Anda di halaman 1dari 6

PERAN APBDesa UNTUK MENINGKATKAN KESIAPSIAGAAN

MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA DI


KAWASAN PESISIR SELATAN BANTUL, DIY
Hadi Sutrisno
Magister Manajemen Bencana, Fakultas , UPN Veteran Yogyakarta.
Jl. Babarsari, Janti, Caturtunggal, Depok, Yogyakarta 55281

ABSTRAK

Banyaknya bencana yang terjadi di Indonesia menjadikan negara Indonesia harus memiliki “payung”
yang disiapkan sebelum bencana terjadi, termasuk pada Kawasan pesisir selatan Kabupaten Bantul yang
wilayah masuk dalam katagori tinggi. Berdasarkan Tabel Indeks Risiko Bencana Kabupaten/Kota Tahun
2021 dimana Kabupaten Bantul memiliki kelas risiko 2015 – 2021 dalam katagori tinggi. Tingginya
potensi bencana yang terjadi sewakti-waktu di kawasan pesisir selatan Kabupaten Bantul tersebut
membuat pemerintah Kabupaten Bantul melakukan antisipasi dengan mengalokasikan dana APBDesa
dalam kegiatan-kegiatan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Alokasi dana APBDesa agar secara
maksimal dapat digunakan sehingga dibutuhkan komunikasi rencana alokasi sehingga penggaran dapat
tepat sasaran dan terlaksana dengan baik. Penelitian ini dapat menjadi panduan bagi pemangku
pemerintah dalam menjelaskan peran ABPBDesa untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bencana di Kawasan Pesisir Selatan Bantul, DIY.

Kata Kunci: Peran APBDesa; Kesiapsiagaan

ABSTRACT

The number of disasters that have occurred in Indonesia makes the Indonesian state must have an
"umbrella" that is prepared before the disaster occurs, including the southern coastal area of
Bantul Regency which is included in the high category. Based on the 2021 District/City Disaster
Risk Index Table, Bantul Regency has a 2015-2021 risk class in the high category. The high
potential for disasters that occur at any time in the southern coastal area of Bantul Regency has
made the Bantul Regency government anticipate by allocating APBDesa funds in preparedness
activities in dealing with disasters. The allocation of APBDesa funds can be used to the
maximum so that communication of the allocation plan is needed so that budgeting can be right
on target and carried out properly. This research can be a guide for government stakeholders in
explaining the role of ABPBDesa to improve community preparedness in dealing with disasters
in the South Coastal Region of Bantul, DIY.

Keywords: The role of the APBDesa, preparedness


1. PENDAHULUAN
Segala kejadian yang mengancam dan menganggu pada fungsi masyarakat baik sarana, prasarana,
fasilitas umum, terusiknya perekonomian masyarakat, hilangnya nyawa sesorang, maupun segala hal
yang menganggu kehidupan masyarakat dapat dikatakan bencana. Definisi bencana menurut UU No. 24
tahun 2007 adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis1.
Kawasan pesisir selatan Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Yogyakarta memiliki tingkat potensi
yang cukup tinggi hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu karena kawasan pesisir selatan kabupaten
Bantul berada di jalur penujaman lempeng bumi yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia serta
merupakan kawasan yang menjadi perlintasan patahan/sesar aktif (sesar Opak).
Sebagai kawasan yang memiliki tingkat potensi bencana yang termasuk dalam kategori tinggi,
pemerintah kabupaten Bantul terutama di desa Poncosari, Desa Gadingsari, Desa Gadingharjo, Desa
Srigading, Desa Tirtoharjo dan Desa Parangtritis berupaya untuk mendorong semua actor ikut serta dalam
meningkatkan kesiapsiagaan bencana dengan melakukan alokasi APBDesa dalam kegiatan-kegiatan
kesiapsiagaan guna menghadapi bencana. APBdesa merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah
desa yang dibahas dan disetujui bersama Kepala Desa dan BPD, dan ditetapkan dengan Peraturan Desa 2.
Struktur APBDesa terdiri atas pendapatan, belanja dan pembiayaan desa. APBdesa disusun harus
berasaskan pada asas pengelolaan keuangan desa yaitu asas transparan, akuntabel, partisipatif serta
dilakukan dengan tertiba dan displin anggaran. Tujuan Penelitian adalah Bagaimana peran APBDesa
dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana di kawasan pesisir selatan
Bantul, DIY

