Anda di halaman 1dari 9

Tata Laksana Terapi Pasien Keracunan Obat PCC (Paracetamol Coffein Carisoprodol) di Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Sulewesi Tenggara, Sri Hariati Dongge, 2018, Hal. 1-9

WARTA FARMASI
https://poltek-binahusada.e-journal.id/wartafarmasi
Volume 7 | Nomor 1 | April | 2018
ISSN: 2089-712X

Tatalaksana Terapi Pasien Akibat Keracunan Obat PCC (Paracetamol Caffeine


Carisoprodol) di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara

Treatment of patients with PCC (Paracetamol Caffeine Carisoprodol) Poisoning in a


Mental Hospital in Southeast Sulawesi

Sri Hariati Dongge


Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe
Email: shariatidongge@gmail.com

ABSTRAK
Racun dapat mengganggu fungsi tubuh atau bahkan menghentikan fungsi tubuh yang berakibat terjadinya
penurunan kesehatan dalam kondisi gawat darurat. Di Indonesia terjadi kasus keracunan nasional yang disebabkan
oleh beberapa macam penyebab, data terakhir menyebutkan bahwa keracunan dominan disebabkan oleh obat-
obatan yang dilarang beredar, salah satunya ialah fenomena pil PCC. Pil PCC merupakan obat yang mengandung
zat aktif Carisoprodol, yang merupakan obat yang memiliki dampak penyalahgunaanya lebih besar dari pada efek
terapinya. Zat tersebut memiliki efek samping kehilangan keseimbangan, sakit kepala yang berlebih sampai denyut
jantung tidak stabil, kejang-kejang, pingsan dan dapat menimbulkan kematian. Kematian dapat dihindari bila
penatalaksanaan terapinya tidak terlambat dan tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses
penatalaksaan terapi pasien akibat keracunan obat PCC di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan deskriptif observasional dengan metode retrospektif
menggunakan data rekam medik dan resep pasien keracunan obat PCC di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2017. Data dianalisis secara deskriptif dan dijabarkan dalam bentuk narasi. Hasil penelitian
menunjukkan tatalaksana terapi keracunan obat PCC sudah berjalan sesuai dengan standar terapi pengobatan yang
telah ditetapkan. Terapi keracunan bervariasi antar tiap pasien seperti pemberian obat Antisietas, Antipsikosis,
Neurotropik dan tambahan obat-obat lainnya seperti Antibiotik, Vitamin, dan Elektolit.
Kata kunci: Keracunan, terapi obat, obat PCC, Rumah Sakit Jiwa

ABSTRACT
Poison can affect or even make dysfunction in the body that can lead to healthy status decreases in emergency
situation. In Indonesia, the national poisoning cases caused by several kinds of causes, the latest data says that
the dominant poisoning caused by drugs is banned, one of which is the phenomenon of PCC pill.PCC pill is a
medicine containing the active substance carisoprodol, which is a drug that has a greater impact drug abuse of
the therapeutic effect. These substances have side effects loss of balance, headaches excess until unstable heart
rate, convulsions, fainting and may lead to death. Death can be avoided if treatment is not delayed and the
appropriate treatment. This study aims to determine the containment procedures process of therapy due to drug
intoxication PCC Mental Hospital in Southeast Sulawesi Province. This research was conducted using a
descriptive observational design with a retrospective method using medical record data of PCC drug poisoning
patients in the Southeast Sulawesi Mental Hospital in 2017. Data were analyzed descriptively and translated in
narrative form. Research shows that treatment of PCC drug poisoning therapy has been carried out in accordance
with predetermined therapeutic standards. Poisoning therapy varies among patients such as administration of
anti-hacking drugs, antipsychosis, neurotropic and additional other drugs such as antibiotics, vitamins, and
electrolytes
Keywords: poisoning, drug therapy, drug PCC, mental hospital
1
Naskah diterima: 04 April 2018, diterima untuk diterbitkan 25 April 2018, diterbitkan 30 April 2018
3153
Warta Farmasi Vol. 7(1), 2018
Tata Laksana Terapi Pasien Keracunan Obat PCC (Paracetamol Coffein Carisoprodol) di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sulewesi Tenggara, Sri Hariati Dongge, 2018, Hal. 1-9

