Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

MICRO TEACHING

Di Susun Oleh :
Mohammad Fajar Gumilar (2019111040)
Mutiara Septha Angelia (2019111036)
Aura Harfah Dhea (2019111031)
Keke Yamona Bastion (2019111029)

Semester VI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA


INGGRIS
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,
Puji syukur kehadirat kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat
kepada kita semua.
Terima kasih untuk semua, khususnya orang tua tercinta, dan dosen
pembimbing, dan sahabat-sahabat sekalian yang telah membantu do’a dan
semangat dalam pembuatan makalah ini.
Tulisan ini di susun guna memenuhi tugas “Micro Teaching” dan juga
untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi
yang semoga bermanfaat.
Tulisan ini kami susun dengan segala kemampuan dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan tulisan ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu
saya sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran, dan pesan dari semua
yang membaca tulisan ini.
Wallahulmuafiq ila Aqwaamitharieq
Wassalamua’laikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Palembang , 8 Maret 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Micro Teaching 3
B. Karakteristik Micro Teaching 4
C. Perencanaan Pelaksanaan Micro Teaching 5
D. Proses Pelaksanaan Micro Teaching 7
E. Keterampilan Mengajar Guru 14
PENUTUP 15
A. Simpulan....................................................................................... 27
B. Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30

2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan pembelajaran memiliki komponen utama yang perlu harus dikuasai oleh
pendidik, diantaranya: Tujuan atau kompetensi yang diharapkan dapat dicapai, materi atau
bahan ajar yang harus dikuasai oleh siswa, metode atau cara untuk membelajarkan siswa
agar mencapai tujuan yang diharapkan dan evaluasi sebagai alat untuk mengetahui tingkat
ketercapaian tujuan atau kompetensi yang ditetapkan. Sebagai pendidik, sejatinya perlu
memperhatikan empat komponen tersebut, mengingat bahwa pembelajaran merupakan
sebuah kegiatan yang komplek.
Seorang guru yang dikatakan profesional jika tidak memiliki kompetensi
menguasai komponen-komponen diatas, belum cukup untuk dikatakan sebagai pendidik.
Empat komponen diatas juga adalah komponen pembelajaran yang saling berkaitan dan
saling mempengaruhi. Oleh karena itu, tak heran jika pembelajaran juga dapat dikatakan
sebagai sebuah sistem, dimana jika ada komponen yang terganggu atau bahkan hilang,
kegiatan pembelajaran pasti terganggu dan pencapaian hasil belajar tidak maksimal.
Ada beberapa cara yang efektif di gunakan dalam proses pembelajaran oleh guru
untuk mempermudah memberikan pemahaman kepada anak. Pembelajaran Micro
Teaching merupakan sebuah pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif untuk membina
dan membantu mahasiswa calon pendidik dalam meningkatkan kompetensi mendidik.
Kekurangan-kekurangan yang mungkin masih dimiliki oleh mahasiswa calon pendidik
dalam praktik pendidikan, dapat diperbaiki melalui pembelajaran Micro Teaching. Oleh
karena itu, secara konsep Micro Teaching adalah proses untuk melatih, membina dan
meningkatkan kemampuan mendidik bagi mereka calon pendidik.
Tolak ukur keberhasilan seorang guru adalah tercapainya Tujuan dan Hasil
pembelajaran, untuk mencapai tujuan dan Hasil pembelajaran tersebut dibutuhkan seorang
guru yang benar-benar memiliki kapasitas sebagai tenaga pendidik professional. 4
Kompetensi Guru harus dipahami untuk kemudian dikuasai melalui sebuah latihan yang
sistematis dan terkontrol. Menurut UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
seorang guru profesional harus memiliki empat kompetensi dasar dalam pendidikan. (1)
Pedagogi, (2) Kepribadian, (3) Profesional dan (4) Sosial. Upaya kearah tersebut bisa

1
ditempuh salah satunya dengan cara mengoptimalkan beberapa kegiatan seperti observasi
dan Micro Teaching.1
Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara
menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil jumlah siswa,
waktu, bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu akan dapat
diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru secara akurat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Micro Teaching ?
2. Apa Saja Karakteristik Micro Teaching ?
3. Bagaimana Perencanaan Pelaksanaan Micro Teaching ?
4. Bagaimana Proses Pelaksanaan Micro Teaching ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Micro Teaching.
2. Mengetahui Saja Karakteristik Micro Teaching.
3. Memahami Perencanaan Pelaksanaan M icro Teaching.
4. Mengetahui Proses Pelaksanaan Micro Teaching.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Hasil dari makalah ini maka secara teoritis diharapkan dapat memberikan
wawasan pengetahuan dan memperkaya dalam mata kuliah Micro Teaching yang
mengenai “Definisi, karakteristik, perencanaan pelaksanaan dan proses pelaksanaan
Micro Teaching”.
2. Manfaat praktis
Hasil dari makalah ini secara praktis diharapkan dapat menambah wawasan
kita dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan “Definisi, karakteristik,
perencanaan pelaksanaan dan proses pelaksanaan Micro Teaching”dan juga sebagai
sarana pengetahuan guru dalam mengajar.

1
UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Micro Teaching
Microteaching berasal dari dua kata yaitu “Micro” yang berarti kecil, terbatas,
sempit dan “Teaching” berarti mengajar. Jadi, Micro Teaching berarti suatu kegiatan
mengajar yang dilakukan dengan cara menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Maka,
dengan memperkecil jumlah siswa, waktu, bahan mengajar dan membatasi keterampilan
mengajar tertentu, akan dapat diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri
calon guru secara akurat. Micro Teaching atau pembelajaran mikro, dijelaskan oleh para
ahli dengan berbagai pengertian berikut :2
a. Mc. Laughlin dan Moulton yang menjelaskan bahwa“microteaching is as performance
training method to isolate the component parts of the teaching process, so that the
trainee can master each component one by one in a simplified teaching situation”
(pembelajaran mikro pada intinya adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran
untuk melatih penampilan/ keterampilan mengajar guru melalui bagian demi bagian
dari setiap keterampilan dasar mengajar tersebut, yang dilakukan secara terkontrol dan
berkelanjutan dalam situasi pembelajaran).
b. A. Perlberg menjelaskan bahwa “micro teaching is a laboratory training procedure
aimed at simplifyng the complexities of regular teaching - learning processing”
(pembelajaran mikro pada dasarnya adalah sebuah laboratorium untuk lebih
menyederhanakan proses latihan kegiatan belajar mengajar/pembelajaran).
c. Sugeng Paranto (1980) menjelaskan bahwa pembelajaran mikro merupakan salah satu
cara latihan praktek mengajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang di
"mikro" kan untuk membentuk, mengembangkan keterampilan mengajar.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil inti dari pembelajaran mikro,
kurang lebih sebagai berikut :
a. Micro teaching pada intinya merupakan suatu pendekatan atau cara untuk melatih
calon guru dan guru dalam rangka mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan
(kompetensi) penampilan mengajarnya.
b. Sesuai namanya micro teaching, maka proses pelatihan dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran mikro dapat dilakukan untuk seluruh aspek pembelajaran.

