Anda di halaman 1dari 44

0

SEKAPUR SIRIH

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan karunia nikmat-Nya yang begitu luas dan tak akan mampu kita
menghitungnya.

Shalawat dan sejahtera semoga selalu tercurah ke atas sosok manusia mulia
pembawa risalah yang haq, Nabi Muhammad SAWW beserta keluarganya,
sahabatnya, dan semoga kepada seluruh ummatnya hingga hari kemudian.

Terdorong untuk membantu dan mendukung kegiatan pelatihan tahsin tilawatil


Quran di internal kelompok Latbar (Latihan Bareng) Alumni RISMA (Remaja
Islam Masjid Al-Huda) Kalianyar, Jakarta Barat, Alhamdulillah dapat kami
siapkan Buku / Diktat sederhana ini yang diambil dari beberapa sumber dan
disusun secara sederhana dan praktis untuk memudahkan penggunanya, yang
kami beri judul Buku Pendukung Pelatihan Tahsin/Tajwid.

Disebut pelatihan karena kegiatan belajar Tahsin/Tajwid itu sendiri adalah


merupakan suatu kegiatan ‫( رياضة‬latihan) yang tentu tidak bisa dilakukan
sesekali dan tidak serius, melainkan harus dilakukan sungguh-sungguh dan
diulang-ulang untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dan dilakukan dengan
metode Talaqqi (berhadap-hadapan langsung peserta dengan instruktur).

Tentu saja Buku / Diktat sederhana ini sungguh jauh dari sempurna, untuk itu
mohon dapat dimaklumi atas kekurangan penyusun dan mohon masukan dari
sidang pembaca untuk perbaikan buku / diktat ini.

Semoga bisa membantu teman-teman yang sedang belajar tahsin/tajwid dalam


rangka menyempurnakan bacaan Quran sebagaimana yang diperintahkan.
(QS.2: 121; dan QS.73: 4).

Bekasi, 17 Januari 2020 M.


21 Jumadil Ula 1441 H.
1

PENDAHULUAN

TAHSIN
Tahsin ( ‫ ) ت ح س یي‬adalah kata Arab yang berarti memperbaiki, meningkatkan, atau
memperkaya. Hal ini juga umumnya digunakan sebagai nama yang diberikan untuk
anak-anak laki-laki di dunia Arab dan Islam. Tahsin dalam islam mengandung
makna bahwa tuntutan agar dalam membaca al-Quran harus benar dan tepat sesuai
dengan contohnya demi terjaganya orisinalitas praktik tilawah sesuai dengan
sunnah Rasulullah SAW.
Tahsin menurut bahasa berasal dari „hassana-yuhassinu‟ yang artinya
membaguskan. Kata ini sering digunakan sebagai sinonim dari kata tajwid yang
berasal dari „jawwada-yujawwidu‟ apabila ditinjau dari segi bahasa. Oleh karena itu,
pendefinisian tahsin menurut istilah disamakan dengan pendefinisan tajwid. Dalam
Buku Tahsin Tilawah 1 LKP TARQI, penulis menuliskan bahwa definisi tajwid
menurut para ulama secara umum sebagai berikut:
Tahsin atau tajwid adalah “mengeluarkan setiap huruf-huruf al Quran dari tempat
keluarnya dengan memberikan hak dan mustahaknya.” Atau dengan kata lain
menyempurnakan semua hal yang berkaitan dengan kesempurnaan pengucapan
huruf-huruf al Quran dari aspek sifat-sifatnya yang senantiasa melekat padanya
dan menyempurnakan pengucapan hukum hubungan antara satu huruf dengan
yang lainnya seperti idzhar, idgham, ikhfa dan sebagainya.

Urgensi Tahsin dalam Membaca Al Quran


Pentingnya mencapai tahsin dalam membaca al Quran dapat diungkapkan melalui
beberapa alasan sebagai berikut:

Perintah Allah swt.


Eksistensi seseorang dalam keislamannya menuntut yang bersangkutan untuk
melaksanakan segala kewajiban yang dibebankan oleh Islam itu sendiri demi
kemaslahatan dirinya baik dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat yang
merupakan bagian dari keyakinannya. Dasar semua pelaksanaan perbuatan itu
adalah perintah yakni perintah Allah swt yang telah menetapkan Islam sebagai satu-
satunya agama yang lurus dan diterima disisi-Nya. Itulah yang disebut dengan
ibadah. Agar ibadah tersebut diterima pula di sisi-Nya, maka ibadah tersebut harus
dilaksanakan dengan benar sesuai dengan tuntutan dan tuntunan-Nya.
Menyempurnakan bacaan al-Quran merupakan bagian dari sekian amal bernilai
ibadah sebagaimana yang diperitahkan-Nya dalam QS. Al-Muzzammil: 4 dan QS. Al
Baqarah: 121.

Refleksi keimanan
Menurut QS. Al Baqarah 121, pelaksanaan membaca al-Quran dengan menerapkan
prinsip „haqqa tilawah‟ yakni membaca dengan sebenar-benar bacaan sebagaimana
ketika ia diturunkan merupakan refleksi dari keimanan terhadap Kitab yang
2

diturunkan oleh-Nya. Bahkan jika tidak melaksanakannya maka akan terancam


dengan kerugian dan kebinasaan abadi di akhirat nanti. Dengan demikian semangat
untuk mempelajari al-Quran dan menyempurnakan bacaannya merupakan bukti
kejujuran berimanan kepada kitab-Nya.

Bukti Tanda Kesyukuran


Allah swt menjelaskan dalam QS. Al-Kahfi: 1, tentang dua nikmat terbesar yang telah
diturunkan mendampingi kehidupan manusia yaitu diturunkannya Al-Quran dan
diutusnya Rasulullah saw. Surat tersebut diawali dengan lafazh „alhamdulillah‟
untuk mengingatkannya. Lafazh tersebut telah dikenal sebagai ungkapan
kesyukuran akan karunia dan nikmat terbesar dari Allah swt yang diturunkan
kepada kehidupan manusia. Di dalam al-Quran hanya ada 5 surat saja yang diawali
dengan lafazh tersebut mengisyaratkan tentang nikmat Allah[1] yang terbesar itu.
Pada QS. Al Kahfi: 1, dengan demikian mengisyaratkan bahwa sebagai bentuk
kesyukuran kepada Allah swt dengan kedua nikmat tersebut, maka setiap muslim
dituntut untuk senantiasa menjadikan dirinya agar semakin dengan dengan al-
Quran dengan cara yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah saw.

Membiasakan profesi Taqwa


Taqwa adalah target penghambaan setiap muslim kepada Rabbnya. Allah swt
berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 21, yang artinya: Wahai manusia sembahlah Tuhan
kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian
menjadi orang-orang yang bertakwa. Alasan setiap muslim untuk mencapai taqwa
adalah agar menjadi hamba yang diperhatikan oleh Allah swt di akhirat nanti (QS.
49: 13), agar terhindar dari ancaman Allah swt (QS. 19: 71-72) dan agar menjadi
manusia yang pantas mendapatkan janji-Nya yaitu Surga Jannatunna‟im (QS. 3: 133).
Apabila diperhatikan pada QS. Ali Imran: 133, orang-orang yang bertakwa yang
dijanjikan surga kepadanya disebut dengan „muttaqin‟. Secara bahasa, kata tersebut
merupakan sebutan pelaku yang mengindikasikan amal-amal yang dikandung oleh
kata kerjanya telah menjadi kebiasaan atau profesi. Salah satu profesi takwa adalah
berinteraksi dengan al Quran sebagaimanan diindikasikan melalui QS. Al Baqarah:
2. Ayat tersebut menegaskan tentang korelasi yang sangat kuat antara sifat
muttaqin dengan ciri utamanya adalah persahabatan dengan al Quran yang diyakini
kebenarannya tanpa ada keraguan sedikitpun.

Menghindarkan dari Kesalahan


Dalam ilmu tajwid, kesalahan dalam membaca al-Quran ada 2. Yaitu yang disebut
dengan „Lahn Jaliyy‟ dan „Lahn Khafiyy‟. Lahn Jaliyy adalah kesalahan yang
tergolong fatal jika dilakukan oleh pembaca al-Quran bahkan kesengajaannya
menjerumuskannya pada amaliah yang haram seperti tertukarnya huruf-huruf yang
dibaca, baris atau harakat yang berubah karena kurangnya sikap kehati-hatian
pembacanya. Sedangkan Lahn Khafiyy adalah kesalahan yang tergolong ringan
seperti tidak menyempurnakan kaidah panjang sebagaimana yang diminta atau
tidak menahan dengungan „ghunnah‟ sebagaimana kaidahnya. Kesalahan ini
walaupun tergolong ringan, tetapi telah mencemari keindahan alQuran dari segi
3

bacaannya jika tidak diindahkan oleh para pembacanya. Dengan mempelajari tahsin
al Quran, maka setiap pembaca telah membangun kepedulian untuk mengenali jenis-
jenis kesalahan ini dan menghindarinya, maka selamatlah ia dari kesalahan
tersebut.

Menjadi Sebaik-baik manusia


tahsin, sebagai aktivitas memperbaiki bacaan alquran mengandung makna bahwa
terjadi aktivitas mempelajari dan mengajarkan alquran. hal ini bersesuaian dengan
hadits Nabi saw: "sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari dan mengajarkan
alquran". Seyogyanya tahsin dilaksanakan dengan menghadap
guru/ustadz/ustadzah yang kompeten dibidang ilmu Quran. Dan tanpa menunggu
sempurna segera diamalkan dan diajarkan kepada orang lain, sebatas materi yang
telah betul-betul dikuasai. Hal ini dimaksudkan, agar pembelajar tahsin termasuk
dalam kategori sebaik-baik manusia. Allahu a'lamu.
4

Pengenalan Huruf-huruf Hijaiyyah dan Sifat-Sifatnya

Nama Huruf & Membaca secara Transliterasi


No. Huruf
Cara Membaca Latin Latin
1 ‫ا‬ Alif A, I, U

2 ‫ب‬ Bâ B

3 ‫ت‬ Tâ T

4 ‫ث‬ Tsâ TS

5 ‫ج‬ Jîm J

6 ‫ح‬ Hâ H

7 ‫خ‬ Khô KH

8 ‫د‬ ‫دا‬ Dâl D

9 ‫ذ‬ ‫ذا‬ Dzâl DZ

10 ‫ر‬ ‫را‬ Rô R

11* ‫ز‬ ‫زا‬ ‫ز‬ ‫زا‬ Zây, Zayy, atau Zâ Z

12 ‫س‬ Sîn S

13 ‫ش‬ Syîn SY

14 ‫ص‬ Shôd SH

15 ‫ض‬ Dhôd DH

16 ‫ط‬ ‫ط‬ Thô TH


5

17 ‫ظ‬ ‫ظ‬ Zhô ZH

18 ‫ع‬ `Aîn `A, `I, `U

19 ‫غ‬ Ghoîn GH

20 ‫ف‬ Fâ F

21 ‫ق‬ ‫ف‬ Qôf Q

22 ‫ك‬ ‫ف‬ Kâf K

23 ‫ل‬ Lâm L

24 Mîm M

25 Nûn N

26 ‫هـ‬ ‫ه‬ Hâ H

27 Wâw W

28 ‫ي‬ Yâ Y

29 ‫ء‬ ‫ه‬ Hamzah „

30* Lâm Alif –


ْ‫ْأَلِف‬
31* ‫ط‬ Tâ Marbûthoh H atau T

Cara membaca huruf madd (panjang):


 Huruf â, dibaca aa.
 Huruf î, dibaca ii.
 Huruf û, dibaca uu.

