Anda di halaman 1dari 13

MODUL PEMBELAJARAN

FISIKA KUANTUM
HEISENBERG

Disusun Oleh :

Mursidan
190204070

Dosen Pengampu:
Dr. Abd Mujahid Hamdan, M. Sc.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSALAM-BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرح من الر حيم‬


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan modul pembelajaran yang berjudul “Heisenberg”  ini dengan lancar.
Modul ini juga dilengkapi dengan latihan soal untuk menguji pemahaman siswa
terkait dengan materi yang terdapat pada modul. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan modul ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan modul ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
proses penyelesain modul ini, terutama dosen pengampu mata kuliah pengembangan
bahan ajar Bapak Dr. Abd Mujahid Hamdan, M. Sc. yang telah membimbing
penyusun dalam pembuatan modul ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, khususnya para peserta didik.

Banda Aceh, Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
HEISENBERG...............................................................................................................1
A. Pendahuluan........................................................................................................1
1. Sejarah Prinsip Ketidakpastian Heisenberg..................................................2
2. Perkembangan Pengukuran Kuantum...........................................................3
3. Teori Ketidakpastian Heisenberg..................................................................4
CONTOH SOAL...........................................................................................................7
RANGKUMAN..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................9

ii
HEISENBERG
 Tujuan

Agar mahasiswa dapat memahami tentang materi ketidakpastian heinberg

A. Pendahuluan

Prinsip ketidakpastian Heisenberg memperkenalkan suatu hubungan


timbal balik antara posisi dan momentum. Jika nilai posisi elektron diketahui
dengan tingkat akurasi yang tinggi, maka nilai momentum elektron elektron akan
tidak pasti, dan sebaliknya. Menurut de Broglie suatu partikel yang memiliki
momentum p jika dipandang sebagai gelombang, mempunyai panjang gelombang.
Panjang gelombang ini disebut panjang gelombang de Broglie. Karena itu,
panjang gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan massa dan laju
partikel.

Sifat partikel dan gelombang suatu materi tidak tampak sekaligus, sifat
yang tampak jelas tergantung pada perbandingan panjang gelombang de Broglie
dengan dimensinya serta dimensi sesuatu yang berinteraksi dengannya. Pertikel
yang bergerak memiliki sifat gelombang. Fakta yang mendukung teori ini adalah
petir dan kilat. Kilat akan lebih dulu terjadi daripada petir. Kilat menunjukan sifat
gelombang berbentuk cahaya, sedangkan petir menunjukan sifat pertikel
berbentuk suara.

Teori Fisika Utama teori mekanika klasik dapat menjelaskan pergerakan


benda dengan tepat, asalkan benda ini lebih besar daripada atom dan bergerak
dengan kecepatan jauh lebih lambat daripada kecepatan cahaya. Teori-teori ini
masih terus diteliti; contohnya, aspek mengagumkan dari mekanika klasik yang
dikenal sebagai teori chaos ditemukan pada abad kedua puluh, tiga abad setelah
dirumuskan oleh Isaac Newton. Namun, hanya sedikit fisikawan yang
menganggap teori-teori dasar ini menyimpang. Oleh karena itu, teori-teori
tersebut digunakan sebagai dasar penelitian menuju topik yang lebih khusus, dan

1
semua pelaku fisika, apa pun spesialisasinya, diharapkan memahami teori-teori
tersebu

Teori kuantum merupakan teori yang bersifat indeterministik. Pada setiap


hasil pengamatannya tidak dapat menghasilkan nilai yang pasti. Sebagai contoh,
pengamatan untuk menentukan posisi dan momentum elektron. Dalam teori
kuantum, selalu terdapat ketidakpastian dalam pengamatan observabel kuantum
(Zettili, 2001). Ketidakpastian tersebut bukanlah disebabkan oleh ketidaktelitian
peratalam yang digunakan untuk melakukan pengukuran, melainkan
ketidakpastian tersebut merupakan sifat alamiah dari objek-objek berukuran
mikroskopik .

Prinsip ketidakpastian dalam teori fisika kuantum merupakan sifat alami


yang dimiliki oleh objek berukuran mikroskopis yang membedakan dunia
kuantum dengan objek kasat mata yang dijelaskan oleh teori fisika klasik. Objek
kuantum direpresentasikan menggunakan fungsi gelombang dan peluang
menemukan partikel dalam suatu fungsi gelombang dapat dicari menggunakan
amplitudo probabilitas (interpretasi Born) (Griffiths, 2018). Berdasarkan teori
kuantum, untuk melakukan pengamatan terhadap objek mikroskopis seperti
elektron pasti akan merusak fungsi gelombang elektron tersebut (merusak sistem)
dan fungsi gelombang secara alamiah akan berpindah ke keadaan pengukuran
yang diinginkan.