2
Dadang Sukirman. Micro Teaching. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama.2012)
hlm.3-10.

3
Adapun dalam teknis pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan hanya
memfokuskan pada bagian demi bagian secara terisolasi sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh yang akan berlatih atau sesuai dengan arahan dari supervisor.
c. Pada saat peserta berlatih melalui pendekatan pembelajaran mikro, untuk mencermati
penampilan peserta, dilakukan pengamatan atau observasi oleh supervisor atau oleh
yang telah berpengalaman. Terhadap setiap penampilan peserta dilakukan pencatatan,
direkam dan kemudian dilakukan diskusi umpan balik untuk mengkaji kelebihan dan
kekurangan, kemudian menyampaikan saran dan solusi pemecahan untuk
memperbaiki terhadap kekurangan yang masih ada dalam proses latihan berikutnya.
B. Karakteristik Micro Teaching
Pembelajaran mikro pada intinya adalah penyederhanaan pembelajaran. Karena
penyederhanaan maka tentu tidak semua keterampilan mengajar dipraktikkan dalam satu
waktu, akan tetapi keterampilan mengajar dipraktikkan sendiri-sendiri. Seperti
keterampilan membuka pelajaran berdiri sendiri, demikian juga pada latihan berikutnya
difokuskan pada keterampilan menjelaskan dan sebagainya. Berikut ini beberapa hal
fundamental berkaitan dengan karakteristik pembelajaran Mikro Teaching. Di antara
karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :3
1. Microteaching is a real teaching. Pembelajaran mikro adalah kegiatan mengajar yang
sebenarnya (real teaching), akan tetapi dilaksanakan bukan pada kelas yang
sebenarnya, melainkan dalam suatu kelas, laoratorium atau tempat khusus yang
dirancang untuk pembelajaran mikro.
2. Micro teaching lessons the complexities of normal classroom teaching. Sesuai dengan
namanya micro, latihan mengajar dilakukan secara mikro atau disederhanakan.
Penyederhanaan ini dilakukan dalam setiap unsur atau komponen pembelajaran.
3. Microteaching focuses on training for the accomplishment of specific tasks Latihan
yang dikembangkan dalam pendekatan pembelajaran mikro hanya difokuskan pada
jenis-jenis keterampilan tertentu secara spesifik, sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh setiap yang berlatih atau atas dasar saran yang diberikan oleh pihak supervisor.
Fokus keterampilan tersebut bisa berupa keterampilan membuka pelajaran saja, maka
keterampilan lainnya tidak menjadi fokus latihan, dan sebagainya.
4. Micro teaching allows for the increased control of practice Pembelajaran mikro
diarahkan untuk meningkatkan kontrol pada setiap jenis keterampilan yang dilatihkan.

3
Dadang Sukirman.Op,cit,Hlm.51-55
4
Kontrol yang ketat, cermat dan komprehensif relatif lebih mudah dilakukan dalam
pembelajaran mikro, karena setiap peserta yang berlatih hanya memfokuskan diri pada
keterampilan tertentu saja.
5. Micro teaching greatly expands teh normal knowledge of results or feedback
dimension in teaching. Pembelajaran mikro diharapkan dapat memperluas wawasan
dan pemahaman yang terkait dengan pembelajaran, karena pihak-pihak yang
berkepentingan dan juga terlibat di dalamnya mendapatkan masukan dari pihak
lainnya.
Konsep pengajaran mikro dilandasi oleh pokok-pokok pikiran, yaitu Pengajaran
yang nyata, artinya pengajaran di laksanakan tidak dalam bentuk sebenarnya, tetapi
berbentuk mini dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Peserta berkisar antara 5 – 10 orang
2. Waktu mengajar terbatas sekitar 10-15 menit
3. Komponen mengajar dikembangkan terbatas
4. Latihan terpusat pada keterampilan mengajar.
5. Mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar
6. Umpan balik terhadap kemampuan guru / calon guru.
7. Pengajaran di laksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda
dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia tertentu.
8. Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang di selenggarakan dalam
laboratorium mikro teaching
9. Pengadaan low-threat-situation untuk memudahkan calon guru mengajari
keterampilan mengajar.
10. Penyediaan low-risk-situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam
pengajaran.
11. Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka
waktu tertentu.
C. Perencanaan Pelaksanaan Micro Teaching
Pembelajaran mikro teaching pada dasarnya merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran untuk melatih bagian-bagian keterampilan mengajar. Seperti halnya dengan
setiap model atau pendekatan pembelajaran lainnya, dalam pelaksanaannya terdapat
beberapa ketentuan pokok yang harus diperhatikan dan diikuti agar pelaksanaan
pembelajaran tersebut sesuai dengan pendekatan atau model yang diterapkan.

5
Perencanaan pembelajaran adalah kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan
dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang akan dipakai untuk menilai
pencapaian tujuan tersebut, materi atau bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara
menyampaikannya, dan alat atau media apa yang diperlukan. Sedangkan perencanaan
pembelajaran mikro, yaitu membuat perencanaan atau persiapan untuk setiap jenis
keterampilan mengajar yang akan dilatihkan, secara keseluruhan unsur-unsur perencanaan
tersebut meliputi menentukan tujuan, materi, metode, media dan evaluasi. Perencanaan
Pembelajaran yang dibuat oleh guru praktikan dalam pembelajaran mikro, merupakan
langkah awal untuk melakukan salah satu jenis keterampilan mengajar.4
Demikian juga halnya dengan proses pembelajaran mikro, agar dalam proses
pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar dan berhasil baik, maka tentu saja harus
mengikuti langkah-langkah atau prosedur sesuai dengan hakikat pembelajaran mikro itu
sendiri. Hal ini penting agar kegiatan pelatihan yang dilakukan melalui pembelajaran
mikro dapat membuahkan hasil yang maksimal, yaitu dapat meningkatkan keterampilan
mengajar bagi guru. Adapun tahap-tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dalam
mempersiapkan diri untuk melaksanakan pembelajaran mikro meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1. Memahami hakikat pembelajaran mikro, terutama berkenaan dengan
pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana pembelajaran mikro sebagai
suatu pendekatan untuk mempersiapkan, membina dan meningkatkan kemampuan
guru.
2. Mempelajari dengan mendalam jenis-jenis keterampilan dasar mengajar yang akan
dilatihkan dalam pembelajaran mikro. Jenis-jenis keterampilan tersebut terutama
keterampilan yang bersifat umum, yang biasa dilakukan dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
3. Melakukan observasi ke sekolah (kelas) tempat berpraktek atau latihan; dimaksudkan
untuk belajar langsung dari lapangan bagimana proses pembelajaran itu dilakukan.
Melakukan observasi di kelas yang sebenarnya terutama diperlukan bagi peserta
pemula, yang belum pernah menjadi guru.

4
Dian Andriani, “Perencanaan Pembelajaran Mikro Taeching”.
https://www.academia.edu/31832318/Perencanaan_Pembelajaran_Mikro_Hakikat_prinsip_dan_model_perencan
aan_.