KETERANGAN:
Jumlah huruf `Arab aslinya sebanyak 29 huruf. Adapun huruf Lâm Alif ( ) dan Tâ
Marbûthoh ( ) – huruf no. 30 dan 31 pada tabel di atas dan diberi
tanda asterisk (*) – digolongkan ke dalam salah satu dari 29 tersebut.
Misalnya, Lâm Alif, huruf ini dapat dipecah menjadi Lâm dan Alif. Sedangkan
huruf Tâ Marbûthoh berubah menjadi huruf Hâ jika berbaris sukun (mati), dan
dibaca menjadi huruf Tâ, jika selain sukun.
6

1. Huruf Zay ( ) – diberi tanda asterisk (*) – adalah satu-satu huruf `Arab atau
hijaiyyah yang memiliki tiga makhraj. Selain yang disebutkan pada tabel di
atas, huruf Zay juga dapat dibaca: (a) Zayy (‫ ;) ي‬dan (b) Za’ ( ). Tambahan
keterangan ini dijelaskan dalam tulisan tentang ilmu tajwid, dari al-Ust. al-Qari
al-Hafizh Azra`i `Abdurrauf, Syekh al-Qurra‟, juri MTQ internasional dari
Medan (sebelumnya bermukim di Makkah selama kira-kira 15 tahun) dan
sesuai pula dengan yang terdapat pada kitab ath-Thariq ash-Shahih Li-
Makharij al-Huruf.

2. Urutan huruf-huruf `Arab pada tabel di atas merujuk pada urutan yang biasa
digunakan dalam kamus `Arab.

3. Terdapat perbedaan penyebutan nama huruf-huruf `Arab menurut ahli bahasa


`Arab (ahli nahwu atau nahwiyyin) dengan ahli qira’ah. Menurut ahli bahasa
`Arab, nama-nama huruf dibaca dengan menambah Alif Lâm di depannya dan
huruf Hamzah di belakangnya. Misalnya, huruf Bâ (‫ ) ب‬diberi nama al-Ba’u,
ditulis ْ‫ اَل َباء‬,sehingga ketika dibaca menjadi berbunyi: Bâ‘ atau Bâk. Cara
membaca ini bertentangan dengan kaidah bacaan yang digunakan oleh ahli
qira‟ah, sebab ahli qira‟ah merujuk kepada bacaan Al-Qur‟an pada Huruf-huruf
Pembuka Al-Qur’an seperti ‫ طه‬, ‫ حم‬, dll, dimana tidak pernah diajarkan
secara sima`i (mendengar langsung) bahwa huruf-huruf tersebut dibaca
menjadi Thâ’ Hâ’ (atau Thâk Hâk), Hâ’ Mim (atau Hâk Mim), melainkan wajib
dibaca Thâ Hâ dan Hâ Mîm. Dengan demikian, nama huruf-huruf selain
huruf Pembuka Al-Qur’an tersebut, misalnya huruf Bâ (‫) ب‬, dapat diqiyaskan
bacaannya sama dengan huruf-huruf Pembuka Al-Qur’an tersebut, sehingga
dibaca tanpa mengeluarkan bunyi huruf Hamzah pada akhirnya. Keterangan
mengenai nama-nama huruf `Arab menurut kaidah ahli qira’ah tersebut dapat
dibaca pada kitab standar pengajaran Al-Qur‟an yang digunakan di Saudi
`Arabia, berjudul Qaidah al-Makkiyah.

4. Transliterasi (perubahan tulisan huruf) Arab ke Latin sejauh ini belum memiliki
standar yang berlaku universal, bergantung masing-masing negara atau
bahkan masing-masing penerbit tulisan. Tabel transliterasi di atas merujuk
kepada apa yang tertulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kecuali untuk
huruf Hâ (‫) ح‬, Shôd (‫) ص‬, Dhôd (‫) ض‬, Thô (‫ ) ط‬Zhô (‫ ) ظ‬dan Hâ (‫) هـ‬.

Tanda Baca Huruf Hijaiyah

1. Tanda baca fathah


Tanda baca fathah ini secara penempatan nya terletak pada atas huruf hijaiyah,
dan pengucapannya dengan cara membuka mulut dengan mengeluarkan nafas
dalam pembacaan setiap huruf hijaiyahnya. Misalkan pembacaan huruf “nun”
ketika dengan harokat fathah, maka cara membacanya yaitu “na”. Dan ini berlaku
pada huruf lainnya, sehingga memang sudah menjadi hal baku.

2. Tanda baca kasrah


7

Untuk tanda baca kasrah ini penempatan nya terletak pada bawah huruf hijaiyah.
Yang mana cara pembacaannya yaitu misalkan huruf “nun”, maka ketika dengan
harokat kasrah akan berbunyi “ni”. Dan pembacaan harokat kasrah ini berlaku
untuk semua huruf hijaiyah.
4. Tanda baca dhammah
Letak dari harokat dhammah ini berada pada atas huruf hijaiyah. Namun yang
membedakan dengan fathah ini ialah pada bentuk dhammah yang seperti huruf
“wawu”. Jika fathah berbentuk lurus, sedangkan dhammah seperti huruf “wawu”.
Dalam pembacaannya pun seperti hal nya mendapatkan tambahan huruf “u” pada
tiap hurufnya.

5. Tanda baca tanwin fathah


Fathah tanwin menjadi bagian dalam pembacaan sebuah huruf hijaiyah. Ketika
sebuah huruf dibersamai dengan harokat fathah tanwin, maka akan berimbuhan
“n”. Kita misalkan ketika sebuah huruf “nun” dengan harokat fathah tanwin, maka
ketika dibaca akan menimbulkan suara yang keluar dari bibir yaitu “nan”.

6. Tanda baca tanwin kasrah


Tanwin kasrah juga bagian dari harokat pembacaan huruf hijaiyah yang
berimbuhan “n”. Sehingga ketika kita misalkan satu contoh menggunakan huruf
“nun”. Ketika dibaca dengan suara lantang dari bibir, huruf yang akan keluar yaitu
“nin”.

7. Tanda baca tanwin dhammah


Tanwin dhammah dalam pembacaannya akan berimbuhan “n”. Ketika akan dibaca
dengan menggunakan bibir misalkan huruf “nun”, maka akan terucap “nun” dan
diikuti oleh berikutnya. Dan ini telah menjadi bagian dari pembacaan
pengelompokkan aturan pembacaan huruf hijaiyah.

8. Tanda baca sukun


Maksud dari tanda baca sukun ini berarti mematikan atau menahan akan huruf
hijaiyah yang menggunakan harokat sukun. Ketika misalkan kita akan membaca
huruf “nun”, kemudian pada huruf tersebut mendapatkan harokat sukun, maka
cukup dilafadzkan dengan “n” saja. Hal ini berlaku untuk seluruh huruf hijaiyah
yang ada tanpa terkecuali.

9. Tanda baca tasydid


Pembacaan sebuah huruf dengan menggunakan harokat tasydid ini cara dalam
pengucapannya yaitu dengan huruf hijaiyah dasar digandakan. Sehingga misalkan
huruf yang kita baca “nun”, maka imbuhan pada cara pembacaannya yaitu seperti
“nnun”. Digandakan pada huruf dasar yaitu huruf “n”.

Sifat Huruf Hijaiyah


1. Al jauf (rongga mulut)
Keluarnya huruf yang termasuk dalam al jauf ini terletak pada suara dalam rongga
mulut, tanpa adanya campur dari perucapan bibir maupun lidah. Dan ada 3 huruf
8

yang termasuk ke dalam al jauf ini yaitu “alif”, “wawu”, “ya”. Ketika kita mencoba
mengucapkannya, maka akan keluar pada rongga mulut terdalam pada mulut kita.
Dan ketika pengucapan huruf ini tidaklah pada rongga mulut berarti adanya
kesalahan.
Kesalahan dan perincian inilah yang seharusnya diperhatikan oleh seorang yang
akan membaca sebuah huruf hijaiyah. Ketika pembacaan secara satu persatu,
maka tidak akan terlihat kesulitannya tetapi ketika dibaca panjang dan
bersambung, maka akan nampak tingkat kesulitannya apabila dalam latihan
membaca tidak dilatih sejak dini.

2. Al halq (tenggorokan)
Cara membaca dan mengucapkan pada beberapa huruf al halq yaitu dengan
menggetarkan huruf pada pangkal tenggorokan terdalam. Dan huruf yang
termasuk ke dalam sifat al halq ini yaitu “ha”, “kha”, “nga”, “gho”, “ kho”. Ketika kita
mempraktekannya, maka akan ada getaran pada tenggorokan. Dan getaran inilah
yang dinamakan halq.
Cara membaca dan keluarnya suara huruf akan berbeda ketika tidak sesuai
dengan jenis sifat huruf ini. Oleh sebab itu, dalam setiap pembacaan huruf
hijaiyah ini haruslah sesuai dengan ketentuan letak dari keluarnya huruf.

3. Al lisan (lisan)
Sifat dari huruf al lisan yaitu seperti hal nya ketika kita mengucapkannya pada saat
berbicara. Ketika kita berbicara, tentunya akan banyak menggunakan baik itu
fungsi bibir, lidah dan tenggorokan. Jadi memang penggunaan akan seluruh organ
dalam mulut yang menjadikan sifat huruf ini disebut dengan nama al lisan.
Adapun huruf-huruf yang termasuk ke dalam sifat al lisan yaitu huruf “kof”, “ka”,
“syin”, “ja”,” la”, “dho”. Huruf ini ketika kita coba ucapkan, maka akan
menggerakkan seluruh organ mulut kita seperti bibir, lidah dan pangkal mulut
hingga pangkal tenggorokan, layaknya ketika kita berbicara menggunakan bahasa
keseharian kita.

