Anda di halaman 1dari 18

RINGKASAN

Pengertian konsep AIDAS adalah sebagai berikut:

1. Attention atau Tahapan Perhatian yang merupakan tahap dimana kita


akan membuat para konsumen memiliki kesadaran dan juga keberadaan
dari produk yang kita miliki, baik dengan cara menggunakan media sosial
media, cetak dan sebagainya.
2. Interest atau Tahapan Ketertarikan yang dalam hal ini perusahaan akan
menarik perhatian yang dimiliki oleh konsumen untuk dapat menarik minat
dari pembelinya.
3. Desire atau Tahapan Berhasrat yang merupakan tahapan dalam
memberikan penawaran yang dimana tidak akan dapat ditolak bagi sang
konsumen yang dimana akan memiliki sebuah keinginan dan juga hasrat
dalam membeli produk yang kita tawarkan.
4. Action atau Tindakan yang dimana tahap ini membuat konsumen akan
membeli produk yang kita tawarkan.
5. Satisfaction atau Kepuasan yang dimana bagian akhir yang memebuat
konsumen menjadi puas dengan produk yang kita miliki dan pada akhirnya
kita akan membeli produk yang telah kita buat dan tawarkan.

Pembahasan
Model AIDAS dianggap sangatlah wajib untuk diketahui bagi setiap
marketer yang dimana akan digunakan dalam memberikan pemahaman
dengan pola pikir dari seorang pelanggan dari sebuah produk sehingga kita
akan mampu memahami konsumen kita dengan baik dan juga akan dapat
kita pastikan bahwa kita akan menciptakan sebuah strategi yang dianggap
tepat dalam melakukan bisnis.
Teori AIDAS menjadi salah satu teori yang sering digunakan dalam kegiatan penjualan. Lebih
tepatnya, teori ini menjelaskan secara rinci mengenai tahapan yang harus dilakukan oleh
penjual atau perusahaan dalam melaksanakan penjualan.
Dapat dikatakan pula jika teori AIDAS termasuk dalam konsep strategi pemasaran. Tujuannya
supaya konsumen bisa merasa puas dan perusahaan atau penjual bisa mendapat keuntungan
maksimal. Biasanya teori ini diterapkan dalam pemasaran digital, strategi penjualan, serta
kampanye humas (hubungan masyarakat).
Teori AIDAS Menurut Irwan Istanto Jaya, dkk, dalam jurnal Perancangan Promosi Tempat
Tidur Mr Coil (2014), teori AIDAS mengatakan jika segala bentuk promosi harus dilandaskan
pada tahap demi tahap yang telah direncanakan sebelumnya.
AIDAS merupakan singkatan dari Attention, Interest, Desire, Action, Satisfication.
Berikut penjelasannya:
Attention Dilansir dari situs Corporate Finance Institute, attention merupakan tahapan dimana
konsumen mendapat perhatian terhadap suatu produk. Artinya penjual akan melakukan
berbagai upaya untuk menarik perhatian pembeli, supaya konsumen mendapatkan kesan
pertama yang baik. Attention bisa dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya lewat iklan media
sosial, iklan di televisi, ataupun dengan promosi langsung ke calon konsumen.
Interest Adalah tahapan saat penjual harus menciptakan minat pada diri konsumennya.
Misalnya apakah suatu produk dapat menarik minat khalayak untuk membeli dan
memakainya. Penciptaan interest bisa dilakukan dengan menarik perhatian konsumen secara
intensif. Sehingga minat pembeli semakin kuat. Agar minat pembeli semakin kuat, penjual bisa
lebih fokus pada target pasar dan menentukan cara yang dirasa pas. Misalnya yang
ditargetkan remaja, penjual bisa bertanya soal aktivitas atau kesukaannya dan kemudian bisa
dihubungkan pada produk yang dijual.
Desire. Pada tahap ini, penjual memberikan penawaran yang tidak dapat ditolak. Artinya
penjual akan terus merangsang keinginan konsumen hingga akhirnya berniat membeli.
Penjual akan berusaha menyingkirkan berbagai penghalang, seperti penolakan, interupsi
ataupun hal lainnya. Tahapan ini bisa dilakukan dengan memberi promosi, penawaran harga
terbaik, diskon, pemberian informasi menarik tentang produk, manfaat menggunakan produk,
dan lain sebagainya.
Action. Action merupakan tahapan untuk membuat konsumen mengambil tindakan
pembelian. Kegiatan penjualan dianggap berhasil apabila konsumen membeli produk yang
sudah ditawarkan. Hal ini bisa dilakukan dengan mengajak konsumen untuk membeli
produknya.
Satisfication merupakan tahapan di mana penjual akan memastikan konsumen mendapatkan
kepuasan. Tidak hanya dari segi promosi saja, tetapi juga dalam penggunaan produk.
Sehingga konsumen merasa jika keputusan yang diambil sudah tepat. Hal ini bisa dilakukan
dengan mengucapkan terima kasih kepada konsumen setelah membeli produknya, menjaga
kualitas produk, menanggapi keluhan terhadap produk, dan lain sebagainya.