Pendahuluan
Keracunan ataupun intoksikasi sampai denyut jantung tidak stabil, kejang-
adalah suatu kondisi dimana masuknya zat kejang, pingsan dan dapat menimbulkan
psikoaktif yang menyebabkan gangguan kematian. Kematian dapat dihindari bila
kognisi, kesadaran, persepsi, perilaku dan penatalaksanaan terapinya tidak terlambat
respon psikofisiologis. Dapat juga diartikan dan tepat (Zona Sultra, 2017).
bahwa sebagai tanda masuknya suatu zat ke Penatalaksanaan terapi keracunan
dalam tubuh seseorang yang dapat pada umumnya disebut terapi antidot, yakni
menyebakan ketidak normalan mekanisme tatacara yang secara khusus ditujukan untuk
yang ada di dalam tubuh hingga dapat membatasi intensitas efek toksik zat
menyebakan suatu kematian (WHO, 2017). beracun atau untuk menyembuhkan efek
Di Indonesia terjadi kasus toksik yang ditimbulkannya, sehingga
keracunan nasional yang disebabkan oleh bermanfaat untuk mencegah bahaya
beberapa macam penyebab yaitu binatang, selanjutnya. Beberapa asas umum yang
tumbuhan, obat tradisional, komestika, mendasari terapi antidot tersebut meliputi
pestisida, kimia, NAPZA (Narkotika, sasaran, strategi dasar, cara, dan pilihan
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), obat, terapi antidot. Sasaran terapi antidot ialah
pencemar lingkungan, makanan, produk penurunan atau penghilangan intensitas
suplemen, minuman, dan campuran. Data efek toksik zat beracun. Strategi dasar terapi
terakhir menyebutkan bahwa keracunan antidot meliputi penghambatan absorpsi,
dominan disebabkan oleh obat-obatan yang distribusi (translokasi), peningkatan
dilarang beredar, salah satunya ialah pil eliminasi dan atau penaikan ambang toksik
PCC (BPOM, 2013). zat beracun dalam tubuh (Donatus, 2001).
Pil PCC merupakan obat yang Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah
mengandung zat aktif Carisoprodol, yang Sakit Jiwa merupakan unit pertama yang
merupakan obat yang memiliki dampak menangani pasien dalam keadaan darurat,
penyalahgunaanya lebih besar dari pada dituntut memberikan pelayanan ekstra
efek terapinya. Sehingga obat yang untuk penatalaksanaan keadaan darurat
mengandung Carisoprodol dibatalkan izin dibandingkan unit-unit lainnya.
edarnya pada tahun 2013. Dimana zat Penatalaksanaan keracunan yang
tersebut memiliki efek samping kehilangan disebabkan oleh kecelakaan maupun yang
keseimbangan, sakit kepala yang berlebih disengaja membutuhkan penilaian yang

Naskah diterima: 04 April 2018, diterima untuk diterbitkan 25 April 2018, diterbitkan 30 April 2018 2
Warta Farmasi Vol. 7(1), 2018
2
Tata Laksana Terapi Pasien Keracunan Obat PCC (Paracetamol Coffein Carisoprodol) di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sulewesi Tenggara, Sri Hariati Dongge, 2018, Hal. 1-9