4. Asy syafataian (kedua bibir)


Jenis huruf asy syafataian ini dimaksudkan dengan pembacaan pertemuan dua
bibir. Dan yang termasuk ke dalam huruf asy syafataian ini ialah huruf “mim”,
“wawu”, “ba”, “fa”. Bisa kita coba bersama jika kita mengucap beberapa huruf
tersebut, maka secara pasti akan mempertemukan bibir bawah dan bibir atas pada
mulut kita.
Ketika cara membaca dan mengeluarkan suara dalam pembacaan huruf hijaiyah
ini dilakukan dengan tepat dan benar, maka pastilah penempatan bibir akan
sesuai dengan ketentuan. Maka pengetahuan akan ilmu dalam mengucapkan
huruf ini sangatlah penting, agar setiap intonasi yang keluar tepat sesuai kaidah
yang berlaku.

5. Al khoysyuum (batang hidung)


Pembacaan huruf yang termasuk pada sifat al khoysyuum ini ialah terletak pada
batang hidung. Dan kebanyakan pembacaan yang keluar pada batang hidung,
yaitu ketika berharokat tasydid. Sehingga akan memunculkan suara mendengung.
9

Dan beberapa huruf yang termasuk ke sifat al khoysyuum yaitu “mim tasydid” dan
“nun tasydid”.
Adapun beberapa huruf yang bertasydid lainnya memang mendekati
mendengung, tapi tidak seperti halnya dua huruf ini. Maka yang tergolong ke sifat
al khoysyuum ini cenderung mendengung lebih tinggi, dibandingkan dengan
tasydid huruf lainnya. Namun meskipun mendengung tetap harus didengungkan
secara tepat.
Sifat Huruf Hijaiyah yang Berlawanan

1. Jahar (jelas)
Maksud dari huruf jahar ini ialah dengan mengucapkannya tanpa mendesis. Ketika
kita mencoba membaca beberapa huruf, pastilah akan ada beberapa huruf yang
dengan mendesis. Namun jenis huruf jahar ini menyuarakan suara yang jelas dan
lantang. Sehingga ketika didengarkan akan jelas terdengar hurufnya.

2. Hamas (samar)
Huruf hamas ini bisa dikatakan dengan mendesis ataupun menggetarkan rongga
mulut dalam pembacaannya. Dan huruf ini sangatlah berbeda dengan jahar,
karena memang keluarnya suara serta penempatan akan organ mulut yang
berbeda. Huruf-huruf hamas ini dikatakan hamas ketika mengaktifkan fungsi lidah
dan penempatan bibir yang mengatup.

3. Siddah (kuat)
Bisa dikatakan huruf siddah ini dalam ilmu tajwid ialah qalqalah kubro. Yang mana
ketika dibacakan akan memunculkan suara yang keras dan kuat ketika berharokat
sukun. Dan huruf ini menjadi salah satu huruf yang kuat akan makna dan
penggunaan nafasnya.

4. Rakhawah (lunak)
Pertemuan antara lidah dan dinding mulut yang akan menghasilkan huruf-huruf
rakhawah. Dan juga huruf rakhawah ini terbentuk bukan dengan suara lantang
ataupun jelas, sehingga seolah seperti mendesis. Adapun huruf yang termasuk ke
rakhawah ini ada beberapa yaitu “tsa”, “dha”, “kho”, “gho”.

5. Isti’la’ (terangkat)
Sifat huruf isti‟la‟ dalam pengucapannya yaitu dengan mempertemukan antara
lidah dengan rongga atas. Sehingga ketika cara pembacaan rongga mulut ini kita
lakukan, maka akan menjadikan huruf yang akan keluar dengan suara yang keras
dan fasih tanpa mendesis. Adapun huruf-huruf yang termasuk isti‟la‟ yaitu “tho”,
“dho”.

6. Istifal (turun)
Jenis huruf istifal atau bisa dikatakan turun ini yaitu ketika mengucapkan huruf nya
dengan menggunakan ujung lidah, dengan menyentuhkannya pada pangkal lidah.
Sehingga akan memunculkan suara yang lirih dan lembut. Ada beberapa huruf
yang termasuk ke istifal yaitu 22 huruf hijaiyah.
10

7. Ithbaq (tertutup)
Cara dalam mengucapkan huruf hijaiyah dengan sifat ithbaq yaitu dengan
melengkungkan lidah ke atas menempel langit dinding mulut. Ada beberapa huruf
yang termasuk ke cara pembacaan tersebut yaitu huruf “sho”, “dho”, “tho”, dan
“dhho”. Jika benar-benar kita lakukan dengan baik dan benar, tentunya akan
menghasilkan suara yang besar namun tidak mendesis.

8. Infitah (terbuka)
Sifat huruf infitah atau dengan nama lain terbuka ini cara dalam memposisikan
lidah yaitu melengkungkannya setengah pada keliling lidah. Ketika benar kita
lakukan dalam memposisikan lidah ini, maka akan menghasilkan suara yang
ringan namun tidak lirih. Adapun yang termasuk ke sifat infitah ini terdapat 25
huruf hijaiyah.

9. Ishmat (diam)
Cara dalam menyuarakan huruf ishmat ini yaitu dengan manahan suara huruf
layaknya beban berat, sehingga kesan yang akan muncul dari suara dari dalam
mulut akan tertahan. Sehingga maksud dari diam ini mengartikan jika huruf yang
disuarakan ini memiliki makna yang tertahan dan tidak nyaring.

10. Idzlaq (lancar)


Pembacaan dari beberapa huruf idzlaq ini yaitu dengan menyuarakannya secara
lancar dan ringan. Apabila diperhatikan dari peletakan lidah, maka berada pada
ujung lidah dan antara pertemuan bibir. Sehingga bagi orang yang mengucapkan
huruf-huruf ini akan terdengar nyaring dan memiliki power.

Tajwid Huruf Hijaiyah


Tajwid huruf hijaiyah
ini dikelompokkan
menjadi beberapa
jenis. Hal ini karena
dari beberapa sifat
huruf memiliki makna
dan cara pembacaan
yang berbeda. Oleh
karena itu, mengetahui
dasar utama ilmu
tentang sifat huruf
sangatlah penting.
Ketika telah
memahami dasar ilmu
dari huruf, pastilah
akan mudah dalam
melakukan
pembacaan baik tajwid
maupun makhorijul
huruf.
11

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh seorang yang sedang belajar dalam
melancarkan proses belajar. Selain melakukannya secara perlahan dan tidak tergesa-
gesa, juga mengelompokkan jenis tajwid berdasarkan sifat huruf. Ketika sudah
mampu menyuarakan sifat huruf secara baik dan benar, maka ketika menemui tajwid
akan mampu memahami cara dalam pembacaannya.
Huruf Hijaiyah Harakat Sambung dan Tajwid
Harakat sambung dalam pembacaan huruf hijaiyah tentunya memiliki perbedaan
antara satu huruf dengan jenis huruf sambung. Salah satu hal yang mencolok ketika
melakukan pembacaan huruf sambung, yaitu harus memahami huruf apa yang akan
dibacakan. Ketika tidak paham dan tahu akan huruf yang akan dibaca selanjutnya,
maka akan mengalami kebingungan baik tajwid, panjang pendek dan makhorijul huruf
nya.

Oleh karena itu, tahapan dan proses dalam melakukan penyempurnaan pembacaan
huruf hijaiyah ini sangatlah penting dilakukan. Ketika seseorang telah paham dan
fasih baik dari sifat huruf dan cara menyuarakannya, maka ketika melanjutkan
pembacaan secara sambung pastilah juga tidak akan keliru.

(Sumber: Sahabatnesia)
12

Makharijal Huruf
&
Cara membaca Huruf Hijaiyah
13

Makharijul Huruf Dalam Ilmu Tajwid - Pengertian dan Macamnya.


Dalam membaca Al-Qur’an salah satu hal penting yang harus diperhatikan adalah makharijul
huruf. Benar tidaknya pengucapan suatu huruf berpengaruh terhadap makna yang dibaca,
misalnya ‫( قلب‬Qalb) yang maknanya adalah “hati”, akan berubah maknanya jika dibaca kalb
(‫ )كلب‬yang maknanya adalah “anjing”. Begitu juga ‫( عليم‬maha mengetahui) akan berbeda
maknanya dengan ‫( اليم‬yang menyakitkan). Kita tahu bahwa ada beberapa huruf hijaiyyah yang
berbeda, tetapi seperti sama pengucapannya, tentu saja dengan mempelajari makharijul huruf
dalam ilmu tajwid kita bisa membedakannya. Pembahasan mengenai makharijul huruf di sini
terbatas pada pengertian dan macam-macamnya. Maka akan sangat lebih baik jika belajar pada
ustadz atau ustadzah yang sudah fasih membaca Al-Qur’an.

Pengertian, Manfaat dan Tujuan Belajar Makharijul Huruf


Makhraj berasal dari kata “kharaja” yang artinya keluar, sedangkan makhraj sendiri berarti
tempat keluar. Nah, dari sinilah kita bisa mengetahui bahwa Makharijul Huruf berarti tempat
keluarnya huruf-huruf hijayyah. Manfaat dan tujuan belajar makharijul huruf adalah agar kita
bisa membedakan setiap huruf-huruf saat membaca Al-Qur’an, sehingga mencegah terjadinya
kesalahan pengucapan huruf, karena jika terjadi kesalahan pengucapan huruf maka akan
mempengaruhi makna dari kalimat tersebut.

Macam-
Macam
Makharijul
Huruf

Tempat-tempat Keluarnya Huruf (Makharijul huruf) terbagi menjadi 5 macam:


1. Rongga Mulut : ‫ال جوف‬
2. Tenggorokan : ‫ال ح لق‬
3. Lisan : ‫ال ل ساى‬
4. Dua Bibir : ‫ال ش ف تاى‬
5. Rongga Hidung : ‫ال خ ی شوم‬
14

1. Al-Jauf (Rongga Mulut) – ‫ؼ‬ , Dinamakan al-Jaufu karena tempat keluarnya huruf-
huruf berasal dari rongga mulut yang menjadi huruf mad: alif, wawu, dan ya’ ( ‫)ي و ا‬:
Huruf dan Keterangan Contoh

Fathah bertemu alif ‫ك‬

Kasroh bertemu ya' mati

Dhommah bertemu wawu


mati
‫ػ‬

2. Al-Halq (Tenggorokan) –
Dinamakan Al-Halq, karena tempat keluarnya berasal dari tenggorokan. Makhraj Al-Halq
terbagi kedalam 3 bagian :
Jenis Makhraj Huruf
Aqshal halqi (pangkal ‫ء‬- ‫ق‬
tenggorokan/bawah)

Wasathul halqi ‫ح‬- ‫ع‬


(tengah tenggorokan)

Adnal halqi (ujung ‫غ‬- ‫خ‬


tenggorokan/atas)

3. Al-Lisan (Lidah) – ‫ف‬

Dinamakan al-Lisan,
karena tempat
keluarnya huruf-huruf
berasal dari lidah.

