari) T = Transmisivitas

Berdasarkan data yang diperoleh dari uji pemompaan yang


dilakukan tanggal 23 Agustus 2019 (Berita Acara Terlampir) data
tersebut diproses dengan dua metode diatas didapatkan grafik
Drawdown dan grafik Recovery (gambar 3.2. & 3.3.) untuk
menghitung besaran parameter seperti pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2.
Analisis Uji Pemompaan Sumur bor ke-1 (satu) PT.
Akerlund Rausing Packaging Indonesia

Kedalama Debit
Data Saringan MAS Surutan T K Qs
n Pemompaan
m.
m. bmt m. bmt Lt / detik m m2/hari m/hari Lt/dt/m
bmt
Surutan 1,56 16,46 0,41
100 88-100 5,13 0,5 1,04
Pulih 15,19 0,38

Sumur bor ke Uraian Hasil

Debit pemompaan (l/dt). 0,5


Kedalaman pompa (mbmt} 48
Muka Air Tanah Statis/MAS (mbmt). 5,13
Surutan (meter) 1,56
Tinggi kolom (meter) 34,877
% Surutan (meter) 4,47
1 Debit maksimum l/dt 11,17
(Qopt) (m3/hari) 965,6
Debit optimum l/dt 6,71
(Qopt) (m3/hari) 579,4
Debit konservasi l/dt 5,9
(Qkonsv) (m3/hari) 509,8

23
Perhitungan untuk mendapatkan Nilai Debit Maksimal adalah sebagai
berikut :
% drawdown = Surutan x 100% = 1,56 = 4,47 %
Kolom air x100%
34,88
Qmax = (Qx100) = 0,5x100 = 11,17 l/detik
% drawdown 4,47
Qoptimum = Qmax x 60% = 11,17x0,60 = 6,71 l/detik
Qkonservasi = Qopt-12% = 6,71x 0,88 = 5,90 l/detik

24
IV.1. Grafik Uji Pemompaan di Sumur Bor ke-1 (satu) PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia
25
IV.2. Grafik Uji Pulih di Sumur Bor ke- 1 (satu) PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia

26
IV.5. Hasil Analisis Kualitas Air
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air
minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung
diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih adalah air yang memenuhi
syarat kesehatan, yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum.
Syarat-syarat yang ditentukan sesuai dengan persyaratan kualitas air secara
fisika, kimia dan biologi.
Berikut adalah ambang batas parameter-parameter kimia dan fisika
sesuai peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010.

27
28
Dari hasil analisa Laboratorium Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah (21
Januari 2022) didapatakan data sebagai berikut :

Dari hasil uji kualitas air sumur bor ke-1 (satu) secara umum masih dibawah
ambang batas baku mutu untuk air bersih, sehingga penggunaan air tanah pada sumur
bor ke-1 (satu) layak secara kualitatif.

29
BAB V
KEEKONOMIAN PEMANFAATAN AIR TANAH

Studi kelayakan merupakan suatu studi untuk menilai proyek yang akan
dikerjakan di masa mendatang. Penilaian disini tidak lain adalah untuk memberikan
rekomendasi apakah sebaiknya proyek yang bersangkutan layak dikerjakan atau
sebaiknya ditunda dulu. Mengingat di masa mendatang penuh dengan
ketidakpastian, maka studi yang dilakukan tentunya akan melibatkan berbagai aspek
dan membutuhkan pertimbangan- pertimbangan tertentu untuk memutuskannya. Jika
proyek yang dilakukan merupakan proyek investasi yang berorientasi laba, maka
studi kelayakan proyek adalah dalam rangka menilai layak tidaknya proyek investasi
yang dilakukan dapat memberikan keuntungan secara ekonomis. Tetapi jika proyek
tersebut merupakan proyek investasi yang tidak berorientasi laba seperti proyek
investasi untuk lembaga-lembaga sosial maka studi kelayakan proyek yang
dilakukan adalah untuk menilai layak atau tidaknya proyek tersebut dikerjakan tanpa
mempertimbangkan keuntungan secara ekonomis.
Pada umumnya studi kelayakan harus mencakup :
- Analisis Kebutuhan
- Analisis Teknis
- Analisis Ekonomi
- Analisis Finansial
- Kajian Lingkungan dan Sosial
Analisis Kebutuhan bertujuan untuk memperkirakan kebutuhan atas
pembangunan proyek tersebut yang biasanya diawali dengan kondisi eksisting dan
permasalahan yang ada sehingga dapat disimpulkan bahwa proyek tersebut memang
perlu dibangun.
Analisis ekonomi dalam studi kelayakan dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat kelayakan proyek dari aspek ekonomis. Aspek ekonomi adalah tinjauan
investasi dari sudut pandang pemerintah atau masyarakat yang merasakan
manfaatnya nanti. Tujuan analisis aspek ekonomi adalah terjadinya efisiensi
ekonomi dari proyek yang akan dibangun oleh

