Anda di halaman 1dari 10

PEMBELAJARAN TARI BEDANA MENGGUNAKAN MODEL TEAMS GAMES

TOURNAMENT (TGT) DI SANGGAR


GALUH PARWATI

Intan Mustika Sari1, Dwiyana Habsary2, Dwi Tiya Juwita3

Program Studi Pendidikan Tari, Universitas Lampung


E-mail: intanmustikaadja12@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran tari Bedana menggunakan model Teams
Games Tournament (TGT) di Sanggar Galuh Parwati. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif.
Teori yang digunakan dalam penelitian yaitu teori behavioristik. Sumber data dalam penelitian ini adalah pelatih
dan 9 peserta didik perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini meliputi
observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran tari Bedana
menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) di Sanggar Galuh Parwati. Pembelajaran model Teams
Games Tournament (TGT) Di Sanggar Galuh Parwati dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu penyajian data,
pembagian kelompok, game tournament, dan penghargaan kelompok. Tahapan pertama yaitu pelatih
menyampaikan materi ragam gerak tari Bedana pada tahap penyajian data. Tahapan kedua yaitu pelatih
melakukan pembagian kelompok. Tahapan ketiga yaitu pelatih memulai game tournament, dengan materi yang
sudah diajarkan. Tahap keempat yaitu pelatih memberikan penghargaan kelompok.

Kata kunci : model Teams Games Tournament (TGT), tari Bedana

ABSTRACT

This study aims to describe the learning of Bedana dance using the Teams Games Tournament (TGT) model at
the Galuh Parwati Studio. The type of research used is descriptive qualitative. The theory used in this research is
behavioristic theory. The data sources in this study were trainers and 9 female students. Data collection
techniques used in this study include observation, interviews and documentation. This study shows that the
process of learning the Bedana dance using the Teams Games Tournament (TGT) model at the Galuh Parwati
Studio is carried out with the first stage, the trainer conveys material on the various movements of the Bedana
dance at the data presentation stage. In the second stage, the trainer divides into groups. The third stage, the
trainer starts the game tournament, with the material that has been taught. In the fourth stage, the trainer gives
group awards.

Key word : Teams Games Tournament (TGT), Bedana dance.

Copyright (c) 2023 Intan Mustika Sari


Corresponding author :
Email : intanmustikaadja12@gmail.com
HP : (082376850969)
PENDAHULUAN

Seiring berkembangnya zaman, pelatih diharuskan untuk membuat pembelajaran yang lebih bervariasi. Istilah
ini merupakan paradigma baru yang menekankan prinsip keragaman peserta didik atau pembelajaran ( learner),
dan menggantikan istilah “pengajaran” atau “mengajar” yang menekankan prinsip keseragaman (Thobroni,
2015: 35). Dalam proses pembelajaran pelatih harus menggunakan model pembelajaran yang menarik agar
proses dapat berjalan dengan baik. Fungsi dari model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi pelatih dalam
melaksanakan pembelajaran untuk pemilihan model pembelajaran, materi, yang dikemas dalam proses
pembelajaran yang terarah akan sangat membantu dalam proses mencapai keberhasilan dari tujuan pembelajaran
secara optimal. Salah satu model pembelajaran yang mudah digunakan adalah Teams Games Tournament (TGT)
karena mempunyai latar belakang etnik, presentasi akademik yang berbeda dan menempuh game tournament
atau kompetisi tersistematis yang akan memberikan skor dan juara bagi individu atau kelompok yang berhasil.

Menurut (Slavin, 2015: 163) yang mengemukakan bahwa Teams Games Tournament (TGT) adalah
pembelajaran kooperatif yang menggunakan turnamen akademik, kuis-kuis dan system kemajuan individu, di
mana para peserta didik berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik
sebelumnya setara seperti mereka. Pembelajaran kooperatif tipe TGT pertama kali ditemukan oleh David De
Vries, Keith Edwards, dan Slavin pada tahun 1978 sebagai kajian disekolah yang menghapuskan perbedaan.
Menurut (Slavin, 2010: 166) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 komponen-komponen yaitu tahap
penyajian kelas, kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok.

