Anda di halaman 1dari 2

a l a m o r t

“Aku mulai ya?” batinku yang bergetar tak percaya diri. Lagi-lagi aku terhipnotis dengan sebuah perasaan
jatuh yang kian merasuki tubuhku. Ketidak percayaan itu selalu saja mudah ku lawan dengan perasaan yang
kian membludak didalam dadaku. Kamu, alasan ku selalu mengambil resiko yang berat “Memperjuangkan
sebuah komitmen yang tersusun rapi dengan ekspektasi kita akan bahagia dengan segala yang kita punya.".
Aku bahkan sampai dibuat bingung oleh hatiku yang tak pernah sedikitpun berpikir “Mengapa tidak berkaca
pada kisah yang lalu?”.

“Kamu, jangan berjuang lagi, nanti perasaanmu mati” kata otakku yang menasehati. Namun, tak ada
gunanya, logikaku sudah hilang digerogoti oleh perasaan. Ekspetasi-ekspetasiku sudah menyebar ke raga
yang paling dalam. Seakan-akan aku bukanlah diriku lagi, aku yang pesimis karena termakan oleh
pengalaman kelam, seperti sedang dikendalikan oleh roh yang terlalu percaya diri dibawah mimpi-mimpi
yang tak pasti.

17.520 jam dilewati, tanpa sesuatu yang menggerakan mulutku untuk berseri. “Mungkin Tuhan ingin aku
lebih giat lagi?”

Bodoh ya? andaikan aku tak berpikir seperti ini, mungkin hatiku akan baik-baik saja. Andai aku berpikir
“Mungkin Tuhan ingin kamu berhenti dan istirahat dari sesuatu yang tak pasti.” mungkin aku takan
merasakan apa itu alamort. Kok malah berjuang sendiri?

“Kamu lelah? Yaudah berhenti aja”

Sebuah pernyataan yang aku sendiri pun tak melihat adanya jalan utuk kabur ke ruang yang namanya ‘baik-
baik saja’. Aku seperti dihadapkan oleh seseorang yang sedang menodongkan pistolnya tepat di depan
kepalaku. Aku, diberi 2 pilihan, melawan lalu kepalaku hancur tak karuan, atau lari lalu punggungku
tertembus oleh peluru dan mati pelan-pelan.

Ya, aku tetap lebih memilih ditembak diatas kepala. Biarkan, kepalaku hancur bekeping-keping. Pun, ini
sudah ke 7 kalinya aku tertembak di kepala, aku sudah biasa.

Aku mengerti, pun kamu punya cerita yang amat kelam. Kamu menutup hatimu layaknya penjara tanpa ada
sedikit ruang ventilasi. Dari awal memang aku yang terlalu optimis bisa mebobol penjara tersebut. Tapi,
ternyata malah aku yang ikut terpenjara. Dari awal jelas memang aku yang salah.

Pikirku menjadi pesimistis dalam hal perasaan lebih menyenangkan. Mungkin, menurutmu ini adalah hal
buruk yang akan membuatku suatu saat tenggelam. Tapi menurutku, ini baik untuk aku seorang yang selalu
tertikam.
Biarkan, alamort, 17.520 waktu, aku, berjuang, belajar, perlahan, dan lupakan. Aku masih menunggu
seseorang yang mau memasukan pistol ke kantung celanannya lalu mengajakku berburu dan berkeliling
hutan.

Anda mungkin juga menyukai