Anda di halaman 1dari 10

I.

Latar belakang
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan pertama kali di
banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu
kuat. Efek anti-inflamasinya terlihat dengan dosis 1200-2400 mg sehari. Absorpsi
ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam. Sembilan puluh persen ibuprofen terikat dalam protein plasma. Ekskresinya
berlangsung cepat dan lengkap. Kira-kira sembilan puluh persen dari dosis yang
diabsorpsi akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau konjugatnya (Tanu,
2009 : 240).
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat
yang terbagi secara halus disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat
menunjukkan kelarutan yang sangat minimum (Ansel, 2008). Suspensi adalah sediaan
cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Tablet, kapsul, suspensi dan berbagai larutan
sediaan farmasi (Ansel, 2008).
Formulasi obat dalam sediaan suspensi memiliki keuntungan yaitu rasanya yang
lebih enak juga dapat meningkatkan absorpsi obat sehingga dapat meningkatkan
bioavailabilitas dari obat. Selain itu, ada beberapa alasan lain pembuatan suspensi oral
untuk banyak pasien yaitu bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat (tablet atau
kapsul dari obat yang sama), mudahnya menelan cairan, mudah diberikan untuk
anakanak juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak (Ansel, 2008).

II. Performulasi zat aktif


Ibuprofen

Struktur Kimia (6)


(FI 6, 2020: 728)
Rumus Molekul C13H18O2 (6) (FI 6, 2020: 728)
Sinonim Ibuprofenum (5) (FI 4, 1995: 449)
Nama Kimia (±)-2-(p-Isobutilfenil) asam propionat [15687-27-1]
(±) campuran [58560-75-1] (6) (FI 6, 2020: 728)
Berat Molekul 206,28 (6) (FI 6, 2020: 728)
Pemerian Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; berbau khas lemah. (6)
(FI 6, 2020: 728)
Kelarutan Sangat mudah larut dalam etanol, metanol, aseton, dan
kloroform; sukar larut dalam etil asetat; praktis tidak larut dalam
air. (6) (FI 6, 2020: 728)
Titik Leleh 75-77,5ºC
Inkompatibilitas Terhadap betablocker efek hipertensi mungkin turun terhadap
digoksin dapat meningkatkan kadar serum, meningkatkan kadar
lithium, meningkatkan kadar merhorektase. Warfarin dapat
meningkatkan resiko peniisan pada lambung. (7) (HOPE, 2009)
Stabilitas Stabil pada pH 7,2 , suhu 37ºC. (7) (HOPE, 2009)
 Panas
 Hidrolisis
 Cahaya
Kesimpulan
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : Basa
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/salep/krim/gel) : Suspensi
Kemasan : Botol kaca gelap.

III. Pendekatan Formula

Fungsi
No. Bahan Jumlah (%) Alasan Penambahan Bahan
Bahan
1. Ibuprofen 100mg/5ml Zat aktif Sebagai bahan utama pembuatan
suspensi ibuprofen.
2. Sirupus Simpleks 30% Pemanis Memberikan rasa manis pada
suspensi ibuprofen.
3. Sorbitol 20% Pemanis Memberikan rasa manis pada
suspensi ibuprofen.
4. Polisorbat 1% Agen Meningkatkan kemampuan
pendispersi dispersibilitas pada suspensi
ibuprofen.
5. CMCNa 1,5% Pensuspensi Untuk mendispersikan partikel
pada suspensi ibuprofen.
6. Red color qs Pewarna Untuk memberikan warna pada
suspensi ibuprofen agar lebih
menarik.
7. Vanilla essens qs Perasa, Untuk memberikan rasa dan
pengaroma aroma pada suspensi ibuprofen.
8. Aqua Ad 100% Pelarut Untuk melarutkan suspensi
ibuprofen.

IV. Preformulasi Eksipient


1. Sirupus Simpleks

Fungsi Sweetening agent (pemanis).