30
pemerintah diharapkan mendapatkan manfaat maksimal kepada masyarakat.
Parameter/kriteria yang digunakan dalam analisis meliputi Net Present Value
(NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Economic Internal Rate of Return
(EIRR). Dengan adanya kajian studi kelayakan secara ekonomi maka pemerintah
akan mengetahui apakah proyek infrastruktur yang akan dibangun memang
memberikan manfaat yang lebih besar daripada biaya yang akan dikeluarkan atau
sebaliknya.
Sumur bor ke-1 (satu) PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia digunakan
sebagai pemenuhan kebutuhan air untuk operasional perusahaan (sebagai pendukung
kegiatan). Pada studi kelayakan ekonomi pembangunan sumur bor ke-1 (satu) PT.
Akerlund Rausing Packaging Indonesia ini menggunakan analisis rasio manfaat-
biaya (Benefit Cost Ratio/BCR) dengan membandingkan manfaat dan resiko antara
penggunaan air tanah serta penggunaan air permukaan (PDAM). BCR adalah
perbandingan antara nilai ekuivalen dari benefit (manfaat) dengan nilai ekuivalen
dari cost (biaya) pada suatu titik waktu yang sama, misalnya present worth
(sekarang), future worth (yang akan datang) ataupun annual worth (tahunan).

V.1. Nilai Investasi Penggunaan Sumber Daya Air


Biaya modal (investasi) suatu proyek dapat ditafsirkan sebagai sejumlah
pengeluaran yang dibutuhkan untuk penyelesaian / pelaksanaan proyek. Secara
umum, biaya proyek terbagi menjadi dua bagian, yaitu biaya langsung dan
biaya tak langsung.
Biaya langsung terdiri dari biaya pekerjaan persiapan dan pelaksanaan
konstruksi.
1. Biaya Persiapan
Biaya pekerjaan persiapan adalah perkiraan biaya untuk kebutuhan
pembuatan jalan sementara, kantor lapangan, base camp, gudang material,
bengkel, barak tempat tinggal, laboratorium, alat telekomunikasi, sistem air
bersih, penerangan, mobilisasi / demobilisasi pekerja dan alat, dan lain
sebagainya.

2. Pekerjaan Konstruksi

31
Biaya konstruksi adalah biaya untuk untuk kebutuhan pekerjaan
pelaksanaan konstruksi dan tanah, yang besarnya sama dengan volume
pekerjaan dikalikan dengan harga satuan. Harga satuan tersebut sudah
memasukan memasukkan biaya tidak langsung dalam bentuk markup
(profit+contingency) dan overhead. Biaya konstruksi dapat meliputi, tetapi
tidak terbatas pada hal-hal berikut:
a) Pekerjaan tanah;
b) Pekerjaan struktur/perkerasan/drainase;
c) Pengendalian kondisi;
d) Pekerjaan pemeliharaan rutin;
e) Perlengkapan proyek dan utilitas;
f) Biaya tak terduga.

Biaya tidak langsung yaitu elemen biaya yang tidak terkait langsung
dengan besaran volume komponen fisik hasil akhir proyek tetapi mempunyai
kontribusi terhadap penyelesaian kegiatan.
1. Biaya administrasi, adalah sejumlah biaya yang diperuntukan guna
menunjang manajemen proyek. Besarnya diperkirakan 2,5% dari biaya
langsung proyek;
2. Biaya jasa konsultasi, adalah adalah biaya pengeluaran yang berhubungan
dengan kegiatan engineering, baik perancangan maupun supervisi. Biaya
perancangan meliputi biaya-biaya studi dan penyiapan detailed
engineering design (DED). Besar anggaran biaya desain umumnya
disesuaikan dengan kebutuhan, wilayah studi, dan pertimbangan sumber
pendanaan. Sedangkan, biaya supervisi atau pengawasan pekerjaan adalah
biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian terhadap mutu dan volume
pekerjaan, serta alokasi dana pelaksanaan fisik. Besaran anggaran biaya
supervisi disesuaikan dengan kebutuhan dan lokasi pelaksanaan fisik, serta
pertimbangan sumber pendanaan;
3. Biaya tak terduga (contingencies) adalah sejumlah biaya yang
diperuntukan guna menyesuaikan perencanaan rinci dengan lapangan pada
saat pekerjaan konstruksi berlangsung.
Untuk biaya pembuatan sumur bor ke-1 (satu) PT. Akerlund

32
Rausing Packaging Indonesia adalah sebagai berikut:

Jadi total biaya investasi untuk pembuatan unit sumur bor ke-1 (satu) PT.
Akerlund Rausing Packaging Indonesia adalah sebesar Rp89.660.000,-
(delapan puluh sembilan juta enam ratus enam puluh ribu rupiah).