akurat dan terapi yang tepat sehingga dapat PCC (Paracetamol, Caffeine dan
menyelamatkan nyawa pasien dan Carisoprodol). Berdasarkan hasil observasi
membuat pengobatan menjadi efektif dan menggunakan metode retrospektif, yang
efisien (Hoving, dkk. 2011). Berdasarkan dilakukan dengan cara pencatatan terhadap
uraian tersebut peneliti tertarik melakukan penatalaksanaan terapi pasien akibat
penelitian Penatalaksanaan terapi keracunan obat PCC (Paracetamol,
keracunan pil PCC yang dilakukan pada Caffeine dan Carisoprodol) yang terdapat
pasien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi pada rekam medik dan resep pasien
Sulawesi Tenggara. keracunan obat di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sulawesi Tenggara.
Metode Penelitian
Penatalaksanaan terapi keracunan
Penelitian ini dilakukan di Rumah
yang dimaksudkan adalah suatu tindakan
Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.
medis dan jenis obat yang diterima pasien
Sampel uji yang digunakan yakni pasien
keracunan obat PCC (Paracetamol,
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi
Caffeine dan Carisoprodol) di Rumah Sakit
Tenggara yang didiagnosa keracunan obat
Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.
PCC. Dengan subyek uji memenuhi kriteria
Kemudian data yang telah didapatkan
inklusi berupa pasien yang berobat di
dikumpulkan dan dikelompokkan
Rumah Sakit Jiwa periode bulan
berdasarkan karakteristik pasien dan
September tahun 2017, pasien yang
penatalaksanaan terapi yang digunakan
menerima terapi keracunan obat PCC,
pada masing-masing pasien. Data dianalisis
pasien yang memiliki data Rekam Medik
secara deskriptif dan dijabarkan dalam
lengkap, dan pasien yang berusia 11-39
bentuk narasi.
tahun.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini menggunakan
Berdasarkan data yang telah
rancangan deskriptif observasional
diperoleh yaitu sampel penelitian sebanyak
bertujuan untuk menggambakan
57 pasien bersumber dari data rekam medik
(mendeskripsikan) fenomena yang
pasien selama bulan September tahun 2017.
ditemukan, baik berupa faktor resiko,
Karakteristik pasien dan obat-obatan yang
maupun suatu efek atau hasil. dengan
melihat tatalaksana terapi keracunan obat
1
Naskah diterima: 04 April 2018, diterima untuk diterbitkan 25 April 2018, diterbitkan 30 April 2018
353
Warta Farmasi Vol. 7(1), 2018
Tata Laksana Terapi Pasien Keracunan Obat PCC (Paracetamol Coffein Carisoprodol) di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sulewesi Tenggara, Sri Hariati Dongge, 2018, Hal. 1-9

digunakan dalam terapi keracunan obat


PCC disajikan pada tabel 1 dan 2:
Tabel 1. Karakteristik Pasien Keracunan Obat PCC di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara
Karakteristik Pasien Jumlah Pasien Persentase (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 47 82,4
Perempuan 10 17,6
Jumlah 57 100

Usia 11-19 Tahun 41 71,93


20-29 Tahun 12 21,05
30-39 Tahun 4 7,02
Jumlah 57 100
Pendidikan Tidak Bersekolah 5 8,8
SD 2 3,50
SMP 13 22,8
SMA 28 49,2
Sarjana 9 15,7
Jumlah 57 100
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 5 8,77
Pelajar 43 75,43
PNS 4 7,0
Wiraswasta 2 3,50
Tidak Bekerja 3 5,3
Jumlah 57 100

Tabel 2. Obat-obatan untuk Penatalaksanaan Terapi Keracunan Obat PCC

No Terapi Obat Golongan Obat N %


1. Lodomer 5 Mg Antipsikosis 49 85,9
2. Diazepam 10 Mg Antiansietas 53 92,9
3. IVFD RL 30 tpm Elektrolit 11 19,2
4. IVFD Dextrose 30 tpm Elektrolit, Sumber Energi 2 3,5
5. IVFD NaCl 0,9% 30 tpm Elektrolit 3 5,2
6. IVFD Paracetamol 1 gram Elektrolit 3 5,2
7. Paracetamol 500 Mg Analgesik-Antipiretik 11 19,2
8. Piracetam 1200 Mg Neurotropik 50 87,7
9. Amoxycillin 500 Mg Antibiotikum 1 1,7
10. B Complex 350 Mg Vitamin 1 1,7
11. Haloperidol 0,5 Mg Antipsikosis 52 91,2

Naskah diterima: 04 April 2018, diterima untuk diterbitkan 25 April 2018, diterbitkan 30 April 2018 24
Warta Farmasi Vol. 7(1), 2018
2
Tata Laksana Terapi Pasien Keracunan Obat PCC (Paracetamol Coffein Carisoprodol) di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sulewesi Tenggara, Sri Hariati Dongge, 2018, Hal. 1-9

