Anda di halaman 1dari 6

Nama : Kadek Khrisna Dwipayana Putra

NIM : 22220044

FAK/PRODI : Fakultas Hukum/Ilmu Hkum

SAAT WAKTUKU TIBA

Nama ku Dian, enam tahun silam aku mengalami kejadian yang sangat buruk sampai-sampai
aku sendiri tak sanggup menceritakannya kepada orang lain, meskipun itu kedua orangtuaku
sendiri. dan aku tak bisa mengungkapkannya kepada siapapun karena, trauma yang sangat
mendalam. aku lebih nyaman menuliskan sesuatu yang aku rasakan. Aku meyakini sesuatu yang
disampaikan dari hati akan tersampai ke hati. Bibir dan fikiranku tak sanggup menceritakan
semuanya, tapi tulisanku mampu menjelaskan apa yang sebenarnya aku alami.

“12 Desember 2012


Tuhan, aku ingin menanyakan banyak hal kepada mu
Engkau pasti mengetahui kejadian yang aku alami
Apa ini memang takdirku?
Tapi mengapa engkau biarkan ini terjadi, mengapa engkau seakan pergi, melepas rangkulan mu
dan berhenti melindungi ku tanpa sebab

Sampai detik ini aku belum tau apa yang Kau maksud Tuhan
Pada saat itu umurku masih 11 tahun
Ada manusia SEBIADAP itu di dalam keluarga ku

Tuhan, apa engkau tau?


Malam itu langit, bulan dan bintang sanagat ingin menjerit melihatku
Aku yakin Tuhan dan Malaikat melihat ini
Ketika orang BIADAP itu mengajak ke rumahku
Dengan polos dan tanpa menaruh curiga sedikitpun, aku mengiyakannya
Di sana cumin ada aku dan si iblis
Orangtuaku sedang tidak ada di rumah
Apakah aku salah untuk percaya dengan orang ini atas nama keluarga
Tuhan, aku terlalu dini untuk mengerti keadaan itu
Terlalu dini untuk diprlakukan seperti ini

Aku dibaringkan di tempat yang menyakitkan


Tuhan, di sana tak ada orang, Aku harus minta tolong kepada siapa?
Tuhan, tapi dia bagian dari keluargaku
Tapi mengapa?, mengapa dia tega melakukan hal semacam itu?
Bibirku, mulutku
Tebas Tuhan, hilangkan bibir dan mulutku ini
Dia menodainya
Apakah aku kotor?, apakah aku hina?
Tuhan, apakah aku masih baik?
Tuhan, jawab aku, kenapa?, KENAPA?!!! engkau biarkan malam itu terjadi?

Tuhan, ketika ingatan itu kembali lagi


Terdapat kebencian yang sangat mendalam
Sampai-sampai aku trauma dengan saudara-saudaraku yang lain
Bahkan terhadap ayahku sendiri
Aku trauma, untuk beberapa tahun
Apa aku salah?

Dan kehormatanku,
Kenapa engkau menyuruh menjaga kehormatan ini?
Jika ada orang yang ingin menghancurkan kehormatanku ini, dan malah kau izinkan
Aku tak bisa berbuat apapun waktu itu
Aku masih sangat dini, dan aku, aku tak tau apa yang dia lakukan
Aku tak tau apa tujuan dia melakukan semua ini

Ya Tuhan mengapa ini terjadi kepadaku


Selama enam tahun tak ada yang mengetahui ini
Selain Engkau dan para malaikat
Dan untuk malaikat
Apa kau tega melihat anak kecil tak berdosa
Yang selalu kau jaga

Kau perhatikan setiap saat


Dihancurkan hidupnya oleh manusia yang tidak memiliki akal

Mengapa engkau diam saja malaikat?


Mengapa engkau tidak datang dan menolongku pada saat itu?
Mengapa engkau tak berbuat apapun saat menyaksikan hal itu terjadi?
Aku gila pikiran ku menjadi sangat gila
Selama enam tahun bayang-bayang ini menghantuiku
Aku selalu berfikir
Apakah aku pantas mendapatkan yang lebih baik?

Setelah kejadian itu


Aku merasa diriku menjadi hina dan kotor
Bukan aku yang menginginkan untuk kejadian ini terjadi
Tapi takdirku yang sudah seperti ini
Lantas siapa yang bertanggung jawab atas diriku
Aku selalu menjadi tidak percaya diri
Aku selalu berfikiran negatif
Bahkan aku tak segan-segan menyakiti diri sendiri
Aku bukan anak nakal
Tapi mengapa aku merasakan kejadian yang tak pernah aku bayangkan
Pertanda apa ini?
Aku berani mengakhiri kehidupanku
Aku fikir tak ada lagi yang harus diperjuangkan ketika mengingat ini
Pengalaman yang cukup menghancurka hidup ku
Tapi bagaimana dengan aku dan Tuhan?
Apa dia mau memaafkan aku yang telah melakukan hal bodoh
Tapi seseorang melakukan hal bodoh kepadaku
Bagaimana jika aku mati?