33
V.2. Nilai Manfaat Yang Didapatkan Dari Penggunaan Sumber Daya Air
Tanah
Manfaat (benefit) adalah kenaikan produksi dengan adanya proyek
dikurangi produksi tanpa proyek. Manfaat suatu proyek dapat dikelompokkan
ke dalam manfaat langsung dan manfaat tidak langsung (direct dan indirect
benefit). Secara umum, manfaat proyek dapat dipahami sebagai perbedaan
positif antara kondisi dengan dan tanpa proyek. Jadi untuk memperoleh
manfaat proyek, perlu di prediksi dan diperbandingkan kondisi-kondisi pada
keadaan tanpa proyek dan pada keadaan dengan proyek.
1. Manfaat Langsung
Manfaat langsung yang diperhitungkan adalah penghematan yang dapat
terjadi sebagai dampak langsung dari adanya proyek. Biaya penghematan
tersebut dihitung melalui selisih biaya yang terjadi dengan proyek dan tanpa
proyek. Sebagai contoh adalah penghematan yang didapatkan dari biaya
pembayaran pajak air tanah jika dibandingkan dengan pembayaran air
melalui PDAM.
2. Manfaat Tidak Langsung
Terdapat banyak kemungkinan manfaat tak langsung dari suatu
pembangunan, seperti peningkatan nilai lahan, keselamatan lalu lintas,
peningkatan kegiatan pembangunan, dan sebagainya. Mengingat sifatnya
yang sulit diprediksi dan banyak faktor lain yang mempengaruhi, maka
manfaat tak langsung tidak diperhitungkan secara kuantitatif, namun
hanya diberikan sebagai bahan catatan dan diskusi sebagai manfaat
tambahan dari suatu pembangunan infrastruktur.

Metode
Proyek Manfaat Pengguna Metode Prediksi
Prediksi
Pengeboran Pemenuhan Eskalasi harga PT. Akerlund Wilayah yang
Sumber Daya Air Kebutuhan Air dan tarif yang Rausing belum
Tanah untuk berlaku Packaging mendapatkan
Operasional Indonesia jaringan PDAM
Perusahaan secara optimal

34
V.3. Nilai Kelayakan Investasi
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi kelayakan suatu
proyek adalah monetizing benefits and impacts dimana ini merupakan
aktivitas penting dalam Cost Benefit Analysis karena ini merupakan faktor
vital dalam menghitung NPV dan IRR. NPV dan IRR adalah indikator
keuangan yang paling penting yang membuktikan jika sebuah proyek dapat
diterima untuk diimplementasikan atau harus ditolak.
Identifikasi dan penilaian manfaat dan dampaknya merupakan kegiatan
yang menantang karena memerlukan banyak efek positif tidak langsung yang
kompleks, yang tidak selalu jelas. Kebutuhan memperkirakan kemungkinan
manfaat dalam ekspresi moneter menekankan kompleksitas Cost Benefit
Analysis.
1. Benefit Cost Ratio (BCR)
Air dari sumur bor ke-1 (satu) PT. Akerlund Rausing Packaging
Indonesia hanya digunakan sebagai bahan pendukung kegiatan
operasional perusahaan, sehingga tidak memberikan manfaat secara
langsung terhadap pendapatan atau cash flow perusahaan, namun
memberikan benefit (manfaat) secara tidak langsung berupa
penghematan pembayaran air sehingga digunakan analisis kelayakan
berdasarkan manfaat (benefit) yang diperoleh. Analisis yang digunakan
adalah analisis manfaat dan biaya (benefit cost ratio/BCR) dalam
menentukan kelayakan penggunaan sumur bor tersebut.
Analisis biaya dan manfaat merupakan suatu pendekatan untuk
menyusun rekomendasi kebijakan dengan cara menghitung total biaya
dan total keuntungan dalam bentuk uang. Analisis Biaya dan Manfaat
digunakan terutama ketika masalah efisiensi menjadi sesuatu yang
sangat relevan dan diperhitungkan, atau dengan perkataan lain digunakan
untuk mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi agar sumber
yang langka tersebut dapat digunakan secara efisien.