6
4. Membuat persiapan tertulis (perencanaan pembelajaran); yaitu membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran sama layaknya seperti rencana pelaksanaan pembelajaran
pada umumnya.
5. Membentuk kelompok; yaitu membagi peserta latihan kedalam beberapa kelompok
kcil sesuai dengan karateristik model pembelajaran yaitu model pembelajaran yang
disederhanakan, termasuk jumlah pesertanya itu sendiri.
Kelima jenis kegiatan tersebut harus dilakukan oleh setiap peserta sebagai
langkah awal proses pembelajaran mikro. Persiapan awal yang harus dikuasai dengan
matang terutama memahami konsep atau teori, prinsip dan langkah-langkah
pembelajaran mikro. Konsep atau teori sangat penting dikuasai, sebagai dasar atau
persiapan untuk menunjang kelancaran praktek yang akan dilakukan dalam tahap
selanjutnya.
Perencanaan pembelajaran mikro memiliki unsur-unsur yang sama dengan unsur
perencanaan pembelajaran pada umumnya, hanya saja dalam pembelajaran mikro unsur
perencanaan tersebut lebih disederhanakan dan memfokuskan pada jenis keterampilan
yang akan dilatihkan saja. Unsur-unsur pokok yang dikembangkan dalam perencanaan
pembelajaran meliputi:5
1. Pengembangan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah sesuatu yang ingin
dicapai dalam kegiatan pembelajaran, yaitu gambaran perubahan perilaku siswa ke
arah yang positif.
2. Pengembangan isi atau materi pembelajaran. Materi pembelajaran yaitu isi atau
bahan yang akan dipelajari siswa. Materi harus direncanakan dan dikembangkan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
3. Pengembangan metode dan media atau proses pembelajaran. Dalam merumuskan
kegiatan pembelajaran harus menggambarkan aktivitas siswa yang tinggi. Dalam
proses pembelajaran, yang belajar itu adalah siswa, sedangkan guru bertindak sebagai
fasilitator.
4. Pengembangan evaluasi atau penilaian pembelajaran. Evaluasi atau penilaian dalam
pembelajaran dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas proses dan hasil
pembelajaran.
D. Proses Pelaksanaan Micro Teaching

5
Dadang Sukirman.Op,cit,Hlm.156
7
Setiap guru harus mampu mengembangkan atau membuat perencanaan
pembelajaran. Membuat perencanaan permbelajaran tersubut dimaksudkan untuk
mempermudah atau memberi pedoman bagi guru yang hendak mengajar. Dalam
mengembangkan atau menyusun rencana pembelajaran pada dasarnya mengembangkan
empat komponen pokok pembelajaran yaitu mengembangkan tujuan atau kompetensi,
mengembangkan isi atau bahan ajar untuk mencapai tujuan, mengembangkan metode,
alat, media dan sumber pembelajaran, dan mengembangkan sistem penilaian. Dalam
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran harus berurutan dan memperhatikan
langkah-langkah penyususnannya. Langkah-langkah operasional menyusun RPP yaitu
menetapkan identitas mata pelajaran, menatapkan SK dan KD, merumuskan tujuan
pembelajaran, menetapkan materi atau bahan ajar, menetapkan kegiatan pembelajaran,
menetapkan metode, alat, media, dan sumber pembelajaran, dan menetapkan penilaian.
Apabila setiap tahap kegiatan dalam persiapan pembelajaran mikro telah
dilakukan, rencana pembelajaran mikro seperti telah dijelaskan di atas telah dibuat, maka
kegiatan berikutnya calon guru atau peserta yang akan berlatih telah siap untuk melakukan
kegiatan inti (praketk) pembelajaran mikro. Oleh karena itu yang dimaksud dengan
kegiatan inti pembelajaran Mikro Teaching yaitu pelaksanaan praktek tampil mengajar
dalam kelas atau di laboratorium sesuai dengan hakikat pembelajaran mikro yang sudah di
bahas sebelumnya.
Praktek latihan mengajar yang dilakukan melalui pendekatan pembelajaran mikro,
adalah mengajar yang sebenarnya. Dengan demikian setiap unsur atau pihak-pihak yang
terlibat dalam kegiatan pembelajaran Mikro Teaching harus memerankan dirinya secara
logis dan otimal layaknya seperti kegiatan pembelajaran yang sebenarnya. Hal ini
bertujuan terutama untuk mengkondisikan suasana pembelajaran yang sebenarnya, agar
calon guru atau guru yang sedang berlatih dapat melakukan proses pembelajaran secara
maksimal.
Setiap anggota kelompok, sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing
mulai melakukan aktivitas pembelajaran mikro, yaitu praktek melatih keterampilan dasar
mengajar pada tempat yang sudah direncanakan untuk pembelajaran mikro. Adapun
pihak-pihak terkait dalam pembelajaran mikro, serta tugas dan fungsi yang harus
dijalankannya, pada intinya dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pihak guru yang berlatih
2. Pihak siswa

8
3. Pihak Observer
4. Pihak pembimbing atau dosen
5. Sarana dan fasilitas pendukung
Setiap unsur atau pihak yang terlibat dalam pembelajaran mikro harus mampu
memerankan fungsinya secara wajar dan diarahkan pada upaya membantu peserta yang
berlatih agar memiliki kemampuan atau kecakapan yang diharapkan. Adapun proses kerja
atau skenario dari setiap elemen dalam pembelajaran mikro dapat dijelaskan dalam fungsi
dan peran setiap unsur pada pembahasan berikut ini.
1. Fungsi dan peran guru yang berlatih
Calon guru atau peserta yang berlatih dalam pembelajaran mikro teaching,
pada saat ia tampil harus memposisikan dirinya sebagai guru. Tugas guru adalah
membelajarkan siswa, walaupun suasana pembelajarannya dilakukan dalam ruang
atau tempat khusus untuk pembelajaran mikro, bukan di kelas yang sebenarnya
menghadapi teman sendiri atau teman sejawat sebagai siswanya, akan tetapi tugas
guru adalah mengajar yang sebenarnya
Seperti halnya kegiatan pembelajaran yang sebenarnya, maka setiap tahapan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran mikro harus ditempuh.
Kegiatan membuka pembelajaran, kegiatan inti dan kegiatan penutup pembelajaran
secara utuh harus dilakukan. Hanya mengingat waktu pembelajaran mikro berkisar
antara 10 s.d 15 menit, maka guru yang berlatih harus menyesuaikan dengan waktu
yang tersedia. Demikian pula dengan unsur materi pembelajaran, interaksi
pembelajaran harus dilakukan sebagaimana mestinyta. Hanya karena setiap peserta
yang berlatih memfokuskan pada jenis-jenis keterampilan tertentu saja, maka dalam
pelaksanaannya ketika memerankan sebagai guru, jenis keterampilan yang
dilatihkan terus menerus harus menjadi fokus latihan.
Unsur pokok yang membedakan antara kegiatan pembelajaran mikro dengan
pembelajaran biasa terletak pada “fokus jenis keterampilan” yang akan dilatihkan.
Jika dalam pembelajaran biasa seluruh unsur pembelajaran harus dikuasai dan
dilakukan secara optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran. Maka dalam
pembelajaran mikro (sebagai tempat berlatih) guru memusatkan perhatian dan
kemampuannya kepada jenis keterampilan spesifik yang sedang dilatihkan. Oleh
karena itu unsur pembelajaran lain walaupun dilakukan, sifatnya hanya sebagai
penunjang agar pembelajaran berlangsung secara wajar. Sedangkan yang menjadi

