Anda di halaman 1dari 2

Bisikan Malam

Karya: Brilliant Gibran Adhinata J

Pada malam hari aku terbangun dengan gelisah, jantungku berdetak kencang, dan tubuhku
dipenuhi dengan keringat dingin. Awalnya kupikir ini mimpi, tetapi nyatanya ini bukanlah
sebuah mimpi. Apa yang terjadi pada diriku?. Rasanya bukanlah seperti diriku yang biasanya.
Aku yang orang kenal dengan sikap yang baik serasa menghilang begitu saja.

Banyak orang yang tiba-tiba pergi begitu saja, padahal aku merasa tidak ada kesalahan
apapun yang aku lakukan. Untuk mengetahui hal itu, kucoba melihat keadaan diluar sana, aku
pun bangun dari tempat tidurku dan kucoba lihat ke luar jendela, aku kaget melihat
kondisinya dunia sedang dilanda badai topan yang membuatku tersadar apa masalah yang
sedang aku hadapi. Kucoba mengingat akan sifat manusia yang menyebabkan peristiwa
kebakaran dihutan. Yang membuat aku merasa melakukan hal yang sama dengan orang-
orang yang semena-mena dengan alam. Aku bingung kemana lagi aku harus mencari damai
dan tempat yang reda. Bahkan sudah mati-matian aku melakukan berbagai hal yang pada
akhirnya hasilnya hanyalah sia-sia saja.

Memikirkan banyak hal yang sia-sia membuatku terdiam kaku. Aku lelah menghadapi
dunia yang membuatku enggan melakukan banyak hal. Sekarang ini aku hanya sangat
mengharapkan ketenangan yang bisa membuatku seakan menghilang dari masalahku. Yang
aku kira jika selama aku bersatu dengan ketenangan yang akan mengatasi suka dan duka ini,
bisa membuatku sedikit senang. Aku harap suatu saat nanti aku juga bisa merasakan hal yang
dirasakan orang-orang biasa yang merasa akan kekebalan terhadap debu dan nafsu yang
menyelimuti dirinya, dan aku juga menginginkan hal itu.

Jiwaku lelah dan aku coba untuk berbaring sampai aku tak sadar dengan hal apapun.
Tetapi yang kurasakan adalah tubuhku yang layaknya kapal pecah didasar lautan yang dalam
baknya jemu yang dipukul ombak besar bahkan lebih daripada itu.

Kucoba sesekali menghadap cahaya yang terang.

“Ya Allah!, badanku rasanya terbakar badanku segalanya terlihat samar”.

Apakah aku sudah melewati batas dari yang seharusnya?


Bolehkah aku kembali?, aku tidak ingin membuat pintu itu tertutup dengan keras yang
membuat semuanya merasakan ketakutan yang kurasakan.

Anda mungkin juga menyukai