Kelebihan dari pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) antara lain lebih meningkatkan pencurahan
waktu untuk tugas, mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu, dengan efesiensi waktu untuk
menguasai materi, proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari peserta didik, pelatih mendidik
peserta didik untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain, motivasi belajar lebih tinggi, hasil belajar lebih baik
(Suarjana, 2000: 10). Kegiatan Teams Games Tournament (TGT) berbentuk turnamen akademik dimana peserta
didik melawan tim lainnya untuk mendapatkan poin, kelompok dengan poin tertinggi akan menjadi pemenang.
Hal ini dikarenakan penerapan Teams Games Tournament (TGT) melibatkan seluruh peserta didik dalam proses
pembelajaran, tanpa harus ada perbedaan status, serta mengandung unsur permainan dan reinforcement,
sehingga menyebabkan peran masing-masing anggota sebagai tutor sebaya sangat diperlukan. Adapun
kelemahannya yaitu Membutuhkan waktu yang lama pelatih dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran
yang cocok untuk model pembelajaran ini. Pelatih harus mempersiapkan model dengan baik sebelum diterapkan
(Shoimin, 2014: 207).

Adapun teori yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu teori pembelajaran. Teori belajar behavioristik
adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gade dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
perkembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran
ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil. Pengertian belajar menurut pandangan
teori behavioristik, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi atau hubungan timbal
balik antara stimulus dan respons. Seorang dianggap telah belajar jika ia menunjukkan perubahan tingkah laku.
Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output
yang berupa respons. Pelatih (stimulus) atau disebut juga rangsangan, dan apa yang dihasilkan peserta didik
(respons) atau disebut juga reaksi, semuanya dapat diukur dan diamati. Peserta didik diajarkan agar memiliki
kemampuan dan kepribadian sesuai dengan kehidupan budaya masyarakat (Hamalik, 2011: 32).
Pembelajaran dapat dilakukan melalui pendidikan formal, pendidikan nonformal, maupun pendidikan informal.
Pendidikan nonformal dapat berbentuk sanggar, komunitas, kelompok belajar yang bisa dilakukan oleh seluruh
kalangan masyarakat. Pembelajaran merupakan salah satu bagian dari pendidikan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan atau keterampilan seseorang atau sekelompok orang. Lembaga pendidikan nonformal
merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan formal, seperti sanggar, kursus, kelompok bermain dan lain-lain.
Sanggar dapat diartikan sebagai suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan
orang untuk melakukan suatu kegiatan (Pujiwiyana, 2010: 21).

Sanggar adalah salah satu tempat belajar yang termasuk kedalam pendidikan nonformal, didalamnya terdapat
berbagai program dan kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan peserta didik untuk mengetahui, mengenal dan
mempelajari seni tari tradisional. Sanggar mempunyai program-program kegiatan yang dirancang untuk
menunjang keberlangsungan dan berkembangnya sebuah Sanggar. Program-progam kegiatan tersebut dapat
berupa penerapan tari selama proses latihan rutin dengan waktu yang sudah ditentukan, mengadakan ujian tari
sebagai bentuk evaluasi selama proses latihan, atau kegiatan yang bersifat proyek dan sebagainya. Salah satu
Sanggar yang masih aktif adalah Sanggar Galuh Parwati, meskipun tergolong Sanggar baru namun antusias
anak-anak sangat tinggi untuk ikut serta dalam Sanggar tersebut.