9
acuan utama tetap fokus pada latihan menerapkan jenis keterampilan yang
direncanakan.
Contoh: jika dalam perencanaan pembelajaran mikro, fokus materi
latihannya adalah “Keterampilan Bertanya”, maka jenis keterampilan itu yang
mendominasi dan harus terus menerus dilatihkan dalam pembelajarannya. Mulai
membuka pembelajaran misalnya, maka apersepsi dilakukan dengan menerapkan
unsur-unsur “keterampilan bertanya”. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh guru yang sedang berlatih, apakah sudah dapat mengkondisikan siswa untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran, sesuai dengan hakikat dari apersepsi. Demikian
pula dalam kegiatan inti saat membimbing interaksi pembelajaran dan kegiatan akhir
untuk menutup pembelajaran, “keterampilan bertanyalah” yang lebih banyak
digunakan.
Dengan memfokuskan kegiatan pada jenis keterampilan bertanya sebagai
keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan, maka akan memberikan gambaran dan
informasi yang lengkap tingkat kemampuan guru yang sedang berlatih dalam
penguasaan dan keterampilan bertanya dalam pembelajaran. Kelebihan dan
kekurangan akan terlihat oleh pembimbing dan pihak yang mengobservasi, sehingga
akan diperoleh bahan untuk melakukan diskusi pasca tampil berlatih. Jika pada
tahap latihan pertama ”keterampilan bertanya” ternyata belum bisa berjalan
sebagaimana yang diharapkan, maka peserta yang berlatih melakukan persiapan
ulang untuk tampil pada sesi latihan yang kedua kalinya dengan didasarkan pada
masukan hasil diskusi dan refleksi pada penampilan pertama.
2. Fungsi dan peran siswa
Dalam proses pembelajaran, siswa diposisikan sebagai objek sekaligus
subjek pembelajaran. Siswa harus berperan aktif merespon setiap stimulus
pembelajaran agar memperoleh hasil pembelajaran yang memuaskan. Keterlibatan
siswa aktif belajar akan menentukan kualitas proses dan hasil pembelajaran itu
sendiri.
Dalam pembelajaran mikro, pihak siswa dituntut untuk memposisikan
dirinya sebagai siswa yang sedang mengikuti pembelajaran, seperti dalam kegiatan
pembelajaran biasa. Bahkan dalam pembelajaran mikro fungsi dan peran siswa bisa
bertugas ganda; pertama berfungsi sebagai siswa yang sedang mengikuti
pembelajaran; kedua, sekaligus sebagai observer. Hal ini sangat memungkinkan,

10
mengingat yang bertindak sebagai siswa dalam pembelajaran mikro melalui feer
teaching adalah teman sendiri, yang tentu saja sudah memiliki wawasan dan
pemahaman terkait dengan jenis keterampilan yang dilatihkan oleh guru (temannya).
Dengan demikian pada saat berperan sebagai siswa, sekaligus ia juga aktif untuk
mencermati gerak-gerik dan perilaku guru, membuat catatan kelebihan dan
kekurangannya untuk dijadikan bahan masukan pada saat diskusi balikan.
Menurut Sheridian, keterlibatan secara aktif dari setiap anggota dalam
kelompok pembelajaran mikro sangat diharapkan. Melalui aktivitas yang tinggi dari
setiap unsur yang terlibat dalam pembelajaran mikro diharapkan dapat memberikan
masukan, pengalaman dan pembelajaran yang sangat berharga bagi pihak yang
berlatih (trainee). Dengan demikian informasi mengenai kelebihan maupun
kekurangan, komentar, kritik, saran dan solusi yang disampaikan tidak hanya dari
observer atau pembimbing saja, melainkan bisa datang dari pihak yang berperan
sebagai siswa. Dengan demikian pembelajaran mikro akan semakin kaya dengan
berbagai masukan yang justru sangat diperlukan oleh peserta yang berlatih untuk
meningkatkan keterampilan dan kecakapannya.
3. Fungsi dan peran observer
Salah satu bagian dari tugas anggota kelompok dalam pembelajaran mikro
teaching dengan cara “observer”. Tugas observer sesuai dengan namanya adalah
melihat, memperhatikan, mengamati dalam bahasa Inggris “to observe” memiliki
banyak makna antara lain yang dikemukakan di atas yaitu melihat, memperhatikan,
mengamati dan makna sejenis lainnya yang bisa dipakai untuk tugas observer.
Pada saat melakukan tugas observasi, pihak observer jangan sampai
mengganggu guru yang sedang berlatih. Diupayakan agar guru yang berlatih merasa
tidak ada yang mengawasi, sehingga seolah-olah tidak mengetahui bahwa ia
diobservasi. Sebagai observer ia hanya melihat dengan seksama penampilan guru
yang sedang berlatih. Oleh karena itu secara teknis pihak observer sebaiknya
menempati ruang yang aman tidak terlihat oleh guru yang sedang berlatih, namun
pihak observer dapat melihat langsung gerak-gerik dan seluruh penampilan guru
yang sedang berlatih. Tujuan dari kegiatan observasi adalah untuk mengumpulkan
data dan informasi yang akurat dan komprehensif sesuai dengan apa yang dilihat dan
didengar pada saat guru berlatih. Data tersebut sangat diperlukan sebagai bahan
masukan pada kegiatan diskusi yang akan dilakukan setelah kegiatan latihan selesai.

11
Bila Anda sebagai calon guru atau bahkan sudah menjadi guru tampil
mengajar di depan kelas, biasanya yang bersangkutan akan sulit untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan saat ia tampil. Dengan demikian kita akan mengalami
kesulitan untuk mengetahui unsur mana yang harus diperbaiki dan mana yang harus
ditingkatkan atau bahkan dihilangkan sama sekali. Kesulitan itu akan muncul karena
pada saat tampil ia kekurangan data atau informasi yang dating dari pihak luar. Oleh
karena itu dengan adanya pihak lain yang secara khusus diminta untuk
mengobservasi, maka kita hanya fokus melaksanakan proses latihan semaksimal
mungkin, dan infomasi dari penampilannya akan muncul dari pihak observer atau
pembimbing.
Observer dalam proses pembelajaran mikro memiliki peran dan kedudukan
yang sangat penting, karena dari hasil pengamatan observel itulah data dan
informasi untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan mengajar setiap yang
berlatih akan didapatkan. Oleh karena sekali lagi pihak observer atau pembimbing
harus yang sudah memiliki pengalaman lebih, agar dapat melaksanakan tugasnya
secara professional. Disamping itu untuk menunjang kelancaran tugas pihak
observer, perhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Format Observasi; Setiap observer harus dilengkapi dengan format observasi.
Format ini sangat penting sebagai panduan bagi observer dalam melakukan
pengamatannya. Melalui format observasi, pihak observer dapat mengetahui
sejauhmana pihak yang berlatih telah mampu menerapkan jenis keterampilan
yang dilatihkannya. Isi format observasi tentu saja harus disesuaikan dengan
setiap jenis keterampilan yang dilatihkannya.
1) Melihat dan mendengarkan; Observer tidak boleh ikut campur (intervensi)
ketika pembelajaran sedang berlangsung. Sesuai dengan fungsinya observer
hanya merekam apa yang dilihat dan didengar, sesuai dengan format
observasi yang dipegangnya. Jika dianggap perlu disamping menggunakan
pedoman observasi, pihak observer dituntut membuat cacatata tambahan
yang dianggap penting sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya.
2) Fokus pada penampilan; observer ketika melakukan tugasnya mengobservasi
guru yang sedang berlatih, hanya membatasi dan memfokuskan pada
penampilan keterampilan yang sedang dilatihkannya. Adapun unsur-unsur

