Narator Utama :
Saudara / i, umat Allah, peziarah yang terkasih....
Kisah Golgota adalah kisah tragis 2000-an tahun lalu. Tragedi Golgota adalah sebuah sejarah
yang layak disimak. Sebuah kisah yang patut ditulis ulang. Adalah suatu kebenaran yang tak
dapat disangkal, yakni peristiwa wafatnya Yesus Kristus merupakan pengalaman yang paling
tragis dalam hidupNya. Peristiwa yang tidak kita alami secara langsung ini, sangat menyentil
perasaan manusiawi kita.
Saudara – saudariku yang terkasih....
Sambil menatap bayangan Zaitun dan kenangan Golgota, yang telah menyulam wajah
Kristus, yang carut – marut, berlumuran darah, marilah kita menatap dosa – dosa kita.
Karena dosa kitalah, Dia datang. Karena kesalahan kitalah, Ia wafat....
Mari menapak Jalan salib Tuhan yang adalah tanda solidaritas Allah akan penderitaan
manusia...
Yesus : Dengarlah hai kamu semua; banyak orang tak lagi mencintai kebenaran dan keadilan.
Karena itu anak manusia datang untuk mewartakan kebenaran dan keadilan di tengah-tengah
bangsa ini…. Demi kebenaran dan keadilan itu, Anak Manusia harus menanggung
penderitaan, ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala, ahli-ahli taurat, lalu dibunuh, namun
bangkit pada hari ketiga. Berdolah kamu….. marilah kita pergi.
Yohanes : Guru, kemanakah kita harus pergi ?
Petrus : Guru, sebentar lagi gelap akan menyelimuti daerah ini, sebaiknya kita tak perlu pergi.
…
Yesus : Kita harus pergi ke Bukit Getzemani, di Bukit Zaitun. Dari sanalah awal kesengsaraan
dimulai; orang-orang berdosa akan menangkap dan menyeret Anak Manusia untuk mati di
kayu salib. Dan kamu semua akan terguncang imanmu karena hal itu. Sebab ada tertulis ….
Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai berai.
Petrus : Guru, biarlah mereka tergoncang imannya karena Engkau ! Aku sekali-kali tidak !
Yesus : Aku berkata kepadamu, Petrus. Sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau
telah menyangkal aku tiga kali.
Narator 1 : Kegelapan menyelimuti kota Yerusalem. Yesus berjalan menyusur Lembah Sedron
menuju ke taman Getzemani. Yesus menuju ke taman duka cita, untuk memperbaiki lagi dosa
yang telah diperbuat manusia pertama oleh manusia pertama dalam taman kenikmatan,
firdaus. Penghuni Yerusalem sedang tidur dengan nyenyaknya, mereka tidak menduga
tentang kejadian bersejarah yang sedang berlangsung di taman Getzemani. Kesengsaraan
Tuhan telah dimulai. Yesus masuk ke taman itu dengan membawa Petrus dan kedua Anak
Zebedeus. Adapun Yudas yang mengkhianati Yesus juga mengetahui tempat itu, karena
Yesus sering berkumpul di situ bersama dengan murid-muridNya.
(Yesus berjalan dengan sangat pelan. Terlukis kesedihan di wajahnya, sementara para
muridnya mengikuti dari belakang, sambil menolah ke kiri dan ke kanan karena ada
kecemasan di hati mereka, terutama Petrus)
EPISODE PENGADILAN
Kayafas : (tertawa sinis) : Oh… ya ! Sudah lama aku menantimu Yesus. Kita memang harus
bertemu. Yesus…. Benarkah Engkau ini Messias ?
Yesus : Sekalipun Aku mengatakan kepadamu, namun kamu tak percaya. Tetapi mulai dari
sekarang, Anak Manusia sudah duduk di samping kanan Allah Bapa yang mahakuasa.
Kayafas : Apa..? Apa katamu, Yesus…? Hai kalian (kepada orang-orang yang hadir) tidakkah
kalian mendengarkan sebuah penghojatan ? Karena itu saudara-saudaraku adalah lebih
berguna jikalau seorang mati untuk seluruh bangsa !
Orang Yahudi (satu orang) : Sekarang Dia telah ada di tangan kita, kita harus membunuhNya. Ia
layak untuk dihukum mati.
Orang Yahudi : (bersorak) : salibkan Dia… salibkan dia.
Kayafas : (berkata kepada pengawal dan Orang Yahudi) : Serahkanlah dan bawalah dia kepada
Pilatus.
