1. Judul *)
${Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Burnout Perawat pada Masa Pandemi Covid di
Indonesia}
2. Topik *)
${topik}
3. Bidang Ilmu *)
${Ilmu Keperawatan}
4. Identitas Peneliti *)
Peran Nama Sinta ID / NIM Fakultas Bidang Studi
Ketua ${Yani ${5987196_ketua} ${fakultas ilmu ${ilmu
Pengusul Sofiani_ket} keperawatan_ketua} keperawatan_ketua}
Anggota ${Abdu Rahim ${6167324_ang1} ${fakultas ilmu ${ilmu
Dosen 1 Kamil_ang1} keperawatan_ang1} keperawatan_ang1}
Anggota ${Dedi ${6671882_ang2} ${fakultas ilmu ${ilmu
Dosen 2 Muhdiana_ang2} keperawatan_ang1} keperawatan_ang2}
Anggota Mhs ${Prima Trisna ${20200950200006 - -
1 Aji_mhs1} _mhs1}
Anggota Mhs ${Dede ${6754154_mhs2} - -
2 Kurniati_mhs2}
Pimpinan
Tanggal
Tanggal Pengajuan Pemberi Jabatan Lembaga/Fakultas
Persetujuan
Persetujuan
$
${25 Februari {tanggal_prop $
${nama_dekan} ${nama_fakultas}
2021_prop2} {jbt_dekan}
_disetujui2}
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menekan angka kejadian,
penatalaksanaan yang dilakukan berupa upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabiltatif.
Pasien-pasien yang terkonfirmasi positif dan memiliki gejala ringan sampai berat membutuhkan
bantuan dari tenaga medis, tidak terkecuali tenaga perawat, hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Mo et al, 2020 [8] bahwa umumnya perawat yang bekerja untuk melawan covid-19
mengalami tekanan.
Tingginya angka kejadian dan lamanya pandemi ini dapat menyebabkan stress tersendiri bagi
perawat. Hasil penelitian Lai et al, 2020 [9] menyampaikan bahwa dari 1.830 responden
(perawat, dokter, dan orang yang bekerja di rumah sakit) sebanyak 50,4 % (634 orang)
mengalami depresi, sebanyak 44.6 % (560 orang) merasakan cemas, dan 34% (427 orang)
mengalami insomnia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi resiko
tertularnya penyakit ini kepada perawat, antara lain pengaturan jam kerja, penyediaan fasilitas
penginapan, penyediaan alat pelindung diri, namun karena memanjangnya pandemi ini
menyebabkan kelelahan kerja bagi perawat atau yang lebih dikenal dengan burnout.
Menurunnya kualitas pelayanan bukan hanya karena faktor mutu tenaga, tetapi dapat juga
karena tingginya beban kerja yang berakibat perawat menjadi letih secara fisik dan mental
dikarenakan efek panjang pandemi Covid-19 di Indonesia. Hal ini bisa tampak bila terjadinya
kenaikan jumlah kunjungan pasien dan meningkatnya Bed Occupancy Rate (BOR), sedangkan
jumlah perawat tetap dalam periode waktu yang lama pada masa pandemi Covid 19 [10].
Efek Pandemi COVID-19 di Indonesia yang sangat panjang dari hingga sekarang
mengakibatkan peningkatan beban yang sangat berat terhadap sistem pelayanan kesehatan di
tanah air, termasuk salah satunya adalah pada tenaga kesehatan yaitu Perawat. Risiko yang
paling utama terlihat adalah aspek keselamatan tenaga kesehatan perawat terutama di lini
terdepan yang sangat rentan terpapar COVID-19 sehingga berisiko mengancam keselamatan
jiwa. Selain itu resiko yang sangat mempengaruhi penurunan daya tahan tubuh tenaga medis
terhadap paparan virus adalah dari aspek resiko bournout syndrom.
Atas dasar latar belakang diatas maka disini Peneliti tertarik untuk mengambil Judul Penelitian
tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Burnout Perawat pada Masa Pandemi Covid di
Indonesia”. Agar didapat tambahan data untuk mengetahui penyebab burnout pada perawat
untuk diatasi.
