Anda di halaman 1dari 3

BINTANGKU REDUP DUNIAKU TIBA-TIBA MENGGELAP

Semua orang pasti pernah merasakan kecewa. Hati kita seakan-akan hancur terluka,
seperti sakit tak berdarah. Sulit sekali rasanya untuk kembali lalu percaya. Semesta memang
sebercanda itu ya. Bintangku redup, duniaku tiba-tiba menggelap. Sinar mentari yang kini
menyemangatiku, sekarang hilang bagai senja yang pudar begitu saja. Semesta bilang ini
akan baik-baik saja. Namun, mengapa kepergiannya mengukir lara di hati hingga membuat
luka, bahkan sampai hari ini.
Saat itu umurku 15 tahun. Aku hanya ingin memiliki Ayah dan Ibu, menjadi anak
yang hanya bersenang-senang, jatuh cinta pada orang yang tak bisa kumiliki, kabur ke kantin
saat jam pelajaran, menyontek PR yang tidak bisa kukerjakan semalam, menyukai hal-hal
yang tidak aku sukai agar bisa disukai dan diterima teman-temanku. Sungguh, hanya itu yang
aku inginkan. Tapi, sekarang aku dipaksa menerima kenyataan yang menyedihkan ini. Kedua
orang tuaku meninggal, Ibuku lebih dulu meninggal, 1 tahun kemudian Ayahku menyusul
Ibu. Aku tidak siap tanpa mereka. Oh tidak, Aku tidak ingin.
Tuhan, kenapa harus aku? Aku ini sudah patah. Lalu sekarang? Engkau justru
mengambil mereka. Duniaku serasa hancur, entah bagaimana aku bisa menerima
kepergiannya yang tidak pernah aku lupakan. Air mataku selalu terjatuh di kala aku merasa
lemah tanpa kehadiran mereka. Mungkin sekarang aku menjadi manusia paling sengsara di
Dunia. Aku sempat berpikir “Tuhan... Apakah aku tidak pantas untuk bahagia?”
Aku tidak sanggup jika harus tanpa mereka. Bagaimana mungkin Senja yang selalu
kunantikan, sekarang tidak bisa kulihat lagi senyumannya. Seandainya waktu dapat diputar
kembali, aku hanya ingin bersama mereka dan mengukir kenangan indah. Bahkan jikalau aku
kehilangan diri sendiri pun tidak apa. Namun, sekarang semuanya hancur. Aku dipukul
mundur oleh realita, dikecewakan oleh keadaan. Mungkin espektasiku yang terlalu tinggi
atau “Aku tidak pantas untuk bahagia?”
Mungkin kalian pernah merasakan, ketika memiliki mimpi yang sudah diperjuangkan
dengan penuh usaha dan kesabaran serta doa yang selalu melangit. Sekarang sudah hangus
terbakar oleh api. Sudah dibawa terbang tinggi oleh espektasi. Tiba-tiba saja sayapku patah
sebelah, duniaku menjadi gelap meredup. Bahagia yang dijanjikan, kini menjadi luka yang
paling dalam.
Aku sempat larut dalam kenyataan yang menyedihkan itu. Dalam beberapa saat,
pikirku hanya ingin tidur tanpa terbangun lagi, menetap di dunia mimpi, dan tidak mau
menerima realita yang menyedihkan ini. Tapi aku sadar semua itu tidak akan bisa
1
menyelesaikan masalah. Tidak apa-apa untuk menangis sekencang mungkin. Tidak apa-apa
untuk penolakan hati yang tadinya baik-baik saja, sekarang menjadi terluka. Tidak pernah
terbesit di pikiranku bahwa kejadian ini akan terjadi. .
Perlahan aku mengubah pola pikirku. Kematian kedua orang tuaku bukanlah suatu
kejutan. Kematian itu pasti terjadi, hanya saja Aku belum bisa menerima kenyataan. Tidak
apa-apa untuk kehilangan seseorang yang sangat berarti di kehidupan kita, tidak apa-apa
untuk menerima bahwa kita kuat tanpa mereka. Tidak apa-apa karena semua yang ada di
dunia ini kelak akan kembali ke sisi-Nya, semua hanya milik-Nya. Dunia hanya sementara,
jadi sewajarnya saja.
Aku hanya sedang diuji oleh Tuhan. Tuhan memberikan ujian pada manusia tidak