(Adegan : Yesus diseret secara paksa menuju istana Pilatus. Sesampainya di Istana
Pilatus, Orang Yahudi dan para pengawal berteriak)
Serdadu : (Menaruh mahkota duri di atas kepala Yesus dan memberikan pakaian jubah ungu
sambil maju dan berkata...) Salam Hai Raja Orang Yahudi....( lalu menampar Yesus )
Serdadu : (Sambil mengejek Yesus) Heeh Messias, ayo sekarang buatlah mukjizat, supaya kami
semua percaya.. Ayo, bawa salib nya.
Narator 1 :
Dengan penuh kerelaan Yesus mengulurkan tanganNya dan menerima salib yang
berat itu. Ia hanya berdiam diri tetapi berteguh hati untuk menerima keputusan yang tidak
adil itu. Betapa kita kerap kali merasa tidak senang bahkan mengeluh bila suatu saat kita
mendapat salib kecil dalam kehidupan kita, semisal penyakit, kegagalan dalam studi,
kegagalan dalam pekerjaan, kegagalan dalam bercinta, kesalahpahaman dalam pergaulan
serta kemiskinan materi. Bukankah Yesus pernah bersabda, “Barangsiapa ingin menjadi
muridKu, ia harus berani menyangkal diri serta memanggul salibnya setiap hari dan
mengikuti Aku” Betapa sering kita melarikan diri dari resiko hidup ini, lebih sering kita
mencari sesuatu dalam kenikmatan daging dari pada harus berkeringat dan berjuang dengan
tabah hati.
Narator 2 : Marilah berdoa :
Serdadu 1 : Heyy.. tidakkah engkau liat orang itu sudah letih sekali. Carikan orang lain
untuk membantunya. !!
Serdadu 2 : (Mencari orang dan menemukan Simon) : Siapa namamu ??
Simon : Simon, tuan…
Serdadu : Cepat bantu orang ini untuk memikul salibnya
Simon : Tapi , tuan saya….
Serdadu : Mau melawan ya.. cepat bantu orang itu !!!
Simon (kepada Yesus) : Guru, aku aku hendak membantumu, ampunilah aku sebab aku tidak
layak berada di dekatMu.
Narator 1 :
Yesus kelihatannya sangat letih sekali. Ia sudah tak sanggup lagi untuk memanggul
salibNya lebih jauh. Maka ditahanlah seorang yang bernama Simon dari Kirene yang baru
pulang dari kebun. Lalu diletakkannya salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil
mengikuti Yesus. Saudara-saudari, ketika Simon dipaksakan untuk memikul salib, ia dengan
rela menerimanya. Ia dengan rendah hati mau menerima salib dan membantu Yesus. Inilah
tanda cinta dan belaskasihannya yang mendalam kepada sesamanya yang menderita.
Kepada kita, diberikan kebebasan untuk mengikuti dia atau menolak dia. Dengan hati yang
lembut, Yesus berdiri di pintu hati kita. Ia mengetuk dan meminta jawaban dari kita. Memilih
Yesus berarti harus menyangkal diri dan memikul salib. Apakah kita mampu ?
Narator 1 :
Di tengah keganasan, di tengah serdadu – serdadu memukul Yesus, ketika mereka
menyeret Yesus, Veronika masih sempat melihat Yesus. Veronika turut mengambil bagian
dalam kedukaan itu. Sikap Veronika bukan berhenti pada rasa duka, tetapi telah ada suatu
keberanian untuk mendekati dan berbuat kasih kepada Yesus. Veronika mengusapi wajah
Yesus yang dicucuri keringat bercampur darah. Dan tanda terima kasih Yesus, bukanlah
kata–kata, melainkan memberikan wajahNya, yang terbukti pada kain. Bahwa Yesus selalu
memberikan diriNya kepada setiap orang yang berbuat kasih. Setiap orang yang berani
berbuat baik, terhadap sesama akan mendapat pahala dari Tuhan. Tuhan akan memberikan
ganjaran dan imbalan kepada setiap orang setimpal dengan usahanya, bahkan lebih dari pada
itu.
Narator 1 :
Kalvari bukit tengkorak. Jalan menuju ke puncak tidaklah mudah. Dakian berbatu dan
berkelok – kelok menampakkan keganasan dunia bagi sang Kasih. Dapat dipahami, mengapa
Yesus dapat jatuh sampai tiga kali? Yesus yang telah lemah karena tidak tidur semalaman,
didera dan diseret kemana–mana, harus menempuh perjalanan yang begitu berat. Yesus harus
menjalankan semuanya itu karena satu hal yakni “ KASIH “.
Dan Yesus pun jatuh lagi untuk ketiga kalinya. Namun, Ia tetap bangkit dan berdiri untuk
melanjutkan perjalananNya. Ia harus terus berjuang untuk mencapai tujuan. Maka dalam
kehidupan, ketika kita menghadapi berbagai tantangan zaman, sebagai pengikut Kristus yang
perkasa, kita tidak boleh pernah menyerah sekalipun harus jatuh – bangun....