Makhraj Al-Lisan ada 18 huruf, tetapi dalam hal ini terbagi ke dalam 10 bagian :
15

No. Jenis Makhraj Huruf Keterangan


Pangkal lidah Huruf keluar dari pangkal lidah yang berdekatan
1
dan langit-langit tenggorokan dengan langit-langit bagian belakang yg
mulut belakang lurus diatasnya.
Pangkal lidah Huruf ini keluar dari pangkal lidah bagian tengah
2
tengah dan
langit-langit ‫ؾ‬ dengan langit-langit bagian tengah yang lurus di
atasnya. Agak keluar sedikit dari makhraj
mulut tengah
Tengah-tengah Keluarnya huruf ini berasal dari tengah-tengah lidah
3
lidah dengan langit-langit yg lurus di atasnya
(Syajariyyah)
Huruf ini keluar dari tepi lidah (kanan/kiri atau
4
Tepi Lidah keduanya) menekan graham atas hingga sambung
(Jambiyah)
‫ؿ‬
dgn makhraj “ “.
Tepi lidah (sebelah kiri/kanan/keduanya) hingga
5
Ujung Tepi Lidah ‫ؿ‬ penghabisan ujung lidah, serta menepati dengan
langit-langit mulut atas.
Huruf Nun ini keluar dari ujung lidah setelah makhraj
6
Ujung lidah ‫ف‬ ‫ؿ‬
Lam (“ “) lebih masuk sedikit kedasar lidah
menepati dengan langit-langit mulut atas.
7 Ujung lidah Ujung lidah agak kedalam sedikit dari makhraj “”‫ف‬,
Tepat ‫ر‬ menepati dengan langit-langit mulut atas. Lam, Nun,
(Dzalqiyah)
Ra’ disebut huruf Dzalqiyah (Ujung Lidah).
8 Kulit gusi Atas
(Nath’iyah) ‫دتط‬ Keluarnya huruf ini tepat berasal dari ujung lidah dan
bertepatan dengan pangkal dua gigi seri atas
Keluarnya huruf ini dari ujung lidah dengan rongga
9 runcing lidah
(Asaliyah) ‫صسز‬ di tengah-tengah gigi atas dan gigi bawah, dekat
dengan gigi bawah
10 Gusi (Litsawiyah) ‫ثذظ‬ Keluarnya huruf ini tepat berasal dari ujung lidah dan
bertepatan di gigi seri atas
16

4. As-Syafatain
Tempat keluarnya huruf-huruf berasal dua dari bibir. Huruf-huruf hijaiyyah yang
makhrajnya berasal dari al-syafatain (dua bibir): ba’, mim, fa’, dan wawu, sbb.:

Menyentuhkan bibir bawah dengan ujung gigi


1 Bibir bawah
seri atas.
2. Merapatkan bersama-sama pertemuan bibir atas
Bibir Bawah dan Atas
dan bibir bawah

3. Bibir Bawah dan Atas Dengan memonyongkan kedua bibir

5. Al-Khaisyum (Hidung) – ‫ـ‬


Makhraj Khaisyum adalah untuk huruf-huruf ْ‫ن‬،ْ‫ م‬yang didengungkan. Dinamakan al-
Khaisyum karena tempat keluarnya berasal dari hidung. Mengapa demikian ? jika saja
kita menutup hidung, maka huruf-huruf yang makhrajnya berasal dari al-khaisyum
tidak terdengar dengan jelas.
Huruf dan Keterangan Contoh
Ghunnah: Nun ditasydid
dan Mim ditasydid -‫ف‬
Nun sukun sebab idghom
bigunnah, iqlab, dan ikhfa’ ‫ػ‬
haqiqi
Mim sukun bertemu mim
dan ba'
–‫عص‬ ‫ك‬
Huruf fawatihus suwar -‫ف–يس‬
‫–ح‬ ‫ع‬
17

Penampakan Peta Makharijal Huruf Hijaiyyah

Menebalkan Huruf Tafklhim dengan Menaikan pangkal Lidah

Posisi lidah belakang agak naik/meninggi


Untuk menebalkan/memperberat bunyi
suara huruf2 isti’la ( ), dan
huruf Ra/Lam Tafkhim
18
19

Ilmu Tajwid (Pengertian, Hukum, Macam, Tujuan, Manfaat, dan


Contohnya)
Pengertian Hukum Bacaan
Ilmu Tajwid dan Contohnya
Lengkap – Kita sebagai ummat
Islam mempunyai kitab suci
yang bernama Al-Qur‟an dan
juga mempunyai kitab tuntunan
Al-Hadist. Al-Qur‟an dan Hadist
ini tersusun dari Bahasa Arab
yang indah. Dan sebagai ummat
Islam, kita harus merasa wajib
untuk bisa membaca Al-Qur‟an
dan Hadist tersebut dengan baik
dan benar, sekaligus terasa
indah untuk didengar. Maka dari itulah wajib untuk kita belajar Ilmu Tajwid.

Selain itu, begitu pentingnya mempelajari ilmu tajwid karena dengan kita mengenal
dan memahaminya. Insya Allah bacaan Al-Qur‟an kita menjadi benar baik itu
sesuai dengan pelafadzan atau juga sesuai dengan artinya.

Pengertian Ilmu Tajwid


Tajwid sendiri jika dilihat dari bahasa berasal dari kata ”Jawwada” ( –
-‫ا‬ ‫ )ت‬yang mempunyai arti melakukan sesuatu dengan indah, bagus, dan
membaguskan. Sedangkan di dalam Ilmu Qiraah, tajwid mempunyai arti
mengeluarkan huruf dari tempatnya yang sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki
huruf tersebut.

Sedangkan jika dilihat dari segi istilah, Tajwid ini adalah ilmu untuk membaguskan
pembacaan pada kitab suci Al-Qur‟an disertai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid
yang berlaku pada setiap huruf.

Imam Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan juga bahwa Tajwid ialah
mengeluarkan tiap huruf dari makhrojnya dengan memberikan hak untuk setiap
huruf (hak tersebut adalah sifat yang melekat pada tiap huruf seperti Iqlab,
Qalqalah, dll) serta mustahaq huruf (sifat huruf yang dikarenakan sebab tertentu
seperti Iqlab, izhar, dll).

Sumber Hukum Wajib Tajwid dari Al-Qur‟an


Sumber hukum pertama kita ambil dari salah satu ayat suci Al-Qur‟an, lebih
tepatnya pada surat 73/Al-Muzzamil ayat 4: ‫ت‬ ‫ت ت ا‬,
artinya: “Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-
lahan.” (Terjemahan Depag), atau terjemahan yang menurut kami lebih tepat bagi
penggalan ayat tersebut adalah “…dan tartilkanlah Al-Quran dengan benar-benar
tartil.”
20

Jadi di dalam membaca Al-Qur‟an, kita diwajibkan untuk membaca secara tartil.
Yaitu membaca setiap huruf dan kata Al-Qur‟an dengan memperindah
pengucapannya atau sesuai dengan Tajwid.

Menurut Al-Imam „Ali bin Abi Thalib, berkaitan dengan kata “tartil” dalam ayat di
atas bermakna:
“Tartil adalah mentajwidkan huruf dan mengetahui kaidah waqaf”.

Jadi bisa kita simpulkan disini, pengertian Ilmu Tajwid adalah Ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana cara mengucapkan atau melafadzkan tiap
huruf-huruf yang berada di dalam kitab suci Al-Qur‟an dan Hadist atau juga
yang lainnya.

Sumber Hukum Wajib Tajwid dari Al-Hadist


Sumber hukum kedua yang menyatakan bahwa kita wajib membaca Al-Qur‟an
dengan Tajwid yang benar ada di dalam Hadist Rasulullah Muhammad S.A.W.
Hadist ini diriwayatkan langsung oleh Ummuh Salamah r.a yang merupakan Istri
Nabi saat ditanyakan tentang bagaimana Rasulullah di dalam membaca Al-Qur‟an
dan bacaan Shalat. Maka Beliau menjawab :

”Ketahuilah bahwa Baginda Nabi muhammad S.A.W. Sholat kemudian tidur yang
lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali sholat
yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang
lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh.
Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah S.A.W.
dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya
satu persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).

Dari hadist tersebut dapat kita ketahui bahwa Ummuh Salamah menjelaskan
tentang bacaan tajwid Al-Qur‟an yang dibaca Rasulullah. Dan menandakan bahwa
di dalam Shalat pun, kita juga harus tetap menerapkan Ilmu Tajwid di dalam setiap
bacaannya.

Istilah Khusus dalam Ilmu Tajwid


Ada beberapa istilah yang harus kita perhatikan dan pahami di dalam Ilmu Tajwid ini terutama disaat
kita sedang membaca Al-Qur’an dan Hadist. Dimana ini adalah pengelompokan ilmu yang
setelah ini akan kita bahas. Diantaranya adalah :
 Makharijul Huruf. Ini adalah tempat keluar masuknya suatu huruf hijaiyah dalam Al-
Qur’an.
 Shifatul Huruf. Ini adalah cara mengucapkan atau melafadzkan tiap huruf pada Al-
Qur’an
 Akhamul Huruf. Ini ilmu tajwid tentang hubungan antara satu huruf dengan huruf
lainnya.
 Ahkamul Maddi Wal Qasr. Ilmu yang mempelajari panjang pendek bacaan disaat
melafadzkan tiap kata dalam ayat Al-Qur’an.
21

 Ahkamul Waqaf Wal Ibtida’. Ilmu tajwid untuk mengetahui huruf dimana kita bisa
memulai membaca dan atau berhenti membaca pada tiap bacaan di Al-Qur’an.
 Dan yang terakhir adalah Al-Khat dan Al-Utsmani.

Ilmu tersebut adalah macam-macam atau jenis Ilmu yang bisa kita pelajari di dalam Ilmu
Tajwid.
Dan menurut Ibn Katsir, membaca secara Tartil adalah membaca secara perlahan
dan juga hati-hati karena dengan membaca tersebut akan membantu kita dalam
memahami dan mentadaburi setiap isi yang ada pada Al-Qur‟an.

Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid


Hukum mempelajari Tajwid yang merupakan sebuah ilmu pengetahuan
adalah Fardhu Kifayah. Yaitu dimana jika diantara kamu sudah ada yang
mempelajari teori dan istilah di dalam ilmu tajwid, maka kewajiban tersebut
menjadi gugur untuk orang yang lainnya. Namun, sebagai ummat Islam yang
benar-benar mencintai dan mengakui bahwa kita Muslim.