Tari Bedana merupakan tari tradisional kerakyatan yang berakar dalam masyarakat, serta sebagai suatu hasil
budaya bernafaskan Islam yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya, sebagai suatu simbolis tradisi yang luas
tentang pandangan hidup serta alam lingkungan yang ramah dan terbuka. Tarian ini merupakan jenis tarian
berpasangan namun dapat ditarikan secara kelompok. Tari Bedana merupakan tarian hiburan untuk muda-mudi,
karena mengandung makna pergaulan, persahabatan, kasih sayang yang tulus dan dapat diterima oleh pewaris
dari generasi ke generasi (Firmansyah, Junaidi, dkk, 1996: 1-3). Penyajian tari Bedana ini sebagai
penggambaran tentang penggabungan atara estetika dan etika dalam pergaulan muda mudi masyarakat Lampung
pada masa lampau.

Pada saat di lapangan adapun peneliti menemukan masalah yaitu kemampuan peserta didik yang tidak merata
dalam menyerap materi membuat pelatih harus mengulang-ulang materi yang diajarkan, sehingga pembelajaran
tidak berlangsung cepat yang menjadikan proses pembelajaran hanya berorientasi pada pelatih saja, sehingga
menggunakan metode demonstrasi pada proses pembelajaran sebelumnya kurang efektif, maka perlu dianalisa
pembelajaran saat ini untuk melihat keefektifan pembelajaran dengan menggunakan model yang berbeda yaitu
model Teams Games Tournament (TGT). Selain itu pentingnya penelitian ini dilakukan sebagai salah satu upaya
pelatih dalam mengenalkan dan melestarikan budaya Lampung kepada peserta didik agar budaya Lampung tetap
terjaga. Pada pembelajaran sebelumnya dalam mempelajari satu tarian memerlukan waktu tujuh sampai sepuluh
minggu dengan model Teams Games Tournament (TGT) ini, pelatih bisa mempersingkat waktu yang digunakan
menjadi empat pertemuan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pembelajaran tari Bedana
yang dilakukan di Sanggar Galuh Parwati. Berdasarkan hasil pra penelitian yang telah dilakukan. Peneliti
menemukan masalah yaitu kurang aktifnya peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga menjadikan
proses pembelajaran hanya berorientasi pada pelatih, sehingga pelatih memilih untuk menerapkan model Teams
Games Tournament (TGT) sebagai alternatif kegiatan pembelajaran serta sebagai inovasi baru dalam kegiatan
belajar mengajar di Sanggar tersebut. Selain itu Berdasarkan pra observasi yang peneliti lakukan, ketertarikan
peneliti melakukan penelitian dilihat dari permasalahan yang muncul harus segera diselesaikan dengan bidang
keilmuan, tentunya penelitian ini akan bermanfaat untuk masyarakat dan bisa dikembangkan oleh peneliti
selanjutnya.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif. Metode kualitatif merupakan metode
yang fokus pada pengamatan yang mendalam guna untuk mendapatkan data dari teknik pengumpulan data
berupa wawancara dan observasi. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki
keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan
penelitian (Arikunto, 2013: 3). Penelitian ini merupakan jenis metode penelitian deskriptif kualitatif yang pada
dasarnya bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pembelajaran tari Bedana menggunakan model Teams
Games Tournament (TGT) di Sanggar Galuh Parwati. Penelitian ini dipilih karena peneliti hanya melihat proses
pembelajaran model Teams Games Tournament (TGT), peneliti tidak ikut menerapkan model pembelajaran
secara langsung pada sanggar tersebut, tanpa memanipulasi data serta dengan keadaan yang sebenar-benarnya.

Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sekunder. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi
ataupun dalam bentuk file-file. Sumber data dalam sebuah penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh (Arikunto, 2013: 172). Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelatih ibu
Camelia Okta Nuryana dan peserta didik yang melakukan pembelajaran tari Bedana di Sanggar Galuh Parwati.
Data primer dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Data sekunder
umumnya berupa dokumentasi berupa foto yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Selain itu,
sumber data sekunder dapat berupa arsip dan berbagai sumber data tambahan yang sesuai. Sumber data berupa
arsip dari pelatih tari yaitu foto saat peserta didik ujian dan acara resmi lainnya.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dalam penelitian. Tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
memenuhi standar yang ditetapkan (Sugiyono, 2017: 308). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

1). Observasi
Teknik observasi merupakan cara untuk mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan
pencatatan langsung yang tampak pada objek penelitian (Jakni, 2016: 91). Observasi digunakan untuk
mendapatkan informasi langsung tentang hal-hal yang terjadi di tempat penelitian. Observasi dalam
penelitian ini dilakukan secara non partisipan yaitu peneliti bertindak sebagai pengamat dalam proses
pembelajaran tari. Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dari pihak yang terlibat
dalam kegiatan pembelajaran, tempat dan waktu pembelajaran berlangsung, serta mendeskripsikan proses
pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan sebelumnya sesuai dengan model yang diterapkan di Sanggar
Galuh Parwati. Data observasi dihasilkan berdasarkan pernyataan pelatih yang mengajar di sanggar tersebut,
beliau mengatakan proses pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) baru pertama kali digunakan
kepada peserta didik di Sanggar Galuh Parwati.

2). Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara (Arikunto, 2010). Maka dari itu, perlu adanya wawancara kepada pihak yang terlibat secara
langsung. Peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur dalam wawancara yang dilakukan. Wawancara
terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam wawancara pengumpulan data
telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun
telah dipersiapkan.

3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen yang diperlukan dalam
melengkapi data yang berhubungan dengan penyelidikan, yaitu dokumen tertulis dan dokumen tidak tertulis
(Jakni, 2016 : 93). Dokumen tertulis berupa foto kegiatan ekstrakurikuler tari dan dokumen berupa catatan
lapangan.

Instrumen merupakan alat bantu untuk mengumpulkan data atau informasi. Penilaian adalah mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk, penilaian bersifat kualitatif (Arikunto, 2010 : 172-173).
Instrumen penelitian digunakan untuk mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh pelatih
dalam menerapkan penggunaan Teams Games Tournament (TGT) dalam proses pembelajaran tari Bedana.
Apabila sudah dilakukan maka di dalam kolom-kolom ini akan di beri check list sebagai penanda pada penelitian
yang dilakukan selama empat pertemuan. Teknik keabsahan data ini digunakan untuk membuktikan kebenaran
atas derajat kepercayaan data (credibility) penelitian yang dilakukan dan sekaligus untuk menguji data yang
diperoleh. (Sugiyono 2015: 92) menyatakan bahwa teknik pemeriksaan keabsahan data adalah derajat
kepercayaan atas data penelitian yang diperoleh dan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Triangulasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Analisis data merupakan proses mencari data penyusunan secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2012: 334). Data yang ditafsirkan yaitu data pada awal penelitian
dan berlanjut terus sepanjang penelitian. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sanggar Galuh Parwati lokasi yang beralamatkan di Jalan Raya Bagelen, Kecamatan Gedung Tataan, Kabupaten
Pesawaran. Dengan pimpinan Sanggar Galuh Parwati yaitu ibu Eris Aprilia, S.Sn. Sanggar Galuh Parwati
merupakan pendidikan nonformal yang berdiri sejak tahun 2018 hingga saat ini. Terdapat dua kelas dalam
Sanggar Galuh Parwati yaitu kelas anak-anak mulai dari usia 6-11 tahun (Sekolah Dasar) dan kelas dewasa
mulai dari usia 12-18 tahun (SMP-SMA). Pembelajaran tari Bedana menggunakan model Teams Games
Tournament (TGT) dilakukan selama empat kali pertemuan dihari sabtu atau minggu sore pukul 15.00–17.00
WIB. Pelatih tari Bedana dengan ibu Camelia Okta Nuryana. Pada saat pembelajaran tari sebelumnya pelatih
menggunakan metode demonstrasi saat pembelajaran berlangsung, namun banyak peserta didik yang lamban
menerima materi sehingga pembelajaran tidak berlangsung secara cepat dan tidak kondusif. Dengan begitu
pelatih mencari alternatif suatu model pembelajaran yaitu model Teams Games Tournament (TGT) yang
diharapkan dapat membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan mampu mempraktikkan secara
mandiri. Pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila diterapkan model yang dapat menunjang keberhasilan
dalam pembelajaran.
Lembar Pengamatan Pertemuan Keempat