Data karakteristik pasien keracunan terapi kecemasan (ansietas) dalam


obat PCC yang diperoleh disajikan pada penggunaan jangka lama, karena
Tabel 1 bahwa keracunan tertinggi terjadi mempunyai masa kerja panjang (Finkel,dkk
pada Laki-laki sebanyak 47 pasien (82,4%) 2009). Selain itu juga sebagai sedatif dan
pasien denngan rentang usia 11-19 tahun keadaan psikosomatik yang ada hubungan
sebanyak 41 pasien (71,93%). Umumnya dengan rasa cemas dan sebagai hipnotik,
tingkat pendidikan pasien adalah SMA antikonvulsi, pelemas otot dan induksi
yaitu sebanyak 28 pasien (49,2%) dengan anastesi (Katzung, dkk. 2012).
pekerjaan sebagai pelajar sebanyak 43 Penggunaan obat Diazepam juga
pasien (75,43%). diberikan dengan preeklampsia dan
Tabel 2 menunjukkan perawatan eklampsia yang diberikan secara intravena
awal yang dilakukan terhadap pasien dengan dosis 10 mg (Kemenkes RI, 2007).
keracunan obat PCC di Rumah Sakit jiwa Untuk itu ketersediaan yang memadai
Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum sesuai kebutuhan medis harus terpenuhi di
sudah mengikuti pedoman penatalaksanaan semua tingkatan fasilitas kesehatan.
terapi keracunan di rumah sakit. Data Sehingga penggunaan obat Diazepam lebih
menunjukkan bahwa dari data 57 pasien banyak penggunaannya dibandingkan
yang telah diteliti, sebagian besar lebih dengan obat-obatan lainnya.
banyak menggunakan penggunaan obat Sama halnya dengan penggunaan
Antiansietas yaitu sebanyak 53 pasien obat golongan Antipsikosis seperti
(92,9%). Obat golongan Antiansietas Haloperidol dan Lodomer yang merupakan
merupakan obat yang berguna untuk obat antipsikotik generasi pertama yang
pengobatan simptomatik penyakit bekerja dengan cara memblokade reseptor
psikoneurisis dan berguna sebagai obat dopamin pada reseptor pasca sinaptik
tambahan pada terapi penyakit yang neuron di otak, khususnya di sistem limbik
didasari ansietas atau perasaan cemas dan dan sistem ekstrapiramidal (Dopamin D2
ketergantungan mental. reseptor antagonists). Haloperidol sangat
Penggunaan obat golongan efektif dalam mengobati gejala positif pada
Antiansietas yang sering digunakan adalah pasien skizofrenia, seperti mendengar
obat Diazepam yang diindikasikan untuk suara, melihat hal-hal yang sebenarnya

1
33
Naskah diterima: 04 April 2018, diterima untuk diterbitkan 25 April 2018, diterbitkan 30 April 2018 55
Warta Farmasi Vol. 7(1), 2018
Tata Laksana Terapi Pasien Keracunan Obat PCC (Paracetamol Coffein Carisoprodol) di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sulewesi Tenggara, Sri Hariati Dongge, 2018, Hal. 1-9

