Anda di halaman 1dari 19

1

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah “manajemen
berbasis sekolah”

EFEKTIVITAS, EFESIENSI, DAN PRODUKTIVITAS MBS

Dosen pengampu: Fahmi Djaguna, S.Pd.,M.Pd.

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 10

1. Serina Mahaani Polulu


2. Indri Amanda Padoma
3. Ramisa Piga

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVESITAS PASIFIK MOROTAI

2023
2

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan kepada kelompok kami dalam menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada baginda Rasulullah
Saw.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
kami yaitu “manajemen berbasis sekolah” yang memuat tentang efektivitas, efisensi,
produktivitas MBS.

Walaupun makalah ini kurang sempurna dan masih memiliki banyak


kekurangan, tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan tentunya juga
bermanfaat bagi penulis. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan,
kami mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Morotai, 13 Februari 2023

Penyusun,

Kelompok 10

2
3

DAFTAR ISI

SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Efektivitas, Efisiensi, dan Produktivitas MBS 3


B. Pengaruh Rendahnya Efektivitas MBS dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan dari Segi Input dan Output 11
C. Solusi Untuk Mengatasi Rendahnya Efektivitas MBS dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Dari Segi Input dan Output 13

BAB III PENUTUP 15

A. Kesimpulan 15
B. Saran 15

DAFTAR PUSTAKA

3
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Munculnya manajemen berbasis sekolah dikuatkan dengan keluarnya


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. dengan
diberlakukannya otonomi daerah yang juga merupakan perwujudan Undang-Undang
nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka Pemerintah Daerah
memiliki kewenangan untuk megembangkan daerahnya masing-masing.

Manajemen berbasis sekolah adalah salah satu upaya pemerintah dalam


perubahan sistem reformasi pendidikan agar mencapai peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Pada awalnya reformasi tidak mencakup bidang pendidikan, akan
tetapi seiring berjalannya waktu reformasi kemudian mencakup bidang pendidikan.
Hal ini merupakan perombakan sistem pembangunan pendidikan oleh pemerintah
yang disebabkan karena terbukti kurang efektif, efisien, dan produktif.

Sehubungan dengan hal itu, keberhasilan penerapan MBS dalam pendidikan


dapat dilihat dari efektivitas, efisiensi, dan produktivitas yang saling terkait dan
mempengaruhi. Sejak awal efektivitas, efisiensi, dan produktivitas MBS harus
ditetapkan agar dampaknya dapat diketahui terhadap pencapaian pendidikan. Dengan
demikian, kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan dapat diketahui dan
diperbaiki dari sejak awal sementara kelebihan dan kekuatannya dapat dipertahankan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud efektivitas, efisiensi, dan produktivitas MBS?
2. Bagaimana pengaruh rendahnya efektivitas MBS dalam meningkatkan
mutu pendidikan dari segi input dan output?
3. Apa solusi untuk mengatasi rendahnya efektivitas MBS dalam
meningkatkan mutu pendidikan dari segi input dan output?
C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan dapat:
1. Memahami apa yang dimaksud dengan efektivitas, efisiensi, dan
produktivitas MBS.

4
5

2. Mengetahui pengaruh rendahnya efektivitas MBS dalam meningkatkan


mutu pendidikan dari segi input dan output.
3. Mengetahui solusi untuk mengatasi rendahnya efektivitas MBS dalam
meningkatkan mutu pendidikan dari segi input dan output.

BAB II

5
6

PEMBAHASAN

A. Pengertian Efektivitas, Efisiensi, dan Produktivitas MBS


1. Efektivitas MBS

Efektivitas MBS yang dimaksud adalah tingkat ketercapaian tujuan


peningkatan mutu di sekolah. Mendayagunakan sumber daya manusia dan pendukung
lainnya untuk mencapa tujuan yang diharapkan.

Menurut Mulyasa (2017: 82) menyatakan efektivitas adalah adanya


kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju.
Efektivitas bagaimana suatu berhasil dengan mendapatkan dan memanfaatkan sumber
daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. Efektivitas MBS berarti
bagaimana MBS berhasil melaksanakan semua tugas pokok sekolah, menjalin
partisipasi masyarakat, mendapatka serta memnfaatkan sumber daya, sumber dana,
dan sumber belajar untuk mewuujudkan tujuan sekolah. Efektivitas MBS ini dapat
dilihat berdasarkan teori sistem dan dimensi waktu.