Pengaruh teori AIDAS di dunia bisnis marketing


Teori AIDAS jelas membawa pengaruh dalam dunia bisnis marketing. Adanya teori ini
membuat perusahaan ataupun penjual merasa lebih jelas dalam menentukan strategi
pemasaran. Artinya tahapan promosi produk ataupun kegiatan penjualan dapat berjalan lebih
sistematis dan terstruktur. Selain itu, dengan menerapkan teori AIDAS di bisnis marketing juga
memudahkan penjual atau perusahaan dalam melakukan evaluasi terhadap hal yang dirasa
masih kurang. Sehingga hal ini bisa menjadi bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan
terhadap strategi pemasarannya.
AIDA: Apa Itu, Contoh Penerapan, Kelebihan dan Kekurangannya

Isi Artikel
1.  Apa Itu Model AIDA?
2.  Bagaimana Contoh Penerapan AIDA?
3.  Kelebihan dan Kekurangan AIDA
Apakah kamu pernah mendengar marketing model AIDA? Dalam dunia marketing, AIDA
adalah salah satu model dan funnel marketing klasik yang populer untuk digunakan.
Untuk mengetahui lebih dalam apa pengertian AIDA hingga contoh-contoh penerapannya,
simak ulasan Glints berikut ini, ya!

Apa Itu Model AIDA?

© Pexels.com
AIDA adalah model marketing yang dapat mengidentifikasi tahapan kognitif yang dialami
seseorang dalam proses pembelian untuk suatu produk dan layanan.
Model ini menjelaskan bagaimana pembeli melalui sebuah proses yang terdiri dari beberapa
tahap sebelum akhirnya ia melakukan kegiatan pembelian.
Menurut The Balance Careers, seorang pelopor dalam dunia periklanan dan penjualan asal
Amerika, Elias St Elmo Lewis, menciptakan ungkapan serta pendekatannya.
Di tahun 1899, Lewis berbicara tentang cara menarik perhatian pembaca saat memberikan
informasi, hingga menggubah mereka menjadi pelanggan.
Di tahun 1909, hal tersebut berkembang dan menjadi menarik perhatian, membangkitkan
minat, persuasif, dan meyakinkan.
Hal tersebut kurang lebih menyerupai model AIDA yang sekarang terkenal di seluruh dunia.
AIDA adalah akronim
dari Awareness (Kesadaran/DayaTarik), Interest (Minat), Desire (Keinginan),
dan Action (Aksi).
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing huruf yang mewakili proses jual beli.
1. Awareness
Tahapan AIDA yang pertama adalah menciptakan kesadaran atau daya tarik pada
sebuah brand dan produk/jasa yang dijual.
Tahap ini menjelaskan pentingnya menarik perhatian konsumen yang dapat dilakukan dengan
banyak cara seperti menempatkan iklan di lokasi yang memiliki kemungkinan untuk banyak
dilihat orang.
Selain itu, bisa juga untuk menambahkan sesuatu yang provokatif untuk menarik perhatian.
Pada tahap ini, personalisasi juga bisa membantu.
Untuk membuat konsumen tertarik maka perlu untuk menargetkan konsumen secara
individual.
2. Interest
Setelah mendapatkan perhatian dari konsumen, tahapan kedua dari AIDA adalah
untuk mempertahankannya.
Tahap ini cenderung lebih sulit jika dibandingkan tahap pertama, apalagi jika produk dan
layanan dari perusahaan tidak mumpuni.
Menjaga minat konsumen adalah tantangan khusus dalam proses pemasaran.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk terus mempertahankan minat konsumen, salah
satunya dengan memberikan sesuatu yang terus relevan dan menarik.
Jangan sampai konsumen bosan dengan iklan yang itu-itu saja atau bahkan semakin sulit
untuk dimengerti.
Buatlah beragam iklan menarik untuk menginformasikan apa yang bisa didapatkan konsumen.
Buatlah mereka menaruh minatnya terhadap brand serta produkmu.
Tahap ini penting untuk mendorong konsumen melakukan riset lebih lanjut terkait brand dan
produk tersebut.
3. Desire
Desire adalah tahap ketiga dalam proses pembelian suatu produk atau barang yang dialami
konsumen menurut model funnel AIDA.
Sekarang, ketika kita berasumsi bahwa konsumen sudah tertarik terhadap brand dan produk,
maka saatnya untuk menciptakan hasrat dan hubungan yang lebih emosional.
Di sinilah pentingnya untuk lebih banyak menunjukkan keunggulan dari brand dan produk,
serta untuk membuat ketertarikan konsumen menjadi perasaan untuk membutuhkan produk
tersebut.
Mungkin sebelumnya, konsumen memiliki sejumlah keraguan dan pertanyaan akan produk.
Di sinilah sangat penting untuk meyakinkan kembali konsumen dan memberikan banyak
alasan lain agar konsumen dapat merasa butuh untuk membeli produk tersebut.
Tidak lupa untuk membuat informasi tersebut dengan fakta-fakta menarik dari produk atau
layananmu.
4. Action
Tahap yang terakhir dari AIDA adalah aksi, artinya di sinilah konsumen melakukan aksi
pengambilan keputusan.
Pada tahap ini, ada banyak bentuk yang dapat dilakukan konsumen, seperti
mengunjungi website, melakukan panggilan telepon, berlangganan newsletter, mengunjungi
toko, dan lain-lain.
Tak ada jaminan bahwa setiap proses pemasaran akan selalu berakhir dengan penjualan.
Namun, penting untuk meyakinkan bahwa setiap konsumen yang sudah mencapai tahap
“aksi” ini memiliki impresi dan pengalaman yang menyenangkan terhadap produk dan brand.
Baca Juga: Marketing Campaign: Kunci Keberhasilan Bisnis yang Wajib Kamu Tahu
Bagaimana Contoh Penerapan AIDA?

© Pexels.com
AIDA mungkin tidak hanya bisa disebut sebagai model pemasaran, tapi juga model
komunikasi.
AIDA adalah sebuah metode yang dapat mengidentifikasi bagaimana dan kapan
berkomunikasi di setiap tahap kepada konsumen.
Perlu diingat bahwa konsumen menggunakan platform yang berbeda dan memerlukan
informasi yang berbeda pula.
Ketika menerapkan AIDA, ingatlah beberapa pertanyaan kunci sebagai berikut:
Awareness
 Bagaimana kita membuat konsumen mengetahui produk atau layanan yang kita pasarkan?
 Apa strategi kita untuk menjangkau konsumen?
 Apa pesan yang ingin disampaikan?
 Platform apa yang akan digunakan?
Interest
 Bagaimana kita akan mendapatkan ketertarikan konsumen?
 Apa saja bukti yang dapat mendukung reputasi brand atau produk?
 Apa strategi konten yang kita miliki?
 Bagaimana kita menyampaikan informasi?
Desire
 Apa yang membuat produk atau layanan diinginkan?
 Bagaimana untuk berinteraksi secara personal dan membuat hubungan emosional? Melalui
obrolan langsung atau media sosial?
Action
 Apa bentuk ajakan dan di mana kita menempatkannya?
 Apakah sudah cukup mudah bagi konsumen untuk terhubung dengan kita?
 Bagaimana cara konsumen untuk terlibat di seluruh platform yang tersedia dan mereka gunakan?
Kelebihan dan Kekurangan AIDA

© Pexels.com
Merangkum dari DM Exco, Ionos dan Hubspot, berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari
model AIDA funnel.
1. Kelebihan
Model funnel AIDA sendiri telah hadir selama lebih dari 100 tahun.
Meski begitu, AIDA masih digunakan hingga sekarang karena modelnya yang timeless dan
sudah banyak model turunannya, seperti;
 DAGMAR: (Defining Advertising Goals for Measured Advertising Results)
 AIDAS: (Attention, Interest, Desire, Action, Satisfaction)
 AISDALSLove: (Attention, Interest, Search, Desire, Action, Like/dislike, Share, Love/hate)
Selain itu, kelebihan lain dari model AIDA sendiri adalah sebagai berikut;
 mampu menggambarkan proses pembelian seseorang dengan sangat sederhana
 membantumu dalam mengetahui potensi kelemahan dari produkmu sendiri
 dalam konteks content marketing, membantumu membuat konten yang dapat mengonversi
audiens menjadi konsumen
2. Kekurangan
Meski begitu, model funnel AIDA pun bukan tanpa kekurangan, berikut adalah beberapa di
antaranya.
 tidak memperhitungkan buyer’s journey yang non-linear
 tidak memperhitungkan impulse purchase
 terlalu membuat proses pembelian seseorang terlalu simpel
 tidak melibatkan faktor-faktor ketika membeli seperti ketersediaan barang, harga, kepuasan
konsumen, dan rekomendasi dari lingkungan sekitar
Baca Juga: Menyelami Konsep 7P dalam Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Itu adalah penjelasan tentang AIDA yang perlu kamu ketahui.
Meski AIDA sudah berusia lebih dari 100 tahun, model funnel ini tetap bisa relevan berkat
adaptasi dan modifikasi dari para marketing experts untuk bisa sesuai dengan keadaan saat
ini.
Maka dari itu, ayo terus kembangkan skill menulis dan pertajam pengetahuanmu dengan
mengikuti kelas di Glints ExpertClass. Cek kelas-kelasnya di sini, yuk!
 
Sumber
 What Does the Sales Acronym AIDA Mean?
 What is the AIDA model?
 The AIDA model & digital marketing: are they (still) compatible
 The AIDA Model: A Proven Framework for Converting Strangers Into Customers
AIDA: Definisi, Manfaat, dan Contoh Penerapannya
by Minlab 211.4kViews
Menjaring konsumen tentu bukan hal yang simpel. Karena, selain harus menawarkan produk
yang berkualitas, pebisnis juga harus bisa melakukan pendekatan yang tepat agar calon
konsumen tertarik untuk membeli. 
Untungnya, ada salah satu cara ampuh yang bisa kamu coba untuk PDKT ke calon
konsumen, yaitu menerapkan model AIDA.
Sebab, model ini dapat membantumu memahami langkah-langkah untuk menarik perhatian
calon konsumen, hingga mengajak mereka untuk melakukan pembelian.
Ingin tahu lebih dalam tentang pengertian AIDA dan cara menggunakan AIDA? Mari kita
kupas tuntas di artikel ini!
Contents  hide 
1 Apa itu AIDA?
2 Bagaimana Cara Menggunakan Konsep AIDA?
2.1 1. Attention
2.2 2. Interest
2.3 3. Desire
2.4 4. Action
3 Contoh Penerapan AIDA
3.1 1. Attention
3.2 2. Interest
3.3 3. Desire
3.4 4. Action
4 Kelebihan Model AIDA
5 Kekurangan Model AIDA
6 Yuk Gunakan AIDA dalam Proses Pemasaran Bisnismu!
Apa itu AIDA?
AIDA adalah sebuah model yang menjelaskan empat fase yang dialami seorang konsumen
sebelum melakukan pembelian. Keempat fase ini disingkat dengan A-I-D-A.

sumber: smartinsights.com
Nah, AIDA model adalah singkatan dari empat kata, yaitu Attention, Interest,
Desire, dan Action. Berikut adalah arti dari keempat kata tersebut:
1. Attention (Perhatian) – Fase di mana bisnis berhasil menarik perhatian calon konsumen.
2. Interest (Minat) – Fase di mana calon konsumen mulai tertarik dengan bisnis atau produk
yang ditawarkan.
3. Desire (Keinginan) – Fase di mana calon konsumen benar-benar ingin membeli produk atau
layanan yang ditawarkan oleh bisnis.
4. Action (Tindakan) – Fase di mana calon konsumen sudah beralih menjadi konsumen.
Karena mereka berhasil melakukan pembelian.
Sejarah AIDA pun sudah bermula cukup lama. Model ini pertama kali muncul sekitar tahun
1898 di Amerika Serikat, oleh seorang pakar periklanan bernama Elias St. Elmo Lewis.
Awalnya, model yang ia buat hanya terdiri dari menarik perhatian, menjaring
minat, dan mendorong keinginan saja. Lalu, di kemudian hari, dia baru menambahkan fase
keempat, yaitu mengajak calon konsumen untuk melakukan pembelian.
Inspirasi dari model AIDA sendiri muncul ketika Lewis membaca materi-materi psikologi dari
WIlliam James, yang kerap dikenal sebagai Bapak Psikologi Amerika.
Walau model ini memiliki sejarah yang cukup panjang, tapi relevansinya tetap terasa hingga
hari ini. Buktinya, masih banyak bisnis yang menggunakan model ini saat menjalankan proses
pemasaran.
Lalu, bagaimana sih cara menerapkan model AIDA saat melakukan pemasaran? Mari kita
bahas di bagian selanjutnya.
Bagaimana Cara Menggunakan Konsep AIDA?
Sebelum menggunakan konsep AIDA, sebaiknya kamu mencari tahu karakteristik calon
konsumenmu terlebih dulu. Karena, informasi tentang minat, selera, dan preferensi mereka
akan menjadi wawasan yang bermanfaat saat menerapkan AIDA.
Jika kamu sudah tahu target pasar yang ingin kamu jangkau, kamu bisa mulai dengan fase
yang pertama, yaitu attention.
1. Attention
Attention adalah fase di mana kamu harus mencoba untuk menarik perhatian calon
konsumenmu. Karena, asumsinya mereka belum mengenal bisnismu dan produk yang kamu
tawarkan.
Dengan menarik perhatian mereka, harapannya calon konsumen bisa tahu bahwa brandmu
“ada” dan mereka juga bisa tahu apa saja produk yang kamu jual.
Jadi, tujuan utama di fase ini adalah meningkatkan brand awareness sebesar-besarnya. Ada
beberapa aktivitas yang biasanya dilakukan bisnis pada fase ini, seperti:
o Membuat artikel blog
o Mengupload video di YouTube
o Membuat postingan di media sosial
Inti dari ketiga aktivitas di atas sama, yaitu membuat konten yang bisa menarik perhatian
calon konsumen. Itulah mengapa kamu harus tahu karakteristik target konsumenmu dulu,
tujuannya agar konten yang kamu buat sesuai dengan selera mereka.
Contohnya, misalkan kamu punya bisnis agen travel. Untuk menarik calon perhatian
konsumen, kamu bisa membuat artikel atau video tentang rekomendasi tempat wisata yang
menarik.
2. Interest
Interest adalah fase di mana kamu harus membuat calon konsumen tertarik dengan bisnismu
atau produk yang kamu tawarkan.
Jadi, jika di fase ini kamu berhasil membuat calon konsumen berkata “saya suka produk x”
atau “kelihatannya produk x menarik”, berarti strategi yang kamu jalankan sudah berhasil.
Tapi, bagaimana caranya agar calon konsumen bisa tertarik dengan produkmu?
Di sini, triknya adalah memahami nilai-nilai yang dianggap penting oleh calon konsumen
terkait sebuah produk.
Contohnya, misalkan kamu melakukan riset pelanggan, dan dari hasil risetnya, diketahui
bahwa nilai produk yang dianggap paling penting oleh mayoritas pelanggan adalah harga
yang terjangkau.
Jadi, untuk membuat mereka tertarik, kamu bisa saja membuat konten yang isinya tentang list
perbandingan harga produk atau alasan mengapa produkmu punya nilai value for
money yang lebih baik dibanding kompetitor
3. Desire
Setelah berhasil membuat calon konsumen tertarik, kamu harus membuat
mereka menginginkan produkmu.
Lalu, apa bedanya dengan fase sebelumnya? Well, di fase interest, calon konsumen
baru tertarik dengan produkmu, tapi mereka belum di tahap ingin membeli produknya.
Jadi, tujuan di fase ini adalah untuk memastikan bahwa calon konsumen yang tertarik dengan
produkmu jadi ingin membeli produkmu saat ini juga.
Itulah mengapa saat masuk ke fase desire, umumnya bisnis akan melancarkan promosi yang
bisa mengundang calon konsumen untuk membeli secepatnya.
Contohnya seperti menawarkan promo terbatas, buy 1 get 1, atau kupon di event tertentu.
Sehingga, calon konsumen bisa merasa bahwa sekarang adalah momen yang tepat untuk
membeli.
4. Action
Di tahap AIDA yang terakhir, kamu perlu memastikan bahwa calon konsumen benar-benar
membeli produkmu. Karena, terkadang konsumen yang sudah berminat pun bisa saja tidak
jadi membeli.
Alasannya bisa bermacam-macam, mulai dari proses pembayaran yang ribet hingga kesulitan
dalam menjalani alur transaksinya.
Di fase action, yang perlu kamu lakukan adalah mempermudah calon konsumen dalam
melakukan pembelian. Umumnya, yang dilakukan pertama kali adalah membuat tombol CTA
(Call-to-action).
Fungsi tombol ini adalahmengajak calon konsumen untuk langsung melakukan pembelian.
Contohnya, pasti kamu pernah melihat tombol CTA dengan tulisan-tulisan seperti ini:
o Klik di sini untuk daftar sekarang juga!
o Beli produk X – Diskon 25%
o Saya ingin berlangganan layanan X
Tanpa tombol ini, calon konsumen bisa jadi bingung harus mengklik apa untuk bisa
melanjutkan proses pembelian.
Selain itu, pastikan kamu sudah membuat alur transaksi yang jelas agar calon konsumen bisa
menyelesaikan proses embelian tanpa kendala sama sekali.
Baca juga: Email Marketing: Panduan Komplit untuk Pemula [Terbaru!]
Contoh Penerapan AIDA
Untuk mempermudah pemahaman, kami akan jelaskan contoh penerapan konsep AIDA di
dunia nyata. Model ini juga sebetulnya bisa diterapkan ke banyak hal. Mulai dari content
marketing hingga copywriting.
Di sini, kita akan ambil contoh penerapan AIDA dalam konteks content marketing di salah satu
bisnis travel terbesar di Indonesia, yaitu Traveloka. Yuk kita mulai!
1. Attention
Pertama-tama, yang dilakukan Traveloka untuk menarik perhatian target pasarnya adalah
membuat konten yang menarik, salah satunya dalam bentuk artikel blog.
Karena target konsumen mereka adalah orang-orang yang tertarik untuk berwisata, tentunya
konten yang dibuat harus cocok dengan karakteristik tersebut. Itulah mengapa Traveloka
membuat artikel seperti ini:

Dengan cara ini, mereka dapat mengundang target pasarnya untuk berkunjung ke website
Traveloka. Lalu, apa manfaatnya?
Pada kunjungan pertama, calon konsumen belum tentu ngeh dengan Traveloka. Tapi,
bagaimana dengan kunjungan kedua, ketiga, dan seterusnya? Semakin banyak konten
menarik yang Traveloka buat, tentu semakin sering calon konsumen berkunjung ke
websitenya.
Sehingga, seiring berjalannya waktu, target pasar akan mengetahui bahwa Traveloka punya
apa yang mereka butuhkan: berbagai layanan menarik untuk menemani mereka traveling.
2. Interest
Oke, sekarang target pasar sudah tahu bahwa Traveloka menyediakan berbagai layanan yang
dapat mempermudah mereka saat sedang traveling. Tapi, bukankah yang menawarkan
layanan seperti itu bukan hanya Traveloka?
Itulah mengapa pada fase AIDA selanjutnya, tujuan utamanya adalah memastikan bahwa
calon konsumen tertarik dengan layanan yang ditawarkan Traveloka.
Salah satu cara yang mereka lakukan adalah membuat halaman khusus paket hemat liburan
untuk berbagai destinasi wisata:

Dengan layanan ini, ada dua nilai yang berusah ditonjolkan oleh Traveloka,
yaitu kemudahan dan harga yang terjangkau. Karena calon konsumen bisa memesan tiket
penerbangan dan booking hotel sekaligus dengan biaya yang lebih murah.
Fungsi halaman ini adalah untuk menambah daya tarik Traveloka di mata calon konsumen.
Khususnya bagi orang-orang yang sedang mencari solusi traveling yang lebih praktis dan
terjangkau.
3. Desire
Setelah calon konsumen tahu bahwa Traveloka menawarkan berbagai layanan menarik yang
sesuai dengan keinginan mereka, apakah mereka akan langsung memesan? Belum tentu.
Oleh karena itu, di fase selanjutnya, hal yang harus dilakukan adalah meyakinkan calon
konsumen bahwa melakukan pemesanan adalah keputusan yang tepat.
Jadi, apa yang dilakukan Traveloka di fase ini? Mereka menawarkan berbagai promo menarik
yang bisa mendorong calon konsumen untuk memesan dalam jangka waktu dekat.
Ada banyak media yang bisa digunakan untuk menampilkan promonya. Mulai dari postingan
di sosial media, kiriman email, hingga iklan di Google. Intinya, calon konsumen harus tahu
bahwa Traveloka punya penawaran menarik untuk mereka.
4. Action
Terakhir, untuk memastikan bahwa calon konsumen benar-benar melakukan pembelian,
Traveloka menyediakan halaman booking yang mudah untuk dijangkau.
Jika kamu berkunjung ke halaman utama websitenya, kamu bisa langsung melakukan
pemesanan untuk layanan apapun yang kamu inginkan. Mulai dari booking hotel, tiket
pesawat, hingga tiket kereta:
Tidak hanya itu, Traveloka juga memberikan kemudahan lain agar calon konsumen semakin
yakin untuk melakukan pemesanan. Jadi, mereka memungkinkan pengunjung websitenya
untuk melihat tanggal di mana pemesan bisa mendapatkan harga termurah:

Hal ini belum lagi ditambah dengan lengkapnya opsi pembayaran yang ditawarkan Traveloka.
Jadi, pemesan bisa melakukan pembayaran menggunakan banyak cara, mulai dari melalui e-
wallet, transfer bank, hingga minimarket.
Berbagai usaha di atas bisa dibilang menjadi salah satu contoh eksekusi yang baik di fase
action. Intinya, pastikan bisnismu benar-benar membuat pengalaman transaksi konsumen
senyaman mungkin.
Baca juga: 17+ Contoh Copywriting Memikat untuk Raih Untung Berlipat!
Kelebihan Model AIDA
Di atas, kamu sudah tahu bahwa AIDA adalah salah satu konsep yang sering digunakan oleh
banyak bisnis saat melakukan pemasaran. Tapi apakah cuma itu alasan untuk menggunakan
model ini?
Tentu saja tidak, berikut adalah beberapa kelebihan dan manfaat yang ditawarkan oleh AIDA:
o Membantu memahami customer journey – Seluruh fase di konsep AIDA menggambarkan
fase yang dilewati oleh calon konsumen, sehingga kamu bisa menargetkan konsumen sesuai
dengan fasenya.
o Membuat kampanye pemasaran lebih terstruktur – Kamu tak perlu lagi khawatir salah
dalam menjalankan strategi pemasaran, karena kamu bisa menyesuaikan strategimu dengan
masing-masing fasenya. 
o Mencegah kerugian akibat pemasaran – Salah menentukan strategi pemasaran bisa
membuat bisnismu jadi merugi. Itulah mengapa kamu harus mempromosikan produk sesuai
dengan fase yang dilewati calon konsumen.
Namun, bukan berarti AIDA benar-benar tanpa cela. Masih ada beberapa kekurangan yang
perlu kamu ketahui juga dari model ini.
Kekurangan Model AIDA
Di balik berbagai manfaatnya, berikut adalah beberapa kelemahan dari model AIDA:
o Terlalu simpel – Di model ini, kita bisa mengetahui buying proces, mulai dari tidak tahu brand
kita, hingga melakukan pembelian. Sayangnya, AIDA tidak mempertimbangkan langkah yang
mesti dilakukan setelah transaksi
o Kurang fleksibel – Terkadang, fase yang dialami calon pembeli tidak terbatas pada AIDA.
Misal, ada juga orang yang baru masuk ke fase attention dan langsung tertarik untuk membeli.
o Penggunaannya terbatas – Model AIDA sangat ideal untuk untuk konsumen yang baru
pertama kali membeli. Tapi, model ini kurang mempertimbangkan konsumen yang membeli
untuk kedua kali, ketiga kali, dan seterusnya.
Intinya, jika kamu menggunakan AIDA saat menjalankan pemasaran, pastikan kamu tidak
terpaku pada keempat fase yang ada di model ini saja.
Kamu juga harus melakukan trial and error agar tahu pola kebiasaan calon konsumenmu.
Sehingga, kampanye pemasaran yang kamu jalankan bisa benar-benar tepat sasaran.
Yuk Gunakan AIDA dalam Proses Pemasaran Bisnismu!
Selamat! Sekarang kamu sudah tahu apa itu AIDA, manfaatnya, hingga contoh penerapannya.
Sehingga, sekarang kamu sudah siap untuk menerapkannya ke dalam bisnismu.
AIDA adalah satu dari sekian banyak alat yang bisa kamu gunakan dalam melancarkan
kampanye pemasaran online. Jika kamu ingin mendapat lebih banyak wawasan terkait
pemasaran online, kamu bisa gabung ke komunitas Digital Marketing Bitlabs di Discord.
Di grup ini, kamu bisa saling berbagi wawasan dengan sesama penggiat digital
marketing secara cuma-cuma! Tertarik? Klik banner di bawah untuk join:

Mau belajar lebih dalam lagi tentang digital marketing? Tak usah khawatir, karena Bitlabs juga
menyediakan Career Acceleration Bootcamp buat kamu yang pengen jadi Digital
Performance Marketer andalan!
Di kelas ini, kamu bakal diajarin sama berbagai mentor yang udah berpengalaman di
bidangnya. Contohnya seperti Senior Online Marketing di Lazada, Performance Marketing
Lead di Bibit, dan MarTech Lead di Gojek.
Materinya juga lengkap banget, ini sebagian di antaranya:
o Fundamental of Marketing & Branding – Kamu akan belajar dasar-dasar dari ilmu
pemasaran dan juga branding.
o Search Engine Optimization – Kamu juga akan diajarkan cara agar bisnismu bisa semakin
mudah untuk muncul di Google. 
o Google Ads – Kamu akan tahu cara mengiklankan bisnismu di Google.
o Content Marketing – Di sini, kamu akan belajar cara membuat strategi konten yang
menguntungkan.
o TikTok Marketing – Selain menyajikan konten yang menghibur, TikTok juga bisa menjadi
media pemasaran yang menjanjikan. Di sini kamu akan mengetahui cara menggunakannya.
o Facebook & Instagram Ads – Kamu juga akan belajar cara mengiklankan bisnismu di
Facebook dan Instagram.

Anda mungkin juga menyukai