Anda di halaman 1dari 7

6.

1 Pembelajaran Faktor Produksi Modal


1. Capaian Pembelajaran

Setelah selesai mempelajari semua materi dalam modul ini, mahasiswa diharapkan
mampu memahami dan menjelaskan Faktor Produksi Modal Dalam Usahatani
Upaya untuk memahami capaian pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Pelajari dengan seksama semua materi pelajaran yang dijelaskan di dalam kegiatan
pembelajaran dari modul ini,
a. Kerjakan semua Soal-soal latihan dan Soal-soal Evaluasi yang diberikan pada setiap
kegiatan pembelajaran, dengan tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu. Setelah
selesai saudara kerjakan semua Soal Latihan dan Soal Evaluasi yang ada, saudara bisa
melihat kunci jawaban yang tersedia. Jika jawaban yang sudara peroleh tingkat
kebenarannya kurang dari 80%, maka saudara disarankan untuk mempelajari kembali
uraian kegiatan pembelajaran dari modul yang terkait, dan jika tingkat kebenaran
jawaban saudara telah mencapai 80%, saudara sudah bisa melanjutkan mempelajari
kegiatan pembelajaran atau modul berikutnya.
b. Lengkapi pemahaman saudara, dengan membaca kembali secara seksama rangkuman
yang ada di setiap pembelajaran pada modul yang bersangkutan

2. Materi Pelajaran ”Faktor Produksi Modal Dalam Usahatani”

Modal merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya suatu usahatani, tanpa modal
sebagai salah satu faktor produksi tidak akan pernah ada produksi dalam suatu usahatani.
Menurut Widyatara, W. (2018) Dalam pengertian sehari-hari modal selalu diasosiasikan
dengan sejumlah uang yang digunakan untuk berbisnis, namun demikian dalam ilmu ekonomi
perusahaan, definisi modal dinyatakan sebagai barang ekonomi yang dapat menghasilkan atau
meningkatkan pendapatan.
Adiwilaga A, (1975), menyatakan bahwa modal dalam usahatani adalah sebagian hasil
produksi yang disisihkan untuk digunakan dalam produksi selanjutnya. Jadi modal itu bisa
berupa uang tunai atau barang. Dalam usahatani modal ini sangat penting artinya, karena pada
luasan dan jumlah tenaga kerja tertentu, dengan ditambahkannya modal akan meningkatkan
pendapatan usahatani tersebut.
Menurut Tohir K, (1983) tanah atau lahan usahatani bukan termasuk modal, melainkan
digolongkan sebagai faktor alam, hal ini terutama didasarkan atas fakta sebagai berikut:

Modul Manajemen Usahatani 1


(1) Tanah tidak dapat diperbanyak,
(2) Tanah sudah tersedia sejak bumi ini ada, dan bukan buatan manusia,
(3) Tanah tidak mengalami degradasi (kecuali dirusak oleh manusia), sehingga tanah tidak
mengalami penyusutan,
(4) Tanah tidak dapat dipindahkan,
(5) Tanah terikat atau dipengaruhi oleh iklim,
(6) Tanah merupakan sumberdaya untuk memproduksi barang-barang ekonomi.

Pengertian tanah bukan modal, dinyatakan oleh Suratiyah (2015) sebenarnya lebih
disebabkan karena adanya perhitungan biaya usahatani. Mengingat jika tanah diperhitungkan
sebagai modal, maka bunga atas tanah tersebut harus dimasukkan sebagai biaya usahatani,
akan tetapi dalam usahatani keluarga, pengeluaran bunga tanah tersebut tidak kelihatan,
karena termasuk dalam pendapatan usahatani. Bunga tanah ini baru akan berarti jika akan
diperhitungkan secara ekonomis, yaitu sebesar harga atau nilai sewa tanah pada umumnya.
Secara khusus bunga tanah ini bisa diperhitungkan, jika ingin mencari keuntungan usahatani
dan bukan pendapatan usahatani.
Modal dalam usahatani bisa digolongkan menjadi berbagai macam kelompok, antara lain
(a) Menurut Kegunaannya, modal dibagi menjadi dua macam, yaitu:
(1) Modal Aktif, ialah modal yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
meningkatkan produksi (misalnya; pupuk, dan sebagainya)
(2) Modal Pasif, ialah modal yang digunakan untuk mempertahankan produksi
(misalnya: gudang, dan lain-lain)