Berdasarkan teori sistem, kriteria efektivitas harus mencerminkan keseluruhan


siklus input-output yaitu harus mencerminkan hubungan timbal balik antara
manajemen berbasis sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan yang berdasarkan
dimensi waktu, efektivitas MBS dapat diamati dalam beberapa jangkauan yaitu: 1)
Efisiensi jangka pendek yang berfungsi untuk menunjukkan hasil menunjukkan hasil
kegiatan dalam kurun waktu sekitar satu tahun dengan kriteria kepuasan, efisiensi,
dan produksi; 2) Efisiensi jangka menengah dalam waktu sekitar lima tahun, dengan
kriteria perkembangan serta kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan
perusahaan; dan 3) Efisiensi jangka panjang adalah untuk menilai waktu yang akan
datang diatas lima tahun digunakan kriteria kemampuan untuk melangsungkan hidup
dan kemampuan membuat perencanaan strategis bagi kegiatan di masa depan.

6
7

Thomas melihat efektivitas pendidikan dalam kaitannya dengan produktivitas,


berdasarkan tiga dimensi berikut:

a. The administrator production function: meninjau produktivitas sekolah


dari segi keluaran administrative misalnya layanan yang dapat diberikan
dalam proses pendidikan.
b. The psychologist’s production function: berupa keluaran, perubahan
perilaku peserta didik berdasarkan nilai akademik.
c. The ecinomic’s production function: produktivitas sekolah ditinjau dari
segi keluaran ekonomis yang berkaitan dengan pembiayaan layanan
pendidikan sekolah.

Efektifitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan


pendidikan antara lain dengan, 1) validitas intern yaitu serangkaian tes dan penilaian
yang dirancang untuk mengukur secara pasti ketercapaian sasaran suatu program
pendidikan; dan 2) validitas eksternal yaitu serangkaian tes dan penilaian yang
dirancang untuk mengukur secara pasti perilaku suatu program pendidikan secara
intern telah valid.

Adapun indikator-indikator keefektivan dalam setiap tahapannya antara lain:

a. Indikator input: karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan, dan materi


pendidikan serta kapasitas manajemen.
b. Indikator process: administrative, alokasi waktu guru, dan alokasi waktu
peserta didik.
c. Indikator output: hasil perolehan peserta didik dan dinamika sistem
sekolah, prestasi belajar siswa, dan hasil perilaku/sikap siswa, dll.
d. Indikator outcome: jumlah lulusan ketingkat berikutnya, prestasi belajar di
sekolah yang lebih tinggi dan pekerjaan, serta pendapatan.

7
8

Dengan demikian, jika ada hubungan dengan efektivitas MBS, barometer


efektivitas dapat dilihat dari kualitas program, ketepatan penyusunan, kepuasan,
keluwesan, dan adaptasi, semangat kerja, motivasi, ketercapaian tujuan, ketepatan
waktu, serta ketepatan pendayagunaan sarana, prasarana, dan sumber belajar dalam
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

2. Efisiensi MBS

Efisiensi dalam MBS adalah mendayagunakan sumber daya manusia dan


sumber daya yang ada dengan menggunakan waktu dan biaya seminimal mungkin
untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah.

Di samping perlu dilihat dari segi efektivitasnya, pemberlakuan Manajemen


Berbasis Sekolah (MBS) juga harus dianalisis dari segi efisiensi. Efisiensi merupakan
aspek penting dalam manajemen sekolah karena sekolah umumnya dihadapkan pada
masalah kelengkapan sumber dana, dan secara langsung berpengaruh terhadap
kegiatan manajemen. Jika efektivitas dilihat dari perbandingan antara rencana dengan
tujuan yang dicapai maka efisiensi lebih ditekankan pada perbandingan antara input
atau sumber daya dengan output. Suatu kegiatan efisien bila tujuan dapat dicapi
secara optimal dengan penggunaan atau pemakaian sumber dana yang minimal.
Efisiensi juga merupakan perbandingan antara input dan output, tenaga dan hasil,
perbelanjaan dan masukan, biaya serta kesenangan yang dihasilkan.

Efisiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu efisiensi internal dan


efisiensi eksternal. Efisiensi internal menunjuk kepada hubungan antara output
pendidikan (pencapaian belajar) dan input (sumber daya) yang digunakan untuk
memproses/menghasilkan output pendidikan. Efisiensi internal biasanya diukur
dengan biaya-efektivitas. Setiap penilaian biaya efektivitas selalu memerlukan dua
hal, yaitu penilaian ekonomik untuk mengukur biaya masukan (input) dan penilaian
hasil pembelajaran (prestasi belajar, lama belajar, angka putus sekolah). Sedangkan

8
9

efisiensi eksternal adalah hubungan antara biaya yang digunakan untuk menghasilkan
tamatan dan keuntungan kumulatif (individual, sosial, ekonomik, dan non-ekonomik)
yang didapat setelah pada kurun waktu yang panjang diluar sekolah. Analisis biya
manfaat merupakan alat utama untuk mengukur efisiensi eksternal.

Efisiensi memiliki kaitan langsung dengan pendayagunaan sumber-sumber


pendidikan yang terbatas secara optimal sehingga memberikan dampak yang optimal
pula. Dikatakan suatu program pendidikan yang efisien cenderung ditandai dengan
pola penyebaran dan pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang sudah ditata
secara efisien mampu menyediakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan
akan sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan (effectiviness)
tidak mengalami hambatan. Dengan demikian, sistem atau program pendidikan yang
efisien ialah yang mampu mendistribusikan sumber-sumber pendidikan secara adil
dan menata agar setiap peserta didik memperoleh kesempatan yang sama untuk
mendayagunakan sumber-sumber pendidikan tersebut dan mencapai hasil maksimal.

3. Produktivitas MBS

Produktivitas dalam MBS yang dimaksud adalah hasil-hasil capaian nyata


sekolah yang berlangsung secara terus-menerus, bergerak terus-menerus, dan
meningkat. Konsep produktivitas pada awalnya dikemukakan oleh Quesney, seorang
ekonom Perancis pada tahun 1776. Oleh karena itu, produktivitas senantiasa
dikaitkan dengan kegiatan ekonomi, yakni mencapai hasil yang sebesar-besarnya
dengan menggunakan sumber daya atau dana yang sekecil-kecilnya.

Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses


penataan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien. Seiring dengan bertambahnya waktu, semakin besar pula modal
untuk pendidikan. Sekolah pun menjadi semakin berkembang karena semakin
besarnya tuntutan pendidikan yang harus dikembangkan. Secara sederhana
produktivitas pendidikan dapat diukur dengan melihat indeks pengeluaran riil

9
10

pendidikan seperti dalamm National Income Blue Book, dengan cara menjumlahkan
pengeluaran dari banyaknya peserta didik yang dididik. Namun, cara ini merupakan
cara pengukuran yang sangat kasar terhadap produk riil kependidikan, bahkan
dalamm pemikiran sekarang hal ini tidak berarti sama sekali. Cara ini tidak
menceritakan kualitas lulusan program pendidikan.

Thomas (1979) dalam (Mulyasa, 2017:83) mengemukakan bahwa


produktivitas pendidikan dapat ditinjau dari tiga dimensi, yaitu:

a. Meninjau produktivitas dari segi keluaran administrative, yaitu seberapa


besar dan seberapa baik layanan yang dapat diberikan dalam suatu proses
pendidikan.
b. Meninjau produktivitas dari segi keluaran perubahan perilaku, yaitu
dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik sebagai suatu
gambaran dari prestasi akademik yang telah dicapainya dalam periode
tertentu.
c. Melihat produktivitas sekolah dari keluaran ekonomis yang berkaitan
dengan pembiayaan layanan pendidikan di sekolah, hal ini mencakup
“harga” layanan yang diberikan (pengerbanan atau cost) dan “perolehan”
yang ditimbulkan oleh layanan itu atau disebut “peningkatan nilai baik”.