12
lain yang diluar fokus latihan apalagi menyangkut dengan unsur
kepribadiannya sebaiknya diabaikan saja.
4. Fungsi dan peran pembimbing
Dalam pembelajaran mikro yang bertindak sebagai pembimbing ialah dosen
mata kuliah pembelajaran mikro atau pihak supervisor, sesuai dengan fungsi, tujuan
dan kewenangannya. Bila tugas observer dilakukan oleh pihak mahasiswa, maka
mahasiswa tersebut sebatas pada mengamati guru yang sedang berlatih, sedangkan
tugas dosen atau pihak supervisor lainnya adalah memonitor seluruh pelaksanaan
pembelajaran mikro itu sendiri.
Pihak pembimbing atau supervisor bertugas mengelola seluruh pelaksanaan
pembelajaran mikro. Apakah semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran mikro
seperti guru yang berlatih, pihak yang menjadi siswa, pihak observer sudah
menjalankan tugas sesuai denga fungsi dan perannya masing-masing. Pihak
pembimbing mencatat dan menyimpulkan seluruh aspek pembelajaran mikro yang
telah dilakukan. Hasil monitoring kemudian dijadikan dasar untuk melakukan
diksusi umpan balik dan sebagai bahan proses pembimbingan pada proses pelatihan
atau pembelajaran mikro berikutnya.
5. Fungsi dan peran sarana/fasilitas pendukung
Keberadaan sarana dan fasilitas untuk menunjang kelancaran pembelajaran
mikro, tidak kalah penting dibandingkan dengan unsur-unsur pembelajaran mikro
lainnya sepert: pihak guru, siswa, observer dan pihak pembimbing. Tersedianya
sarana dan fasilitas pendukung yang memadai baik secara kuantitas maupun
kualitas, akan menentukan tingkat kualitas yang dihasilkan dari pembelajaran mikro
itu sendiri. Idealnya sarana dan fasilitas pendukung yang harus dimiliki untuk
kelancaran pembelajaran mikro antara lain terdiri dari:
a. Ruang khusus (laboratorium) pembelajaran mikro dengan setting ruangan
dibagi kedalam tiga bagian utama yaitu:
1) Ruang kelas untuk pembelajaran, lengkap dengan meja, kursi, papan tulis,
media dan kelengkapan kelas lainnya.
2) Ruang observasi, yaitu tempat untuk observer melihat langsung
penampilan guru. Batas antara ruang observasi dengan ruang kelas
penampilan, sebaiknya disekat oleh kaca yang hanya tembus pandang dari

13
satu sisi (observer), sementara pihak guru dan siswa di ruang kelas
penampilan tidak dapat melihat ke ruang observer.
3) Ruang teknisi yang akan mengoperasikan peralatan perekam (Audio
visual). Demikian halnya ruang teknisi, sama dengan ruang observer
disekat oleh kaca yang hanya dapat dilihat dari satu arah yaitu dari pihak
teknisi saja.
b. Kamera perekam; yaitu kamera yang dipasang didalam ruang kelas untuk
merekam seluruh aktivitas guru dan siswa selama beralangsungnya
pembelajaran mikro. Jenis kamera yang digunakan sebaiknya adalah kamera
otomatis. Penempatan kamera diusahakan ditempat yang netral sehingga dapat
menjangkau seluruh area aktivitas dalam ruang kelas. Dengan demikian kamera
aktif mengikuti seluruh gerak-gerik guru ketika mengajar tanpa harus
menggunakan operator (kameramen). Hal ini penting agar tidak mengganggu
situasi pembelajaran atau latihan yang sedang dilaksanakan. Gambarnya
langsung tersambung ke ruang observer dan ruang teknisi, dan melalui TV
monitor yang dipasang diruang ruang observasi, pihak observer dapat dengan
jelas melihat dan mendengar suasana pembelajaran di tempat latihan. Demikian
juga pihak teknisi akan dengan mudah mengendalikan peralatan yang
digunakannya sehingga semua aktivitas pembelajaran akan terpantau.
c. Ruang proyeksi; yaitu suatu ruang pembelajaran yang akan digunakan untuk
memutar ulang hasil rekaman pada saat guru berlatih mengajar. Ruang proyeksi
sekaligus juga digunakan untuk diskusi umpan balik dan melakukan
pembahasan yang dianggap perlu sesuai dengan hasil latihan yang telah
dilakukan. Dalam ruang proyeksi sebaiknya dilengkapi dengan peralatan
teknologi informasi dan komunikasi, misalnya seperangkat komputer dengan
LCD yang selalu siap untuk digunakan. Ruangan proyeksi sebaiknya juga
tersambung dengan jaringan internet, agar memudahkan untuk melakukan akses
informasi untuk memperkaya bahan pada saat kegiatan umpan balik. Letak
ruang proyeksi diusahakan berdampingan dengan ruang lab pembelajaran
mikro, bahkan sebaiknya merupakan bagian dari lab pembelajaran mikro itu
sendiri. Hal ini penting agar setiap selesai proses latihan di ruang kelas tempat

14
berlatih (lab pembelajaran mikro), pada saat itu pula bisa secara langsung
dilakukan pemutaran ulang dan diskusi umpan balik.6
E. Keterampilan Dasar Mengajar Guru
1. Keterampilan Membuka Pelajaran
Keterampilan membuka pembelajaran merupakan upaya guru dalam proses
pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi peserta didik, agar mental maupun
perhatian peserta didik terpusat pada apa yang akan dipelajari. Kegiatan membuka
pembelajaran yang baik, pasti akan berdampak positif bagi berlangsung proses
pembelajaran. Siap mental artinya peserta didik mengetahui: (1) tujuan pembelajaran
yang akan dicapai; (2) tahapan pembelajaran yang akan dilakukan (3) permasalahan
pokok yang harus diperhatikan; (4) tugas yang akan dikerjakan untuk menguasai
pelajaran; (5) manfaat yang diperoleh dari pembelajaran saat itu; (6) penilaian proses
dan penilan akhir pada pembelajaran.

Tujuan dari kegiatan membuka pembelajaran adalah:

1. Untuk membangkitkan motivasi dan perhatian peserta didik

2. Untuk menyiapkan mental peserta didik untuk memasuki kegiatan inti

pembelajaran

3. Agar peserta didik memahami kegiatan pembelajaran secara utuh

4. Untuk mengingatkan peserta didik akan hubungan antara

pengalaman/ pengetahuan yang sudah dimiliki/ diketahui dengan

yang akan dipelajari

5. Untuk memberikan gambaran tentang pendekatan atau metode yang

akan diterapkan pada proses belajar.

Prinsip dari kegiatan membuka pembelajaran

1. Bermakna

6
Dadang Sukirman.Op,cit,Hlm.107-120
15
Penerapan setiap unsur yang digunakan sesuai dengan upaya pencapaian

tujuan atau kompetensi pembelajaran, sifat materi memperhatikan tahap

perkembangan psikologi, maupun situasi dan kondisi pada saat

berlangsungnya proses pembelajaran.

2. Logis dan Sistematis

Penerapan setiap unsur kegiatan membuka pembelajaran harus sudah

terencana sebelumnya. Dengan perencanaan yang matang, maka penerapan

unsur-unsur membuka pembelajaran tidak terkesan seperti dibuat-buat.

Sehingga proses kegiatan membuka pembelajaran akan berjalan secara logis

dan sistematis, dan akhirnya akan mampu mengkondisikan peserta didik

untuk siap mengikuti pembelajaran.