No. Aspek Pengamatan P1 P2 P3 P4


1. Pelatih menyampaikan materi ragam gerak √ √ √ √
tari Bedana dalam penyajian data.
2. Pelatih membagi menjadi beberapa √ - - -
kelompok belajar.
3. Pelatih memulai game tournament. - √ √ √
4. Pelatih menanyakan dan - √ √ √
memperagakan kembali materi ragam
gerak yang sudah diberikan pada
pertemuan sebelumnya.
5. Pelatih mengumumkan kelompok - √ √ √
terbaik.
(Dimodifikasi dari Hamdayama, 2016: 122)

Berdasarkan tabel diatas, selama empat pertemuan pelatih sudah melaksanakan kelima tahapan yang ada dalam
instrumen penggunaan model Teams Games Tournament (TGT). Observasi di Sanggar Galuh Parwati dilakukan
dengan melihat secara langsung pembelajaran antara peserta didik dan pelatih, sehingga hasil yang didapat
adalah pelatih mengajarkan tari Bedana dengan model Teams Games Tournament (TGT). Model Teams Games
Tournament (TGT) memiliki empat tahapan yaitu penyajian data, pembagian kelompok, game tournament,
penghargaan kelompok.

1. Penyajian Data

Langkah pertama adalah pelatih menyampaikan materi ragam gerak tari Bedana dalam penyajian data.
Tujuan dari dilakukannya penyajian data adalah mempermudah proses pemahaman dan analisis data yang
jumlahnya banyak yang merupakan alasan mengapa data perlu disajikan. Salah satu hal yang sangat penting
hubungannya dengan ketercapaian kompetensi peserta didik yang tertuang dalam tujuan pembelajaran di
Sanggar. Untuk mencapai itu, pelatih dituntut untuk dapat menyajikan bahan ajar atau materi yang
merangsang keaktifan peserta didik. Dalam penyajian data pelatih menggunakan metode ceramah untuk
menyampaikan materi karena mudah dipahami dan mudah diterapkan oleh pelatih. Pelatih melaksanakan
tahapan penyajian data secara berurutan menjelaskan detail setiap ragam gerak tari Bedana, bagaimana sikap
penari menjelaskan sejarah tari Bedana, dan menjelaskan busana yang digunakan pada saat menari. Pada saat
di lapangan pelatih tidak menggunakan bantuan media atau sarana penunjang yang digunakan untuk
membantu pelatih menjelaskan materi kepada peserta didik.

Dalam tahapan ini, seorang pelatih berperan penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur kata dan
menciptakan kondisi belajar dikelas dengan baik sebelum proses belajar mengajar dimulai, seperti persiapan
bahan ceramah secara matang, merumuskan tujuan pembelajaran secara khusus, menyusun urutan penyajian
materi untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus yang sudah ditetapkan, dan merumuskan materi ceramah.
Secara garis besar, bila materi ceramah terlalu luas, dapat dibagi menjadi beberapa penggalan dan masih
banyak lagi. Selain itu, jaga intonasi suara agar seluruh peserta didik dapat mendengar dan dengan baik.
Kemampuan pelatih untuk berbicara di depan umum adalah kemampuan yang mendasar bagi pelatih. Maka
dari itu, memiliki pengetahuan dalam disiplin ilmunya saja itu tidak cukup. Di sisi lain pelatih harus memiliki
kemampuan public speaking yang bagus untuk komunikasi pada peserta didiknya secara maksimal . Pelatih
melakukan inisiatif agar penjelasan yang diberikan pelatih berkualitas, maka pelatih harus menjaga perhatian
atau fokus peserta didik agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan oleh pelatih.
Merumuskan ke tujuan yang ingin dicapai.