(b) Menurut Fungsinya, modal ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
(1) Modal Tetap, ialah modal yang dapat digunakan beberapa kali proses produksi,
(misalnya, traktor, bajak, cangkul, sabit, dan alat-alat pertanian lainnya)
(2) Modal Tidak Tetap, ialah modal yang hanya bisa digunakan dalam satu kali proses
produksi (misalnya: pupuk, bibit tanaman, padi, kedele, jagung dan lain-lain)

(c) Menurut Sumbernya, untuk mendapatkan modal bisa diperoleh dari:


(1) Pendapatan/laba usahatani/tabungan, atau sering disebut sebagai modal sendiri.
(2) Kredit Usahatani (KUT), baik privat ataupun resmi,
(3) Asuransi, juga merupakan modal yang berasal dari luar.

Selain penggolongan modal tersebut, menurut Suratiyah K, (2015) masih terrdapat


beberapa kelompok modal yang lain, diantaranya:

Modul Manajemen Usahatani 2


(b) Menurut Waktu, yang dimaksud adalah waktu modal tersebut memberikan manfaaat,
atas dasar ini modal dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu modal produktif dan modal
prospektif. Modal dikatakan produktif, jika modal tersebut langsung dapat meningkatkan
produksi (misalnya: pupuk dan bibit unggul). Selanjutnya modal dinyatakan prospektif
jika dapat meningkatkan produksi, tetapi baru akan dapat dirasakan pada jangka waktu
yang cukup lama (misalnya: investasi dan terasering).
(c) Menurut Fungsinya, modal ini juga dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu (1) modal
tetap dan modal tidak tetap atau modal lancar. Modal tetap ialah modal yang dapat
dipergunakan dalam berkali-kali proses produksi. Modal tetap ini ada yang bergerak atau
nudah dipindahkan, ada yang hidup ada pula yang mati (misalnya, cangkul, sabit, ternak),
sedangkan yang tidak dapat dipindah juga ada yang hidup atau mati (misalnya bangunan,
tanaman keras). Moodal tidak tetap adalah modal yang hanya dapat digunakan dalam satu
kali proses produksi saja (misalnya pupuk dan bibit unggul untuk tanaman semusim).
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa modal ini bukan saja dalam bentuk
uang tunai, melainkan juga bisa dalam bentuk benda atau barang yang jika digunakan bisa
meningkatkan produksi dan pendapatan. Hanya saja jika modal yang digunakan itu dalam
bentuk barang atau peralatan mesin-mesin pertanian (alsintan), maka penggunaan modal ini
akan disertai dengan resiko adanya kewajiban-kewajiban yang harus ditanggung oleh para
petani yang menggunakan modal alat atau mesin yang bersangkutan. Misalnya penggunaan
traktor untuk membajak sawah, ini akan disertai dengan tuntutan untuk:
(1) Membayar bunga modal atau nilai sewa,
(2) Menyisihkan sejumlah dana untuk biaya penyusutan,
(3) Membayar asuransi,
(4) Menanggung biaya pemeliharaan: suku cadang
(5) Menanggung biaya bahan pelengkapnya (komplementer), minyak, olie, dll.
Pembayaran untuk memenuhi kewajiban atas penggunaan modal berupa mesin traktor
tersebut, cenderung akan mengurangi pendapatan usahatani. Jika modal mesin traktor tersebut
milik sendiri, maka untuk analisis pendapatan usahatani penggunaan mesin traktor ini tidak
perlu dihitung, tetapi jika modal itu berupa pinjaman dari luar, maka penggunaan modal ini
harus dihitung sebagai sewa dengan tingkat bunga tertentu. Dalam hal ini petani sebagai
pihak peminjam wajib untuk melunasi pengembaliannya, yang bisa dilakukan secara kontan
(yang dibayar setelah panen) atau dengan cara cicilan (pembayaran pokok pinjaman + bunga).
Contoh perhitungan pengembalian modal pinjaman dengan cara cicilan, misalnya modal
yang dipinjam senilai Rp. 5.000.000, dengan bunga pinjaman 1% / bulan, yang akan dicicil