Hukum Tajwid ini di dalam prakteknya saat membaca Al-Qur‟an adalah Fardhu
Ain. Yaitu kita wajib mengaplikasikan ilmu Tajwid ini di dalam setiap kita membaca
Al-Qur‟an di setiap kata dan hurufnya, sesuai perintah Allah dalam ayat Al-Qur‟an
yang tersebut di atas.

Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid


Adapun tujuan untuk kita mempelajari Ilmu Tajwid adalah agar kita dalam
membaca Al-Qur‟an dapat membacanya dengan baik dan benar-benar fasih
sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Muhammad S.A.W.

Selain itu, dengan mempelajari ilmu tajwid, kita akan lebih terjaga dari kesalahan
pembacaan dan juga kesalahan di dalam pengartian pada setiap lafadz pada Al-
Qur‟an. Karena pada setiap huruf dan kata akan mempunyai makna tersendiri di
dalam pembacaan Al-Qur‟an.

Kegunaan dan Manfaat Mempelajari Ilmu Tajwid


Belajar tajwid sangat memberikan banyak manfaat. Belajar tajwid akan sangat
baik jika dimulai sejak dini, karena itu akan mempermudah dan mempercepat
proses untuk bisa dan benar dalam membaca Al-Qur‟an.Manfaat utama belajar
dan juga mempelajari ilmu tajwid ini adalah agar kita bisa terhindar dari kesalahan
di dalam pembacaan ayat suci Al-Qur‟an. Jadi, ketika kita sudah mengetahui
tentang macam-macam atau jenis dari setiap hukum di Ilmu Tajwid yang ada. Baik
tentang hurufnya, cara pelafadzannya, Insya Allah kita akan sedikit kemungkinan
salah dalam membaca Al-Qur‟an bahkan tidak salah sama sekali, dengan catatan
sungguh-sungguh dalam menggunakan ilmu tajwid.
22

Macam Macam Hukum Bacaan Ilmu Tajwid Lengkap dan


Contohnya

Ada beberapa macam hukum bacaan tajwid yang disini saya kelompokkan
menjadi 9 kelompok dan saya ulas secara garis besarnya dahulu dikarenakan
pembahasan yang sebenarnya cukup panjang.

Hukum Bacaan Tajwid – Nun Mati atau Tanwin

Pertama adalah bacaan yang terdapat atau terkena bacaan nun


mati dan atau tanwin. Hukum tajwid yang terkena dengan tanda baca nun mati
dan atau tanwin ini terbagi menjadi empat bagian: Izhar Halqi, Idgom, Iqlab, dan
Ikhfa‟ Haqiqi. Sebagai salah satu contoh, bisa kamu lihat gambar bacaan Al-
Qur‟an. Diantaranya ada huruf yang diberikan warna merah sebagai izhar halqi,
warna hijau sebagai idgham, dan warna biru sebagai ikhfa haqiqi, serta warna
ungu sebagai hukum bacaan iqlab.

– Izhar Halqi ( )
Izhar halqi adalah hukum bacaan Al-Qur‟an yang apabila nun sukun atau tanwin
bertemu dgn salah satu anggota huruf izhar. Maka cara untuk melafazkan atau
mengucapkannya ialah harus dibaca dengan jelas.Hukum Izhar ini terjadi apabila
nun mati atau tanwin bertemu dengan 6 (enam) huruf Halqi (tenggorokan).
Beberapa huruf halqi tersebut diantaranya adalah:
 alif atau hamzah(‫)ء‬,
 ha‟ (‫)ح‬,
 kha‟ (‫)خ‬,
 „ain (‫)ع‬,
 ghain (‫)غ‬, dan ha‟ (‫)ه‬.
23

Maka dari itu, hukum bacaan Izhar Halqi ini harus dibaca jelas tanpa harus ada
penekanan. Contoh untuk Izhar Halqi seperti :

– Idgham (‫)إ غام‬


Selanjutnya adalah hukum bacaan Idgham. Hukum bacaan Idghom ini
sebenarnya dibagi menjadi dua bagian diantaranya adalah Idghom Bighunnah
dan Idghom Billagunnah. Untuk penjelasannya adalah sebagai berikut.

Selanjutnya adalah hukum bacaan Idgham. Hukum bacaan Idgom ini


sebenarnya dibagi menjadi dua bagian diantaranya adalah Idghom Bighunnah
dan Idgom Billagunnah. Untuk penjelasannya adalah sebagai berikut.

- Idgham Bighunnah

Idgham Bighunnah memiliki arti dilebur dan juga disertai dengan dengung.
Dimana kita dalam membaca huruf Idghom Bighunnah adalah dengan
memasukkan atau meleburkan salah satu huruf nun mati atau tanwin ( ‫ )ـــ‬di
dalam huruf sesudahnya dengan disertai dengung, jika nun mati atau tanwin
24

bertemu dengan salah satu huruf Idghom yang berjumlah empat yaitu
diantaranya adalah : ya‟(‫)ي‬, nun ( ), mim ( ), wau ( ).
Contoh bacaan Idgham Bighunnah : ‫م‬ ‫ي‬
- Idghom Bilaghunnah

Idgham Bilaghunnah mempunyai arti melebur tanpa dengung. Yaitu membaca


ayat Al-Qur‟an dengan memasukkan atau juga meleburkan huruf nun mati atau
tanwin (‫ـ‬ ) dalam huruf sesudahnya tanpa harus disertai dengung jika
bertemu dengan salah satu huruf Idgham Billagunnah, yaitu lam atau ra ( ، ).
Contoh: ‫م‬
Pengecualian untuk Idghom Bilaghunnah
Jika nun mati atau tanwin bertemu dgn keenam huruf idgham tersebut tetapi
ditemukan di dlm satu kata, contohnya , , , dan , maka nun
mati atau tanwin tersebut harus dibaca jelas.

– Iqlab
25

Hukum bacaan ini terjadi apabila ada huruf nun mati atau tanwin bertemu
dengan huruf ba‟ (‫)ب‬. Di dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin
berubah menjadi bunyi mim (‫)م‬. Contoh:

– Ikhfa’ Haqiqi
Hukum bacaan ini apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dgn huruf-huruf
seperti ta‟(‫)ت‬, tha‟ (‫)ث‬, jim (‫)ج‬, dal ( ), dzal (‫)ذ‬, zai ( ), sin (‫)س‬, syin (‫)ش‬, sod (‫)ص‬,
dhod (‫)ض‬, fa‟ (‫)ف‬, qof (‫)ق‬, dan kaf (‫)ك‬, maka ia harus dibaca samar-samar
(antara Izhar dan Idgham).Contoh:

Hukum Bacaan Tajwid Mim Mati

kemdikbud.go.id

Selain hukum nun mati dan tanwin adapula hukum bacaan tajwid lainnya dalam
membaca Al Quran yaitu Hukum mim mati, yang disebut hukum mim mati jika
bertemu dgn huruf mim mati (‫ )م‬yang bertemu dgn huruf hijaiyah tertentu. Berikut
contoh ayatnya, yang diberi tanda warna (biru: ikhfa syafawi), (merah: idgham
mimi), (hijau: izhar syafawi). Hukum Bacaan Tajwid (mim mati) memiliki 3 jenis,
yaitu sebagai berikut:

– Ikhfa Syafawi ( ‫) ﺀ ﻔﺧإ ﻱﻮﻔﺷ‬


Ikhfa Syafawi terjadi jika ada huruf mim mati ( ) bertemu dengan huruf ba’ (‫)ب‬, cara untuk
membacanya adalah dengan cara secara samar-samar di bibir dan dibaca dengan
didengungkan (ghunnah). Contoh bacaan Ikhfa Syafawi : ( )(
)( ‫ط‬ )
– Idgham Mimi (‫إ غ م( ىمﻱم‬
Idgham Mimi terjadi jika ada huruf mim mati ( ) bertemu dengan huruf mim ( ),
maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau
ditasyidkan dan wajib anda baca dengung. Idgham mimi disebut juga dgn
idgham mislain atau mutamasilain. Contoh : ( )( )
26

– Izhar Syafawi ( ‫) ﻬﻇإ ﻱﻮﻔﺷ‬


Izhar Syafawi terjadi jika ada huruf mim mati (‫ )م‬bertemu dengan salah satu
huruf hijaiyyah selain huruf mim (‫ )م‬dan ba (‫)ب‬, maka cara membacanya
adalah dengan jelas di bibir serta mulut anda tertutup. Contoh: ( ( ‫م تت‬
( ‫)ت‬

– Mim dan Nun Tasydid

Hukum bacaan mim dan nun tasydid disebut juga dgn wajib al-ghunnah ( ‫ﻨﻐ ا‬
‫ )ﺐ ا‬yang memiliki makna bahwa orang yang membacanya di wajibkan untuk
mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan bagi kedua-duanya
adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun yang
memiliki tanda syadda atau bertasydid ( dan ). Contoh: ‫ا ﻨ اﻨ‬

Hukum Bacaan Tajwid – Alif Lam Ma‟rifah


27

Hukum bacaan Alif lam ma‟rifah yaitu apabila dua huruf yang di tambah pada
akhir atau awal dari kata yang mempunyai arti nama atau isim. Ada dua jenis
alif lam ma‟rifah yaitu qamariah dan syamsiah.

Alif Lam Qamariah


Pertama adalah Alif Lam Qamariah dimana Lam ini diikuti oleh 14 huruf
hijaiah, diantaranya seperti: „ain (‫)ع‬, ghain (‫)غ‬, alif hamzah(‫)ء‬, ba‟ (‫)ب‬, jim (‫)ج‬,
ha‟ (‫)ح‬, kha‟ (‫)خ‬, fa‟ (‫)ف‬, qaf (‫)ق‬, kaf (‫)ك‬, mim ( ), wau ( ), ha‟ (‫ )ه‬dan ya‟ (‫)ي‬.

Untuk hukum Alif Lam Qamariah diambil dari bahasa arab yang berarti Al
Qamar ( ‫ )ﺮﻤﻘﻟ‬yang mempunyai arti bulan. Maka dari itulah, untuk membaca Alif
Lam Qamariah adalah dengan membaca secara jelas tanpa meleburkan
bacaannya.

Alif Lam Syamsyiah


Kedua adalah Alif Lam Syamsiah dimana Lam ini diikuti oleh 14 huruf hijaiah
lainnya selain Qamariah seperti : ta‟ (‫)ت‬, tha‟ (‫)ث‬, dal ( ), dzal (‫)ذ‬, ra‟ ( ), zai ( ),
sin (‫)س‬, syin (‫)ش‬, sod (‫)ص‬, dhod (‫)ض‬, tho (‫)ط‬, zho (‫)ظ‬, lam (‫ )ل‬dan nun ( ).

