Diktat Pelatihan Tahsin Latbar Alumni Risma Fina
Diktat Pelatihan Tahsin Latbar Alumni Risma Fina
SEKAPUR SIRIH
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan karunia nikmat-Nya yang begitu luas dan tak akan mampu kita
menghitungnya.
Shalawat dan sejahtera semoga selalu tercurah ke atas sosok manusia mulia
pembawa risalah yang haq, Nabi Muhammad SAWW beserta keluarganya,
sahabatnya, dan semoga kepada seluruh ummatnya hingga hari kemudian.
Tentu saja Buku / Diktat sederhana ini sungguh jauh dari sempurna, untuk itu
mohon dapat dimaklumi atas kekurangan penyusun dan mohon masukan dari
sidang pembaca untuk perbaikan buku / diktat ini.
PENDAHULUAN
TAHSIN
Tahsin ( ) ت ح س یيadalah kata Arab yang berarti memperbaiki, meningkatkan, atau
memperkaya. Hal ini juga umumnya digunakan sebagai nama yang diberikan untuk
anak-anak laki-laki di dunia Arab dan Islam. Tahsin dalam islam mengandung
makna bahwa tuntutan agar dalam membaca al-Quran harus benar dan tepat sesuai
dengan contohnya demi terjaganya orisinalitas praktik tilawah sesuai dengan
sunnah Rasulullah SAW.
Tahsin menurut bahasa berasal dari „hassana-yuhassinu‟ yang artinya
membaguskan. Kata ini sering digunakan sebagai sinonim dari kata tajwid yang
berasal dari „jawwada-yujawwidu‟ apabila ditinjau dari segi bahasa. Oleh karena itu,
pendefinisian tahsin menurut istilah disamakan dengan pendefinisan tajwid. Dalam
Buku Tahsin Tilawah 1 LKP TARQI, penulis menuliskan bahwa definisi tajwid
menurut para ulama secara umum sebagai berikut:
Tahsin atau tajwid adalah “mengeluarkan setiap huruf-huruf al Quran dari tempat
keluarnya dengan memberikan hak dan mustahaknya.” Atau dengan kata lain
menyempurnakan semua hal yang berkaitan dengan kesempurnaan pengucapan
huruf-huruf al Quran dari aspek sifat-sifatnya yang senantiasa melekat padanya
dan menyempurnakan pengucapan hukum hubungan antara satu huruf dengan
yang lainnya seperti idzhar, idgham, ikhfa dan sebagainya.
Refleksi keimanan
Menurut QS. Al Baqarah 121, pelaksanaan membaca al-Quran dengan menerapkan
prinsip „haqqa tilawah‟ yakni membaca dengan sebenar-benar bacaan sebagaimana
ketika ia diturunkan merupakan refleksi dari keimanan terhadap Kitab yang
2
bacaannya jika tidak diindahkan oleh para pembacanya. Dengan mempelajari tahsin
al Quran, maka setiap pembaca telah membangun kepedulian untuk mengenali jenis-
jenis kesalahan ini dan menghindarinya, maka selamatlah ia dari kesalahan
tersebut.
2 ب Bâ B
3 ت Tâ T
4 ث Tsâ TS
5 ج Jîm J
6 ح Hâ H
7 خ Khô KH
10 ر را Rô R
12 س Sîn S
13 ش Syîn SY
14 ص Shôd SH
15 ض Dhôd DH
19 غ Ghoîn GH
20 ف Fâ F
23 ل Lâm L
24 Mîm M
25 Nûn N
26 هـ ه Hâ H
27 Wâw W
28 ي Yâ Y
KETERANGAN:
Jumlah huruf `Arab aslinya sebanyak 29 huruf. Adapun huruf Lâm Alif ( ) dan Tâ
Marbûthoh ( ) – huruf no. 30 dan 31 pada tabel di atas dan diberi
tanda asterisk (*) – digolongkan ke dalam salah satu dari 29 tersebut.
