Anda di halaman 1dari 2

Hukum dalam kerangka ilmu telah menjadi bahan perdebatan di kalangan ahli hukum,

yang telah membagi yurisprudensi sebagai bagian dari ilmu sosial.

Sebagai langkah awal dalam menjawab pertanyaan, apa itu hukum dan apa tujuan
hukum? Pertama, kita perlu mendefinisikan konsep yurisprudensi.

Dalam bahasa Inggris, yurisprudensi disebut “Legal Science”, yang secara etimologis
sangat keliru.

Hukum memiliki dua arti berbeda dalam bahasa Inggris. Yang pertama adalah
seperangkat aturan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai keadilan, dan
yang kedua adalah kode etik yang bertujuan untuk menegakkan ketertiban sosial.Prof.
Drs. Lili Rasjidi, S.H., LL.M. adalah seorang filsafat hukum yang kini menjabat sebagai
Guru Besar Tetap pada Fakultas Hukum dan Pasca Sarjana UNPAD (Universitas
Padjajaran). Beliau lahir di Bandung pada tanggal 25 Maret 1939.

Menurut Dr. Lili Rasjidi, S.H., LL.M. itu menyatakan:

“Hukum bukan hanya norma, tetapi juga institusi.”

Bagi banyak orang, yurisprudensi tidak memuaskan. Yurisprudensi sebagai seorang


empiris melihat hukum hanya sebagai norma dalam arti kata etika. Filsafat hukum ``
menjelaskan dunia etis, latar belakang yang tidak dapat diakses oleh panca indera
hukum.

Dr. Lili Rasjidi, S.H., LL.M. juga menjelaskan dalam bukunya bahwa Plato juga
membahas hampir semua persoalan filsafat hukum.

Baginya keadilan (justice), tindakan yang benar tidak boleh disamakan hanya dengan
ketaatan pada aturan hukum.

Keadilan adalah sifat kodrat manusia yang menyesuaikan dan membatasi berbagai
unsur manusia dengan lingkungannya agar dapat berfungsi dengan baik sebagai suatu
kesatuan.

Plato juga berpendapat bahwa hukum adalah pemikiran rasional (rational thinking,
logismos) yang dirumuskan dalam keputusan-keputusan negara.

Berbeda dengan Aristoteles, dia tidak pernah secara formal mendefinisikan hukum. Dia
membahas hukum dalam berbagai konteks. Dengan kata lain, Aristoteles berkata,
"Hukum adalah sejenis tatanan, hukum yang baik adalah tatanan yang baik, dan akal
tidak tunduk pada nafsu." Aristoteles juga menolak pandangan kaum sofis bahwa
hukum hanyalah konfensi.
Namun, ia juga mengakui bahwa undang-undang seringkali tidak lebih dari manifestasi
kehendak kelas tertentu, dan menekankan peran kelas menengah sebagai faktor
stabilisasi.

Hukum melayani ketertiban, kepastian hukum, dan keadilan. Ketika penuntutan pidana
digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan hukum, maka segala kekuatan harus
dikerahkan agar hukum dapat bekerja menegakkan nilai-nilai moral dalam hukum.

Lili Rasjidi berpendapat bahwa undang-undang memiliki dua tujuan penting yaitu :

Tujuan Tradisional
Tujuan tradisional hukum adalah ketertiban dan keadilan.

Tujuan Modern
Tujuan modern hukum adalah sarana pembaharuan masyarakat.

Tujuan hukum merupakan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi sebagian besar


atau seluruh rakyat, dan evaluasi hukum didasarkan pada akibat-akibat yang timbul dari
proses penerapan hukum. Berdasarkan orientasi tersebut, maka isi undang-undang
merupakan ketentuan bagi penyelenggaraan negara kesejahteraan.

Mengingat bahwa salah satu tujuan hukum adalah keadilan, dan ini adalah salah satu
tujuan hukum yang paling diperdebatkan dalam sejarah filsafat hukum, maka tidaklah
relevan membahas keadilan ketika membahas filsafat hukum

Memahami konsep keadilan tidaklah sulit karena ada beberapa ungkapan sederhana
yang dapat menjawab konsep keadilan.
Namun memahami makna keadilan tidak semudah membaca teks-teks khusus tentang
konsep keadilan. Karena berbicara tentang makna berarti masuk ke tataran filosofis di
mana esensi yang paling dalam perlu direnungkan.

Anda mungkin juga menyukai