Untuk nama Asy Syamsiah sendiri diambil dari bahasa Arab ( ‫ ) ا ﺸﻤﺴﻴ‬yang
mempunyai arti matahari. Maka dari itu, untuk membaca Alif Lam ini dengan
membacanya dengan cara dilebur dengan huruf setelahnya.

Hukum Bacaan Tajwid – Idgham


28

Hukum Idgham (‫ )م غ إ‬adalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau
memasukkan satu huruf ke dalam huruf yg lain. Oleh karena itu bacaan idgham
harus dilafazkan dgn cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya.
Ada tiga jenis idgham yaitu:

Idgham Mutamatsilain ( ‫ﺇ ﻤﺘ ﻦﻴ ﺛ‬ – yang serupa)


Idgham Mutamatsilain adalah bertemunya antara dua huruf yg sama sifat dan
makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukumnya
adalah wajib utk di idghamkan. Contoh: ‫ﻮ ا‬

Idgham Mutaqaribain ( ‫ﻴ‬ ‫ – م غ إ ﺘ‬yang hampir)


Idgham Mutaqaribain adalah bertemunya dua huruf yg sifat dan makhrajnya
hampir sama, seperti ba‟ bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha‟ bertemu dzal.

Contoh: ‫ﻘﺨ‬
Idgham Mutajanisain ( ‫ﺘ‬ ‫ – م غ إ ﻴﺴ‬yang sejenis)
Idgham Mutajanisain adalah bertemunya antara dua huruf yg sama makhrajnya
akan tetapi tdk sama sifatnya seperti ta‟ dan tha, lam dan ra‟ serta dzal dan
zha. Contoh: ‫ب‬

Hukum Bacaan Tajwid – Mad

Hukum bacaan Mad yg mempunyai arti yaitu melanjutkan atau melebihkan. Dari
segi istilah Ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermakna memanjangkan suara
dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad.

Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad far‟i. Terdapat tiga huruf mad
yaitu alif, wau, dan ya‟ dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah.
Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.
29

Hukum Bacaan Tajwid – Ra’


Hukum ra‟ ialah hokum tentang bagaimana membunyikan huruf ra‟ di dalam
bacaan. Terdapat tiga cara yaitu bacaan kasar atau tebal, halus atau tipis, atau
keduanya yaitu bacaan harus dikasarkan namun juga ditipiskan.

Untuk bacaan ra’ ini harus dikasarkan/ditebalkan jika :


1. Huruf ra’ yang mempunyai harakat atas atau fathah. Contoh:
2. Huruf ra’ yang berbaris mati atau mempunyai harakat sukun dan huruf sebelumnya
berbaris atas atau fathah. Contoh: ‫ض‬
3. huruf Ra’ berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah. Contoh:

4. huruf Ra’ berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi
ra’ tadi bertemu dengan huruf isti’la’. Contoh: ‫ﺮ‬

Untuk bacaan ra’ yang harus di tipiskan adalah jika :


1. Huruf ra’ yang berbaris bawah atau kasrah. Contoh: ‫ل‬
2. Huruf ra’ yang sebelumnya terdapat mad lain. Contoh: ‫ﻴﺮ‬
3. Huruf Ra’ mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah namun tidak
berjumpa dengan huruf isti’la’. Contoh: ‫ﺮ ﻦ‬

Untuk bacaan ra’ yang harus dikasarkan dan ditipiskan adalah jika setiap ra’ yang berbaris
mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu
huruf isti’la’. Contoh: ‫ﺮق‬

Sebagai catatan : Huruf Isti‟la‟ ( ‫ )ﺀ ﻼ ﺘ‬terbagi menjadi tujuh huruf yaitu: kha‟ (‫)خ‬,
sod (‫)ص‬, dhad (‫)ض‬, tha (‫)ط‬, qaf (‫)ق‬, dan huruf zha (‫)ظ‬.

Hukum Bacaan Tajwid – Qalqalah


30

Hukum bacaan tajwid Qalqalah ialah bacaan pada huruf-huruf hijaiyah dengan
bunyi seakan-akan berdetik atau juga memantul. Ada lima huruf qalqalah yaitu
diantaranya huruf qaf (‫)ق‬, tha (‫)ط‬, ba‟ (‫)ب‬, jim (‫)ج‬, dan huruf dal ( ). Dan Qalqalah
terbagi menjadi dua jenis yaitu :

Qalqalah Kecil
Qalqalah kecil ialah dimana jika salah satu dari huruf Qalqalah itu berbaris mati
dan baris matinya adalah asli dikarenakan harakat sukun dan bukan karena tanda
waqaf. Contoh: ‫ﻴ ﻤ ﻮ‬, ‫ﻮ ﻴ‬

Qalqalah Besar
Qalqalah besar ialah jika salah satu dari huruf Qalqalah itu telah mati karena tanda
waqaf atau berhenti. Di dalam keadaan ini, Qalqalah dilakukan apabila bacaan di
waqafkan namun tidak di Qalqalahkan jika bacaan diteruskan.
Contoh: ‫ ﻔ‬,

Hukum Bacaan Tajwid – Tanda Waqaf ( ‫) ق‬

Tajwid terakhir yang akan kita ulas adalah hukum bacaan Waqaf. Waqaf jika
dilihat dari sudut bahasa memiliki arti berhenti atau juga menahan. Tetapi apabila
dilihat dari sudut istilah tajwid, Waqaf memiliki arti menghentikan bacaan sejenak
dengan memutuskan suara pada akhir perkataan untuk bernapas dengan niat
untuk menyambungkan kembali bacaan.
Terdapat empat jenis Waqaf yang bisa kita pelajari yaitu:

Waqaf ‫( ت م‬taamm)
Waqaf sempurna yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan
yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau
bacaan Al-Qur‟an, serta tidak mempengaruhi arti dari bacaan tersebut karena tidak
memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya atau yang
sesudahnya.

Waqaf ‫( ﻒ‬kaaf)
Waqaf memadai yaitu mewaqafkan atau juga memberhentikan pada suatu bacaan
secara sempurna, tidak memutuskan pada tengah-tengah ayat atau bacaan, tetapi
ayat tersebut masih berkaitan makna serta arti dengan ayat sesudahnya.
31

Waqaf ‫( ﺴ‬Hasan)
Waqaf baik yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa mempengaruhi makna atau
arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dgn bacaan sesudahnya

Waqaf ‫( ﺢﻴﺒ‬Qabiih)
Waqaf buruk yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tdk
sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus di
hindari karena bacaan yg di waqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dgn
bacaan yang lain.

Untuk ulasan tentang Ilmu bacaan Tajwid kali ini cukup disini. untuk lebih
memperdalam lagi, silahkan datang ke Guru atau Ustadz di mana pun untuk
belajar mengenai bacaan Al-Qur‟an dengan ilmu Tajwid. Jangan pernah
menyimpulkan atas apa yang telah kawan pelajari dengan keinginan sendiri.
Selalulah belajar didampingi oleh Guru. Artikel yang dibuat semata-mata adalah
sebagai pengingat dan pendukung teman di dalam belajar. Semoga ulasan
singkat mengenai hukum ilmu tajwid di dalam Al-Qur‟an tentang Pengertian
Hukum Bacaan Ilmu Tajwid dan Contohnya Lengkap ini bisa bermanfaat untuk
kita semua. Wassalamuallaikum.

(Sumber: Obatrindu.)
32

BAB GHARIB

Dalam membaca Kitab Suci Al-Qur‟an ada beberapa hukum bacaan yang asing,
di mana cara membacanya tidak seperti pada tulisan dalam kalimat Al-Qur‟an
itu sendiri. Kemudian, hukum-hukum bacaan seperti ini disebut sebagai hukum
bacaan Gharib.

Pengertian Gharib
Menurut bahasa Garib berasal dari kata “garaba” yang artinya asing. Sedangkan
menurut istilah, hukum bacaan gharib bisa dikatakan merupakan bacaan yang tidak
biasa di dalam Al-Qur’an karena samar, baik dari segi huruf, lafadz, maupun
maknanya.
Tentu saja karena bacaan ini asing atau tidak biasanya, maka akan dikhawatirkan terjadi
kesalahan dalam membaca Al-Qur’an, jadi sangatlah penting untuk dipelajari dan
diketahui sebagai bentuk adab dan tata krama dalam membaca Al-Qur’an.

Macam-Macam Hukum Bacaan Gharib


Menurut salah satu pakar ahli qira’ah Al-Qur’an, Syekh Abu Bakar Ashim bin Abin
Najud atau lebih dikenal Imam Ashim, hukum bacaan gharib dengan riwayat Imam
Hafs, sebagaimana berikut ini :

1. IMALAH
Adapun contoh hukum bacaan imalah, berdasarkan riwayat Imam Hafs, di dalam Al-
Qur’an hanya terletak pada satu tempat yaitu pada Surat Hud ayat 41:
‫ي ك‬ ‫ػ‬ ‫ك ؿ رك ػ‬
Cara membacanya yaitu dengan mengganti bacaan “ro” menjadi “re” (agak ditekan dan
disamarkan), sehingga terdengar seolah dibaca “majreha”.

2. ISYMAM
Dalam riwayat Imam Hafs, hukum bacaan isymam terletak pada satu tempat di dalam
Al-Qur’an, yaitu pada Surat Yusuf ayat 11 :
. ‫ف ع يػ‬ ‫ك‬ ‫ي‬
Lafadz asli : ‫ػ‬
Seperti tulisannya yaitu “laa ta’manna”, namun karena lafadz aslinya adalah “laa
ta’manuna” maka huruf “nu” (jika dibaca pasti bibir mecucu) yang disembunyikan
33

cukup diisyaratkan dengan mecucu atau memanjangkan kedepan. Cara membacanya :

Jadi, cara membacanya adalah “laa ta’manna” sambil mecucu atau memanjangkan
kedua bibir ke depan pada pertengahan gunnah “manna”.
3. TASHIL
Misalnya dalam Al-Qur’an pada Surat Fushilat ayat 44 :

Lafadz asli : ‫ع‬


Cara membacanya : ‫ع‬
Cara membacanya adalah dengan menyambungkan dua hamzah qatha’ sehingga dibaca
panjang “aa’jamiyyun”. Ini dikarenakan dalam lafadz “aa'jamiyun” terdapat 2 hamzah
qatha’ dalam terletak berurutan, sedangkan llidah orang Arab cukup berat untuk
melafadzkan “a’a’jamiyyun”, sehingga dibaca panjang “aa’jamiyyun”

4. NAQAL
Dalam riwayat Imam Hafs, hukum bacaan naql terletak pada satu tempat di dalam Al-
Qur’an, yaitu pada Surat Al-Hujurat ayat 11 : .‫ي ف‬ ‫ؽ ػع‬ ‫س‬
Cara membacanya : ‫س‬
Dalam kaidah ilmu qira’ah pada lafadz “bi'salismu” terdapat 2 hamzah washal, yaitu
hamzah pada al-ta’rif dan hamzah pada lafadz “ismu”, sehingga kedua hamzah washal
tersebut tidak perlu dibaca ketika disambungkan dengan kalimat sebelumnya. Jadi, cara
membacanya bukan “bi’sal ismu”, tetapi “bi’salismu”.