Modul Manajemen Usahatani 3


selama 4 bulan, maka besarnya pengembalian per bulannya seperti yang ditunjukkan dalam
tabel berikut.
Tabel : Contoh Pengembalian Modal Pinjaman
Cicilan Pokok Cicilan Bunga Total Cicilan
Bulan ke Pinjaman (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1 5.000.000 - - -
2 - 1.250.000 50.000 1.300.000
3 - 1.250.000 50.000 1.300.000
4 - 1.250.000 50.000 1.300.000
5 - 1.250.000 50.000 1.300.000
Jumlah 5.000.000 250.000 5.200.000
Sumber Tabel: Widyantara W., (2018)

Jika dibayar kontan setelah panen, maka nilai pinjamannya sebesar Rp. 5.200.000,-

Perhitungan Biaya Penyusutan

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, siapa saja yang menggunakan peralatan mesin
(termasuk petani) dalam usahanya menghasilkan produksi, wajib memperhitungkan biaya
penyusutan. Hal ini didasarkan atas pemahaman, bahwa modal berupa mesin tidak selamanya
bisa digunakan dengan baik. Dengan kata lain, barang tersebut mempunyai batas kekuatan
untuk berfungsi dengan baik. Semakin lama barang itu digunakan akan semakin menyusut
dan sedikit demi sedikit secara pelan-pelan akan mengalami kerusakan sampai akhirnya rusak
total. Pada saat barang atau alat tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, maka siapapun
pengusaha atau petani harus dapat membeli kembali barang atau alat itu, karenaya perlu ada
perhitungan biaya penyusutan, yaitu dengan menyisihkan sebagian uang yang diperoleh dari
hasil produksinya, untuk digunakan membeli barang atau alat yang baru.
Ada beberapa cara untuk menghitung biaya penyusutan, namun yang banyak digunakan
adalah (a) Metode Garis Lurus dan (b) Metode Unit Performance, dan (c) Metode Menurun
seperti yang akan dicontohkan berikut ini:

(a) Metode Garis Lurus (straight-line method)


Rumus yang digunakan:

Nilai Awal – Nilai Sisa


Penyusutan =
Umur Ekonomis

Keterangan:
Nilai Awal = Nilai Beli, saat pertama kali barang atau alat tersebut dibeli

Modul Manajemen Usahatani 4


Nilai Sisa = Nilai barang atau alat, pada saat barang (alat) tersebut sudah tidak
Bisa digunakan lagi
Umur Ekonomis = Umur suatu barang atau alat, yang secara ekonomis masih dapat
digunakan (umumnya dalam satuan tahun, namun dalam usahatani
Umur ekonomis ini diperhitungkan per Musim Tanam)
Contoh:
Penggunaan traktor
Jika diketahui Harga Beli (Nilai Awal) = Rp. 10.000.000
Nilai Sisa = Rp. 2.000.000
Umur Ekonomis diketahui selama 5 tahun, maka penyusutannya akan menjadi:
10.000.000 – 2.000.000
Penyusutan = = Rp. 1.600.000 / tahun
5

Jika diasumsikan tanaman diusahakan 2 X setahun, maka pembaginya : 5 tahun X 2 =


10 X, dengan kata lain penyusutan dilakukan sebanyak 10 X, sehingga penyusutan yang
diperhitungkan dalam usahatani menjadi Rp. 800.000 / MT.

(b) Metode Unit Performance

Jika Nilai Beli Alat = Rp. 10.000.000,- bisa digunakan selama 600 jam
Nilai Sisa setelah digunakan selama 600 jam = Rp. 1.000.000,-
Maka nilai penyusutan per jam = 10.000.000 – 1.000.000 / 600 = Rp. 15.000/jam
Misalnya dalam satu kali proses produksi memerlukan waktu 40 jam, maka total
Penyusutannya menjadi = 40 X 15.000 = Rp. 600.000

(c) Metode Menurun (Decreasing Sum of the Year degits)

Misal: Nilai awal suatu Alat : 1.000.000


Nilai Sisa : 250.000
Umur Ekonomis : 5 tahun
Jumlah Digit : 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15
Penyusutan :