tidak ada dan memiliki keyakinan yang penurunan kognitif pada demensia.
aneh (Kaplan, dkk 2010). Haloperidol Sehingga Piracetam bekerja mempengaruhi
berguna untuk menenangkan keadaan otak dan sistem saraf dengan melindungi
mania pada pasien psikosis, sehingga korteks serebri agar tidak kekurangan
sangat efektif diberikan pada pasien dengan oksigen.
gejala dominan gaduh, gelisah, hiperaktif Obat golongan Vitamin yakni
dan sulit tidur yang dikarenakan halusinasi hanya sebanyak 1 pasien (1,7%). Vitamin
(Maslim, 2014). adalah zat-zat organik kompleks yang
Pemberian obat Analgesik- dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sangat
Antipiretik yaitu paracetamol yang kecil, dan harus didapatkan dari luar tubuh,
merupakan golongan obat analgesik non- karena tidak dapat disintesa atau dibentuk
opioid yang telah digunakan sejak tahun oleh tubuh sendiri. Vitamin yang digunakan
1950an, serta juga digunakan sebagai obat adalah Vitamin B-Kompleks (Vitamin B12,
antipiretik dan telah menjadi terapi lini B6, dan B12) yang semuanya diperlukan untuk
pertama untuk terapi demam dan nyeri. fungsi hampir semua proses dalam tubuh.
Paracetamol, atau sering juga dikenal Dimana Vitamin B kompleks saling
dengan nama acetaminophen, juga telah bersinergi antara jenis vitamin satu dan
banyak digunakan sebagai salah satu jenis vitamin lainnya (Mitayani, 2010).
komponen produk untuk nyeri kepala, Penggunaan obat Amoksilin
demam, dan flu, dan juga sudah dijual sebanyak 1 pasien (1,7%) yang merupakan
secara bebas (OTC – over the counter) di obat semisintetis yang termasuk dalam
banyak negara, termasuk Indonesia. antibiotik kelas penisilin (antibiotik beta-
Pemberian obat Piracetam yang laktam). Obat ini diketahui memiliki
merupakan obat golongan Nootropik spektrum antibiotik yang luas terhadap
pertama yang disetujui beberapa negara bakteri gram positif dan gram negatif pada
untuk mengobati gejala penurunan kognitif manusia maupun hewan (Kaur, dkk 2011).
pada demensia dan mioklonus kortikal yang Amoksisilin berspektrum luas dan sering
ditandai dengan gerakan otot yang tidak diberikan pada pasien untuk pengobatan
terkontrol yang dapat mengakibatkan beberapa penyakit seperti pneumonia,
kejang, gangguan bicara dan gejala otitis, sinusitis, infeksi saluran kemih,

Naskah diterima: 04 April 2018, diterima untuk diterbitkan 25 April 2018, diterbitkan 30 April 2018 26
Warta Farmasi Vol. 7(1), 2018
2
Tata Laksana Terapi Pasien Keracunan Obat PCC (Paracetamol Coffein Carisoprodol) di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sulewesi Tenggara, Sri Hariati Dongge, 2018, Hal. 1-9

peritonitis, dan penyakit lainnya. Obat ini elektrolit kemudian diberi lagi infus
tersedia dalam berbagai sediaan seperti dekstrose.
tablet, kapsul, suspensi oral, dan tablet Paracetamol infus (IVFD
dispersible (UNICEF, 2013). Pemberian Paracetamol) digunakan khususnya sebagai
obat ini dimaksudkan untuk mengobati luka analgesik untuk nyeri derajat ringan hingga
yang muncul di lambung, tetapi pemberian sedang, dan juga sebagai kombinasi dan
antibiotik ini tidak tepat karena tanpa alternatif terapi dalam teknik multimodal
pemeriksaan kultur (Nurlaila, 2005). analgesia bersamaan dengan golongan
Pemberian obat-obat elektrolit lain opioid, seperti morphine. Pada saat ini telah
untuk terapi suportif seperti infus kristaloid tersedia paracetamol infus dengan sediaan
(IVFD NaCl 0,9% dan Ringer-Laktat (RL) 10 mg/mL dalam vial berisi 100 mL. Oleh
dan IVFD Dextrose 2,5%. Infus kristaloid US FDA pada tahun 2010 telah disetujui
seperti (IVFD NaCl 0,9% dan Ringer- digunakan untuk terapi nyeri akut derajat
Laktat (RL) diberikan sebanyak 3 pasien ringan hingga sedang dan terapi demam
(5,2%) yang merupakan jenis cairan pada anak dan dewasa. Sejak ditemukan,
Isotonik yakni cairan infus yang paracetamol infus telah digunakan sebagai
osmolaritasnya (tingkat kepekaan) terapi alternatif pada pasien seperti: pasien
cairannya mendekati serum (bagian cair dengan gangguan penyerapan
dari komponen darah), sehingga berada di paracetamol/NSAID oral lain, pasien yang
dalam pembuluh darah. Cairan ini sering memerlukan terapi nyeri dan/atau
digunakan pasien yang mengalami memerlukan penurunan suhu tubuh dengan
hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, cepat, pasien yang tidak dapat mentoleransi
sehingga tekanan darah terus menurun). pemberian obat secara oral, dan pada pasien
IVFD Dextrose 2,5% sebanyak 2 pasien yang memiliki reaksi sensitivitas terhadap
(3,5%) yang merupakan elektrolit berguna golongan obat analgesik lain, seperti
pada keadaan sel yang mengalami NSAID (Peacock, 2011).
dehidrasi. Ini memperlihatkan ada beberapa
pasien yang diberi lebih dari dari satu
macam infus, misal infus yang mengandung