melebihi kemampuannya. Aku sadar kenapa Tuhan mengambil kedua orang tuaku lebih dulu.
Ya, karena aku ini kuat, aku mampu untuk bangkit tanpa mereka, Tuhan tidak pernah salah
dalam menciptakan takdir. Ia tidak pernah keliru untuk memilih pundak siapa yang akan
diberikan ujian. Tuhan percaya kalau aku mampu melewatinya. Aku tidak mau lukaku terus
merasakan sakit, aku harus bisa mengobatinya. Perlahan diri sendiri mulai bisa menerima
bahwa Tuhan itu baik. Aku harus bisa kembali menggapai mimpiku, dengan begitu kedua
orang tuaku akan bahagia di sana.
Tuhan mengirimkan beberapa kejadian, dan memberi kejutan bahwa aku ini kuat.
Satu kejutan, menciptakan banyak perubahan. Memerlukan perjuangan untuk bisa
memperbaikinya kembali. Sungguh, Aku sempat menaruh harap pada apa yang sudah terjadi,
agar aku tidak perlu mematahkan mimpiku yang sudah kuperjuangkan. Percayalah, ujian
selalu membawaku menjadi orang yang lebih baik dan mampu menerima kejadian serta
memaknai apa yang telah terjadi.
Aku ingin sekali membahagiakan kedua orang tuaku melalui baris-baris mimpi yang
selalu kuimpikan. Manusia yang ingin kubahagiakan selama ini, telah pergi dijemput oleh
Sang Maha Kuasa. Kematian orang tuaku membuat luka baru sepanjang hidupku, sekaligus
memberi kejutan terindah di kehidupanku. Tentu saja di umurku yang sekarang, mana ada
manusia yang sanggup hidup tanpa kasih sayang Ayah dan Ibu. Aku tidak pernah menyangka
hal ini akan terjadi. Aku juga tidak pernah mau untuk mematahkan mimpiku hanya dengan
kepergian mereka. Aku menganggap bahwa semuanya kini telah usai.
Seketika duniaku gelap, semuanya berantakan. Hari-hari kini kulalui tanpa adanya
penyemangat yang selalu mendoakanku. Rasanya pahit, semuanya gagal, apa yang aku cari
lagi di dunia ini selain membahagiakan mereka? Tujuanku kini selesai. Tapi aku sadar, Tuhan
selalu punya cara terbaik untuk membuat skenario hidup kita lebih baik daripada rencana
2
yang kita buat. Tuhan selalu punya kejutan baru untuk rasa sakit yang lalu. Memang terasa
berat tanpa mereka. Aku yakin, mereka pasti bangga di sana ketika melihatku sukses di sini.
Percayalah dipaksa dewasa oleh keadaan membuat duniaku semakin istimewa, penuh luka,
juga penuh perjuangan untuk kembali bangkit. Doaku selalu melangit untuk rasa sakit ini.
Untuk kamu yang sedang patah. Dikecewakan oleh espektasi dan dipaksa pulang
untuk tenang. Kamu sekarang memang sedang patah, tapi kamu juga sedang tumbuh. Tidak
semua hal harus terwujud sekarang, Ya. Percayalah, semua butuh proses dan perjuangan.
Hatimu memang terluka, mungkin sulit sekali diobati, hingga membuatmu merasa menjadi
manusia paling sengsara di dunia. Sebenarnya kenyataan yang menyedihkan itu terjadi atas
kehendak Tuhan, untuk menunjukkan bahwa kamu itu kuat dari sebelumnya. Aku tahu, kamu
pasti bisa. Jadilah manusia kuat yang ketika diterjang badai Ia tidak tumbang. Ketika diuji
oleh Tuhan Ia malah sabar dan terus melangkah dengan senyuman. Iya, aku tahu semuanya
memang terasa berat. Namun, kamu harus menerima kenyataan bahwa hatimu terluka,
batinmu tersiksa, sangat sakit rasanya. Sehingga perlahan kamu bangkit kembali, perlahan
rasa sakit dari lukamu itu mulai digantikan dengan kejutan baru yang membuatmu tertawa
bahagia. Mulai sekarang, janji ya jangan pernah menyerah lagi. Kamu dilarang menyerah
demi masa depan yang cerah. Tidak apa-apa. Semangat.

Anda mungkin juga menyukai