Pemeriaan Cairan jernih, tidak berwarna. (4) (FI 4, 1979:576)
Kelarutan Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih,
sukar larut dalam eter. (4) (FI 4, 1979:576)
Persentase yang digunakan 30%
Stabilitas Ditempat sejuk. (4) (FI 4, 1979:576)
 Panas
 Hidrolisis
 Cahaya
Inkompatibilitas -
Alasan pemilihan eksipient Sirupus simpleks berfungsi untuk memberikan
rasa manis pada suspensi ibuprofen.
Kemasan Dalam wadah tertutup, ditempat sejuk. (4)
(FI 4,
1979:576)

2. Sorbitol

Fungsi Sweetening agent (agen pemanis). (7) (HOPE 6,


2009:679)
Pemeriaan Serbuk hablur putih atau kekuningan, sedikit
higroskopis. (6) (FI 6, 2020:1633)
Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam aseton,
dalam etanol, dan dalam metanol. (6) (FI 6,
2020:1633)
Persentase yang digunakan 20%
Stabilitas Sorbitol secara kimiawi relatif inert dan
 Panas kompatibel dengan sebagian besar eksipien.
 Hidrolisis Sorbitol stabil di udara tanpa adanya katalis dan
 Cahaya dingin, asam encer dan alkali. Sorbitol tidak
menjadi gelap atau terurai pada suhu tinggi atau
dengan adanya amina. Sorbitol tidak mudah
terbakar, tidak korosif, dan tidak mudah menguap.
(7)
(HOPE 6, 2009:679)
Inkompatibilitas Sorbitol akan kelat dalam air dengan banyak ion
logam divalen dan trivalen dalam kondisi asam
dan basa kuat. Larutan sorbitol bereaksi dengan
oksida besi menjadi berubah warna. Sorbitol
meningkatkan laju degradasi penisilin dalam
larutan netral dan berair. (7) (HOPE 6, 2009:679)
Alasan pemilihan eksipient Sorbitol berfungsi untuk memberikan rasa manis
pada suspensi ibuprofen.
Kemasan Wadah kaca, plastik, aluminium, dan stainless
steel yang tertutup dan kedap. (7) (HOPE 6,
2009:679)

3. Polisorbat

Fungsi Agen pendispersi; agen pengemulsi; surfaktan


nonionik; agen pelarut; agen penangguhan; agen
pembasah. (7) (HOPE 6, 2009:549)
Pemeriaan Polisorbat memiliki bau khas dan rasa hangat, agak
pahit. Warna dan bentuk fisik polisorbat pada 25ºC.
(7)
(HOPE 6, 2009:549)
Kelarutan

(HOPE 6, 2009:549)
(7)

Persentase yang 1%
digunakan
Stabilitas Polisorbat stabil terhadap elektrolit serta asam dan
 Panas basa lemah; penyabunan bertahap terjadi pada asam
 Hidrolisis dan basa kuat. Ester asam teoleat peka terhadap
 Cahaya oksidasi. (7) (HOPE 6, 2009:549)
Inkompatibilitas Perubahan warna dan pengendapan terjadi dengan
berbagai zat, terutama fenol, tanin, ter, dan bahan
mirip tar. Aktivitas antimikroba pengawet paraben
berkurang dengan adanya polisorbat. (7) (HOPE 6,
2009:549)
Alasan pemilihan Polisorbat berfungsi untuk meningkatkan kemampuan
eksipient dispersibilitas pada suspensi ibuprofen.
Kemasan Wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di
tempat yang sejuk dan kering. (7) (HOPE 6, 2009:549)

4. CMCNa

Fungsi Pengsuspensi; agen penstabil. (7) (HOPE 6,


2009:118)
Pemeriaan Serbuk atau granul putih sampai krem;
higroskopik. (6) (FI 6, 2020: 832)
Kelarutan Mudah terdispensi dalam air membentuk larutan
koloidal; tidak larut dalam etanol, eter, dan pelarut
organik lain. (6) (FI 6, 2020: 832)
Persentase yang digunakan 1,5%
Stabilitas CMCNa adalah bahan yang stabil, meskipun
 Panas higroskopis. Di bawah kondisi kelembaban tinggi,
 Hidrolisis CMCNa dapat menyerap air dalam jumlah besar
 Cahaya (>50%). Larutan berair stabil pada pH 2-10;
presipitasi dapat terjadi di bawah pH 2, dan
viskositas larutan menurun cepat di atas pH 10. (7)
(HOPE 6, 2009:118)
Inkompatibilitas CMCNa tidak cocok dengan larutan asam kuat
dan dengan garam larut besi dan beberapa logam
lain, seperti aluminium, merkuri, dan seng.
CMCNa juga tidak cocok dengan xanthan gum.
Pengendapan dapat terjadi pada pH < 2. CMCNa
membentuk koaservat kompleks dengan gelatin
dan pektin. CMCNa juga membentuk kompleks
dengan kolagen dan mampu mengendapkan
protein bermuatan positif tertentu. (7) (HOPE 6,
2009:118)
Alasan pemilihan eksipient CMCNa berfungsi untuk mendispersikan partikel
pada suspensi ibuprofen.
Kemasan Wadah tertutup rapat, ditempat yang sejuk, dan
kering. (7) (HOPE 6, 2009:118)