Dalam mengukur produktivitas pendidikan, termasuk produktivitas MBS


sebagai paradigma baru manajemen pendidikan, dapat digunakan metode dan tekhnik
yang berbeda. Sehubungan dengan itu, dalam hal ini dikemukakan kajian yang
berkaitan dengan tenaga kerja kependidikan, guru, dan gaji guru,ahli ekonomi dan
sekolah, serta pendidikan dan pertumbuhan ekonomi, yang diakhiri dengan analisi
produktivitas sekolah.

10
11

a. Tenaga Kerja Kependidikan

Kebutuhan-kebutuhan akan tenaga kerja dalam konteks ekonomi pendidikan


membutuhkan pengetahuan mengenai kualifikasi kependidikan dan keterampilan
tenaga kerja yang sudah ada. Seiring dengan semakin berkembangnya ekonomi,
adaptabilitas tenaga kerja yang sudah ada menjadi suatu hal yang dipertimbangkan.
Tingkat pendidikan umum yang tinggi merupakan suatu prasyarat utama bagi banyak
perubahan yang terjadi dalam lingkungan dalam lingkungan pekerjaan. Akhirnya,
pandangan dalam konteks ini hendaknyadilakukan dengan menggunakan pedoman
ekonomi umum yang membutuhkan perencanaan pertumbuhan ekonomi-panjang.

b. Guru dan Gaji Guru

Kemampuan merupakan sumber yang paling langka digunakan dalam


menentukan aspek kuantitas pendidikan. Menurut banyak pengamat ekonomi
pendidikan, biaya paling besar dalam pendidikan adalah yang berkenaan dengan
waktu dan tenaga peserta didik.

Masalah urgen yang perlu dianalisis dalam hal ini adalah sistem gaji guru.
studi tentang sistem gaji guru dibatasi tidak hanya pada pendapatan guru, tetapi juga
menyangkut bayaran pensiun, bayaran untuk berlibur, dan lain-lain. Dalam batas-
batas absolute dapat dikatakan bahwa sistem penggajian guru sudah lebih baik dari
sebelumnya karena lebih banyak aspek yang tengah dipertimbangkan.

Jika dikaji dari segi, mengajar adalah sebuah profesi maka distribusi sistem
penggajian guru adalah sempit, dan bahkan ada yang menganggap bahwa sistem
penggajian guru mengalami kemunduran.

Sistem gaji guru hendaknya dipandang dengan menggunakan kacamata


konvensi-konvensi sosial, periode lamanya harus dijadikan pertimbangan dalam

11
12

menentukan gajinya. Sistem penggajian guru seharusnya tidak dilakukan secara kaku
tetapi dilakukan dengan fleksibel.

c. Ahli Ekonomi dan Sekolah

Pesatnya perubahan yang terjadi dalam masyarakat mengakibatkan para ahli


ekonomi cenderung berpikir untuk jangka panjang. Mereka tidak menggunakan
pandangan yang statis, tetapi juga melihat jauh kedepan dan lebih realistis.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dianalisis tentang “bahan mentah” untuk
menyelenggarakan pendidikan. Hal lain yang tidak kalah penting adalah
mempertimbangkan kurukulum dalam berbagai jenjang pendidikan dan dikaitkan
dengan pemikiran tentang struktur pendidikan.

Sehubungan dengan hal tersebut, Pool of Ability sebenarnya sudah dipandang


sebagai suatu konsep penting dalam upaya pembaharuan pendidikan. Lebih jauh lagi
Pool of Ability perlu dikaji dengan cara lain menimbang kemampuan manusia.
Hasilnya tentu saja dipengaruhi oleh pengajaran yang baik atau buruk, lingkungan
pengajaran, faktor-faktor temperamental, dan kecocokan emosional. Dengan
demikian hasil pengukuran tersebut tidak dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
menentukan potensi pendidikan. Suatu sistem pendidikan harus dinilai kembali secara
kontinyu, dengan tujuan melihat relevansi dan efisiensi pengajaran yang
diselenggarakan di sekolah.

d. Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi

Pemikiran tentang ekonomi pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kedudukan


pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi. Pendidikan diharapkan dapat memainkan
peranan penting dan secara langsung diharapkan dapat membantu perekonomian
Negara. Di Negara-negara miskin, masalh pendidikan itu berentang mulai dari
masyarakat yang tingkat peradapannya kompleks dan kuno hingga masyarakat
primitif. Di Negara-negara dengan tingkat pendapatan rendah dan tingkat

12
13

konservatismenya tinggi, upaya menemukan alat untuk meningkatkan peradapan


terhambat.