5.BADAL
Adapun macam-macam hukum bacaan badal yang tergolong bacaan gharib atau asing
terbagi menjadi 4 lafadz, yaitu :

Pertama, lafadz “ii’tuunii” hanya terdapat pada Surat Al-Ahqaf ayat 4 :


‫ت‬ ‫دك في‬ ‫عف‬ ‫ر يػ‬ ‫ـ‬ ‫ر‬ ‫ذ‬ ‫رك‬ ‫ف‬
‫ؾ‬
‫د‬ ‫فك‬ ‫ع‬ ‫ك ر‬ ‫ػ‬ ‫ػػ‬
34

Lafadz asli : ‫ػػ‬


Cara membaca : ‫يػ ػ‬
Cara membacanya yaitu apabila diwaqafkan pada lafadz “as-samawat”, maka dibaca
“ii’tuunii”, apabila diwashalkan maka tetap dibaca sama seperti tulisan pada kalimatnya
“fis samawati’ tuunii”.
Lebih jelas bisa dilihat pada hukum bacaan mad badal, baca lebih lanjut : Hukum
Bacaan Mad Badal dan Contohnya.
Kedua, lafadz “yabsuthu”, misalnya pada Surat Al-Baqarah ayat 245 :
‫ػ عف‬ ‫ك‬ ‫ك يػ‬ ‫ك يػ‬
Ketiga, lafadz “bashthoh”, misalnya pada Surat Al-A’raf ayat 69 :
‫ك ذك ك ذ ع‬ ‫ػع ػ ـ ػ ح كز دك‬ ‫ء‬
Cara membaca bacaan kedua dan ketiga yaitu dengan menggunakan huruf sin, bukan
huruf shod.

Keempat, lafadz “mushoitirin”, misalnya pad Surat Al-Ghasyiyah ayat 22 :


‫لی ن و ی‬ ‫لس‬
Cara membacanya yaitu dengan menggunakan huruf shod, bukan huruf sin.

6. SAKTAH
Saktah merupakan salah satu bacaan waqof yang juga tergolong bacaan gharib. Waqaf
saktah hanya terdapat pada 4 tempat di dalam Al-Qur’an, yaitu :
Surat Yasin ayat 52 :
‫ف‬ ‫ك ؽ‬ ‫ح‬ ‫كع‬ ‫ػع ػ‬ ‫ي كيػ‬
Surat Al-Kahfi ayat 1 - 2 : ‫ي‬ ‫ػ ر‬ ‫ػ‬ ‫ع‬ ‫ك ي ع‬
Surat Al-Qiyamah ayat 27 : ‫رؽ‬ ‫ك‬
Surat Al-Muthaffifin ayat 14 : ‫ػف‬ ‫كػ ي‬ ‫ػ‬ ‫رف ع‬ ‫ك‬
Cara membacanya yaitu dengan waqaf berhenti tanpa mengambil nafas selama sekitar 2
sampai 4 harakat kemudian melanjutkan kalimat selanjutnya.

7. MAD DAN QASHR


Menurut Imam Ashim yang diriwayat Imam Hafs, bahwa ada beberapa bacaan yang
tertulis panjang tetapi dibaca pendek, tertulis pendek tetapi dibaca panjang. Semua itu
merupakan bacaan gharib, sebagaimana berikut ini :
35

1. Bacaan Pendek Pada Lafadz “Ana”


Semua lafadz “ana” (dhomir atau kata ganti orang pertama tunggal, yang berarti aku)
dalam Al-Qur’an menurut riwayat Imam Hafs dibaca pendek meskipun tulisan pada
kalimatnya adalah panjang. Misalnya pada surat Al-Kafirun ayat 4 :
‫ع‬ ‫ع‬ ‫ك‬
2. Bacan Pendek Pada Lafadz Lain
Surat Ad-Dahr (Al-Insan) ayat 15 - 16 : ‫ػ ريػ ػ ػ ريػ‬ ‫ك‬
Surat Al-Ahzab ayat 10 : ‫ػ‬ ‫ك ػف‬
Surat Al-Ahzab ayat 66 :
‫ك‬ ‫ك ع يػ ـ ػ‬ ‫ع‬ ‫ػ‬ ‫في‬ ‫ر يػ‬
Cara Membaca :
Ketiga lafadz tersebut jika dibaca washal (terus) maka harus dibaca pendek :
‫ ػ ريػ‬- ‫ػ ف‬ -‫ؿ‬
Tetapi jika diwaqofkan maka harus dibaca sukun : ‫ ػ ريػ‬- ‫ػ ف‬ -‫ؿ‬
3. Bacaan Penjang atau Pendek Pada Lafadz "Malik"
Para ulama' ahli qira'ah memiliki perbedaan dalam membaca lafadz "malik", misalnya
salah satu contoh pada Surat Al-Fatihah ayat 4 : . ‫ي‬ ‫يػ ـ‬
Cara membacanya boleh dibaca seperti dibawan ini : -
Banyak ulama; ahli qira'ah yang memendekkan huruf mim. Sedangkan Imam Ashim
dalam riwayat Imam Hafs memanjangkannya, dengan alasan bahwa lafadz "malik"
pada Surat Ali Imron ayat 26 dipanjangkan mimnya dengan alif.
‫هي تشا‬ ‫ت ت الول‬ ‫الول‬ ‫الل ن هل‬
Selain itu, alasan lainnya Imam Ashim adalah lafadz "malik" dengan alif (dibaca
panjang) berarti Tuhan yang memiliki, sedangkan lafadz "malik" dengan tanpa alif
(dibaca pendek) berarti penguasa.

8. SHILAH
Adapun hukum bacaan shilah yang termasuk bacaan gharib, bisa dilihat pada
keterangan Hukum Bacaan Mad Shilah (Mad Shilah Thawilah dan Mad Shilah
Qashirah). (Pada bagian terakhir / bawah tulisan ini.)
36

9. RUM 54

Surat Ar-Rum ayat 54 :


‫ا‬

Dalam surat tersebut ada 3 lafadz "dho'fi" yang diulang-ulang. Para ulama' ahli qira'ah
sendiri berbeda pendapat dalam memberikan harakat pada huruf dhod, ada yang
berharakat fathah dan ada yang berharakat dhommah.
Imam Hamzah, Imam Syu'bah (kedua periwayat Imam Ashim), dan imam lainnya
memberi harakat fathah huruf dhod pada lafadz itu. Sedangkan Imam Hafs (juga
periwayat Imam Ashim) membolehkan harakat fathah dan dhommah pada huruf dhod.

10. Mayoritas para ulama' tidak menganjurkan membaca basmallah saat membaca Surat
At-Taubah, bukan berarti haram, hanya tidak dianjurkan. Adapun alasannya bisa dilihat
di bawah pada bag. Akhir tulisan ini : Mengapa Surat At-Taubah Tak Dianjurkan
Membaca Basmallah ?

Hukum Bacaan Mad Shilah Qashirah dan Mad Shilah Thawilah Beserta
Contohnya
Pada kesempatan yang mulia ini, mari kita belajar lebih lanjut tentang ilmu tajwid,
yaitu mad shilah yang merupakan bagian dari mad far’i. Untuk penjelasan mengenai
hukum bacaan mad shilah, berikut penjelasan singkatnya, semoga bisa membantu :

Pengertian Mad Shilah Menurut Bahasa


Mad artinya panjang, shilah artinya sambung.

Pengertian Mad Shilah Menurut Istilah


Hukum bacaan mad yang dikira-kirakan jatuh pada ha’ dhomir (untuk laki-laki). Ha’
dhomir laki-laki dalam bahasa arab berarti kata ganti orang ketiga laki-laki, yaitu lafadz
hu dan hi.
( - ).
Pembagian Mad Shilah
Mad shilah dibagi menjadi dua bagian yaitu qashirah (pendek) dan thawilah (panjang).
37

1. Mad Shilah Qashirah


Yaitu jika ada ha’ dhomir laki-laki (kata ganti orang ketiga laki-laki) dan huruf
sebelumnya berharakat fathah, kasrah, atau dhommah.

Contoh :
Contoh Lafadz Sebab Cara Membaca

ada ha' dhomir laki-laki dan huruf sebelumnya


la ta'hudzuhu
berharakat dhommah

ada ha' dhomir laki-laki dan huruf sebelumnya


lahu ma
berharakat fathah

‫س‬ ‫ءك‬ ada ha' dhomir laki-laki dan huruf sebelumnya


berharakat fathah
laisa kamislihi
syaiun

Biasanya, ha' dhomir pada hukum bacaan mad shilah qashirah dalam Al-Qur'an cetakan
indonesia berharakat kasroh tegak atau dhommah terbalik.

Cara membacanya :
Hukum mad shilah qashirah seperti pada contoh diatas dibaca panjang 1 alif atau 2
harakat.

Menurut Imam Hafsh, ha’ dhomir laki-laki (kata ganti orang ketiga laki-laki) tidak
dihukumi mad shilah qashirah jika :

a. Huruf sebelum ha’ dhomir laki-laki berharakat sukun atau mati, maka tidak dibaca

panjang, contohnya :

Menurut Imam Hafs, ada pengecualian dalam hal ini di mana ha' dhomirnya tetap

dibaca panjang, yaitu pada potongan Surat Al-Furqan ayat 69 berikut ini, :

b. Ha’ dhomir sambung dengan huruf berharakat sukun sesudahnya, maka tidak dibaca
panjang. Contoh seperti pada potongan Surat Al-Baqarah ayat 255 berikut ini:
‫كت‬ ‫ك ك‬
c. Ha’ dhomir berharakat sukun, maka tidak dibaca panjang. Contoh seperti pada

potongan Surat An-Naml ayat 28 berikut ini :


38

2. Mad Shilah Thawilah


Yaitu jika ada ha’ dhamir laki-laki (kata ganti orang ketiga laki-laki) bertemu dengan
hamzah qatha’ (berupa alif).

Contoh :
Contoh Lafadz Sebab Cara Membaca

‫ع‬ ada ha' dhomir laki-laki bertemu alif indahu illa

‫ع‬ ada ha' dhomir laki-laki bertemu alif min ilmihi illa

‫ر ف‬ ada ha' dhomir laki-laki bertemu alif fi robbihi an atahu

Biasanya, ha' dhomir pada hukum bacaan mad shilah thawilah dalam Al-Qur'an cetakan
indonesia berharakat fathah melengkung di atasnya.