Tinjauan Pustaka
Burnout sindrome adalah suatu keadaan dimana individu mengalami kelelahan fisik, mental dan
emosional yang terjadi, karena stress yang dialami dalam jangka waktu yang cukup lama dalam
situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang cukup tinggi. Efek yang timbul akibat burnout
adalah menurunnya motivasi terhadap belajar, timbulnya sikap negative, frustasi, timbul
perasaan ditolak oleh lingkungan, gagal, dan self-esteem rendah (McGhee dalam Irawati, 2002)
sedangkan Santrock (2002) [11], mendefinisikan burnout sebagai suatu perasaan putus asa dan
tidak berdaya yang diakibatkan oleh stress berlarut-larut yang berkaitan dengan belajar. Bed
Occupancy Rate (BOR) yang terus meningkat dan jumlah perawat yang tetap membuat beban
perawat semakin meningkat ditambah dengan stresor yang tinggi dikarenakan efek penularan
Virus Covid-19 yang mudah menular membuat Perawat beresiko mengalami Bournout Syndrome
[12].
Menurut Gold & Roth (2001) [13], Penyebab Bournout syndrome sendiri antara lain kurangnya
dukungan sosial (Lack of Social Support), faktor demografis, konsep diri yang tinggi, peran
konflik ambiguitas, isolasi, kelebihan beban kerja, kurangnya kontrol, stres yang berkepanjangan
dan terganggunya sistem komunitas dalam pekerjaan. Tenaga medis di masa pendemi Covid-19
beresiko tinggi mengalami Bournout sindrom dikarenakan lingkup perawat Covid-19
mengharuskan isolasi, mengalami kelebihan beban kerja, kurangnya kontrol dan stres yang
berkepanjangan dikarenakan peningkatan pasien Covid-19 yang tiap tahun terus meningkat.
Hal ini sesuai dengan Penelitian yang sudah dilakukan tim peneliti dari Program Studi Magister
Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (MKK FKUI) yang menunjukkan
fakta bahwa sebanyak 83% tenaga kesehatan di Indonesia telah mengalami burnout
syndrome derajat sedang dan berat yang secara psikologis sudah berisiko mengganggu kualitas
hidup dan produktivitas kerja dalam pelayanan kesehatan.
Penelitian yang dilakukan di Eropa pada tahun 2011 menunjukkan bahwa sekitar 30% dari
perawat yang disurvei melaporkan jenuh atau lelah untuk bekerja. Selain itu sebuah penelitian di
Inggris menemukan bahwa sekitar 42% dari perawat dilaporkan mengalami burnout, sedangkan
di Yunani sekitar 44% dari perawat melaporkan perasaan ketidakpuasan di tempat kerja dan
keinginan untuk meninggalkan pekerjaan [14].
Perawat yang bertugas di ruang rawat Isolasi Covid-19 sendiri perawat bekerja dibagi menjadi
tiga shift, delapan jam untuk shift pagi, delapan jam untuk shift siang dan 10 jam untuk shift
malam. Dengan bertambahnya tenaga medis perawat yang terinfeksi Covid-19 maka tugas
perawat yang tidak terinfeksi akan semakin berat dikarenakan efek domino dengan double shift
dikarenakan akibat tingginya angka infeksi Covid-19 [16].
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Dewi Soemarko (2020) [17], yang menemukan fakta bahwa
dokter umum dan tenaga medis di Indonesia yang menjalankan tugas pelayanan Medis di garda
terdepan selama masa pandemi Covid-19 memiliki resiko 2 kali lebih besar untuk mengalami
bournout syndrome. Sedangkan tingginya risiko menderita burnout syndrome akibat pajanan
stres yang luar biasa berat di fasilitas kesehatan selama pandemik ini dapat mengakibatkan efek
jangka panjang terhadap kualitas pelayanan medis karena para tenaga kesehatan akan merasa
depresi, kelelahan ekstrim bahkan merasa kurang kompeten dalam menjalankan tugas, dan ini
tentu berdampak kurang baik bagi upaya kita memerangi COVID-19.
Stres yang dihadapi Perawat dapat berdampak pada aspek psikologis. Dampak tersebut dapat
berdampak negatif pada perawat salah satunya berupa penurunan konsentrasi dan pemusatan
perhatian selama bekerja, pusing, cemas dan peningkatan tanda tanda vital yang berdampak
pada kesehatan dan penurunan sistem imun. Pekerjaan yang penuh stresor dan tekanan dapat
menempatkan pada seseorang pada kondisi tertekan terus menerus sampai ke titik jenuh, dimana
mereka mengalami bournout (kejenuhan). Perawat yang mengalami bournout akan mengalami
gangguan biologis salah satunya kelelahan dan mengenai sistem psikologis, emoisonal, apatis,
depresi, mudah tersinggung, merasa bosan, merendahkan harga diri dan berkurangnya rasa
percaya diri [18].