Rencana pendidikan seharusnya dipandang sebagai bagian dari program


ekonomi umum untuk meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat. Ada dua alasan
untuk hal tersebut, pertama karena pendidikan harus membenarkan klaim pada
sumber-sumber nasional dan kompetisinya dengan layanan-layanan sosial, seperti
layanan kesehatan masyarakat dan investasi dalam modal fisik. Kedua, pengalaman
telah menunjukkan bahwa pertumbuhan yang berimbang memerlukan suatu integrasi
seluruh aspek kehidupanekonomi dan sosial.

Untuk itu pendidikan pada umumnya dipandang memiliki tiga peranan yang
utama, (1) menyediakan tenaga kerja dan teknisi terampil, (2) menghasilkan suatu
iklimpertumbuhan melalui peningkatan kemampuan berpikir masyarakat luar
kebutuhan dan kesulitan mereka sehari-hari, (3) untuk mengerjakan kemampuan
pendidikan dasar kepada anak-anak yang berasal dari keluarga petani pedesaan.

Pendidikan merupakan suatu senjata yang sangat potensial baik untuk


pertumbuhan ekonomi masyarakat maupun untuk masyarakat maupun untuk
kemajuan masyarakat pada umumnya. Karena itu, tujuan-tujuan pendikan harus
dirancang dengan cermat, namun tetp berkaitan secara erat dengan bagian-bagian lain
dari program pembangunan masyarakat, agar penyelenggaraan pendidikan bisa lebih
murah secara financial demikian pula dengan sumber-sumbernya.

Jika faktor produktivitas diata dihubungkan dengan MBS, dapat dikemukakan


bahwa karakteristik umum sekolah yang produktif dapat dilihat dari bentuk dan sifat
sekolah tersebut. Hal tersebut antara lain berupa peningkatan jumlah dan kualitas
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. untuk
mendorong sekolah yang produktif perlu diperhatikan berbagai faktor yang memiliki
pengaruh terhadap tinggi rendahnya produktivitas, seperti moral, etika kerja,

13
14

motovasi, jaminan sosial, sikap, disiplin kesehatan, kesempatan berprestasi,


lingkungan dan suasana kerja teknologi, kebijakan pemerintah dan besarnya
pendapatan, serta sarana produksi. Faktor-faktor tersebut harus senantiasa
diperhatikan dalam MBS untuk menghasilkan sekolah yang produktif, efektif, dan
efisien.

Penerapan MBS dalam sistem pemerintahan yang masih cenderung berpusat


tentulah akana banyak pengaruhnya. Perlu diingatkan bahwa penerapan MBS akan
sangat sulit jika para pejabat pusat dan daerah masih bertahan untuk menggenggam
sendiri kewenangan yang seharusnya didelegasikan ke sekolah. Bagi para pejabat
yang haus kekuasaan seperti itu, MBS adalah ancaman besar.

Dengan maraknya perintisan sekolah-sekolah unggulan dan terpadu


merupakan salah satu bentuk aktualisasi penerapan MBS. Terlebih sekolah unggulan
dan terpadu ini menampilkan sajian kurikulum yang menarik, efektif, efisien, dan
sangat produktif dalam menungjang proses belajar bagi peserta didik. Dengan
penerapan full day schooling, para siswa diberikan fasilitas yang lebih dari biasnya
diberikan di sekolah-sekolah negeri/kenvensional. Dengan demikian perkembangan
sekolah-sekolah islam terpadu/unggulan dapat menjadi salah satu contoh sekolah
yang telah menggunakan manajemen berbasis sekolah yang baik sesuai dengan
kurikulum sendiri yang dipadupadankan dengan kurikulum nasionl.