5. Aqua

Fungsi Pelarut
Pemeriaan Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa. (7) (HOPE 6, 2009:766)
Kelarutan
Persentase yang digunakan 100%
Stabilitas Air secara kimiawi stabil dalam semua keadaan
 Panas fisik (es, cair, dan uap). Secara khusus, sistem
 Hidrolisis penyimpanan dan distribusi harus memastikan
 Cahaya bahwa air terlindungi dari kontaminasi ionik dan
organik. (7) (HOPE 6, 2009:766)
Inkompatibilitas Air dapat berekasi dengan obat-obatan dan
eksipient lain yang rentan terhadap hidrolisis pada
suhu sekitar dan suhu tinggi. Air dapat bereaksi
hebat dengan logam alkali dan secara cepat
dengan logam alkali dan oksidanya, seperti
kalsium oksida dan magnesium oksida. Air juga
bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk
hidrat dari berbagai komposisi, dan dengan bahan
organik tertentu dan kalsium karbida. (7) (HOPE 6,
2009:766)
Alasan pemilihan eksipient Aqua berfungsi sebagai pelarut suspensi
ibuprofen.
Kemasan Air untuk tujuan tertentu harus disimpan dalam
wadah yang sesuai.

(7)
(HOPE 6, 2009:766)

V. Perhitungan Formulasi
1. Ibuprofen
100 mg x
=
5 ml 60 ml
100 mg .60 ml
x=
5 ml
x=1200 mg=1,2 gr

2. Sirupus Simpleks
30
×60 ml=18 ml
100

3. Sorbitol
20
×60 ml=12 ml
100
4. Polisorbat
1
×60 ml=0,6 ml
100

5. CMCNa
1,5
×60 ml=0,9 ml
100

6. Aqua
100
×60 ml=60 m l
100

No. Bahan Jumlah dalam Formula Jumlah Penimbangan


1. Ibuprofen 100mg/5ml 1,2 gr
2. Sirupus Simpleks 30% 18 ml
3. Sorbitol 20% 12 ml
4. Polisorbat 1% 0,6 ml
5. CMCNa 1,5% 0,9 ml
6. Red color qs qs
7. Vanilla essens qs qs
8. Aqua Ad 100% 60 ml

Perhitungan dosis
Umur = 8 tahun
Dosis dewasa = 400 mg
umur 8
× dosis dewasa= × 400 m g
20 20
= 160 mg
Dosis maksimal 1× pakai = 160 mg
Dosis maksimal 1 hari pakai = 480 mg
3× sehari 1 sendok teh = 3 × 5 ml
= 15 ml
100 mg x
=
5 ml 15 ml
100 mg×15 ml
x=
5 ml
= 300 mg

VI. Prosedur Pembuatan


Siapkan alat dan bahan.
Dikalibrasi botol 60 ml.

Menimbang semua bahan yang diperlukan. - Timbang ibuprofen 1,2 gr.


- Timbang sirupus kompleks 18
ml.
- Timbang sorbitol 12 ml.
Melarutkan CMCNa dengan aqua hangat
- Timbang polisorbat 0,6 ml.
sedikit demi sedikit sampai CMCNa
- Timbang CMCNa 0,9 ml.
mengembang dan tidak terdapat gumpalan-
- Timbang aqua 60 ml
gumpalan.

Menambahkan ibuprofen kedalam CMCNa


yang telah dilarutkan, sisihkan.

Melarutkan polisorbat dengan aqua dan


tambahkan sorbitol, sisihkan.

Melarutkan sirupus simpleks dengan aqua


panas hingga homogen, sisihkan.

Mencampurkan semua bahan yang sudah


dibuat.

Menambahkan red color dan vanilla essens,


aduk hingga homogen.