2. Pembagian Kelompok

Langkah kedua pelatih membagi kelompok dalam 1 kelompok terdiri dari 2 anggota dan 1 tutor. Pembagian
tersebut dimaksudkan untuk mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Pembagian tugas
yang baik, membantu untuk bisa berkomunikasi dengan baik mengenai proses dari setiap tanggung jawab
individu dalam tim. Sehingga alur atau proses pengerjaan tugas bisa berjalan sesuai rencana. Pembagian
kelompok hanya dilakukan pada pertemuan pertama, hal ini dimaksudkan agar pada pertemuan selanjutnya
masih dengan anggota kelompok yang sama. Dengan adanya diskusi, maka keaktifan peserta didik saat
bertukar pendapat ataupun bertanya kepada peserta didik lain atau pelatih mengenai hal yang tidak
dimengerti akan muncul.

Pelatih mempraktikkan satu demi satu ragam gerak kepada peserta didik, pada setiap pertemuan satu sampai
tiga pelatih memberikan 3 ragam gerak. Cara penyelesaian tugas melalui belajar kelompok dengan
menggunakan model tutor sebaya pada saat menghafal dan pada saat kompetisi menggunakan model Teams
Games Tournament (TGT), memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya dengan tutor tersebut
apabila terdapat materi yang belum jelas dalam ragam gerak tari Bedana. Tutor sebaya adalah sumber belajar
selain pelatih, yaitu teman sebaya yang pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman di sanggar.
Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman lebih mudah
dipahami. Dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu dalam bertanya atau meminta
bantuan

3. Games Tournament

Selanjutnya langkah ketiga peserta didik mempraktikkan ragam gerak yang sudah disampaikan oleh pelatih.
Setelah mempraktikkan materi yang diajarkan pada hari tersebut, pelatih mengulas materi yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya. Langkah ini dimaksudkan untuk dijadikan soal sebagai sumber penilaian pelatih
terhadap peserta didik yang merupakan unsur penggunaan model Teams Games Tournament (TGT) yang
didalamnya ada kompetisi antar kelompok. Pada tahap game tournament ini, pelatih menggunakan game
tournament untuk melihat tingkat pemahaman peserta didik. Setiap kelompok diberikan waktu untuk
menghafal nama serta bentuk gerak tari Bedana. Pada pertemuan pertama materi yang diajarkan adalah 3
ragam gerak tari Bedana yaitu tahtim, khesek injing, dan khesek gantung. Pelatih membagi peserta didik
menjadi 3 kelompok, yang mana dalam satu kelompok terdiri dari peserta didik yang memiliki kemampuan
berbeda-beda dan telah memilih tutor atau peserta didik yang dirasa memiliki kemampuan lebih dari
temannya. Setelah materi selesai disampaikan, pelatih membagi peserta didik ke dalam beberapa
kelompok. Kelompok sudah ditentukan oleh pelatih, berdasarkan prestasi akademik peserta didik.
Peserta didik pun menuju kelompoknya masing-masing dengan tertib. Setelah tugas diberikan,
peserta didik pun mengerjakan bersama teman sekelompoknya. Kemudian di pertemuan kedua materi
yang diberikan adalah 3 ragam gerak tari Bedana yaitu belitut, gelek, jimpang. Selanjutnya di pertemuan
ketiga materi yang diberikan adalah 3 ragam gerak tari Bedana yaitu ayun, ayun gantung, jimpang.
Pada pertemuan ini peserta didik melancarkan ragam gerak yang sudah diberikan, dan terlihat pada
pertemuan ketiga peserta didik sudah hafal dengan ragam gerak yang diberikan oleh pelatih tari dan lancar
menggunakan hitungan dan dimulai game tournament antar kelompok. Game tournament yang sistematis
akan memotivasi peserta didik untuk mendapatkan skor tertinggi dengan menjawab pertanyaan atau
memperagakan ragam gerak dari pelatih dengan benar. Dalam tournament itu peserta didik bertanding
mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik, mereka yang lalu. Aktivitas
belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja
sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Perwakilan kelompok yang dapat menyelesaikan soal dengan
bergerak sesuai dengan nama serta ragam gerak tari Bedana akan mendapatkan nilai tertinggi maupun
sebaliknya. Model pembelajaran kompetisi seperti ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
pemahaman mereka, kekompakkan kelompok, dan rasa kepedulian satu sama lain. Apabila komunikasi di
antara anggotanya baik maka skor yang didapat akan maksimal. Game tournament yang sistematis akan
memotivasi peserta didik untuk mendapatkan skor tertinggi dengan menjawab pertanyaan atau
memperagakan ragam gerak dari pelatih dengan benar.