B. Pengaruh Rendahnya Efektivitas MBS dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan


dari Segi Input dan Output

Pendidikan yang ada di Indonesia masih membutuhkan perhatian dari segi


pengelolaan dan pelaksanaanya dikarenakan keadaan Indonesia yang beragam baik
secara geografis dan demografis. World Bank (2014) dalam penelitiannya
menerangkan bahwa sistem sekolah di Indonesia sangat luas dan bervariasi.

14
15

Semakin berkembangnya zaman memasuki persaingan dunia internasional


yang semakin bebas dalam segala bidang termasuk bidang pendidikan, menuntut
lembaga pendidikan mengedepankan kualitas berbagai aspek yang turut
mempengaruhi keberhasilan tercapainya tujun pendidikan. Namun, persoalan dalam
dunia pendidikan khususnya menyangkut masalah pengelolaan dan penyelenggaran
pendidikan turut berkontribusi menjadi faktor penghambat bagi setiap lembaga
pendidikan dalam hal ini yang bersifat formal untuk mengembangkan dan
memajukan kelembagaan. Hal tersebut dapat ditelusuri dengan melihat realita dan
fakta di lapangan bahwa masalah utama yang mempersulit lembaga pendidikan untuk
berkembang dan maju dikarenakan adanya ketergantungan dengan pemerintah pusat
yang masih terlalu tinggi dalam hamper semua aspek/bidang, tanpa dibarengi usaha
secara mandiri dari pihak lembaga pendidikan.

Berdasarkan yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kriteria efektivitas


harus mencerminkan keseluruhan siklus input dan output yaitu harus mencerminkan
hubungan timbal balik antara manajemen berbasis sekolah dan lingkungan
disekitarnya. Adapun indikator input dalam keefektivan MBS yaitu karekteristik
guru, fasilitas, perlengkapan, dan materi pendidikan serta kapasitas manajemen.
Sedangkan indikator outputnya yaitu hasil perolehan peserta didik dan dinamika
sistem sekolah, prestasi belajar siswa, dan hasil perilaku/sikap siswa, dll.

Dari segi input pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Contohnya


dari segi gurunya sendiri dalam proses belajar mengajar guru lebih mementingkan
hasil dari pembelajaran dibandingkan dengan proses pembelajaran. Dalam
pembelajaran metode yang digunakan pun belum efektif karena masih berpusat pada
guru. permasalahan lain yang berkaitan dengan guru yakni, masih ada guru yang
mengajar tidak sesuai dengan bidang keahliannya. Contohnya di SD sekarang,
ditemukan beberapa guru yang bertugas sebagai guru kelas akan tetapitidak memiliki

15
16

latar belakang pendidikan yang sesuai (PGSD). Hal ini sejalan dengan penelitian
yang pernah dilakukan Rahayu Dwi Ningsih.

sedangkan dari segi output pendidikan, masih banyak terdapat sekolah yang
hanya memperhatikan prestasi akademik (academic achievement) peserta didiknya
saja seperti nilai UN, lomba karya ilmiah, dan cara berpikir, tanpa memperhatikan
prestasi non akademiknya (nonacademic achievement) seperti sikap/akhlak, perilaku
sosial yang positif, solidaritas, toleransi, kedisiplinan, serta keterampilan (Abdau
Qur’ani Habib & Imam Machali)

C. Solusi Untuk Mengatasi Rendahnya Efektivitas MBS dalam Meningkatkan


Mutu Pendidikan Dari Segi Input dan Output

Seiring dengan perjalan waktu pada saat memasuki dekade 2000-an secara
perlahan paradigma tentang manajemen pendidikan berubah menyesuaikan tuntutan
masyarakat yang menginginkan pengelolaan pendidikan berjalan secara demokratis.
Hal ini menjadi titik awal dilaksanakannya pengelolaan lembaga pendidikan yang
memadukan peran internal yakni segenap warga sekolah dan pihak eksternal yakni
para stakeholders pendidikan serta didukung oleh pemerintah.