1
Naskah diterima: 04 April 2018, diterima untuk diterbitkan 25 April 2018, diterbitkan 30 April 2018
7353
Warta Farmasi Vol. 7(1), 2018
Tata Laksana Terapi Pasien Keracunan Obat PCC (Paracetamol Coffein Carisoprodol) di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sulewesi Tenggara, Sri Hariati Dongge, 2018, Hal. 1-9

Kesimpulan Kemenkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar


Penatalaksanaan terapi keracunan obat (RISKESDAS). Jakarta
PCC (Paracetamol, Caffein dan Nurlaila, Donatus, I.A., dan Meiyanto, E.
Carisoprodol) yang diberikan di Rumah 2005, Evaluasi Penatalaksanaan
Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara Terapi Keracunan Pestisida Pasien
sudah sesuai dengan Standar terapi7 Rawat Inap di Rumah Sakit A
pengobatan yang telah ditetapkan. Terapi Yogyakarta Periode Januari 2001
keracunan bervariasi antar tiap pasien sampai dengan Desember 2002.
seperti pemberian obat Antisietas, Majalah Farmasi Indonesia, 16: 149–
Antipsikosis, Neurotropik, dan tambahan 154.
obat-obat lainnya seperti Antibiotik, Maslim, Rusdi. 2014. Diagnosis Gangguan
Vitamin dan Elektrolit. Jiwa, Rujukan Ringkas PPD GJ-III
Daftar Pustaka dan DSM-V. Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Peacock WF, Breitmeyer JB, Pan C, Smith
(BPOM). 2013. Laporan Tahunan WB, Royal MA. 2011. A randomized
2013 Badan Pengawas Obat dan study of the efficacy and safety of
Makanan RI. Jakarta. intravenous acetaminophen compared
Donatus, I.A. 2001, Toksikologi Dasar, to oral acetaminophen for the
Laboratorium Farmakologi dan treatement of fever. Acad Emerg Med.
Toksikologi, Fakultas Farmasi, UGM, Sultra, Zona. 2017. BNN Darurat Narkoba.
Yogyakarta. 193 - 196. Kendari.
Kaplan, HI, Saddock, BJ dan Grabb, JA. UNICEF. 2013. Sekitar 35 Juta Balita
2010. Kaplsan-Saddock Sinopsis Masih Beresiko Jika Terget Angka
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Kematian Anak Tidak Tercapai.
Psikiatri Klinis. Tangerang. Unicef.org:
Katzung, dkk. 2012. Basic and Clinical http://www.unicef.org/indonesia/id/m
Pharmacology 10th ed, San edia_21393.html
Francisco:The McGra-Hill Hoving V.DJ, Veale D.J.H, Muller G.F.
Companies, Inc. 2011. Clinical review: Emergency
management of acute poisoning.

Naskah diterima: 04 April 2018, diterima untuk diterbitkan 25 April 2018, diterbitkan 30 April 2018 28
Warta Farmasi Vol. 7(1), 2018
2
Tata Laksana Terapi Pasien Keracunan Obat PCC (Paracetamol Coffein Carisoprodol) di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sulewesi Tenggara, Sri Hariati Dongge, 2018, Hal. 1-9

Africal Journal of Emergency Word Health Organization. Mangement of


Medicine. 1:69-78. Substance abuse Acute Intoxication.
WHO Press 2017.

1
Naskah diterima: 04 April 2018, diterima untuk diterbitkan 25 April 2018, diterbitkan 30 April 2018
3539
Warta Farmasi Vol. 7(1), 2018

Anda mungkin juga menyukai