Misalnya, Lâm Alif, huruf ini dapat dipecah menjadi Lâm dan Alif. Sedangkan
huruf Tâ Marbûthoh berubah menjadi huruf Hâ jika berbaris sukun (mati), dan
dibaca menjadi huruf Tâ, jika selain sukun.
6
1. Huruf Zay ( ) – diberi tanda asterisk (*) – adalah satu-satu huruf `Arab atau
hijaiyyah yang memiliki tiga makhraj. Selain yang disebutkan pada tabel di
atas, huruf Zay juga dapat dibaca: (a) Zayy ( ;) يdan (b) Za’ ( ). Tambahan
keterangan ini dijelaskan dalam tulisan tentang ilmu tajwid, dari al-Ust. al-Qari
al-Hafizh Azra`i `Abdurrauf, Syekh al-Qurra‟, juri MTQ internasional dari
Medan (sebelumnya bermukim di Makkah selama kira-kira 15 tahun) dan
sesuai pula dengan yang terdapat pada kitab ath-Thariq ash-Shahih Li-
Makharij al-Huruf.
2. Urutan huruf-huruf `Arab pada tabel di atas merujuk pada urutan yang biasa
digunakan dalam kamus `Arab.
4. Transliterasi (perubahan tulisan huruf) Arab ke Latin sejauh ini belum memiliki
standar yang berlaku universal, bergantung masing-masing negara atau
bahkan masing-masing penerbit tulisan. Tabel transliterasi di atas merujuk
kepada apa yang tertulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kecuali untuk
huruf Hâ () ح, Shôd () ص, Dhôd () ض, Thô ( ) طZhô ( ) ظdan Hâ () هـ.
Untuk tanda baca kasrah ini penempatan nya terletak pada bawah huruf hijaiyah.
Yang mana cara pembacaannya yaitu misalkan huruf “nun”, maka ketika dengan
harokat kasrah akan berbunyi “ni”. Dan pembacaan harokat kasrah ini berlaku
untuk semua huruf hijaiyah.
4. Tanda baca dhammah
Letak dari harokat dhammah ini berada pada atas huruf hijaiyah. Namun yang
membedakan dengan fathah ini ialah pada bentuk dhammah yang seperti huruf
“wawu”. Jika fathah berbentuk lurus, sedangkan dhammah seperti huruf “wawu”.
Dalam pembacaannya pun seperti hal nya mendapatkan tambahan huruf “u” pada
tiap hurufnya.
yang termasuk ke dalam al jauf ini yaitu “alif”, “wawu”, “ya”. Ketika kita mencoba
mengucapkannya, maka akan keluar pada rongga mulut terdalam pada mulut kita.
Dan ketika pengucapan huruf ini tidaklah pada rongga mulut berarti adanya
kesalahan.
Kesalahan dan perincian inilah yang seharusnya diperhatikan oleh seorang yang
akan membaca sebuah huruf hijaiyah. Ketika pembacaan secara satu persatu,
maka tidak akan terlihat kesulitannya tetapi ketika dibaca panjang dan
bersambung, maka akan nampak tingkat kesulitannya apabila dalam latihan
membaca tidak dilatih sejak dini.
2. Al halq (tenggorokan)
Cara membaca dan mengucapkan pada beberapa huruf al halq yaitu dengan
menggetarkan huruf pada pangkal tenggorokan terdalam. Dan huruf yang
termasuk ke dalam sifat al halq ini yaitu “ha”, “kha”, “nga”, “gho”, “ kho”. Ketika kita
mempraktekannya, maka akan ada getaran pada tenggorokan. Dan getaran inilah
yang dinamakan halq.
Cara membaca dan keluarnya suara huruf akan berbeda ketika tidak sesuai
dengan jenis sifat huruf ini. Oleh sebab itu, dalam setiap pembacaan huruf
hijaiyah ini haruslah sesuai dengan ketentuan letak dari keluarnya huruf.