5
Tahun 1. = X (Rp. 1.000.000 – Rp. 250.000) = Rp. 250.000

Modul Manajemen Usahatani 5


15
4
Tahun 2. = X (Rp. 1.000.000 – Rp. 250.000) = Rp. 200.000
15
3
Tahun 3. = X (Rp. 1.000.000 – Rp. 250.000) = Rp. 150.000
15
2
Tahun 4. = X (Rp. 1.000.000 – Rp. 250.000) = Rp. 100.000
15
1
Tahun 5. = X (Rp. 1.000.000 – Rp. 250.000) = Rp. 50.000
15
Jumlah = Rp. 750.000

3. Rangkuman

Modal merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya suatu usahatani, tanpa modal
sebagai salah satu faktor produksi tidak akan pernah ada produksi dalam suatu usahatani.
Menurut Widyatara, W. (2018) Dalam pengertian sehari-hari modal selalu diasosiasikan
dengan sejumlah uang yang digunakan untuk berbisnis, namun demikian dalam ilmu ekonomi
perusahaan, definisi modal dinyatakan sebagai barang ekonomi yang dapat menghasilkan atau
meningkatkan pendapatan.
Adiwilaga A, (1975), menyatakan bahwa modal dalam usahatani adalah sebagian hasil
produksi yang disisihkan untuk digunakan dalam produksi selanjutnya. Jadi modal itu bisa
berupa uang tunai atau barang. Dalam usahatani modal ini sangat penting artinya, karena pada
luasan dan jumlah tenaga kerja tertentu, dengan ditambahkannya modal akan meningkatkan
pendapatan usahatani tersebut.
Menurut Tohir K, (1983) tanah atau lahan usahatani bukan termasuk modal, melainkan
digolongkan sebagai faktor alam, hal ini terutama didasarkan atas fakta sebagai berikut:
(1) Tanah tidak dapat diperbanyak,
(2) Tanah sudah tersedia sejak bumi ini ada, dan bukan buatan manusia,
(3) Tanah tidak mengalami degradasi (kecuali dirusak oleh manusia), sehingga tanah tidak
mengalami penyusutan,
(4) Tanah tidak dapat dipindahkan,
(5) Tanah terikat atau dipengaruhi oleh iklim,
(6) Tanah merupakan sumberdaya untuk memproduksi barang-barang ekonomi.

Modul Manajemen Usahatani 6


Pengertian tanah bukan modal, dinyatakan oleh Suratiyah (2015) sebenarnya lebih
disebabkan karena adanya perhitungan biaya usahatani. Mengingat jika tanah diperhitungkan
sebagai modal, maka bunga atas tanah tersebut harus dimasukkan sebagai biaya usahatani,
akan tetapi dalam usahatani keluarga, pengeluaran bunga tanah tersebut tidak kelihatan,
karena termasuk dalam pendapatan usahatani. Bunga tanah ini baru akan berarti jika akan
diperhitungkan secara ekonomis, yaitu sebesar harga atau nilai sewa tanah pada umumnya.
Secara khusus bunga tanah ini bisa diperhitungkan, jika ingin mencari keuntungan usahatani
dan bukan pendapatan usahatani.

4. Latihan Soal Pembelajaran 6.1 Modul 6

(1) Jelaskan pengertian modal dalam usahatani yang saudara ketahui


(2) Jelaskan mengapa tanah atau lahan usahatani bukan termasuk modal
(3) Jelaskan apa resiko yang harus ditanggung oleh petani jika barang / alsistan digunakan
sebagai modal

5. Evaluasi Pembelajaran 6.1 Modul 6

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memilih jawaban yang paling benar.
(1) Modal dalam usahatani adalah sebagian hasil produksi yang disisihkan:
(a) Untuk dijadikan modal kembali dalam usahatani
(b) Untuk digunakan dalam produksi selanjutnya.
(c) Untuk dipinjamkan kepada petani lain yang membutuhkan
(d) Untuk dijadikan agunan kepada lembaga keuangan
(2) Tanah atau lahan usahatani bukan termasuk modal, karena
(a) Merupakan warisan dari orang tua
(b) Tanah adalah milik pemerintah
(c) Tanah yang dikelola tidak subur
(d) Tanah tidak dapat dipindahkan
(3) Cara menghitung biaya penyusutan yang banyak digunakan adalah:
(a) Metode Garis Depan
(b) Mentode Menaik
(c) Metode Menurun
(d) Metode Penggaris

Modul Manajemen Usahatani 7

Anda mungkin juga menyukai