35
Benefit cost ratio adalah perbandingan antara present value benefit
dibagi dengan present value cost. BCR mengukur biaya yang
dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang
dikeluarkan dinotasikan dengan C (cost). Output yang dihasilkan
dinotasikan dengan B (benefit). Keputusan menerima / menolak
proposal investasi dilakukan dengan melihat nilai B/C.
Umumnya, proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti
output yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
Jadi, hasil BCR dari suatu proyek dikatakan layak secara ekonomi, bila
nilai BCR adalah lebih besar dari 1 (satu). Nilai ini didasarkan pada nilai
sekarang, yaitu dengan membandingkan selisih manfaat dengan biaya
yang lebih besar dari nol dan selisih manfaat dan biaya yang lebih kecil
dari nol.

a) Metode Perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR)


Metode ini dipakai untuk mengevaluasi kelayakan proyek dengan
membandingkan total manfaat terhadap total biaya yang telah
didiskonto ke tahun dasar dengan memakai nilai suku bunga
diskonto (discount rate) selama tahun rencana.
Indikator BCR adalah :
 Jika Net BCR > 1, maka proyek layak untuk dilaksanakan.
 Jika Net BCR < 1, maka proyek tidak layak dilaksanakan.
 Jika Net BCR = 1, maka manfaat proyek sebanding dengan
biaya yang dikeluarkan.

b) Analisis Benefit Cost Ratio (BCR)


Komponen-komponen dalam analisis Benefit Cost Ratio (BCR)
adalah sebagai berikut:
1) Biaya Investasi
Biaya investasi PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia
untuk pembuatan sumur bor ke-1 (satu) sebesar
Rp89.660.000,- (delapan puluh sembilan juta enam ratus enam
puluh ribu rupiah);

36
2) Biaya Pembayaran Pajak Air Tanah
PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia yang merupakan
industri besar sebelumnya telah mendapatkan Surat Izin
Pengeboran Air Tanah (SIP) yang diterbitkan oleh Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Jawa Tengah nomor 503/13623 Tahun 2019 dan diberikan debit
maksimal sebesar 20 m3/hari.
Nilai pembayaran pajak daerah berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Semarang nomor 10 Tahun 2010 tentang Pajak
Daerah adalah sebesar 20% dari Nilai Perolehan Air (Pasal 55).
Nilai Perolehan Air dihitung dengan mengalikan volume
pengambilan air tanah yang diambil dengan Harga Dasar Air.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah nomor 19 Tahun
2017 tentang Pedoman Perhitungan Harga Dasar Air Untuk
Menghitung Nilai Perolehan Air Tanah di Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Semarang masuk dalam
wilayah B (Potensi besar atau kecil dan resiko dampak
pengambilan menengah).
Harga Dasar Air di Wilayah B adalah sebagai berikut:

37
Untuk tarif pajak air tanah PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia adalah
sebagai berikut (Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah nomor 19 Tahun
2017 tentang Pedoman Perhitungan Harga Dasar Air Untuk Menghitung Nilai
Perolehan Air Tanah di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah):
Nilai Perolehan Air Tanah per bulan Nilai Perolehan
Debit Sumur Pengambilan Per Bulan
(Rp) Air Tanah per
Sesuai SIPA Berdasar Debit
Tahun
(m3) (m3/bulan) Volume (m3) Tarif Nominal
(Rp)
20 600 0-100 6.600 660.000
101-500 6.700 2.680.000
48.240.000
501-600 6.800 680.000
Total 4.020.000
Nilai Pajak Air Tanah per tahun (20% x NPA) 9.648.000

Jadi untuk pembayaran pajak air tanah apabila dilakukan


pengambilan air tanah sesuai debit 20 m3/hari atau 600 m3/bulan
atau 7.200 m3/tahun adalah sebesar 20% x
Rp48.240.000,- = Rp9.648.000,- (sembilan juta enam ratus
empat puluh delapan ribu rupiah) per tahun.

3) Estimasi Biaya Penggunaan Air dari PDAM


a) Biaya Pemasangan PDAM
Sesuai Peraturan Bupati Semarang nomor: 18 Tahun 2010
tentang Tarif Pelayanan Air Minum PDAM Kabupaten
Semarang, biaya pemasangan PDAM terdiri dari biaya
administrasi, biaya angkutan material, biaya pemasangan
meter air, biaya pemindahan meter air, biaya pemasangan
dan penyambungan pipa (dihitung per meter) dan biaya
galian untuk jaringan pipa.

38
Untuk rincian biaya niaga besar adalah sebagai berikut:
Biaya administrasi
Pendaftaran dan survey perencanaan : 61.400
Uang jaminan langganan : 150.000
Biaya sambung kembali : 60.000
Biaya balik nama : 35.000
Biaya putus sementara : 60.000
Biaya pengawasan : 75.000
Total biaya administrasi : 441.400
Biaya angkutan material
Ungaran dan sekitarnya : 41.000
Biaya pemasangan meter air
Diameter 1½ inch : 52.000
Biaya pemasangan dan Penyambungan pipa
Diameter 50 m Rp4.900/m : 245.000
1½ inch
Biaya galian pipa
Galian dll : 720.600
Total Biaya Pemasangan PDAM : 1.500.000

Jadi berdasarkan Peraturan Bupati Semarang nomor:


18 Tahun 2010 tentang Tarif Pelayanan Air Minum PDAM
Kabupaten Semarang, maka biaya pemasangan PDAM di
PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia adalah sebesar
Rp1.500.000,- (investasi tahun pertama PDAM).