Formulasi dasar yang menyatakan tentang adanya ketidakpastian kuantum


dikemukakan oleh Heisenberg tahun 1928 yang menyatakan bahwa dalam
pengukuran dua buah observabel kuantum yang dilakukan secara bersamaan
misalnya posisi dan momentum, maka tidak mungkin untuk mendapatkan hasil
pengukuran kedua observabel dengan ketelitian sempurna (Heisenberg, 1927).
Konsekuensi dari prinsip tersebut ialah apabila hasil pengukuran posisi elektron
dapat diketahui dengan pasti, maka kita tidak dapat memperoleh hasil pengukuran
momentum dengan ketelitian yang tinggi.

2
Keunikan yang ditunjukkan oleh objek kuantum telah menarik minat
banyak peneliti untuk mempelajari lebih mendalam fenomena-fenomena dan
hukum fisika yang melingkupinya. Salah satunya ialah perkembangan formulasi
prinsip ketidakpastian kuantum yang dikemukakan oleh Heisenberg. Pada tahun
2012, Rozeema dkk., melalui eksperimen tiga keadaan mengkonfirmasi peluang
modifikasi prinsip ketidakpastian yang dikemukakan oleh Ozawa (2003).
Modifikasi prinsip ketidakpastian tersebut muncul dengan mempertimbangkan
adaya dua observabel kuantum yang muncul pada saat pengukuran berlangsung
yaitu observabel kesalahan (error) dan observabel gangguan (disturbance).

Peluang munculnya modifikasi prinsip ketidakpastian juga tidak terlepas


dari adanya perkembangan instrumen pengukuran yang semakin canggih, baik
pengukuran secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan dalam memanfaatkan perkembangan teknologi
di abad 21 misalnya pengukuran menggunakan bantuan software tertentu
(Pebralia, 2019), pengukuran menggunakan sensor [(Rozeema, dkk. 2015), (Putu,
dkk., 2015)], dan lain sebagainya.

1. Sejarah Prinsip Ketidakpastian Heisenberg

Di tahun 1925 Werner Heisenberg mengajukan rumus baru di bidang


fisika, suatu rumus yang teramat sangat radikal, jauh berbeda dalam pokok konsep
dengan rumus klasik Newton. Teori rumus baru ini sesudah mengalami beberapa
perbaikan oleh orang-orang sesudah Heisenberg sungguh berhasil dan cemerlang.
Rumus itu hingga kini bukan cuma diterima melainkan digunakan terhadap semua
sistem fisika, tak peduli yang macam apa dan dari yang ukuran bagaimanapun.

Dapat dibuktikan secara matematik, sepanjang pengamatan hanya dengan


menggunakan sistem makroskopik, perkiraan kuantum mekanika berbeda dengan
mekanika klasik dalam jumlah yang terlampau kecil untuk diukur. (Atas dasar
alasan ini, mekanika klasik yang secara matematik lebih sederhana daripada
kuanturn mekanika masih dapat dipakai untuk kebanyakan perhitungan ilmiah).
Tetapi, jika berurusan dengan sistem dimensi atom, perkiraan tentang kuantum

3
mekanika sangat berbeda dengan mekanika klasik. Percobaan-percobaan
membuktikan bahwa perkiraan mengenai kuantum mekanika adalah benar.

Salah satu konsekuensi dari teori Heisenberg adalah "prinsip


ketidakpastian" yang dirumuskannya sendiri di tahun 1927. Prinsip itu umumnya
dianggap salah satu prinsip yang paling mendalam di bidang ilmiah dan yang
paling mempunyai daya jangkau yang lebih jauh. Dalam praktek, apa yang
diterapkan lewat penggunaan "prinsip ketidakpastian" ini adalah mengkhususkan
batas-batas teoritis tertentu terhadap kesanggupan kita membuat ukuran-ukuran
ilmiah. Akibat pengaruh dari sistem ini sangat dahsyat. Apabila hukum dasar
fisika menghambat seorang ilmuwan bahkan dalam keadaan yang ideal sekalipun
mendapatkan pengetahuan yang cermat dari suatu penyelidikan, ini disebabkan
karena sifat-sifat masa depan dari sistem itu tidak sepenuhnya bisa diramalkan.