3. Al lisan (lisan)
Sifat dari huruf al lisan yaitu seperti hal nya ketika kita mengucapkannya pada saat
berbicara. Ketika kita berbicara, tentunya akan banyak menggunakan baik itu
fungsi bibir, lidah dan tenggorokan. Jadi memang penggunaan akan seluruh organ
dalam mulut yang menjadikan sifat huruf ini disebut dengan nama al lisan.
Adapun huruf-huruf yang termasuk ke dalam sifat al lisan yaitu huruf “kof”, “ka”,
“syin”, “ja”,” la”, “dho”. Huruf ini ketika kita coba ucapkan, maka akan
menggerakkan seluruh organ mulut kita seperti bibir, lidah dan pangkal mulut
hingga pangkal tenggorokan, layaknya ketika kita berbicara menggunakan bahasa
keseharian kita.
Dan beberapa huruf yang termasuk ke sifat al khoysyuum yaitu “mim tasydid” dan
“nun tasydid”.
Adapun beberapa huruf yang bertasydid lainnya memang mendekati
mendengung, tapi tidak seperti halnya dua huruf ini. Maka yang tergolong ke sifat
al khoysyuum ini cenderung mendengung lebih tinggi, dibandingkan dengan
tasydid huruf lainnya. Namun meskipun mendengung tetap harus didengungkan
secara tepat.
Sifat Huruf Hijaiyah yang Berlawanan
1. Jahar (jelas)
Maksud dari huruf jahar ini ialah dengan mengucapkannya tanpa mendesis. Ketika
kita mencoba membaca beberapa huruf, pastilah akan ada beberapa huruf yang
dengan mendesis. Namun jenis huruf jahar ini menyuarakan suara yang jelas dan
lantang. Sehingga ketika didengarkan akan jelas terdengar hurufnya.
2. Hamas (samar)
Huruf hamas ini bisa dikatakan dengan mendesis ataupun menggetarkan rongga
mulut dalam pembacaannya. Dan huruf ini sangatlah berbeda dengan jahar,
karena memang keluarnya suara serta penempatan akan organ mulut yang
berbeda. Huruf-huruf hamas ini dikatakan hamas ketika mengaktifkan fungsi lidah
dan penempatan bibir yang mengatup.
3. Siddah (kuat)
Bisa dikatakan huruf siddah ini dalam ilmu tajwid ialah qalqalah kubro. Yang mana
ketika dibacakan akan memunculkan suara yang keras dan kuat ketika berharokat
sukun. Dan huruf ini menjadi salah satu huruf yang kuat akan makna dan
penggunaan nafasnya.
4. Rakhawah (lunak)
Pertemuan antara lidah dan dinding mulut yang akan menghasilkan huruf-huruf
rakhawah. Dan juga huruf rakhawah ini terbentuk bukan dengan suara lantang
ataupun jelas, sehingga seolah seperti mendesis. Adapun huruf yang termasuk ke
rakhawah ini ada beberapa yaitu “tsa”, “dha”, “kho”, “gho”.
5. Isti’la’ (terangkat)
Sifat huruf isti‟la‟ dalam pengucapannya yaitu dengan mempertemukan antara
lidah dengan rongga atas. Sehingga ketika cara pembacaan rongga mulut ini kita
lakukan, maka akan menjadikan huruf yang akan keluar dengan suara yang keras
dan fasih tanpa mendesis. Adapun huruf-huruf yang termasuk isti‟la‟ yaitu “tho”,
“dho”.
6. Istifal (turun)
Jenis huruf istifal atau bisa dikatakan turun ini yaitu ketika mengucapkan huruf nya
dengan menggunakan ujung lidah, dengan menyentuhkannya pada pangkal lidah.
Sehingga akan memunculkan suara yang lirih dan lembut. Ada beberapa huruf
yang termasuk ke istifal yaitu 22 huruf hijaiyah.
10
7. Ithbaq (tertutup)
Cara dalam mengucapkan huruf hijaiyah dengan sifat ithbaq yaitu dengan
melengkungkan lidah ke atas menempel langit dinding mulut. Ada beberapa huruf
yang termasuk ke cara pembacaan tersebut yaitu huruf “sho”, “dho”, “tho”, dan
“dhho”. Jika benar-benar kita lakukan dengan baik dan benar, tentunya akan
menghasilkan suara yang besar namun tidak mendesis.