Pada kegiatan inti, peserta didik diminta untuk berkelompok dan berlatih ragam gerak yang diberikan oleh
pelatih secara berkelompok, pada tahapan ini pelatih memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk
belajar dengan kelompok masing-masing dengan bantuan tutor sebaya untuk membantu mereka memahami
pembelajaran jikalau ada dari peserta didik yang belum paham dengan materi yang diberikan oleh pelatih,
kemudian dapat belajar dengan tutor tersebut. Tahapan berikutnya adalah peserta didik yang memiliki
kemampuan sama di dalam kelompok melakukan turnamen memperagakan soal sesuai dengan nama serta
ragam gerak tari Bedana yang telah disiapkan dan setelah semua anggota kelompok memperagakan
kemudian nilai di akumulasikan untuk memperoleh pemenang dan memberikan penghargaan kepada
kelompok yang memenangkan turnamen. Pada kegiatan game tournament pelatih melakukan evaluasi
pembelajaran ragam gerak tari Bedana dengan mengulang kembali ragam gerak yang sudah dipelajari berupa
pemahaman kembali atas materi yang diajarkan pada setiap pertemuan dengan benar. Pelatih
menginstruksikan peserta didik untuk mempraktikkan tarian yang dipelajari pada pertemuan keempat secara
bergantian. Pelatih mengacak urutan kelompok yang akan berkompetisi memperagakan 9 ragam gerak secara
berurutan. Yang pertama yaitu kelompok 3, selanjutnya yang kedua yaitu kelompok 1, dan yang terakhir
adalah kelompok 2. Pelatih menjelaskan kepada peserta didik bahwa proses pembelajaran sudah berjalan
dengan baik dan peserta didik juga terlihat semangat dalam setiap pertemuan.

4. Penghargaan Kelompok

Langkah yang terakhir yaitu pelatih mengumumkan kelompok yang memiliki pemahaman terbaik
berdasarkan penilaian pada langkah sebelumnya untuk kemudian diberi penghargaan. Sebelum melakukan
penilaian, pelatih harus menentukan tolak ukur terlebih dahulu agar dapat mempermudah pelatih untuk
menilai peserta didik. Banyak hal yang harus disiapkan oleh untuk melakukan penilaian terhadap peserta
didik. Dengan persiapan yang maksimal akan memudahkan pelatih pada saat kegiatan penilaian
dilaksanakan. Pada pembelajaran yang ada di Sanggar Galuh Parwati ini dalam penilaian hanya berdasarkan
pada kesesuaian antara nama dan bentuk ragam geraknya, sehingga penilaian hanya sebatas benar dan salah
saja. Keempat tahap tersebut telah dilaksanakan pelatih selama empat pertemuan, agar peserta didik bisa
lebih tertarik dan mudah memahami tari Bedana. Keseluruhan ragam gerak telah dipraktikkan pada
pertemuan keempat menggunakan hitungan 1x8. Pemberian penghargaan penting bagi peserta didik agar
mereka merasa terlibat dalam pembelajaran. Perasaan keterlibatan itulah yang meningkatkan motivasi dirinya
dalam memahami materi yang diberikan pelatih. Selain itu, penghargaan juga dapat meningkatkan sifat
empati, kepekaan, dan evaluasi terhadap diri sendiri. Pada tahap tertentu, tahapan ini akan memberikan
dorongan lebih kepada peserta didik untuk lebih semangat belajar.