Menurut "prinsip ketidakpastian," tak akan ada perbaikan pada peralatan


ukur kita yang akan mengijinkan kita mengungguli kesulitan, ini. "Prinsip
ketidakpastian" ini menjamin bahwa fisika, dalam keadaannya yang lumrah, tak
sanggup membikin lebih dari sekedar dugaan-dugaan statistik. Seorang ilmuwan
yang menyelidiki radioaktivitas, misalnya, mungkin mampu menduga bahwa satu
dari setriliun atom radium, dua juta akan mengeluarkan sinar gamma dalam waktu
sehari sesudahnya. Tetapi, Heisenberg sendiri tidak bisa menaksir apakah ada
atom radium yang khusus yang akan berbuat begitu. Dalam banyak hal yang
praktis, ini bukannya satu pembatasan yang ketat. Bilamana menyangkut jumlah
besar, metoda statistik sering mampu menyuguhkan basis pijakan yang dapat
dipercaya untuk sesuatu langkah. Tetapi, jika menyangkut jumlah dari ukuran
kecil, soalnya jadi lain. Di sini "prinsip ketidakpastian" memaksa kita menghindar
dari gagasan sebab-akibat fisika yang ketat. Ini mengedepankan suatu perubahan
yang amat mendasar dalam pokok filosofi ilmiah. Begitu mendasarnya sampai-
sampai ilmuwan besar Einstein tak pernah mau terima prinsip ini. "Saya tidak
percaya," suatu waktu Einstein berkata, "bahwa Tuhan main-main dengan
kehancuran alam semesta."

4
2. Perkembangan Pengukuran Kuantum

Ozawa, 2003 mengajukan revisi terhadap prinsip ketidakpastian


Heisenberg. Adapun faktor yang mendasari pengajuan revisi tersebut adalah
pertimbangan Ozawa bahwa sebelum dilakukan pengukuran pada sistem kuantum,
sudah terdapat suatu ketidakpastian posisi dan momentum pada sistem kuantum
tersebut (Rozeema, 2012).

Gambar 1 mengilustrasikan proses pengukuran posisi elektron dengan


melewatkan partikel pada celah. Jika ∆x < ϵ (x) dan proses pengukuran berhasil,
maka fungsi gelombang partikel tidak pernah menyentuh celah dan dapat lewat
tanpa terganggu. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilakukan pengukuran dengan η
(p)= 0, dan dengan ketelitian pengukuran posisi yang tak terhingga, sehingga
berdasarkan prinsip ketidakpastian Heisenberg ϵ (x) η (p) = 0

3. Teori Ketidakpastian Heisenberg

Hukum Fisika klasik dianggap berlaku universal dan dapat menjelaskan


kejadian yang akan datang berdasarkan keadaan awal. Tahun 1920 Niels Bohr dan

5
Werner Heisenberg berusaha menentukan sifat-sifat sub-atomik. Dua peubah yang
ditentukan dalam menentukan sifat ini adalah kedudukan partikel (x) dan
momentumnya (p). Kesimpulan dari pemikiran ini ialah bahwa dalam penentuan
sub-atomik selalu terdapat ketidakpastian (Yunis Eka Putra, 2016 : 1).

Prinsip ini mengatakan bahwa manusia hanya dapat mengamati secara


teliti separuh dari kenyataan keadaan fisik suatu sistem. Artinya kalau kita dapat
mengukur posisi suatu partikel, pengukuran posisinya menjadi tidak teliti.
Sebaliknya, semakin teliti kita mengukur posisi suatu partikel, semakin tidak teliti
pengukuran kecepatannya. Akibatnya subatomik tidak bisa dilepaskan dari
kesadaran pengamatnya (Nikmatul Masfuah, 2012: 64). Ketidakpastian ini
menurut Heisenberg, bukan disebabkan ketidakmampuan manusia atau
keterbatasan alat, tetapi merupakan sifat yang melekat pada alam semesta. Alam
pada tingkat subatomik seakan mengelak untuk diketahui manusia.

Benda padat merupakan kumpulan atom-atom yang terhubung satu sama


lain oleh kisi-kisi. Kisi-kisi ini bergetar yang kecepatannya ditentukan oleh suhu
benda tersebut. Semakin tinggi suhu suatu benda maka semakin cepat getarnya
dan sebaliknya semakin rendah suhu suatu benda maka semakin lambat
getarannya (Tri L. Astraatmaja, 2016: 1). Sehingga hampir kehilangan vibrasi
yang menyebabkan frekuensinya mengecil. Perhatikan persamaan 1 berikut :

c
λ +¿
f

Pada persamaan di atas diketahui bahwa panjang gelombang berbanding


terbalik dengan frekuensi, sehingga apabila frekuensi semakin mengecil maka
panjang gelombang akan semakin besar atau limit menuju tak hingga.