3. Berkesinambungan

Kegiatan membuka pembelajaran bukanlah hal yang berdiri sendiri, kegiatan ini tidak

terpisahkan dari kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti pembelajaran dan bagian

ketiga kegiatan penutup pembelajaran. Ketiga komponen ini menjadi satu kesatuan

rangkaian utuh.

Dalam membuka kegiatan pembelajaran menurut Umar, Syambasril

(2014:74), komponen-komponen membuka pembelajaran terdiri atas:

(1) menarik perhatian anak, (2) menimbulkan motivasi, (3) memberikan

acuan, (4) membuat kaitan.

2. Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah proses penyajian informasi
secara lisan yang diorganisir dengan sistematis/runtun untuk menunjukkan bahwa, ada

16
hubungan antara satu pesan dengan pesan yang lain, sehingga tercapailah suatu
pemahaman utuh yang diinginkan.
Tujuan dari kegiatan menjelaskan adalah:
1. Agar membuat peserta didik berpikir logis, kritis dan
sistematis. Untuk menanamkan sikap berpikir positif dan
konstruktif peserta didik.

2. Untuk memberikan pengertian dan pemahaman


pembelajaran yang akan dialami oleh peserta didik,
sehingga menghindari multitafsir.
3. Untuk melatih peserta didik mandiri dalam proses belajar
dan dapat menentukan keputusan.
4. Untuk melibatkan peserta didik dalam memecahkan
masalah.

Prinsip dari kegiatan menjelaskan


1. Penjelasan dapat diberikan di awal, ditengah, dan diakhir pembelajaran,
sangat tergantung pada keperluannya.
2. Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran.
3. Penjelasan materi harus sesuai dengan kebutuhan atau bermakna bagi
peserta didik, untuk menghindari teacher centered learning.
4. Penjelasan disesuaikan dengan latar belakang dan kemampuan peserta
didik.
5. Penjelasan dapat diselingi dengan kegiatan tanya jawab.
6. Guru dapat memberikan penjelasan untuk menjawab pertanyaan peserta
didik ataupun direncanakan guru sebelumnya

Komponen yang sangat perlu diperhatikan dalam keterampilan menjelaskan


menurut ( Alma, 2009: 15), yaitu diantaranya: Clarity ( kejelasan ) yang meliputi:
1) Kejelasan penggunaan bahasa secara fasih. 2) Kejelasan dalam menyatakan
sesuatu ide secara eksplisit. 3) Upaya untuk menghindari kekaburan.

3. Keterampilan Mengadakan Variasi


Variasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam
pembelajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen,

17
yaitu: variasi dalam cara mengajar guru, variasi dalam penggunaan media dan alat
pembelajaran dan variasi pola interaksi dan kegiatan peserta didik. Pola interaksi guru
dengan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat beraneka ragam coraknya.
sehingga guru dan peserta didik senantiasa menunjukkan semangat belajar dan
mengajar, ketekunan, serta penuh partisipasi.
Tujuan dari kegiatan mengadakan variasi adalah:
1. Agar memenuhi lebih banyak keinginan peserta didik, mengingat pola
belajar peserta didik berbeda-beda, karena bila selalu menggunakan
satu pola mengajar akan merugikan banyak peserta didik.
2. Agar melibatkan guru dan peserta didik berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan pembelajaran.
3. Agar guru menguasai berbagai macam variasi proses pembelajaran
yang menarik.
4. Untuk menumbuhkan perhatian belajar peserta didik.
5. Untuk membentuk sikap positif peserta didik terhadap guru

Prinsip dari kegiatan mengadakan variasi:


1. Harus sudah terencana dan diberitahu sebelumnya kepada peserta
didik agar proses dapat berjalan lancar.
2. Harus memenuhi kewajaran dan keluwesan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan
3. Disesuaikan dengan tahap perkembangan psikologi peserta didik.
4. Disesuaikan dengan tujuan, waktu, tempat, media, sarana sekolah
yang ada

Komponen keterampilan mengadakan variasi:


Penjelasan guru menggunakan berbagai metode pembelajaran.
● metode belajar se arah (guru ke peserta didik)
● metode belajar dua arah (guru ke peserta didik, peserta didik ke
guru)
● metode multi arah (guru ke peserta didik, peserta didik ke
peserta didik, peserta didik ke guru)
Menggunakan Variasi performa

18
● variasi verbal
● variasi nonverbal
Variasi pada intonasi
● variasi suara
● kebisuan guru
● pemusatan perhatian
● kontak pandang
● gerak guru
Variasi pola interaksi dan kegiatan peserta didik
● pola guru-peserta didik (komunikasi satu arah)
● pola guru-peserta didik-guru (umpan balik)
● pola guru-peserta didik, peserta didik-peserta didik, peserta
didik-guru (komunikasi multiarah)
● pola melingkar (setiap peserta didik diberi kesempatan untuk
menyampaikan ide dan gagasan masing-masing)
Mengajukan variasi umpan balik
● memberi ruang kepada setiap peserta didik untuk bertanya
● memberi ruang kepada setiap peserta didik untuk menjawab
● memberi ruang kepada setiap peserta didik untuk membantah
Menggunakan variasi alat bantu.
● alat atau media visual; misalnya: gambar, foto, film slide, bagan, grafik, poster
dan sebagainya
● alat atau media auditif; misalnya: radio, tape recorder, slide suara, berbagai
jenis suara, dan yang sejenisnya.
● alat atau media raba; misalnya model, benda tiruan, benda aslinya, berbagai
peragaan, dan sejenisnya.

4. Keterampilan Bertanya

Melihat pentingnya kegiatan bertanya dalam proses


pembelajaran, maka keterampilan bertanya harus dipelajari, dilatih
dan dikembangkan oleh guru, agar dengan menguasai cara
mengajukan pertanyaan yang berkualitas baik jenis maupun

19
bentuknya, maka peserta didik akan terangsang untuk terus berpikir,
mencari informasi, bahkan mungkin melakukan percobaan untuk
menemukan jawaban/solusinya. Keberhasilan peserta didik
menemukan jawaban/solusi atas pertanyaan/permasalahan yang
berkualitas, akan menjadi kepuasan tersendiri bagi peserta didik, dan
ketika peserta didik berhasil melewati atau memecahkan suatu
permasalahan, biasanya akan semakin terdorong atau termotivasi
untuk menghadapi pertanyaan atau menyelesaikan permasalahan
berikutnya.
Tujuan dari kegiatan bertanya adalah
1. Agar memusatkan perhatian dan membangun motivasi
peserta didik terhadap masalah atau isu-isu pokok
pembelajaran
2. Agar membangkitkan rasa ingin tahu, sehingga dapat
mendorong peserta didik untuk mencari dan menggali
sumber-sumber pembelajaran yang lebih luas dan
bervariasi.
3. Agar memberi kesempatan bagi peserta didik untuk
mendemon-strasikan pendapat atau pemahaman yang
dibentuknya
4. Agar terbiasa menanggapi pernyataan teman atau
pernyataan/ pernyataan guru
5. Untuk menstrukturkan tugas-tugas dan kegiatan belajar
sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
efektif.

6. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik,


sebab pada hakekatnya berpikir sendiri adalah bertanya
7. Untuk meningkatkan partisipasi peserta didik secara penuh
pada proses pembelajaran yang diikutinya
8. Untuk mendiagnosis kesulitan belajar yang dihadapi
peserta didik
9. Untuk memberi kesempatan kepada peserta didik belajar
berdiskusi
20
Prinsip dari kegiatan bertanya
Setiap pertanyaan yang diajukan dalam proses pembelajaran
adalah alat atau instrumen pembelajaran, untuk mengkondisikan
proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan dinamis. Agar
pertanyaan yang diajukan peserta didik dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, maka guru sangat dianjurkan untuk memperhatikan
prinsip-prinsip berikut:
1. Kehangatan dan keantusiasan;
Suasana bertanya atau menjawab harus diciptakan dalam
kondisi yang kondusif dan menyenangkan, sehingga
peserta didik tidak merasa tertekan, tetapi merasa aman dan
betah mengikuti pembelajaran.
2. Berbahasa yang jelas;
Pertanyaan atau pernyataan disampaikan kepada peserta
didik agar menggunakan kalimat atau bahasa yang mudah
dimengerti/dipahami.
3. Waktu berfikir

Memberikan waktu yang cukup bagi peserta didik untuk


berpikir sebelum menjawab pertanyaan, sehingga peserta
didik memiliki waktu untuk menemukan dan
menyampaikan jawabannya.
4. Pemberian acuan;
Pertanyaan yang disampaikan harus membantu peserta
didik untuk mengolah informasi pembelajaran dan
menemukan jawabannya, sehingga pertanyaan itu sendiri
harus disertai dengan acuan, agar peserta didik mendapat
kejelasan dan memahami maksud dan tujuan dari isi
pertanyaan;
5. Pemerataan/pemindahan giliran;
Pertanyaan yang diajukan, sebaiknya disampaikan secara
adil dan merata kepada setiap peserta didik, agar seluruh
peserta didik mendapat kesempatan yang sama (tidak

21
terjadi monopoli atau diskriminasi)
6. Acak;
Pernyataan sebaiknya diberikan secara acak (tidak
berurutan), sehingga perhatian peserta didik semuanya
menjadi terpusat pada kegiatan pembelajaran

Kebiasaan yang harus dihindari dari kegiatan bertanya


Sesuai dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari
kegiatan bertanya, maka setiap pertanyaan yang diajukan harus
menghindari kebiasaan kurang baik seperti berikut ini:
1. Menjawab pertanyaan sendiri, tidak akan bermakna
2. Mengulangi pertanyaan sendiri, pertanyaan yang sudah
jelas bila diulang-ulang akan mengganggu konsentrasi
peserta didik
3. Pertanyaan ganda, dapat membingungkan peserta didik
untuk menjawab
4. Mengulangi jawaban peserta didik, sebaiknya dilakukan
oleh sesama peserta didik dengan tujuan penekanan dan
keaktifan
5. Memancing jawaban serentak, tidak mendorong peserta
didik untuk berpikir lebih fokus

6. Menentukan peserta didik untuk menjawab sebelum


pertanyaan disebutkan, akan mempengaruhi psikologi
peserta didik itu sendiri.

Komponen keterampilan bertanya


1. Mengungkapkan pertanyaan secara jelas dan tegas
● pertanyaan singkat, padat.
● pertanyaan mudah dipahami
● pertanyaan tidak menimbulkan multitafsir
2. Pertanyaan sesuai dengan tema pembelajaran
● tidak menyimpang dari materi yang sedang dibahas
● perincian disampaikan secara mendalam
3. Memusatkan perhatian peserta didik

22
● menggiring peserta didik untuk konsentrasi dan
berpartisipasi
● merangsang rasa ingin tahu peserta didik
4. Pertanyaan tersebar ke seluruh peserta didik
● semua peserta didik diberi kesempatan bertanya
● semua peserta didik diberi kesempatan untuk
menjawab
● menghindari monopoli seseorang atau beberapa
peserta didik.
5. Pertanyaan runtun berjenjang
● mengajukan pertanyaan dari yang sederhana ke
yang lebih rumit

● mengajukan pertanyaan dari yang mudah ke yang


lebih sulit
● mengajukan pertanyaan dari yang kongkrit ke yang
abstrak
6. Menunjukkan sikap antusias atas jawaban peserta didik
● memberi pujian atas jawaban peserta didik: betul,
hebat, luar biasa, tepuk tangan, dan lain-lain.

● meningkatkan komponen berpikir peserta didik.

7. Memberikan waktu kepada peserta didik untuk berpikir


● biarkan peserta didik berpikir sebelum menjawab
pertanyaan.
● merangsang proses berpikir peserta didik.
8. Mendorong terjadinya interaksi antar peserta didik
● mengkondisikan pertanyaan dari, oleh dan untuk
peserta didik
● mengkondisikan peserta didik aktif menjawab, guru
adalah penjawab terakhir, bila pertanyaan tidak tbisa
dijawab oleh peserta didik meskipun telah dituntun
oleh guru.
memberi kesempatan terjadinya ruang debat diantara
para peserta didik
23
5. Keterampilan Membimbing Kelompok
Hal-hal yang harus diperhatikan dari kegiatan diskusi Mendominasi diskusi; jalannya
proses diskusi jangan didominasi oleh orang tertentu. Membiarkan terjadi
penyimpangan tujuan diskusi dengan pembicaraan tidak relevan/terkendali.
Membiarkan peserta didik yang tidak mau berpartisipasi.
Tujuan dari kegiatan diskusi adalah:
Untuk memupuk sikap toleransi; setiap peserta didik diwajibkan harus saling
menghargai pendapat yang dikemukakan oleh setiap peserta diskusi

Untuk memupuk kehidupan demokrasi;

● setiap peserta didik secara bebas dan bertanggung jawab terbiasa


mengemukakan pendapat, bertukar pikiran untuk mencapai tujuan pembelajarn
yang diharapkan.
● Agar menumbuhkan rasa percaya diri; dengan kebiasaan berargumentasi yang
dilakukan antar sesama teman dalam kelompok diskusi, akan mendorong
keberanian dan terbentuknya rasa percaya diri dalam mengajukan pendapat
maupun mencari solusi pemecahan.

6. Keterampilan Mengajar Kelompok


Tujuan dari kegiatan kelompok kecil dan perorangan agar dapat mendiagnosa
kesulitan belajar peserta didik secara akurat, maka guru harus mencermati atau
meneliti permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik.
Tujuan dari kegiatan kelompok kecil dan perorangan
Agar dapat mendiagnosa kesulitan belajar peserta didik secara
akurat, maka guru harus mencermati atau meneliti
permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Melalui
pendekatan kelompok kecil dan perorangan biasanya peserta didik akan
mudah dan bebas menyampaikan permasalahan-permasalahan belajarnya,
sehingga guru akan dapat menyimpulkan kesulitan yang dihadapi dan
alternatif solusi pemecahan yang di lakukan guru.

Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan


1. Pengorganisasian;
Guru dituntut terampil mengorganisasikan setiap unsur atau
24
komponen pembelajaran seperti: peserta didik, sumber materi, waktu,
media yang dibutuhkan, pendekatan dan metode yang akan digunakan
serta sistem evaluasi.
2. Memberikan kulminasi;
Setiap kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan, guru
harus mengakhiri dengan kegiatan kulminasi misalnya dalam bentuk
membuat rangkuman, pemantapan, laporan, dan lain sebagainya.
3. Mengenal secara personal;
Agar terjalin proses pembelajaran yang efektif pada kelompok kecil
dan perorangan, guru dituntut harus mengenal pribadi, karakteristik
peserta didik secara umum dan lebih baik secara lebih mendalam, dan
ekspresi wajah guru positif dalam merespon tanggapan peserta didik
4. Mendorong peserta didik untuk menyelesaikan tugas belajarnya;
Dengan memberi nasehat, pujian dan motivasi belajar yang kuat.
5. Mengembangkan bahan belajar mandiri;
Guru harus terampil mengembangkan bahan pembelajaran untuk
individual, seperti dengan bahan belajar mandiri, paket/modul
pembelajaran, dan lain sebagainya.
6. Mengidentifikasi tema pembelajaran;

7. Keterampilan Mengelola Kelas dan Memberi Penguatan


Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal serta mampu mengembalikannya bila terjadi gangguan
dalam proses pembelajaran.
Tujuan dari pengelolaan kelas

● Agar peserta didik mengerti arah tingkah laku sesuai tatatertib dan peraturan
yang berlaku
● Agar guru selalu mengembangkan keterampilan pengajarannya.
● Agar peserta didik sadar akan kebutuhannya
● Untuk menumbuhkan rasa kewajiban peserta didik dalam menyelesaikan tugas

Prinsip dari pengelolaan kelas

● Hangat dan antusias, agar peserta didik tidak merasa tertekan

25
● Menantamg peserta didik untuk aktif berpikir dan mengetahui lebih lanjut dari
pembelajaran yang ia lakukan.
● Adanya variasi belajar yang menggairahkan, menumbuhkan motivasi belajar.
● Keluwesan proses pembelajaran sehingga dapat mengalir dengan keterbukaan peserta
didik dengan guru.
8. Keterampilan Memberi Penguatan

Dalam proses pembelajaran, penguatan (reinforcement) memiliki


peran yang sangat penting untuk meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran. Pada saat yang tepat dan dengan jenis penguatan yang tepat
pada proses pembelajaran, akan berdampak pada peningkatan kualitas
proses pembelajaran.

Tujuan dari kegiatan melakukan penguatan dalam pembelajaran

Untuk meningkatkan perhatian peserta didik;

Perhatian peserta didik terhadap pembelajaran akan lebih meningkat,

● Untuk membangkitkan dan memelihara motivasi belajar


peserta didik;
● Agar memudahkan peserta didik belajar;

Tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran bertujuan untuk


memudahkan peserta didik belajar, bukan berarti materinya
dipermudah, akan tetapi guru mampu mengelola lingkungan
pembelajaran agar berinteraksi dengan peserta didik secara
maksimal sehingga menjadi jalan kemudahan bagi peserta
didik untuk memahami materi yang sedang dipelajarinya.

● Untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik.

9. Keterampilan Menggunakan Media atau Alat

Dengan adanya media pembelajaran maka tradisi lisan dan


tulisan dalam proses pembelajaran dapat diperkaya dengan berbagai
media pembelajaran. Lewat media pembelajaran, guru dapat

26
menciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaran
yang akan dipakai dalam situasi yang berlainan dan menciptakan
iklim emosional yang sehat diantara peserta didik. Bahkan
alat/media pembelajaran ini selanjutnya dapat membantu guru
membawa dunia luar ke dalam kelas.

Tujuan dari menggunakan media/alat pembelajaran

● Agar proses pembelajaran yang sedang berlangsung dapat


berjalan dengan tepat guna dan berdaya guna,
● Untuk mempermudah bagi guru dalam menyampaikan
informasi materi kepada peserta didik.
● Untuk mempermudah bagi peserta didik dalam menyerap
atau menerima serta memahami materi yang disampaikan
oleh guru
10. Keterampilan Menutup Pembelajaran

Pada umumnya menutup pembelajaran diartikan sebagai suatu


kegiatan mengakhiri pembelajaran. Mengakhiri pembelajaran dari
satu mata pelajaran kemudian diganti oleh mata pelajaran
berikutnya, atau mengakhiri pembelajaran karena telah selesainya
program pembelajaran dalam satu hari.

Tujuan dari kegiatan menutup pembelajaran:

● Untuk memberikan pemahaman yang utuh kepada peserta


didik terhadap materi pokok atau kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan.
● Agar memantapkan pemahaman peserta didik terhadap
materi pokok atau kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
● Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil pembelajaran
yang telah diperoleh peserta didik, sekaligus berfungsi

27
sebagai umpan balik bagi guru

PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan makalah dapat disimpulkan bahwa Micro Teaching atau
Pembelajaran micro dapat diartikan sebagai cara dalam melatih keterampilan keguruan
atau praktik mengajar dalam lingkup kecil atau terbatas. Jumlah pesertanya sekitar 5
sampai 10 orang, ruang kelasnya terbatas, waktu pelaksanaanya berkisar antara 10 dan 15
menit, terfokus kepada keterampilan mengajar tertentu, dan pokok pembahasannya
disederhanakan. Fungsi micro teaching ialah untuk memperkuat program Pengalaman
Lapangan. Karakteristik pembelajaran Mikro Teaching yaitu :
1. Peserta berkisar antara 5 – 10 orang
2. Waktu mengajar terbatas sekitar 10-15 menit
3. Komponen mengajar dikembangkan terbatas
4. Latihan terpusat pada keterampilan mengajar.
5. Mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar
6. Umpan balik terhadap kemampuan guru / calon guru.
7. Pengajaran dilaksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda
dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia tertentu.

28
8. Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan pelatihan yang diselenggarakan dalam
laboratorium micro teaching
9. Pengadaan low-threat-situation untuk memudahkan calon guru mengajari
keterampilan mengajar.
10. Penyediaan low-risk-situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam
pengajaran.
11. Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka
waktu tertentu.
Perencanaan pembelajaran adalah kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan
dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang akan dipakai untuk menilai
pencapaian tujuan tersebut, materi atau bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara
menyampaikannya, dan alat atau media apa yang diperlukan. Sedangkan perencanaan
pembelajaran mikro, yaitu membuat perencanaan atau persiapan untuk setiap jenis
keterampilan mengajar yang akan dilatihkan, secara keseluruhan unsur-unsur perencanaan
tersebut meliputi menentukan tujuan, materi, metode, media dan evaluasi.
Dalam proses pelaksanaan pembelajaran Micro Teaching ada pihak-pihak terkait
serta tugas dan fungsi yang harus dijalankannya sebagai berikut: Pihak guru yang berlatih,
pihak siswa, pihak observer, pihak pembimbing atau dosen dan sarana dan fasilitas
pendukung
B. Saran
Demikian makalah yang kami sampaikan. Dengan harapan semoga dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. oleh karena itu kritik dan saran sangat diperlukan demi
kemaslahatan kita semua. Dan semoga kita bisa mengambil hikmahnya. Aamiin.

29
DAFTAR PUSTAKA

Sukirman, Dadang. (2012). Micro Teaching. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama. Hlm.107-120
Sukirman, Dadang. (2012). Micro Teaching. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementrian Agama. Hlm.156
Sukirman, Dadang. (2012). Micro Teaching. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementrian Agama. Hlm.51-55
Dian.Andriani.“Perencanaan pembelajaran micro teaching”.
https://www.academia.edu/31832318/Perencanaan_Pembelajaran_Mikro_Hakikat_pri
nsip_dan_model_perencanaan_.
Sukirman, Dadang. (2012). Micro Teaching. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementrian Agama.
UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

30

Anda mungkin juga menyukai