Ketika perawat mengalami Bournout maka akan terjadi gangguan pada sistem imun tubuh
manusia karena tubuh akan melakukan pelepasan hormon yang bernama Corticotropin
Realeasing Hormone (CRH) dimana hormon ini akan memberi sinyal pada kelenjar pituitari
untuk memproduksi hormon ACTH dan selanjutnya akan memicu produksi hormon stres kortisol
yang akan menurunkan sistem imun manusia. Ketika sistem imun menurun maka daya tahan
tubuh akan melemah dan virus Covid 19 akan mudah masuk ke tubuh manusia dan menyerang
organ–organ vital dengan cepat [19].
Metode
Desain Studi dan Sampel
Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan pendekatan convenience sampling.
Responden adalah perawat di Indonesia. Untuk kriteria inklusi adalah perawat yang memiliki
NIRA yang bekerja di rumah sakit swasta atau negeri di seluruh Indonesia, yang bekerja di
ruang emergency, ruang intensive care, dan ruang khusus penanganan covid.
Pengumpulan Data dan Analisa Data
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah terkait kuesioner tentang karakterisitik
perawat yang mencakup usia, jenis kelamin, status pernikahan, agama, lama menjadi perawat,
pendidikan terakhir, unit kerja, dan domisili. Selain itu juga kuesioner lain yang diguanakan
yaitu Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) untuk mengukur stress yang berhubungan dengan
workload, dan kuesioner the Maslach Burnout Inventory (MBI).
Kuesioner HAM-A terdiri dari 14 item untuk mengkaji tingkat stress yang berkaitan dengan
beban kerja. Kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) telah memiliki versi Bahasa
Indonesia dengan nilai Cronbach’s alpha 0.756 (Ramdan, 2018[20]).
The Maslach Burnout Inventory (MBI) terdiri dari 22 item yang terbagi ke dalam tiga subscale:
emotional exhaustion (tujuh item), depersonalisation (tujuh item) and personal accomplishment
(delapan item). Setiap item menggunakan scala likerts, total skor 67 keatas diklasifikasikan
sebagai burnout berat pada elemen. Kuesioner ini telah memiliki versi Bahasa Indonesia dengan
nilai Cronbach’s alpha 0.87 (Sudrajat et. al, 2021) [21].
Seluruh kuesioner akan dibuat ke dalam bentuk form online. Kuesioner akan disebarkan dalam
bentuk link melalui jejaring perawat di seluruh Indonesia. Responden diharuskan mengisi Nomor
Induk Registrasi Anggota (NIRA) PPNI. Pengisian kuesioner akan ditutup dua minggu setelah
pertama kali disebarkan. Kuesioner yang tidak dijawab lengkap tidak dimasukkan ke dalam
analisis.
Analisa yang akan digunakan adalah analisa tingkat univariat dan juga multivariat dengan
pendekatan regresi linear.
Diagram Alir
Pembuatan Penyebaran
Revisi Analisa Data Pembahasan
Proposal Kuesioner
Peran Anggota Penelitian
Ketua Peneliti: bertugas berkoordinasi dengan seluruh anggota kelompok dalam pembuatan
proposal serta pembahasan penelitian
Anggota 1: bertugas membantu dalam tahap pembuatan proposal dan analisa data
Anggota 2: bertugas membantu dalam tahap pembuatan proposal dan penyebaran kuesioner
Mahasiswa 1: bertugas membantu dalam pembuatan proposal dan penyebaran kuesioner
Mahasiswa 2: berugas sebagai penanggung jawab pengumpulan hasil kuesioner
Hasil Penelitian
Usia rata-rata peserta adalah 34,62 tahun (SD= 7,91). Rata-rata skor kecemasan adalah 7,89
(SD=2,94). Skor rata-rata kelelahan emosional adalah 14,35 (SD=7,72), skor rata-rata
depersonalisasi adalah 8,81 (SD=5,11), dan skor rata-rata pencapaian profesional adalah 13,51
(SD=7,51). Pendidikan dan pengalaman kerja memiliki pengaruh besar pada kelelahan
emosional dan depersonalisasi, dengan nilai R2 masing-masing 10,8% dan 18,5%. Ketika
kecemasan dimasukkan dalam model, R2 untuk kelelahan emosional meningkat menjadi 20,4%
dan R2 untuk depersonalisasi masing-masing meningkat menjadi 22,2%. Pengalaman kerja
berpengaruh kecil terhadap pencapaian profesional (R2 = 10,3%) tetapi memiliki pengaruh yang
Note : *) jangan diisi/dirubah
jauh lebih besar ketika variabel kecemasan dimasukkan dalam model (R2 = 18,3%).