6
Gambar 1. Hubungan panjang gelombang frekuensi dan energi

Pada keadaan seperti ini, akibat dari frekuensi dan energi yang melemah
maka momentum akan diketahui. Di mana atom nyaris kehilangan aspek vibrasi
gelombangnya, sehingga posisinya bisa berada di mana saja. Termasuk saling
menumpuk menjadi satu sehingga apabila terdapat seribu partikel maka akan
berlaku seolah-olah hanya satu partikel saja. Hal ini sesuai dengan hukum
ketidak-pastian Heisenberg di mana jika momentum diketahui, maka posisinya
menjadi kabur dan bisa saling menumpuk atau bisa berada di manapun juga dalam
ruang dan waktu karena panjang gelombang mendekati tak hingga.∆𝑥. ∆𝑝𝑝𝑥 ~ħ

Persamaan 2 dikenal sebagai hubungan ketidakpastian Heisenberg yang


menyatakan bahwa tidak ada satu percobaan yang dapat dilakukan sedemikian
rupa sehingga memberikan ketidakpastian dibawah ħ (Kenneth Krane, 1992: 143).
Ketika suatu partikel energinya didinginkan (dinolkan) maka akan menciptakan
zat baru yang aneh, karena semua hukum fisika materi dilanggarnya. Tanpa
kecuali hukum gravitasi dan prinsip eksklusi Paulli tak berlaku bagi zat ini. Teori
probabilitas dalam fisika kuantum berlaku sepenuhnya, yaitu saat momentum
diketahui, maka lokasi zat akan semakin kabur alias tak diketahui. Momentum
adalah energi, berbanding lurus dengan temperatur serta frekuensi, ditunjukkan
dengan persamaan (3). ∆𝐸. ∆𝑇~ħ

7
CONTOH SOAL

1. Pak Arifin mengukur ketebalan uang logam menggunakan mikrometer


sekrup dan diperoleh hasil bahwa ketebalan uang logam adalah 1,80 mm.
Penulisan hasil pengukuran yang tepat adalah…

Penyelesaian:
x0=1,80 mm dan nilai skala terkecil = 0,01 mm, maka penulisan yang
tepat adalah x=x0±12 nst=1,80±0,005 mm

2. Pengukuran diameter dan tinggi sebuah silinder adalah (80,0±0,05)


(80,0±0,05) cm dan (25,0±0,05)(25,0±0,05) cm. Nilai prosentase ketidak
pastian volume silinder tersebut adalah….
Penyelesaian:
1 2
Volume silinder adalah V= πd t, sehingga prosentase ketidakpastiannya
4
adalah
%ΔV = 2% Δd+%Δt

0,05 0,05
= 2× × 100% + ×100%
80,3 25,0

= 0,125% + 0,2%

= 0,325%.

3. Atom hidrogen jari" 5,3x10^-11 m. Gunakan prinsip ketidakpastian untuk


memperkirakan energi elektron yang dapat dimiliki oleh atom!
Pembahasan :
Delta P> sama dengan h/4Pi x l/delta(x) > sama dengan ________ l >sama
dengan 9,9 x10^-26 kg ms^-1. Elektron yang memiliki momentum 9,9
x10^-26 (bekelakuan sebagai partikel klasik) sehingga
Ek=1/2mv^2=1/2P2/m=1/2. 5,4x10^-19 J=3,4 ev

8
KESIMPULAN :
1. Heisenberg berusaha menentukan sifat-sifat sub-atomik. Dua peubah yang
ditentukan dalam menentukan sifat ini adalah kedudukan partikel (x) dan
momentumnya (p).
2. Teori kuantum merupakan teori yang bersifat indeterministik. Pada setiap
hasil pengamatannya tidak dapat menghasilkan nilai yang pasti. Sebagai
contoh, pengamatan untuk menentukan posisi dan momentum elektron
3. Prinsip ketidakpastian dalam teori fisika kuantum merupakan sifat alami
yang dimiliki oleh objek berukuran mikroskopis yang membedakan dunia
kuantum dengan objek kasat mata yang dijelaskan oleh teori fisika klasik
4. Benda padat merupakan kumpulan atom-atom yang terhubung satu sama
lain oleh kisi-kisi. Kisi-kisi ini bergetar yang kecepatannya ditentukan oleh
suhu benda tersebut
5. Keunikan yang ditunjukkan oleh objek kuantum telah menarik minat
banyak peneliti untuk mempelajari lebih mendalam fenomena-fenomena
dan hukum fisika yang melingkupinya

9
DAFTAR PUSTAKA

Mestika Zed. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor


Indonesia,
Kerneth Krane. 1992. Fisika Modern Jakarta : Universitas Indonesia Press
Nasution, S. 2009. Metode Research Penelitian Ilmiah . Jakarta : Bumi Aksara.
Ni’matul Masfufah. 2012. Islam, Kosmologi Baru dan Agama Baru.
Yogyakarta:
Garudhawaca Publisher. Saifudin Azwar. 1998. Metode Penelitian Yogyakarta:
Pustaka Tarbiyah Baru. Seba Woseba,
http://infoiptek21.blogspot.co.id/search /lael/non-lokalitas (28 Juli 2016)

10

Anda mungkin juga menyukai