39
Biaya Pemasangan PDAM
Sesuai Peraturan Bupati Semarang nomor: 18 Tahun 2010

b) Beban Tetap dan Beban Pasif PDAM


Sesuai Peraturan Bupati Semarang nomor: 18 Tahun 2010
tentang Tarif Pelayanan Air Minum PDAM Kabupaten
Semarang, terdapat nilai beban tetap dan beban pasif
penggunaan air minum dengan rincian sebagai berikut:
Biaya pemeliharaan meter : 1.968.000
Biaya administrasi rekening : 86.400
Beban pasif : 554.400

40
Beban Penggunaan PDAM
c) Biaya Penggunaan PDAM
Nilai pembayaran pajak daerah berdasarkan Peraturan
Bupati Semarang nomor 18 Tahun 2010 tentang Tarif
Pelayanan Air Minum PDAM Kabupaten Semarang adalah
sebagai berikut:

41
Estimasi tarif PDAM PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia (industri
besar) adalah sebagai berikut:
Debit Sumur Pengambilan Per Bulan Biaya PDAM per bulan Biaya PDAM
Sesuai SIPA Berdasar Debit (Rp) per Tahun
(m3) (m3/bulan) Volume (m3) Tarif Nominal (Rp)
20 600 0-10 4.620 46.200
10-20 6.310 63.100
20-30 8.320 83.200 70.026.000
≥30 9.900 5.653.000
Total 5.835.500

Jadi untuk estimasi pembayaran penggunaan air apabila PT.


Akerlund Rausing Packaging Indonesia menggunakan PDAM
dengan debit 20 m3/hari adalah sebesar Rp70.026.000,- (tujuh
puluh juta dua puluh enam ribu rupiah) per tahun.

42
4) Total Biaya Penggunaan PDAM
Biaya instalasi (tahun ke-0) : 1.500.000
Biaya pemeliharaan meter : 1.968.000
Biaya administrasi rekening : 86.400
Beban pasif : 554.400
Tarif PDAM : 70.026.000
Total Biaya PDAM : 74.134.800

5) Estimasi Penghematan Biaya


Dibandingkan dengan menggunakan PDAM, PT. Akerlund
Rausing Packaging Indonesia dapat menghemat biaya sebesar:
- Rp74.134.800 – Rp9.648.000
= Rp64.486.800,- (enam puluh empat juta empat ratus delapan
puluh enam ribu delapan ratus rupiah). Dan sebesar
Rp62.986.800,- (enam puluh dua juta sembilan ratus delapan
puluh enam ribu delapan ratus rupiah) untuk tahun
selanjutnya (karena pemasangan instalasi hanya pada tahun
ke-0).

6) Tingkat Suku Bunga dan Annual Worth


Untuk perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR) PT. Akerlund
Rausing Packaging Indonesia digunakan suku bunga diskonto
sebesar 8%, mempertimbangkan suku bunga acuan perbankan.
Perhitungan menggunakan metode Annual Worth karena
estimasi besaran manfaat yang diperoleh adalah sama setiap
tahun, dan dihitung selama 5 tahun.

43
7) Nilai Benefit Cost Ratio (BCR)
Dari data-data tersebut di atas, diketahui bahwa:
- Cost : Rp89.660.000,- (investasi tahun ke-0)
- Benefit : Rp62.986.800,- (annual selisih biaya
penghematan dikurangi
biaya perawatan per
tahun)
- Interest : 8%
62.986.800
A
BCR = 89.660.000( 8%;5)
;
P

BCR = 3,041
Jadi nilai BCR > 1, sehingga penggunaan sumur bor layak
dilakukan.

2. Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan
bersih yang akan diperoleh pada masa mendatang, merupakan selisih
antara nilai sekarang arus manfaat dikurangi dengan nilai sekarang arus
biaya (Gittinger, 1986).
Kriteria penilaian untuk Net Present Value (NPV) adalah sebagai berikut :
 Jika NPV > 0, maka proyek layak secara finansial;
 Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak secara finansial;
 Jika NPV = 0, maka proyek tidak rugi dan tidak untung. Formulasi
bagi Net Present value dapat diketahui pada
persamaan berikut:

44
Berdasarkan data-data yang telah disampaikan sebelumnya bahwa:
- Nilai Investasi : Rp89.660.000,- (investasi tahun ke-0)
- Aliran Kas per : Rp62.986.800,- (annual selisih biaya
penghematan dikurangi
tahun
biaya
perawatan per tahun)
- Discount rate : 8%

Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai Net Present Value


(NPV) penggunaan air tanah sumur bor ke-1 (satu) PT. Akerlund
Rausing Packaging Indonesia selama 5 tahun adalah sebesar
Rp163.216.917,-
Karena nilai NPV > 0, sehingga penggunaan sumur bor layak
secara ekonomi.
3. Break Even Point (BEP)
Nilai break even point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu
operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas
(penghasilan = total biaya).
Berdasarkan perhitungan dan nilai investasi yang membandingkan nilai
manfaat yang diperoleh dari penggunaan air tanah serta biaya yang
timbul, diperoleh nilai break even point pada tahun ke 1,42 atau setelah
penggunaan air tanah sebesar 8.520 m3.
Perhitungan dengan nilai debit air tanah maksimal sesuai debit yang
diberikan dalam izin pengeboran air tanah (20 m3 per hari), serta biaya
dan penghematan yang timbul dari perbandingan penggunaan air tanah
dan sumber air PDAM.

45
Cashflow dan nilai BCR, NPV, BEP Sumur Bor PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia

46
BAB VI
KELAYAKAN LINGKUNGAN

VI.1. Izin Lingkungan


PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia telah mendapatkan
pengesahan dokumen UKL-UPL berdasarkan Surat Kepala Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Semarang Nomor: 660.1/ukl- upl/382/2020 tanggal 23
Januari 2020 serta telah mendapatkan Izin Lingkungan.
VI.2. Studi Lingkungan Dampak Penggunaan Sumber Daya Air
Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air di Indonesia meliputi
kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus
meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin
menurun. Kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain berdampak negatif
terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air.
Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan berbahaya bagi
semua makhluk hidup yang tergantung pada sumber daya air (Hefni Effendi,
2003:11).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air
minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung
diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih adalah air yang memenuhi
syarat kesehatan, yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum.
Syarat-syarat yang ditentukan sesuai dengan persyaratan kualitas air secara
fisika, kimia dan biologi.
Dampak akibat penggunaan air dan pengelolaannya:
a. Sumber Dampak
Penggunaan air bersih untuk MCK karyawan dan utilitas.
b. Jenis Dampak
- Penurunan kuantitas air;
- Peningkatan kuantitas air limbah.
c. Tindakan Pengelolaan Lingkungan

47
- Melakukan penghematan penggunaan air;
- Pembuatan tandon air;
- Pemasangan flow meter;
- Perawatan jaringan air bersih untuk mencegah kebocoran.
d. Lokasi Pengelolaan
Di saluran air, tandon dan drainase PT. Akerlund Rausing
Packaging Indonesia.
e. Tolok Ukur
- Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI No.
15 Tahun 2012 Tentang Penghematan Penggunaan Air Tanah.
f. Periode Pengelolaan
Selama operasional PT. Akerlund Rausing Packaging
Indonesia.
g. Hasil Pengelolaan
- Rata-rata penggunaan air selama periode ini adalah 0,3
liter/detik (20 m3 per hari sesuai izin pengeboran);
- Tidak ada kebocoran pada jaringan / instalasi air bersih;
- Telah terpasang flow meter.

Telah disadari bahwa kemajuan industri dan teknologi yang mampu


meningkatkan kesejahteraan manusia itu ternyata juga menimbulkan
pencemaran terhadap lingkungan yang pada akhirnya juga berdampak pada
manusia. Oleh karena itu penerapan kemajuan industri dan teknologi tersebut
harus ditinjau kembali. Harus dipikirkan kembali agar penerapan kemajuan
industri dan teknologi tersebut dapat memberikan hasil dan manfaat yang
lebih baik.
Oleh karena pentingnya aspek lingkungan dalam mempertahankan
keselamatan dan kelestarian, untuk itu ada beberapa hal penanggulangan.
Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan tersebut
ada dua macam cara utama, yaitu :
1. Penanggulangan Secara Non Teknis