2. KAJIAN PUSTAKA
Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta dilakukan
dengan tertib dan disiplin anggaran3.
1. Transparan, yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat mengetahui dan
mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa.
2. Akuntabel, yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Partisipatif, yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang mengikutsertakan kelembagaan desa
dan unsur masyarakat desa.
4. Tertib dan disiplin anggaran, yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada aturan atau
pedoman yang melandasinya.
Pemerintah desa menggunakan dana APB Desa untuk membiayai pelaksanaan kewenangan desa
dalam bentuk berbagai kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Selain itu pemerintah
desa wajib menyelenggarakan pengelolaan keuangan dengan tertib dan sesuai dengan ketentuan. Oleh
karenanya pemerintah desa perlu menyusun berbagai peraturan, baik dalam bentuk peraturan desa terkait
pengalokasian, penggunaan, serta pemantauan dan evaluasi atas dana yang dialokasikan dalam APB
Desa.

1
Pasal 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
2
Permendagri RI Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa
3
Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
3. METODOLOGI
Metode Penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tuuan,
kegunaan tertentu. (Sugiyono, 2021). Artikel ini menggunakan studi literatur atau literatur riview, yang
berfokus pada hasil penelitian dan berkaitan dengan topik penelitian. Studi literatul adalah cara yang
dipakai untuk menghimpun data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat
dalam suatu penelitiab. Studi literatur bida didapat dari berbagai sumber baik jurnal, buku, dokumnetasi,
internet dan Pustaka.
Penelitian kepustakaan dan studi Pustaka/riset Pustaka meski bisa dikatakan mirip, akan tetapi
berbeda. Studi pustka adalah istilah lain dari kajian Pustaka, tinjauan teoritis, landasan teori, telaah
Pustaka (literature review), dan tinjauan teoritis. Meskipun merupakan sebuah penelitian, penelitian
dengan studi literature tidak harus ke lapangan dan bertemu dengan responden. Data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini di dapat dari sumber Pustaka atau dokumen. Pada riset Pustaka (library
research), penelusuran Pustaka tidak hanya untuk Langkah awal menyiapkan kerangka penelitian
(research design) akan tetapi sekaligus memanfaatkan sumber-sumber perpustakaan untuk memperoleh
data penetitian4.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Secara garis besar, gambaran umum kebencanaan di Kabupaten Bantul dijabarkan menjadi
beberapa aspek yaitu gambaran umum wilayah, sejarah kejadian bencana dan potensi bencana di daerah.
Gambaran umum wilayah memaparkan kondisi daerah berdasarkan aspek geografi, topografi, fisiografi,
dan demografi, Sejarah kejadian bencana daerah merupakan bencana-bencana yang pernah terjadi di
Kabupaten Bantul. Sedangkan potensi bencana merupakan prediksi bencana-bencana yang
berkemungkinan terjadi. Kabupaten Bantul memiliki kejadian bencana yang beragam. Dimana kejadian
bencana tersebut ada yang menimbulkan korban jiwa, kerugian fisik, serta kerusakan lahan yang tidak
sedikit.
Table 1 Nilai Indeks Risiko Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dati Tahun 2015 sampai
dengan Tahun 2021

Berdasarkan data Innarisk di kawasan pesisir selatan Kabupaten Bantul DIY, ada 6 desa yang
memiliki tingkat risiko yang tinggi. Desa-desa yang dimaksud adalah Kalurahan Poncosari, Kalurahan
Gadingsari, Kalurahan Gadingharjo, Kalurahan Srigading, Kalurahan Tirtohargo, dan Kalurahan
Parangtritis. Dari 6 kalurahan yang memiliki tingkat risiko yang tinggi kita dapat melihat pengganran
masing-masing kalurahan dengan struktur/susunan APBDes terdiri dari tiga komponen pokok:
a. Pendapatan Desa

4
Zed, 2014
b. Belanja Desa
c. Pembiayaan Desa

Kelompok Pendapata
n Jenis Pendapatan Rincian Pendapatan

Hasil Bumdes, Tanah


Kas Desa
Tambatan perahu, pasar
desa, tempat pemandian
umum, jaringan irigasi
Membangun dengan
kekuatan sendiri yang
a. Hasil Usaha melibatkan peran serta
b. Hasil Aset masyarakat   berupa
c. Swadaya, partisipasi, gotong tenaga, barang yang
royong dinilai dengan uang
Pendapatan  Asli Desa d. Lain-lain Pendapatan Asli Desa Hasil pungutan desa

a. Dana Desa;
b. Bagian dari   Hasil Pajak   Daerah
Kabupaten/Kota dan Retribusi
Daerah;
c. Alokasi Dana Desa (ADD);
d. Bantuan  Keuangan  dari  APBD
Provinsi; dan
e. Bantuan Keuangan      APBD
Transfer Kabupaten/Kota.