Aku tak akan pernah mendengar adikku yang lucu memanggilku kakak
Tapi, bagaimana jika aku tetap memilih untuk bertahan hidup?
Bisakah aku untuk tidak menyesali keadaan keadaan yang sudah terjadi?
Kejadian itu menjadi bayang-bayang gelap dalam hidupku
Tidak tau bagaimana caranya agar bayang-bayang itu lepas
Paling tidak, bayang-bayang itu tidak mengganggu pikiranku

Oh Tuhan,
Adakah sinar-sinar kecil di luaran sana?
Bagaimana keadaan mereka?, Apa mereka bisa bangkit?
Atau mereka hidup dalam jalan yang kelam?
Apa mereka merasakan apa yang aku rasakan?
Tuhan, bagaimana jika malaikat-malaikat kecil itu salah jalan?
Jangan salahkan mereka Tuhan
karena tak semudah itu untuk melanjutkan hidup, Jika kehidupannya sudah dihancurkan”

Tulisan itu aku buat karena aku tidak mengerti dengan jalan yang diberikan-Nya kepadaku.
Berat rasanya menulis sebuah cerita singkat tentang diri ini, karena menjijikan. Tapi ini yang
bisa aku lakukan agar mendapatkan sebuah ketenangan setidaknya pikiranku tersalurkan. Kau
tau betapa berjuangnya aku agar terhindar dari dunia yang gelap ini.

Sekitar tiga bulan lalu aku dijebak. Sungguh hidupku hancur untuk kedua kalinya. Tak perlu
aku jelaskan apa yang terjadi, tapi aku bersyukur aku tak ternodai. Dia tak berhasil memiliki
tubuhku. Gairahku dicabut saat dia menginginkan sesuatu dariku. Ingin lari tapi tak ada guna,
jika lari aku akan terpeleset dari puluhan anak tangga, dan jatuh. Hidupku akan berakhir disitu.
“Kematian remaja yang mencoba kabur karena tau ingin diperk*sa.” Mungkin itu julukan yang
tepat bagiku jika aku mencoba kabur. Setelah kejadian itu aku tak ingin mengenalnya apa lagi
melihat mukanya yang menawan tapi sebenarnya memiliki kelakuan bagaikan iblis

Usiaku sangat rentan sekali melakukan tindakan-tindakan nekat.


Sekitar jam 4.30 pagi aku ingin pergi sekolah, aku merencanakan sesuatu yang besar di hari itu.
Tapi Allah berkata lain. Dia tidak mengizinkannya. Beberapa hari terkahir ini hidup seakan tidak

menganggapku ada. Yap, lebih tepatnya aku merasa memiliki gairah untuk hidup. Orang-orang
di sekitarku menekanku dengan cara mereka menyakiti hatiku. Entah aku yang berlebihan atau
diriku yang sangat berperasaan. Aku semakin sulit untuk bangkit, tak ada yang bisa aku percaya
saat itu.

Di perjalanan menuju sekolah terdapat sungai, biasanya semakin pagi semakin sepi motor
berlalu-lalang. Dan aku fikir jika tak ada orang yang melihat, hidupku semakin cepat berakhir.
Aku ingin membawa motor dengan kecepatan tinggi kira-kira 120 km/jam, menabrakan diri ke
trotoar yang mengahalangiku untuk terjun bebas ke sungai. Tapi semua itu hanya sebuah
rencana, padahal aku sudah siap walau sebenarnya aku takut, tapi jika aku mengingat apa yang
terjadi dalam hidupku, aku menjadi siap. Aku ingin bertemu sumber ketenangan di keabadian
yang ada di sana. Tiba-tiba motorku mogok saat aku membawanya pagi itu. Padahal malamnya
motorku baik-baik saja. Aku tidak tau apa yang terjadi.

Akhirnya, aku berangkat menggunakan angkot. Diperjalanan pipiku basah, mataku merah aku
tak sanggup berbicara. Ya, aku menangis dalam kesunyian, dalam gelapnya pagi itu. Ada apa
denganku? Mengapa aku bisa memikirkan semua ini?

Aku ingat malam itu jiwa dan ragaku gemetar, aku yang takut menyakiti orang lain, aku yang
lebih baik diam dari pada berbicara, tapi menyinggung perasaan orang lain bisa memikirkan hal
jahat terhadap diriku sendiri. Ya, aku hanya menyakiti diri ini sekali saja, sehabis itu aku akan
tenang. Tidak ada bayang-bayang gelap dari masa lalu ku lagi yang membuat raga ini mati tapi
sebenarnya masih hidup, aku akan tidur lama, aku akan bertemu Tuhanku, Aku ingin berada di
sisinya, aku ingin dilindungi dari manusia-manusia jahat yang ada dibumi.
masa lalu itu mengganggu pikiranku.

Sore itu aku mengendarai motor, terbesit pikiran ingin menabrakan diri ke truk besar.
Memang pada saat itu ada truk besar di hadapanku. Aku mulai menarik gas di tanganku, tapi
entah mengapa tiba-tiba ada yang mengganjal di hatiku. Perasaan bersalah jika aku melakukan
ini.

Sesegera mungkin aku menarik pedal rem, hanya beberapa senti saja hidupku akan berakhir.
Tapi aku segera sadar dan mengucap “ya tuhan apalagi yang ingin aku lakukan.”

Anda mungkin juga menyukai