8. Infitah (terbuka)
Sifat huruf infitah atau dengan nama lain terbuka ini cara dalam memposisikan
lidah yaitu melengkungkannya setengah pada keliling lidah. Ketika benar kita
lakukan dalam memposisikan lidah ini, maka akan menghasilkan suara yang
ringan namun tidak lirih. Adapun yang termasuk ke sifat infitah ini terdapat 25
huruf hijaiyah.
9. Ishmat (diam)
Cara dalam menyuarakan huruf ishmat ini yaitu dengan manahan suara huruf
layaknya beban berat, sehingga kesan yang akan muncul dari suara dari dalam
mulut akan tertahan. Sehingga maksud dari diam ini mengartikan jika huruf yang
disuarakan ini memiliki makna yang tertahan dan tidak nyaring.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh seorang yang sedang belajar dalam
melancarkan proses belajar. Selain melakukannya secara perlahan dan tidak tergesa-
gesa, juga mengelompokkan jenis tajwid berdasarkan sifat huruf. Ketika sudah
mampu menyuarakan sifat huruf secara baik dan benar, maka ketika menemui tajwid
akan mampu memahami cara dalam pembacaannya.
Huruf Hijaiyah Harakat Sambung dan Tajwid
Harakat sambung dalam pembacaan huruf hijaiyah tentunya memiliki perbedaan
antara satu huruf dengan jenis huruf sambung. Salah satu hal yang mencolok ketika
melakukan pembacaan huruf sambung, yaitu harus memahami huruf apa yang akan
dibacakan. Ketika tidak paham dan tahu akan huruf yang akan dibaca selanjutnya,
maka akan mengalami kebingungan baik tajwid, panjang pendek dan makhorijul huruf
nya.
Oleh karena itu, tahapan dan proses dalam melakukan penyempurnaan pembacaan
huruf hijaiyah ini sangatlah penting dilakukan. Ketika seseorang telah paham dan
fasih baik dari sifat huruf dan cara menyuarakannya, maka ketika melanjutkan
pembacaan secara sambung pastilah juga tidak akan keliru.
(Sumber: Sahabatnesia)
12
Makharijal Huruf
&
Cara membaca Huruf Hijaiyah
13
Macam-
Macam
Makharijul
Huruf
1. Al-Jauf (Rongga Mulut) – ؼ , Dinamakan al-Jaufu karena tempat keluarnya huruf-
huruf berasal dari rongga mulut yang menjadi huruf mad: alif, wawu, dan ya’ ( )ي و ا:
Huruf dan Keterangan Contoh
2. Al-Halq (Tenggorokan) –
Dinamakan Al-Halq, karena tempat keluarnya berasal dari tenggorokan. Makhraj Al-Halq
terbagi kedalam 3 bagian :
Jenis Makhraj Huruf
Aqshal halqi (pangkal ء- ق
tenggorokan/bawah)
Dinamakan al-Lisan,
karena tempat
keluarnya huruf-huruf
berasal dari lidah.
Makhraj Al-Lisan ada 18 huruf, tetapi dalam hal ini terbagi ke dalam 10 bagian :
15
4. As-Syafatain
Tempat keluarnya huruf-huruf berasal dua dari bibir. Huruf-huruf hijaiyyah yang
makhrajnya berasal dari al-syafatain (dua bibir): ba’, mim, fa’, dan wawu, sbb.:
Selain itu, begitu pentingnya mempelajari ilmu tajwid karena dengan kita mengenal
dan memahaminya. Insya Allah bacaan Al-Qur‟an kita menjadi benar baik itu
sesuai dengan pelafadzan atau juga sesuai dengan artinya.
Sedangkan jika dilihat dari segi istilah, Tajwid ini adalah ilmu untuk membaguskan
pembacaan pada kitab suci Al-Qur‟an disertai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid
yang berlaku pada setiap huruf.