Pemberian  berupa  uang


dari  pihak ketiga
a. Hibah dan Sumbangan dari pihak Hasil kerjasama dengan
ketiga yang tidak mengikat; pihak ketiga atau
b. Lain-lain  pendapatan  Desa yang bantuan perusahaan
Pendapatan Lain-lain sah. yang berlokasi di desa

Dana desa mempunyai sifat on budget yang dapat digunakan dalam program aksi cepat/darurat
(Prawiradinata, 2020). Dana desa memiliki beberapa keunggulan diantaranya sudah dialokasikan
langsung dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); dapat dijadikan sebagai dana untuk
program aksi cepat/darurat; dapat mendukung program untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi;
sistem sudah tersedia dan terbiasa digunakan sehingga dapat langsung diaplikasikan ke beberapa
program; dapat ditujukan untuk mengembangkan kinerja pemerintah desa melalui pengelolaan yang
diterapkan; serta sistem monitoring, evaluasi, dan pertanggungjawaban sudah tersedia dan diatur dalam
perundang-undangan sehingga dapat dioptimalkan untuk menjamin akuntabilitas pemerintah desa
(Muhaimin, 2020).

Dasar kebijakan prioritas penggunaan dana desa 2022 meliputi beberapa dasar hukum yaitu: (1).
Undang-undang nomor 2 Tahun 2021 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Pasal 2 ayat (satu) huruf (i) “ Melakukan pengutamaan penggunaan alokasi anggaran untuk
kegiatan tertentu (refocusing) penyesuaian alokasi, dan/atau pemotongan/penundaan penyaluran anggaran
Transfer ke Daerah dan Dana Desa, dengan kriteria tertentu. (2). PP Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang bersumber dari anggaran pendaparan dan bencana negara pasal 19 ayat 2 “ Dana Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat. (3) PP Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerinatah Nomor 60
Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara pasal21
ayat (1) “Menteri Desa. Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menetapkan prioritas
penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelum dimulainya tahun anggaran.
Prioritas penggunaan dana desa 2022 pencapaian SDGs Desa sesuai dengan Peraturan Menteri
Desa PDTT Nomor 7 Tahun 2021 dimana salah satunya adalah mitigasi dan penanganan bencana alam
dan non alam sesuai kewenangan desa dengan beberapa cara yaitu dengan mitigasi dan penanganan
bencana alam, mitigasu dan penanganan bencana nonalam, mewujudkan desa tanpa kemiskinan melalui
Bantuan Langsung Tunai Dana Desa.
Mitigasi sesuai dengan kewenangan desa 5 meliputi beberapa kegiatan yang dilakukan oleh desa
yaitu :
1. Pembuatan Peta Potensi Rawan Bencana di Desa;
2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di Desa;
3. P3K untuk bencana;
4. Pembangunan jalur evakuasi;
5. Penyediaan penunjuk jalur evakuasi;

Kalurahan Poncosari Kalurahan Gadingharjo

Kalurahan Gadingsari Kalurahan Srigading

5
Lampiran Permendesa PDTT No. 7 Tahun 2021 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa 2022
Kalurahan Tirtohargo Kalurahan Parangtritis

5. KESIMPULAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, PDTT Nomor 7 Tahun 2021 tentang Prioritas Penggunanan
Dana Desa 2022 pasal 6 ayat 3 menjelaskan bahwa penggunaan dana desa untuk mitigasi dengan
kewenangan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c diprioritaskan untuk pencapaian
SDGs Desa sebagai berikut mitigasi dan penangan bencana alam, mitigasi dan penanganan bencana
nonalam; dan mewujudkan desa tanpa kemiskinan melalui bantuan langsung tunai dana desa.
Tingginya risiko bencana di Kabupaten Bantul berdampak sangat besar dan merugikan
masyarakat maka dari pemerintah Kabupaten Bantul melakukan antisipasi dalam kesiapsiagaan bencana
dengan mengalokasikan anggaran penanggulana bencana pada APBDesa. Dapat kita lihat bahwa setiap
desa yang memiiki tingkat risiko bencana yang tinggi memiliki penganggaran bidang penanggulangan
bencana, darutat dan mendesak desa.

Anda mungkin juga menyukai