SIMPULAN

Berdasarkan data hasil penelitian pada proses pembelajaran pelatih menggunakan model Teams Games
Tournament (TGT) yang didalamnya beberapa metode untuk merealisasikan penggunaan model Teams Games
Tournament (TGT) ini. Pelatih menggunakan metode ceramah dalam penyajian data, metode demonstrasi dalam
memberikan ragam gerak, dan metode tutor sebaya dalam proses belajar kelompok. Model Teams Games
Tournament (TGT) digunakan pelatih dalam tahap games tournament. Pada saat di lapangan pelatih tidak
menggunakan bantuan media atau sarana penunjang yang digunakan untuk membantu pelatih menjelaskan
materi kepada peserta didik. Peneliti melihat banyak peserta didik yang kurang memahami secara detail. Peserta
didik hanya memperoleh materi dari pelatih saja. Pelatih sebagai satu-satunya sumber informasi pembelajaran
yang ada di Sanggar Galuh Parwati.

Setiap kelompok pelatih telah menetapkan tiga orang sebagai tutor untuk peserta didik lainnya. Pada proses
pembelajaran ini, peserta didik yang terpilih menjadi tutor dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir
adalah orang yang sama dan tidak dilakukan pergantian tutor. Pada penggunaan model Teams Games
Tournament (TGT) yang digunakan oleh pelatih dalam tahapan game tournament kurang detail dan tidak terlihat
bahwasannya sebuah kompetisi. Peserta didik hanya maju secara berurutan memperagakan ragam gerak dari
pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga dan ini kurang terlihat kompetisi dari game tournament itu sendiri.
Pada tahap games tournament ini lebih mengarah kepada kegiatan evaluasi saja karena peserta hanya melakukan
pengulangan materi saja tanpa ada sistem penilaian ataupun standar keberhasilan peserta didik.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada kedua dosen pembimbing Ibu Dwiyana Habsary, S.Sn., M.Hum, dan Ibu Dwitiya Juwita
S.Pd., M.Pd. Dan dosen pembahas Bapak Afrizal Yudha Setiawan, S.Pd., M.Pd. pihak Sanggar Galuh Parwati
ibu Eris Aprilia, S.Sn. dan ibu Camelia Okta Nuryana selaku pelatih tari Bedana dan 9 peserta didik yang
telah membantu dan berkontribusi terhadap penelitian yang dilakukan penulis, dan seluruh pihak yang
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Firmansyah Junaidi, Hafizi Hasan, dan M. Kamsadi. (1996). Mengenal Tari Bedana. Bandar Lampung: Gunung
Pesagi.

Hamalik, Oemar. (2023). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Jakni. (2016). Metodologi Penelitian Eksperimen Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Pujiwiyana. (2010). Pembinaan Paguyuban Seni Tradisional. Yogyakarta: Penerbit Elmatera.


Shoimin, Aris. (2014). Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Slavin, Robert.E. (2015). Cooperative learning. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Suarjana, (2000). Metode Pembelajaran Kooperatif Teams Game Tournament. Jakarta: Balai Pustaka.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung:
Alfabeta.

Thobroni, M. (2015). Belajar & Pembelajaran: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai