Anda di halaman 1dari 4

BUDAYA MASYARAKAT TANA TORAJA

SULAWESI SELATAN

Seppa Talung Buku (Pakaian Pria)


Masyarakat adat Suku Toraja di Sulawesi Selatan menamakan pakaian laki laki mereka
sebagai Seppa Talung Buku.
Satu set baju tradisional dengan kisaran panjang celana sampai lutut menjadi ciri khasnya.
Rangkaian aksesoris yang melengkapi pakaian ini terdiri dari Gayang (keris), sebuah
selempang, Lipa’ (sarung tradisional), Kandaure (kalung tradisional), sabuk, kain penutup
kepala, dan lainnya.
Warna-warna untuk motif tradisional pada baju ini meliputi kuning, merah, atau putih.
Penggunan Seppa Tallung dilakukan untuk upacara adat Rampanan Kapa’, Rambu Solo’, atau
sebagai busana bagi para penari.
Pa' Piong, Makanan Khas Toraja yang Unik dan Bernilai Budaya

Kuliner khas Toraja, Pa’Piong merupakan makanan khas yang disuguhkan untuk upacara adat
masyarakat Tana Toraja.
Artikel ini telah tayang di Tribuntoraja.com dengan judul Mengenal Pa' Piong, Makanan Khas
Toraja yang Unik dan Bernilai Budaya,
https://toraja.tribunnews.com/2023/01/21/mengenal-pa-piong-makanan-khas-toraja-yang-
enak-dan-bernilai-budaya.
Penulis: redaksi | Editor: Donny Yosua
Pada dasarnya, untuk membuat Pa' Piong beragam bahan makanan akan dimasak di dalam
buluh bambu.
Ada banyak ragam variasi Pa' Piong.
Ada yang terbuat dari beras ketan, ada yang terbuat dari ikan, daging ayam, atau daging
babi, bahkan di beberapa lembang atau dusun ada yang terbuat dari daging kerbau.
Rambu Solo adalah upacara pemakaman adat Toraja, Sulawesi Selatan sebagai bentuk
penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggal. Rambu Solo juga bertujuan
untuk mengantarkan arwah seseorang yang telah meninggal ke alam roh. Masyarakat Toraja
menganggap orang yang sudah meninggal telah benar-benar meninggal jika seluruh
kebutuhan prosesi upacara Rambu Solo terpenuhi. Jika belum, maka orang meninggal
tersebut akan diperlakukan layaknya orang sakit, sehingga harus disediakan makanan,
minuman, dan dibaringkan di tempat tidur. Secara harfiah, Rambu Solo diartikan sinar yang
arahnya ke bawah. Dengan demikian, Rambu Solo diartikan sebagai upacara yang dilakukan
saat matahari terbenam. Istilah lain Rambu Solo adalah Auk Rampe Matampu.

Prosesi Rambu Solo


Upacara Rambu Solo memakan biaya yang tidak sedikit maka upacara dilakukan beberapa
bulan atau beberapa tahun, bahkan bertahun setelah seseorang meninggal. Besarnya biaya
upacara Rambu Solo karena upacara ini membutuhkan penyembelihan kerbau atau babi
yang jumlahnya tidak sedikit (Ma'tinggoro Tedang) dan lamanya prosesi upacara. Pemberian
babi atau kerbau kepada keluarga yang ditinggalkan sebagai wujud ikatan kekeluargaan.
Pemberian babi atau kerbau kepada keluarga yang ditinggalkan memiliki dua wujud, yaitu
pertama sebagai bentuk belasungkawa (Pa'uaimata) dan pengembalian atas pemberian yang
dilakukan oleh keluarga pelaksana Rambu Solo di masa lalu (Tangkean Suru'). Prosesi
upacara pemakaman Rambu Solo dibagi ke dalam dua garis besar, yaitu:
1. Prosesi pemakaman atau Rante
2. Pertunjukkan kesenian
Kedua prosesi tersebut tidak dilaksanakan terpisah melainkan berlangsung secara harmoni
dalam satu kegiatan upacara pemakaman. Lama upacara Rambu Solo sekitar tiga sampai
tujuh hari. Puncak acara Rambu Solo biasanya berlangsung pada Juli dan Agustus. Upacara
Rambu Solo dilakukan berdasarkan status orang yang meninggal:
a. Upacara Dasili' adalah upacara pemakaman yang dilakukan untuk strata paling
rendah atau kematian anak yang belum bergigi.
b. Upacara Dipasangbongi adalah upacara yang dilakukan untuk rakyat biasa (Tana'
Karurung) dan hanya memerlukan waktu satu malam saja.
c. Upacara Dibatang atau Digoya Tedong adalah upacara yang dilakukan untuk kalangan
bengsawan menengah (Tana' Nassi). Upacara ini harus menyembelih 8 ekor kerbau
dan 50 ekor babi.
d. Upacara Rampasan adalah upacara untuk bangsawan tinggi (Tana' Bulaan) dengan
menyembelih kerbau sebanyak 24 sampai 100 ekor. Prosesi pemakaman atau Rante
dilakukan di lapangan yang terletak di tengah kompleks rumah adat Tongkanan.
Prosesi pemakaman atau Rante dilakukan di lapangan yang terletak di tengah kompleks
rumah adat Tongkanan.
a. Ma'tudan Mebalun, yaitu proses dimana jenazah dibungkus menggunakan kain kafan
(Dibalun) yang dilakukan oleh petugas yang disebut To Mebalun atau To Ma'kaya.
b. Ma'Rato, yaitu proses pembubuhan atau menghias peti jenazah dengan
menggunakan benang emas dan benang perak.
c. Ma'Papengkalo Alang, yaitu proses penurunan jenazah ke dalam lumbung untuk
disemayangkan.

Anda mungkin juga menyukai