48
Penanggulangan ini merupakan suatu usaha untuk mengurangi
pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan
untuk merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk
kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran
lingkungan.
UKL-UPL adalah suatu studi mengenai beberapa masalah yang berkaitan
dengan rencana kegiatan yang diusulkan. Dalam hal ini studi yang
dilakukan meliputi kemungkinan terjadinya berbagai macam perubahan,
baik perubahan sosial ekonomi maupun biofisik lingkungan sebagai
akibat adanya kegiatan tersebut.
Hal penting yang harus diketahui sebelum melakukan UKL- UPL
adalah rencana kegiatan yang ada serta keadaan lingkungan sebelum
ada kegiatan. Keadaan lingkungan sebelum ada kegiatan harus diketahui
terlebih dahulu sebagai patokan atau sebagai garis dasar untuk
mengukur pencemaran yang terjadi. Berdasarkan dokumen UKL-UPL
yang dibuat untuk suatu kegiatan dapat dibandingkan keadaan sebelum
ada kegiatan dan sesudah ada kegiatan. Hasil yang ideal adalah apabila
tidak terjadi dampak pencemaran lingkungan. Kalaupun terjadi suatu
dampak, dampak tersebut hendaknya bersifat positif artinya kegiatan
tersebut memberikan peningkatan kualitas hidup masyarakat di
sekitarnya.
2. Penganggulangan Secara Teknis
Apabila berdasarkan kajian UKL-UPL ternyata mungkin akan timbul
pencemaran lingkungan maka langkah berikutnya adalah
penanggulangan secara teknis. Banyak macam dan cara yang dapat
ditempuh dalam penanggulangan secara teknis. Adapun kriteria yang
digunakan dalam memilih dan menentukan cara yang akan digunakan
dalam penanggulangan secara teknis tergantung pada faktor berikut :
a) Mengutamakan keselamatan lingkungan;
b) Teknologinya telah dikuasai dengan baik;
c) Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan.

49
BAB VII
KESIMPULAN

Dari data dan hasil pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia sebelumnya telah mendapatkan
SIP yang diterbitkan oleh DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah nomor 503/13623
Tahun 2019 tanggal 10 Oktober 2019 dan diberikan debit sebesar 20 m3/hari;
2. Data konstruksi sumur bor kesatu adalah sebagai berikut:
Kedalaman sumur : 100 m
Diameter jambang : 4 inch
Diameter saringan : 4 inch
Panjang saringan : 12 m
Posisi saringan : 60 – 72 m bmt
Posisi pompa : 48 m bmt
Kapasitas pompa : 2 PK (centrifugal)
Diameter pipa hisap : 2 inch
Panjang pipa hisap : 48 m
Pada saat uji pemompaan (bulan November 2019) digunakan pompa
submersible kapasitas 2 PK, namun kondisi saat ini telah dilakukan
penggantian pompa karena terjadi kerusakan (dari sebelumnya submersible
menjadi pompa sentrifugal).
3. Dari kegiatan uji pemompaan didapatkan hasil sebagai berikut:

Sumur bor ke Uraian Hasil


Debit pemompaan (l/dt). 0,5
Kedalaman pompa (mbmt} 40
Muka Air Tanah Statis/MAS (mbmt). 5,13
Surutan (meter) 1,56
Tinggi kolom (meter) 34,877
% Surutan (meter) 4,47
1 Debit maksimum l/dt 11,17
(Qopt) (m3/hari) 965,6
Debit optimum l/dt 6,71
(Qopt) (m3/hari) 579,4
Debit konservasi l/dt 5,9
(Qkonsv) (m3/hari) 509,8

50
4. Nilai transmisivitas, kelulusan dan kapasitas jenis sebagai berikut:
Data Kedalaman Saringan MAS Debit Surutan T K Qs
m. bmt m. bmt m. bmt lt/d m m2/hari m/hari Lt/dt/m
Surutan 16,46 0,41
100 60-72 5,13 0,5 1,56 1,04
Pulih 15,19 0,38

5. Analisa kelayakan sumur bor ke-1 (satu) adalah sebagai berikut:


- Cost : Rp89.660.000,- (investasi tahun ke-0)
- Benefit : Rp62.986.800,- (annual selisih biaya penghematan dari
penggunaan air tanah dan PDAM)
Dari perhitungan didapatkan nilai:
- Benefit Cost Ratio (BCR) : 3,041
- Net Present Value (NPV) : Rp163.216.917,-
- Break even point (BEP) : pada 1,42 tahun atau 8.520 m3 berdasarkan
penggunaan maksimal 20 m3 per hari sesuai debit yang diberikan dalam
izin pengeboran air tanah.
Karena nilai BCR > 1 dan NPV bernilai positif, maka penggunaan air tanah
dari sumur bor ke-1 (satu) PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia adalah
layak secara ekonomi;
6. Debit yang aman untuk diambil berdasarkan hasil uji pemompaan adalah
sebesar ≤ 5,9 lt/dt atau 509,8 m3/hari;
7. Saran: Agar dilakukan treatment air sebelum digunakan untuk meminimalisir
dampak akibat kualitas air yang di bawah ambang batas sesuai Permenkes
nomor492/MENKES/PER/IV/2010.