Masukkan kedalam botol yang sudah


disediakan.
VII. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis (Sana et al., 2012)
Evaluasi organoleptis suspensi dilakukan dengan menilai perubahan rasa, warna,
dan bau.
2. Bobot jenis (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995)
Bobot jenis diukur dengan menggunakan piknometer. Pada suhu ruang,
piknometer yang kering dan bersih ditimbang (A gram). Kemudian diisi dengan
air dan ditimbang kembali (A1 gram). Air dikeluarkan dari piknometer dan
piknometer dibersihkan. Sediaan lalu diisikan dalam piknometer dan timbang
(A2 gram).
3. Viskositas (Martin et al., 1993)
Uji visikositas dilakukan dengan menggunakan visikometer stormer. Cara
penentuan visikositas dari sediaan suspensi adalah sebagai berikut: masukan
sediaan suspensi beban tertentu dan lepaskan kunci pengatur putaran sehingga
beban turun dan mengakibatkan bob berputar. Catatlah waktu yang diperlukan
bob untuk berputar 100 kali putaran. Dengan menambah dan mengurangi beban
akan didapat pengukuran pada beberapa kecepatan geser.
4. Pengukuran pH (Aremu & Oduyela, 2015)
Suspensi ibuprofen ditentukan dengan menggunakan pH meter digital. Kalibrasi
alat, lalu elektroda dari pH meter digital dicelupkan ke dalam suspensi, biarkan
selama 30 detik, catat nilai pH yang muncul pada layar alat.
5. Volume Sedimentasi (Shah et al., 2014)
Suspensi ibuprofen (10 mL) dimasukkan ke dalam gelas ukur bervolume 10 mL.
Kemudian biarkan tersimpan tanpa gangguan, catat volume awal (Vo), simpan
maksimal hingga 4 minggu. Volume tersebut merupakan volume akhir (Vu).
6. Redispersi (Gebresamuel & Gebre Mariam, 2013)
Evaluasi suspensi ibuprofen ini dilakukan setelah pengukuran volume
sedimentasi konstan. Dilakukan secara manual dan hati-hati, tabung reaksi
diputar 180° dan dibalikkan ke posisi semula. Formulasi yang dievaluasi
ditentukan berdasarkan jumlah putaran yang diperlukan untuk mendispersikan
kembali endapan partikel ibuprofen agar kembali tersuspensi. Kemampuan
redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dan diberi nilai 100%.
Setiap pengulangan uji redispersi pada sampel yang sama, maka akan
menurunkan nilai redispersi sebesar 5%.
7. Freeze-thawcycling (Madjid et al., 2003)
Evaluasi pertumbuhan kristal dengan pengamatan mikroskopis langsung
menggunakan mikroskop cahaya yang dilengkapi dengan kamera.
8. Distribusi ukuran partikel (Panda et al., 2011)
Formula dievaluasi distribusi ukuran partikel yang dilakukan secara mikroskopis
cahaya menggunakan lensa okuler pada 100x (10x10) yang dilengkapi kamera.
Ukuran partikel dilakukan dengan mengukur 1000 partikel dari masing-masing
formula dan dilakukan pengelompokan ukuran partikel.

VIII.Daftar Pustaka
1. Atikoh, Nurul. Pengaruh PGA, Tragakan dan Kombinasi PGA dengan Tragakan
Sebagai Suspending Agent Terhadap Sifat Fisik Suspensi Ibuprofen.
2. Fatmawati U. Formulasi Suspensi Analgesik-Antipiretik Ibuprofen dengan
Suspending Agent Gom Arab dan CMC-Na. Journal of Pharmaceutical Care
Anwar Medika. 2018; 1(1): 12-15.
3. Haqiqi FN. Efek Pemberian Madu Hutan terhadap Mukosa Gaster yang
Diinduksi Ibuprofen Suspensi. Majority. 2015; 4(8): 127-132.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi
III. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi
IV. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia Edisi
VI. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
7. Rowe RC, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients, (6th ed). Washington D.C : Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association.
8. Wahyuni R, Syofyan, Yunalti S. Formulasi dan Evaluasi Stabilitas Fisik
Suspensi Ibuprofen Menggunakan Kombinasi Polimer Serbuk Gom Arab dan
Natrium Karboksimetilselulosa. Jurnal Farmasi Higea. 2017; 9(1): 56-67.

Anda mungkin juga menyukai