Imam Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan juga bahwa Tajwid ialah
mengeluarkan tiap huruf dari makhrojnya dengan memberikan hak untuk setiap
huruf (hak tersebut adalah sifat yang melekat pada tiap huruf seperti Iqlab,
Qalqalah, dll) serta mustahaq huruf (sifat huruf yang dikarenakan sebab tertentu
seperti Iqlab, izhar, dll).
Jadi di dalam membaca Al-Qur‟an, kita diwajibkan untuk membaca secara tartil.
Yaitu membaca setiap huruf dan kata Al-Qur‟an dengan memperindah
pengucapannya atau sesuai dengan Tajwid.
Menurut Al-Imam „Ali bin Abi Thalib, berkaitan dengan kata “tartil” dalam ayat di
atas bermakna:
“Tartil adalah mentajwidkan huruf dan mengetahui kaidah waqaf”.
Jadi bisa kita simpulkan disini, pengertian Ilmu Tajwid adalah Ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana cara mengucapkan atau melafadzkan tiap
huruf-huruf yang berada di dalam kitab suci Al-Qur‟an dan Hadist atau juga
yang lainnya.
”Ketahuilah bahwa Baginda Nabi muhammad S.A.W. Sholat kemudian tidur yang
lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali sholat
yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang
lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh.
Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah S.A.W.
dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya
satu persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).
Dari hadist tersebut dapat kita ketahui bahwa Ummuh Salamah menjelaskan
tentang bacaan tajwid Al-Qur‟an yang dibaca Rasulullah. Dan menandakan bahwa
di dalam Shalat pun, kita juga harus tetap menerapkan Ilmu Tajwid di dalam setiap
bacaannya.
Ahkamul Waqaf Wal Ibtida’. Ilmu tajwid untuk mengetahui huruf dimana kita bisa
memulai membaca dan atau berhenti membaca pada tiap bacaan di Al-Qur’an.
Dan yang terakhir adalah Al-Khat dan Al-Utsmani.
Ilmu tersebut adalah macam-macam atau jenis Ilmu yang bisa kita pelajari di dalam Ilmu
Tajwid.
Dan menurut Ibn Katsir, membaca secara Tartil adalah membaca secara perlahan
dan juga hati-hati karena dengan membaca tersebut akan membantu kita dalam
memahami dan mentadaburi setiap isi yang ada pada Al-Qur‟an.
Hukum Tajwid ini di dalam prakteknya saat membaca Al-Qur‟an adalah Fardhu
Ain. Yaitu kita wajib mengaplikasikan ilmu Tajwid ini di dalam setiap kita membaca
Al-Qur‟an di setiap kata dan hurufnya, sesuai perintah Allah dalam ayat Al-Qur‟an
yang tersebut di atas.
Selain itu, dengan mempelajari ilmu tajwid, kita akan lebih terjaga dari kesalahan
pembacaan dan juga kesalahan di dalam pengartian pada setiap lafadz pada Al-
Qur‟an. Karena pada setiap huruf dan kata akan mempunyai makna tersendiri di
dalam pembacaan Al-Qur‟an.
Ada beberapa macam hukum bacaan tajwid yang disini saya kelompokkan
menjadi 9 kelompok dan saya ulas secara garis besarnya dahulu dikarenakan
pembahasan yang sebenarnya cukup panjang.
– Izhar Halqi ( )
Izhar halqi adalah hukum bacaan Al-Qur‟an yang apabila nun sukun atau tanwin
bertemu dgn salah satu anggota huruf izhar. Maka cara untuk melafazkan atau
mengucapkannya ialah harus dibaca dengan jelas.Hukum Izhar ini terjadi apabila
nun mati atau tanwin bertemu dengan 6 (enam) huruf Halqi (tenggorokan).
Beberapa huruf halqi tersebut diantaranya adalah:
alif atau hamzah()ء,
ha‟ ()ح,
kha‟ ()خ,
„ain ()ع,
ghain ()غ, dan ha‟ ()ه.