Pemerintah dengan kebijakan dan tanggungjawabnya selalu berupaya


meningkatkan dan mengembangkan pendidikan khususnya pendidikan dasar. Salah
satu upaya peningkatan tersebut tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah bahwa tanggung jawab
pendidikan setingkat SD/SMP berada dalam lingkup pemerintah Kabupaten/Kota
sedangkan pemerintah provinsi bertanggung jawab atas pendidikan setingkat
SMA/SMK dan pemerintah pusat bertanggung jawab atas pendidikan tinggi.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan belum


mencapai mutu atau kualitas yang kompetitif. Kebijakan otonomi daerah telah
menghasilkan perubahan dalam pengelolaan permasalahan pendidikan. Dengan

16
17

otonomi pengeloalaan melalui manajemen berbasis sekolah sebagian besar keputusan


pendidikan harus dibuat ditingkat sekolah.

Solusi masalah dari segi input yaitu seharusnya metode pembelajaran yang
digunakan tidak hanya berpusat pada guru, tetapi juga berpusat pada siswa sehingga
mereka lebih mampu menguasai pembelajaran dan juga tidak pasif dalam belajar.
Dan juga Seharusnya pemerintah lebih menekankan aturan mengenai penempatan
seorang guru yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya, misalnya saja di
sekolah dasar seorang guru yang mengajar lebih baik diutamakan seorang yang
berpendidikan PGSD. Seperti yang dikemukakan Nur Agus Salim dalam
penelitiannya yaitu dalam pengelolaan sekolah sangat diperlukan orang yang benar-
benar mapan dalam bidangnya terutama dalam pengelolaan sekolah yang efektif.

Dari segi output, solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan mutu
pendidikan yakni dengan memaksimalkan penerapan kurikulum 2013. Seperti yang
kita ketahui K13 sangat menekankan pada nilai-nilai afektif. Dengan menerapkan
K13 ini diharapkan mampu meningkatkan sikap/perilaku peserta didik. dengan
adanya keseimbangan antara nilai-niai afektif dan nilai kognitif peserta didik maka
dapa meningkatkan mutu pendidikan.

17
18

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Efektivitas MBS adalah tingkat ketercapaian tujuan peningkatan mutu di


sekolah. Efisiensi dalam MBS adalah mendayagunakan sumber daya manusia dan
sumber daya yang ada dengan menggunakan waktu dan biaya seminimal mungkin
untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam meningkatkan mut pendidikan
disekolah. Sedangkan produktivitas MBS adalah hasil-hasil capaian nyata sekolah
yang berlangsung secara terus-menerus, bergerak terus-menerus, dan meningkat.

Adapun pengaruh rendahnya efektivitas MBS dalam meningkatkan mutu


pendidikan dari segi input dan output yaitu terdapat pada gurunya sendiri, dari segi
input pendidikan di indonesia masih rendah, sedangkan dari segi outputnya, masih
banyak sekolah yang lebih memperhatikan akademik dari pada non akademik peserta
didiknya.

Adapun solusi dari masalah tersebut yaitu, dari segi input metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak hanya berpusat pada guru, tetapi juga
berpusat pada siswa. pemerintah juga harus lebih menekankan aturan mengenai
penempatan seorang guru yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
Sedangkan solusi dari segi outputnya yaitu dengan memaksimalkan penerapan
kurikulum 2013.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,


maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang mendukung dari para
pembaca sekalian yang dapat membuat makalah ini mejadi lebih baik kedepannya.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Kamaruddin. 2019. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Sulawesi Selatan:


Agma

Machali, A. Q. H. & I. (2016). Efektivitas Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah


dalam Perspektif Balanced Scorecard Terhadap Mutu Pembelajaran. Jurnal
Pendidikan,vol 1 (2) 215-216

Ningsih, R. D. (n.d.). Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah pada Sekolah


Menengah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi Kabupaten Meranti. (20)

Salim, N. A., Samarinda, U. M., Kelua, G., Ulu, S., Ulu, S., & Samarinda, K. (2007).
MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. Jurnal, vol 2 (1) 10

Sudadio. (n.d.). Education Quality Improvent of Basic and Secondary In The Banten
Province By Operation Managemen School. Jurnal Pendidikan (2)

19

Anda mungkin juga menyukai