A36.1 (Nasopharyngeal diphtheria)
A36.3 (Cutaneous diphtheria)
A36.86 (Diphtheritic conjunctivitis)
A36.9 (Diphtheria, unspecified)
3. Difteria trakheobronkhial
Membran mungkin membentuk cast yang
menyebabkan obstruksi pada inspirasi, atelektasis dan
sianosis.
4. Difteria hidung
a. Terdapat membran pada konkha nasi dan septum
nasi
b. Gejala:
i. Sekret hidung serosanguinus atau
mukopurulen, umumnya unilateral
ii. Kerapkali disertai banyak krusta
iii. Erosi pada tulang hidung
iv. Cenderung kronik
v. Gejala toksemia ringan.
6. Difteria kulit
a. Banyak di daerah tropik
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
DIFTERI
2016
RSUP SANGLAH No. Revisi Halaman
No. Dokumen
DENPASAR 00 3/6
b. Merupakan infeksi sekunder pada luka infeksi, luka
bakar, gigitan insekta dan abrasi kulit
c. Gejala:
i. Terjadi ulkus dangkal dengan tepi yang
meninggi tertutup pseudomembran (tropical
ulcers, desert ulcers), atau mirip impetigo,
ektima, piodermia seperti gigitan serangga,
luka kering bersisik
ii. Cenderung kronik.
7. Difteri genital
a. Dapat terjadi pada penis, vulva dan vagina
b. Jarang
c. Dapat timbul ulkus dengan membran, edema dan
pembesaran kelenjar regional
8. Difteria konjungtiva
a. Dapat sebagai radang kataral atau purulen
b. Pembentukan membran
c. Dapat terjadi ulkus kornea
d. Disertai pembesaran kelenjar preaurikuler.
1. Difteri tonsilofaring
Diagnosis a. Tonsilofaringitis akut karena virus, streptokokus,
mononukleosis, candida, herpes simplex, tularemia.
Banding
b. Angina Plaut-Vincent
c. Ludwig’s angina
d. Abses peritonsiler atau retrofaring
e. Post tonsilektomi
f. Leukemia atau penyakit darah lain
g. Keracunan parakuat dan herbisida
2. Difteri laring
a. Croup (infeksius dan non infeksius)
b. Epiglotitis
c. Benda asing
3. Difteri hidung
a. Benda asing
b. Lues
Pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium
Penunjang
a. pengecatan Gram (tidak diagnostik)
b. kultur dengan media Loeffler
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
DIFTERI
2016
RSUP SANGLAH No. Revisi Halaman
No. Dokumen
DENPASAR 00 4/6
Oleh karena perlu tindakan yang cepat, diagnosis tidak
perlu menunggu hasil laboratorium.
2. Mengeliminasi kuman.
a. Penisilin prokain 50.000 U/kg.bb/hari, IM
atau yang setara
b. Eritromisin (untuk yang sensitif terhadap
penisilin) 40-50 mg/kg.bb/ hari
c. Basitrasin topikal, tambahan untuk difteri
kulit
3. Mencegah miokarditis
a. Prednison 5 mg/kg.bb/hari, atau obat lain
yang setara untuk anak yang toksis, dalam
syok atau gejala obstruksi
b. Digitalis bila terdapat kegagalan jantung
kongestif (hati-hati)
4. Suportif lainnya
Patologi -
Otopsi -