Narator 1 :
Akhirnya tibalah mereka di puncak Golgota. Di sana serdadu – serdadu secara kasar
menanggalkan pakaian Yesus yang melekat pada tubuhNya yang penuh luka. Luka –
lukaNya terasa amat pedih dan sakit. Ini merupakan saat yang paling memalukan. Dia
ditelanjangi didepan umum. PribadiNya yang luhur mulia, direndahkan. Ia dicemoohkan.
Penghinaan itu bukan hanya menimpah tubuh, tetapi juga mengoyahkan kehormatan, wibawa
dan harga diri seseorang yang harus dijaga.
(Adegan : Para serdadu melepaskan jubah Yesus)
Serdadu : Salam haii Raja… (kemudian menarik dengan kasar pakaian Yesus)
Kepala pasukan : (menangkap jubah yang dilemparkan serdadu) baiklah kita undi saja,
siapa yang akan mendapat jubah raja ini (tertawa mengolok)
Narator 1 :
Yesus harus mengorbankan segala – galanya. Ia tak menyimpan apapun bagi diriNya
sendiri. Di sini, di depan pintu kematian, semakin terasa bahwa hidupNya dipertaruhkan
untuk sesamaNya. pengorbananNya merupakan satu – satunya jalan untuk menciptakan
ikatan yang kuat dan perdamaian yang kokoh dengan mereka yang menolak Dia. Yesus
menyerahkan diri pribadiNya sendiri untuk menebus semua orang, termasuk kita semua yang
hadir di sini.
Narator 1 :
Puncak Golgota sudah didaki oleh Putera Manusia. Dan kini, tiba saatnya Dia akan
dibantai di mimbar salib. Keringat bercucuran membasahi tubuh. Dan darah meleleh seakan
meminta dikasihi oleh mahklukNya. Namun mahklukNya tega membiarkan tangan dan
kakiNya dipaku di palang penghinaan.
Tangan yang selama 33 tahun rajin bekerja, sekarang dipaku karena kemalasan manusia.
Kaki kudusNya yang telah mengembara ke banyak tempat untuk menolong orang, kini
dipaku karena manusia sering melangkah ke tempat – tempat hina, ke ladang korupsi, ke
tempat pelacuran, ke tempat perjudian, dan menjadi biang ketidakadilan.
Oh....manusia, mengapa kamu berbuat demikian kepadaKu ? Tidakkah kamu tahu bahwa
Aku ini Tuhanmu? “ Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka
perbuat.”
Saudara – saudaraku....Memang jalan satu – satunya untuk menyelamatkan manusia adalah
dengan penderitaanNya di salib. Allah sungguh mengasihi manusia sehingga Ia rela
mengutus PuteraNya ke dunia. Betapa Tuhan baik kepada kita,....Sungguh mengagumkan
bagi kita.....Lalu bagaimana sikap kita dalam mengikuti jalan salib PuteraNya itu ? Apakah
kita termasuk dalam kelompok prajurit yang bermain dadu untuk mengundi jubahNya ?
Mulut mereka digenggam kerakusan, kebencian dan dendam membara....Ataukah kita
termasuk orang – orang setia, seperti Maria BundaNya, Maria Magdalena dan Yohanes ?
Orang Farisi : Orang lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri tidak bisa Ia selamatkan.
Orang Yahudi : Hai, Raja Orang Yahudi, turunlah dari salib itu supaya kami dapat percaya !
Orang Farisi : Engkau yang ingin merobohkan bait Allah, turunlah dari salib jikalau
Engkau sungguh – sungguh anak Allah !
Orang Yahudi : Selamatkanlah diriMu dan turunlah dari salib itu !
Yesus : Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat
Orang banyak : ( Terheran – heran sambil melihat satu sama lain )
Yesus: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku ?
Yesus : ( Musik seram, ada hembusan angin...) Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan
hidupKu.......( disambung dengan bunyi menggelegar. Instrument In Silentio sambil
dibawakan sebuah puisi......Atau bisa juga ratapan dalam bahasa daerah....)
DOA PENUTUP
(Oleh Narator Utama)
Marilah berdoa :
Tuhan Yesus, bersama Engkau kami telah tiba di bukit Golgota. Dari salibMu yang suci akan
Kau pancarkan kemuliaan Paskah bagi kami yang sedang berziarah ini. Jalan salib ini masih
akan kami lalui dalam hidup dan perjuangan kami di tengah dunia ini. Namun kami percaya
bahwa pengorbanan dan perjuangan kami di dunia akan mendapat kekuatan bila senantiasa
memandang pada salib suciMu. Engkau kami puji kini dan sepanjang masa......
Umat : Amin