Cara Membaca :
Hukum mad shilah thawilah seperti pada contoh diatas dibaca panjang 2,5 alif atau 5
harakat.

Mengapa Surat At-Taubah Tak Dianjurkan Membaca Basmallah ?.


Saat kita belajar mengaji Al-Qur'an, guru kita pasti tak lupa menyerukan agar dimulai
dengan bacaan basmallah di setiap surat. Namun, hal ini berbeda saat kita membaca
Surat At-Taubah, guru kita pastinya tidak menganjurkan untuk membaca basmallah,
bahkan di awal Surat At-Taubah pun tidak terdapat penulisan basamallah sebagaimana
surat-surat lainnya.

Tentu saja hal ini memunculkan sebuah pertanyaan dalam pikiran, mengapa demikian
?. Nah, untuk itu di sini ada beberapa alasan shohih dari para ulama' mengapa tidak
dianjurkan membaca basmallah Surat At-Taubah :

1. Perselisihan Mengenai Surat At-Taubah Termasuk Bagian Surat Al-Anfal


Pembukuan Al-Qur'an menjadi mushaf berlangsung pada masa Khalifah Usman bin
Affan ra yang telah disetujui dan disepakati oleh segenap sahabat Nabi SAW, yang
diketuai oleh Sahabat Zaid bin Tsabit ra.

Khalifah Usman bin Affan ra mengumpulkan banyak Hamilul Qur'an (orang-orang


yang hafal Al-Qur'an) saat itu. Proses pembukuan itu berlangsung sangat rinci dan
murni, bahkan saking berhati-hatinya, setiap ayat Al-Qur'an yang akan ditulis harus
diseleksi oleh 2 orang sahabat yang langsung mendengar ayat itu dari Nabi SAW.
39

Namun, terjadi perselisihan pendapat pada saat sampai pada Surat At-Taubah, yaitu
perselisihan pendapat apakah Surat At-Taubah merupakan surat mandiri atau
merupakan bagian dari Surat Al-Anfal (surat sebelum At-Taubah).

Dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan saat Sahabat Ibnu Abbas ra bertanya
kepada Khalifah Utsman bin Affan ra mengenai masalah ini, kesimpulan
perselisihan pendapat antara Surat Al-Anfal dan Surat At-Taubah terjadi karena 2
alasan, yaitu :

Ketika Nabi SAW menerima wahyu, maka Beliau akan memerintah sekretaris
pribadi untuk mencatat dan menempatkan letak wahyu tersebut, misalnya ayat ini
ditempatkan di surat ini dan surat ini ditempatkan di sini, dan seterusnya. Namun,
sebelum Nabi SAW menjelaskan tentang penempatan Surat At-Taubah, Beliau telah
berpulang ke rahmatullah.

Surat Al-Anfal merupakan surat yang pertama kali di turunkan di Kota Madinah dan
Surat At-Taubah adalah surat yang terakhir diturunkan di Kota Madinah, di mana
penyajian dan kisah keduanya hampir mirip sehingga itu pun menjadikan salah satu
sebab perselisihan pendapat.

2. Keputusan Bijak Khalifah Utsman bin Affan Untuk Mereda Perselisihan


Nah, untuk meredakan perselisihan para sahabat dalam menulis masalah tersebut,
maka Khalifah Utsman bin Affan ra memutuskan kebijakan untuk tidak menulis
basmallah di awal Surat At-Taubah. Akhirnya, para sahabat pun menyetujui dan
menyepakati keputusan itu, sebagaimana jawaban beliau ketika ditanya oleh
Sahabat Ibnu Abbas ra dalam penjelasan Kitab Ibnu Katsir.

3. Basmallah adalah Ayat Aman, Sedangkan Surat At-Taubah adalah Surat


Perang
Alasan lain yang menjadikan mengapa Surat At-Taubah tidak dianjurkan untuk
membaca basmallah adalah karena basmallah merupakan ayat rohmat dan aman,
sedangkan Surat At-Taubah adalah surat yang mengandung unsur perang, sehingga
antara basmallah dan Surat At-Taubah seolah tidak sesuai disatukan, sebagaimana
dalam keterangan Kitab Tafsir Al-Maraghi.

4. Dalam Tradisi Arab, Memutuskan Perjanjian Dengan Mengirimkan Surat


Tanpa Basmallah
Surat At-Taubah merupakan Surat Madaniyyah, yaitu surat yang diturunkan di Kota
Madinah, tepatnya pada tahun 9 Hijriyyah. Surat At-Taubah ini juga dinamakan
Surat Bara'ah yang artinya Allah SWT dan Rosulullah SAW beserta kaum muslimin
tidak bertanggung jawab alias lepas tangan atas kaum musyrikin yang telah
mengingkari perjanjian damai, mereka brsekongkol dengan musuh-musuh kaum
muslimin.

Awal Surat At-Taubah turun kepada Rosulullah SAW sekitar 2 bulan setengah
setelah Beliau kembali dari Perang Tabuk yang merupakan perang terakhir semasa
Beliau hidup. Pada saat musim haji, berita kaum musyrikin melakukan thawaf pun
40

terdengar, mereka thawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang sebagaimana adat


mereka.

Rosulullah SAW pun merasa geram dan tidak suka jika bercampuran haji dengan
kaum musyrikin yang dalam keadaan seperti itu. Kemudian Beliau memerintahkan
Sahabat Abu Bakar as sebagai amirul haj (pemimpin haji) untuk mengkondisikan
ibadah haji.

Sedangkan turunnya awal Surat At-Taubah merupakan pemutusan perjanjian yang


sebelumnya diingkari oleh kaum musyrikin. Pada musim haji tersebut, Sahabat Ali
bin Abi Thalib diperintahkan untuk membacakan awal Surat At-Taubah, beliau
membacakannya dengan tanpa basmallah sebagaimana adat orang Arab jika
memutuskan sebuah perjanjian maka pengiriman surat pemutusan tanpa disertai
basmallah sebagai pembuka.

Demikian itulah, salah satu alasan yang dijadikan pertimbangan mengapa membaca
Surat At-Taubah tidak dianjurkan membaca basmallah.
41

Peta Tajwid Ringkas


1. Mad, Memanjangkan bunyi bacaan
 (huruf2 mad: + dhomah; + kasroh; dan + fathah)
(Mad ada 14 macam:
Mad thabi’I; mad wajib muttashil; mad ja’iz munfashil;
mad lazim mutsaqqal kilmi; mad lazim mukhaffaf kilmi;
mad lazim harfi musyabba; mad lazim harfi mukhaffat;
mad layyin; mad ‘aridh li as-sukun; mad ‘iwadh’; mad badal;
mad shilah thawilah; mad shilah qashirah; mad tamkin; dan mad farq.)

2. NUN Sukun dan Tanwin [ ]


 Izhhar - menampakkan: dibaca jelas tanpa dengung
 Idgham - melebur: melebur bunyi kedlm huruf setelahnya (dengung/tanpa dengung)
 Iqlab - mengubah: bila bertemu hrf (berharakat) bunyi menjadi mim dengan
ghunnah (dengung)
 Ikhfa’ - menyembunyi/samarkan: antara idgham dan izhhar, dgn ghunnah (dengung)

3. MIM Sukun
 Idgham bi-ghunnah= idgham mutamatsilain: melebur dua huruf yang sama:
 Ikhfa’ bi-ghunnah (dengung)= ikhfa’ syafawi: ->
 Izhhar= Izhhar Syafawi

4. Lam
 Lam al-jalalah (pd kata ); dibaca tebal bila huruf sebelumnya berharakat
fathah/dhammah
 Lam Ta’rif ( ) dilebur (idgham) kedalam huruf setelahnya, disebut Lam Syamsiah

5. Bacaan huruf RA’


 Dibaca tebal bila:
a) berharakat dhammah/fathah
b) Ra’ sukun, huruf sebelumnya dhammah/fathah
c) Ra’ sukun, huruf sebelumnya ada bunyi kasroh jadian, bukan asli
d) Ra’ sukun, huruf sebelumnya ada bunyi kasroh, setelahnya ada huruf: isti’la tidak
berharakat kasroh. (huruf isti’la: )
 Dibaca tipis bila:
a) Harakat kasroh
b) Ra’ sukun, huruf sebelumnya harakat kasrah
c) Ra’ sukun, huruf sebelumnya ya’ ( ) sukun
 Boleh Dibaca Tebal atau Tipis bila:
a) Ra’ tdk berharakat, sebelumnya terdapat sukun asli dan setelahnya ada huruf isti’la
kasrah.
b) Ra’ tdk berharakat, sebelumnya terdapat satu huruf isti’la sukun dan sebelumnya
terdapat kasrah.
42

6. Qalqalah
Menggetarkan/mantulkan bunyi ketika sukun/waqaf. (huruf qalqalah: )

7. Hamzah Washal
Yakni Hamzah yang dibunyikan bila terletak di awal kata, dan tidak dibunyikan bila bukan di
awal kata.
 Dibaca dhammah bila huruf ketiga verba itu berharakat dhammah
 Dibaca kasrah bila huruf ketiga verba itu berharakat fathah atau kasrah
Pengecualian:
Hamzah dibaca kasrah untuk huruf ketiga verba berharakat dhammah tidak asli (aslinya
kasrah).

8. SAKTAH (Berhenti)
Menghentikan bacaan dgn menahan nafas sejenak. Ada 5 tempat terdapat saktah:
a) Surat Al-Kahfi ayat 1 setelah kata :
b) Surat Yasiin ayat 52 setelah kata :
c) Surat al_Qiyamah ayat 27, setelah kata:
d) Surat Muthaffifin ayat 14, setelah kata :
e) Surat Al-Haqqah ayat 28, setelah kata :

9. Bacaan Basmallah
a) Menyambung bacaan dengan sebelumnya dan sesudahnya
b) Memutus bacaan dengan sebelumnya dan sesudahnya
c) Memutus bacaan dengan sebelumnya dan menyambung dengan sesudahnya
d) Menyambung bacaan dengan sebelumnya dan memutus dengan sesudahnya
Cattn.: Ketentuan d) tidak boleh dilakukan bila di tengah-tengah bacaan surah.

10. Gharib
Hal-hal yang asing/tak lazim dalam membaca al-Qur’an, a.l (termasuk):
- Waqaf
- Isymam
- Saktah
- Imalah
- Tashil
- Naql
- Badal
- Mad dan Qashr
- Shilah
- Ar-Rum: 54
- At-Taubah

Anda mungkin juga menyukai