Variables n (%)
Age (years), Mean ± SD 34.62±7.91
Gender
Male 58 (23.9)
Female 185 (76.1)
Marital status
Married 180 (74.1)
Unmarried 63 (25.9)
Education
Diploma III 114 (46.9)
Bachelor 129 (53.1)
Religion
Muslim 234 (96.3)
Non-Muslim 9 (3.7)
Residence
Java and Madura Island 211 (86.8)
Out of Java and Madura Island 32 (13.2)
Working unit
Critical care unit 107 (44.03)
COVID-19 wards 136 (55.97)
Working experience (year), Mean ± SD 11.77±8.24
History of confirmed COVID-19
Table 2. Yes 124 (49.0) Distribution
of means and No 124 (51.0) standard
deviations obtained
from scales
(n = 243)
Variables Hamilton Rating Scale Anxiety Emotional Exhaustion Depersonalization Professional accomplishment
Mean ± SD p-value Mean ± SD p-value Mean ± SD p-value Mean ± SD p-value
Age, Mean ± SD 0.539 a 0.121 a 0.127 a 0.059 a
Gender
Male 7.97±3.46 0.986 16.36±8.13 0.023 9.66±5.16 0.151 14.66±8.05 0.186
Female 7.99±3.11 13.72±97.51 8.55±5.08 13.16±7.32
Marital status
Married 8.00±4.85 0.969 14.43±7.41 0.992 8.73±5.16 0.513 13.43±7.87 0.519
Unmarried 7.95±9.09 14.42±8.84 9.25±5.09 14.18±6.47
Education
Diploma III 7.02±8.08 0.120 12.14±6.38 0.000 8.09±4.73 0.078 11.97±6.54 0.005
Bachelor 8.60±9.65 15.95±8.31 9.28±5.36 14.74±8.04
Religion
Muslim 8.02±4.02 0.278 14.32±7.67 0.375 8.75±5.02 0.495 13.49±7.48 0.281
Non-Muslim 4.00±4.34 11.50±7.20 7.33±5.13 10.17±4.88
Residence
Java and Madura Island 8.39±3.29 0.127 14.46±7.74 0.894 8.80±5.81 0.993 13.62±7.53 0.635
Out of Java and Madura Island 7.00±3.39 14.00±6.36 8.82±5.07 12.00±8.16
Working unit
Critical care unit 8.29±3.35 0.637 15.04±7.41 0.222 9.49±4.82 0.069 14.27±7.08 0.164
COVID-19 wards 7.74±2.40 13.82±7.95 8.29±5.28 12.92±7.81
Working experience 0.059a 0.021a 0.049a 0.057a
History of confirmed COVID-19
Yes 8.03±8.35 0.931 14.28±7.86 0.883 13.66±5.38 0.238 13.37±7.68 0.762
No 7.93±3.56 14.43±7.62 13.37±4.83 13.66±7.35
Note: a p-value from Pearson correlation test
Luaran Penelitian
Luaran yang akan dicapai dari penelitian ini adalah publish Q3 di jurnal terakreditasi
internasional.
Kesimpulan
Penelitian ini mengungkapkan bahwa selama epidemi Covid-19, perawat mengalami banyak
keadaan emosional, termasuk kelelahan, depersonalisasi, dan kecemasan. Upaya harus
dilakukan oleh pemerintah dan pembuat kebijakan dalam hal ini dalam mempersiapkan sistem
perawatan kesehatan, orang, dan keperawatan dengan lebih baik untuk menanggapi pandemi
Covid-19 di masa depan.
21. Sayilan A, Kulakaç N, Uzun S. Burnout levels and sleep quality of COVID ‐19 heroes.
Perspect Psychiatr Care. 2020 Nov 4;57.
22. Pradas-Hernández L, Ariza T, Gómez-Urquiza JL, Albendín-García L, De la Fuente EI,
Cañadas-De la Fuente GA. Prevalence of burnout in paediatric nurses: A systematic review
and meta-analysis. PLoS One. 2018;13(4):e0195039.
23. Imai H, Matsuishi K, Ito A, Mouri K, Kitamura N, Akimoto K, et al. Factors associated
with motivation and hesitation to work among health professionals during a public crisis: a
cross sectional study of hospital workers in Japan during the pandemic (H1N1) 2009.
BMC Public Health [Internet]. 2010;10(1):672. Available from:
https://doi.org/10.1186/1471-2458-10-672
24. Liu X, Kakade M, Fuller CJ, Fan B, Fang Y, Kong J, et al. Depression after exposure to
stressful events: lessons learned from the severe acute respiratory syndrome epidemic.
Compr Psychiatry. 2012 Jan;53(1):15–23.
25. Kılıç N, Şimşek N. The effects of psychological first aid training on disaster preparedness
perception and self-efficacy. Nurse Educ Today. 2019 Dec;83:104203.