NIM : 22220044
Nama ku Dian, enam tahun silam aku mengalami kejadian yang sangat buruk sampai-sampai
aku sendiri tak sanggup menceritakannya kepada orang lain, meskipun itu kedua orangtuaku
sendiri. dan aku tak bisa mengungkapkannya kepada siapapun karena, trauma yang sangat
mendalam. aku lebih nyaman menuliskan sesuatu yang aku rasakan. Aku meyakini sesuatu yang
disampaikan dari hati akan tersampai ke hati. Bibir dan fikiranku tak sanggup menceritakan
semuanya, tapi tulisanku mampu menjelaskan apa yang sebenarnya aku alami.
Sampai detik ini aku belum tau apa yang Kau maksud Tuhan
Pada saat itu umurku masih 11 tahun
Ada manusia SEBIADAP itu di dalam keluarga ku
Dan kehormatanku,
Kenapa engkau menyuruh menjaga kehormatan ini?
Jika ada orang yang ingin menghancurkan kehormatanku ini, dan malah kau izinkan
Aku tak bisa berbuat apapun waktu itu
Aku masih sangat dini, dan aku, aku tak tau apa yang dia lakukan
Aku tak tau apa tujuan dia melakukan semua ini
Aku tak akan pernah mendengar adikku yang lucu memanggilku kakak
Tapi, bagaimana jika aku tetap memilih untuk bertahan hidup?
Bisakah aku untuk tidak menyesali keadaan keadaan yang sudah terjadi?
Kejadian itu menjadi bayang-bayang gelap dalam hidupku
Tidak tau bagaimana caranya agar bayang-bayang itu lepas
Paling tidak, bayang-bayang itu tidak mengganggu pikiranku
Oh Tuhan,
Adakah sinar-sinar kecil di luaran sana?
Bagaimana keadaan mereka?, Apa mereka bisa bangkit?
Atau mereka hidup dalam jalan yang kelam?
Apa mereka merasakan apa yang aku rasakan?
Tuhan, bagaimana jika malaikat-malaikat kecil itu salah jalan?
Jangan salahkan mereka Tuhan
karena tak semudah itu untuk melanjutkan hidup, Jika kehidupannya sudah dihancurkan”
Tulisan itu aku buat karena aku tidak mengerti dengan jalan yang diberikan-Nya kepadaku.
Berat rasanya menulis sebuah cerita singkat tentang diri ini, karena menjijikan. Tapi ini yang
bisa aku lakukan agar mendapatkan sebuah ketenangan setidaknya pikiranku tersalurkan. Kau
tau betapa berjuangnya aku agar terhindar dari dunia yang gelap ini.
Sekitar tiga bulan lalu aku dijebak. Sungguh hidupku hancur untuk kedua kalinya. Tak perlu
aku jelaskan apa yang terjadi, tapi aku bersyukur aku tak ternodai. Dia tak berhasil memiliki
tubuhku. Gairahku dicabut saat dia menginginkan sesuatu dariku. Ingin lari tapi tak ada guna,
jika lari aku akan terpeleset dari puluhan anak tangga, dan jatuh. Hidupku akan berakhir disitu.
“Kematian remaja yang mencoba kabur karena tau ingin diperk*sa.” Mungkin itu julukan yang
tepat bagiku jika aku mencoba kabur. Setelah kejadian itu aku tak ingin mengenalnya apa lagi
melihat mukanya yang menawan tapi sebenarnya memiliki kelakuan bagaikan iblis
menganggapku ada. Yap, lebih tepatnya aku merasa memiliki gairah untuk hidup. Orang-orang
di sekitarku menekanku dengan cara mereka menyakiti hatiku. Entah aku yang berlebihan atau
diriku yang sangat berperasaan. Aku semakin sulit untuk bangkit, tak ada yang bisa aku percaya
saat itu.
Di perjalanan menuju sekolah terdapat sungai, biasanya semakin pagi semakin sepi motor
berlalu-lalang. Dan aku fikir jika tak ada orang yang melihat, hidupku semakin cepat berakhir.
Aku ingin membawa motor dengan kecepatan tinggi kira-kira 120 km/jam, menabrakan diri ke
trotoar yang mengahalangiku untuk terjun bebas ke sungai. Tapi semua itu hanya sebuah
rencana, padahal aku sudah siap walau sebenarnya aku takut, tapi jika aku mengingat apa yang
terjadi dalam hidupku, aku menjadi siap. Aku ingin bertemu sumber ketenangan di keabadian
yang ada di sana. Tiba-tiba motorku mogok saat aku membawanya pagi itu. Padahal malamnya
motorku baik-baik saja. Aku tidak tau apa yang terjadi.
Akhirnya, aku berangkat menggunakan angkot. Diperjalanan pipiku basah, mataku merah aku
tak sanggup berbicara. Ya, aku menangis dalam kesunyian, dalam gelapnya pagi itu. Ada apa
denganku? Mengapa aku bisa memikirkan semua ini?
Aku ingat malam itu jiwa dan ragaku gemetar, aku yang takut menyakiti orang lain, aku yang
lebih baik diam dari pada berbicara, tapi menyinggung perasaan orang lain bisa memikirkan hal
jahat terhadap diriku sendiri. Ya, aku hanya menyakiti diri ini sekali saja, sehabis itu aku akan
tenang. Tidak ada bayang-bayang gelap dari masa lalu ku lagi yang membuat raga ini mati tapi
sebenarnya masih hidup, aku akan tidur lama, aku akan bertemu Tuhanku, Aku ingin berada di
sisinya, aku ingin dilindungi dari manusia-manusia jahat yang ada dibumi.
masa lalu itu mengganggu pikiranku.
Sore itu aku mengendarai motor, terbesit pikiran ingin menabrakan diri ke truk besar.
Memang pada saat itu ada truk besar di hadapanku. Aku mulai menarik gas di tanganku, tapi
entah mengapa tiba-tiba ada yang mengganjal di hatiku. Perasaan bersalah jika aku melakukan
ini.
Sesegera mungkin aku menarik pedal rem, hanya beberapa senti saja hidupku akan berakhir.
Tapi aku segera sadar dan mengucap “ya tuhan apalagi yang ingin aku lakukan.”