51
52
SUMUR BOR KESATU
PT. AKERLUND RAUSING PACKAGING INDONESIA
DATA UJI SURUTAN (DRAWDOWN TEST)
Lokasi : Bawen, Semarang Elevasi : 20 m
Tanggal : 23 Agustus 2019 Q. diukur dengan : Water meter
No. Sumur : 1 (Satu) Jenis/Kap. Pompa : Submersible
Jenis Sumur : Bor 2 PK
Koordinat :
Kedalaman : 100 m
Pipa Jambang : d = 4 inch P = 72 m
Saringan : d = 4 inch P = 12 m 60 – 72 mbmt

WAKTU t MAT h Q DHL t KET


(Jam) (menit) (mbmt) (meter) (liter/detik) (Mikromhos/cm) (oC)
09.00 0 5.13 0.00 0,5
09.01 1 6.03 0.90
09.02 2 6.13 1.00
09.03 3 6.15 1.02
09.04 4 6.18 1.05
09.05 5 6.21 1.08
09.06 6 6.23 1.10
09.07 7 6.27 1.14
09.08 8 6.33 1.20
09.09 9 6.36 1.23
09.10 10 6.39 1.26
09.12 12 6.41 1.28
09.14 14 6.41 1.28
09.16 16 6.42 1.29
09.18 18 6.43 1.30
09.20 20 6.43 1.30
09.25 25 6.43 1.30
09.30 30 6.43 1.30
09.35 35 6.45 1.32
09.40 40 6.48 1.35
09.45 45 6.49 1.36
09.50 50 6.52 1.39
09.55 55 6.56 1.43
10.00 60 6.58 1.45
10.10 70 6.61 1.48
10.20 80 6.64 1.51
10.30 90 6.67 1.54
10.40 100 6.69 1.56
10.50 110 6.69 1.56
11.00 120 6.69 1.56
11.15 135 6.69 1.56
11.30 150 6.69 1.56
11.45 165 6.69 1.56
12.00 180 6.69 1.56
12.30 210 6.69 1.56
13.00 240 6.69 1.56

53
SUMUR BOR KESATU
PT. AKERLUND RAUSING PACKAGING INDONESIA
DATA UJI PULIH (RECOVERY TEST)
Lokasi : Bawen, Semarang Elevasi : 20 m
Tanggal : 23 Agustus 2019 Q. diukur dengan : Water meter
No. Sumur : 1 (Satu) Jenis/Kap. Pompa : Submersible
Jenis Sumur : Bor 2 PK
Koordinat :
Kedalaman : 100 meter
Diameter Pipa
: d = 4 inch P = 72 m
Jambang
Saringan : d = 4 inch P = 12 m 60 - 72 mbmt
WAKTU t MAT t’ t/t’ s’ Q DHL t KET
(Jam) (menit) (mbmt) (menit) (menit) (meter) (liter/detik) (Mikromhos/cm) (oC)
13.00 240 6.69 0 0.0 1.56
13.01 241 6.31 1 241.0 1.18
13.02 242 6.19 2 121.0 1.06
13.03 243 6.11 3 81.0 0.98
13.04 244 6.02 4 61.0 0.89
13.05 245 5.93 5 49.0 0.80
13.06 246 5.88 6 41.0 0.75
13.07 247 5.84 7 35.3 0.71
13.08 248 5.79 8 31.0 0.66
13.09 249 5.74 9 27.7 0.61
13.10 250 5.72 10 25.0 0.59
13.12 252 5.7 12 21.0 0.57
13.14 254 5.67 14 18.1 0.54
13.16 256 5.64 16 16.0 0.51
13.18 258 5.62 18 14.3 0.49
13.20 260 5.6 20 13.0 0.47
13.25 265 5.56 25 10.6 0.43
13.30 270 5.52 30 9.0 0.39
13.35 275 5.49 35 7.9 0.36
13.40 280 5.47 40 7.0 0.34
13.45 285 5.45 45 6.3 0.32
13.50 290 5.42 50 5.8 0.29
13.55 295 5.41 55 5.4 0.28
14.00 300 5.39 60 5.0 0.26
14.10 310 5.36 70 4.4 0.23
14.20 320 5.34 80 4.0 0.21
14.30 330 5.31 90 3.7 0.18
14.40 340 5.29 100 3.4 0.16
14.50 350 5.25 110 3.2 0.12
15.00 360 5.23 120 3.0 0.10
15.15 375 5.21 135 2.8 0.08
15.30 390 5.18 150 2.6 0.05
15.45 405 5.15 165 2.5 0.02
16.00 420 5.13 180 2.3 0.00
16.30 450 5.13 210 2.7 0.00
17.00 480 5.13 240 2.9 0.00

54
DOKUMENTASI FOTO UJI PEMOMPAAN

1. Pelaksanaan Uji Pemompaan Sumur Bor ke – 1 PT. Akerlund Rausing


Packaging Indonesia

55
2. Kegiatan Uji Pemompaan

56
Grafik Uji Pemompaan PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia

57
Grafik Uji Pulih PT. Akerlund Rausing Packaging Indonesia

58

Anda mungkin juga menyukai