23
Maka dari itu, hukum bacaan Izhar Halqi ini harus dibaca jelas tanpa harus ada
penekanan. Contoh untuk Izhar Halqi seperti :
- Idgham Bighunnah
Idgham Bighunnah memiliki arti dilebur dan juga disertai dengan dengung.
Dimana kita dalam membaca huruf Idghom Bighunnah adalah dengan
memasukkan atau meleburkan salah satu huruf nun mati atau tanwin ( )ـــdi
dalam huruf sesudahnya dengan disertai dengung, jika nun mati atau tanwin
24
bertemu dengan salah satu huruf Idghom yang berjumlah empat yaitu
diantaranya adalah : ya‟()ي, nun ( ), mim ( ), wau ( ).
Contoh bacaan Idgham Bighunnah : م ي
- Idghom Bilaghunnah
– Iqlab
25
Hukum bacaan ini terjadi apabila ada huruf nun mati atau tanwin bertemu
dengan huruf ba‟ ()ب. Di dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin
berubah menjadi bunyi mim ()م. Contoh:
– Ikhfa’ Haqiqi
Hukum bacaan ini apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dgn huruf-huruf
seperti ta‟()ت, tha‟ ()ث, jim ()ج, dal ( ), dzal ()ذ, zai ( ), sin ()س, syin ()ش, sod ()ص,
dhod ()ض, fa‟ ()ف, qof ()ق, dan kaf ()ك, maka ia harus dibaca samar-samar
(antara Izhar dan Idgham).Contoh:
kemdikbud.go.id
Selain hukum nun mati dan tanwin adapula hukum bacaan tajwid lainnya dalam
membaca Al Quran yaitu Hukum mim mati, yang disebut hukum mim mati jika
bertemu dgn huruf mim mati ( )مyang bertemu dgn huruf hijaiyah tertentu. Berikut
contoh ayatnya, yang diberi tanda warna (biru: ikhfa syafawi), (merah: idgham
mimi), (hijau: izhar syafawi). Hukum Bacaan Tajwid (mim mati) memiliki 3 jenis,
yaitu sebagai berikut:
Hukum bacaan mim dan nun tasydid disebut juga dgn wajib al-ghunnah ( ﻨﻐ ا
)ﺐ اyang memiliki makna bahwa orang yang membacanya di wajibkan untuk
mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan bagi kedua-duanya
adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun yang
memiliki tanda syadda atau bertasydid ( dan ). Contoh: ا ﻨ اﻨ
Hukum bacaan Alif lam ma‟rifah yaitu apabila dua huruf yang di tambah pada
akhir atau awal dari kata yang mempunyai arti nama atau isim. Ada dua jenis
alif lam ma‟rifah yaitu qamariah dan syamsiah.
Untuk hukum Alif Lam Qamariah diambil dari bahasa arab yang berarti Al
Qamar ( )ﺮﻤﻘﻟyang mempunyai arti bulan. Maka dari itulah, untuk membaca Alif
Lam Qamariah adalah dengan membaca secara jelas tanpa meleburkan
bacaannya.
Untuk nama Asy Syamsiah sendiri diambil dari bahasa Arab ( ) ا ﺸﻤﺴﻴyang
mempunyai arti matahari. Maka dari itu, untuk membaca Alif Lam ini dengan
membacanya dengan cara dilebur dengan huruf setelahnya.
Hukum Idgham ( )م غ إadalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau
memasukkan satu huruf ke dalam huruf yg lain. Oleh karena itu bacaan idgham
harus dilafazkan dgn cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya.
Ada tiga jenis idgham yaitu:
Contoh: ﻘﺨ
Idgham Mutajanisain ( ﺘ – م غ إ ﻴﺴyang sejenis)
Idgham Mutajanisain adalah bertemunya antara dua huruf yg sama makhrajnya
akan tetapi tdk sama sifatnya seperti ta‟ dan tha, lam dan ra‟ serta dzal dan
zha. Contoh: ب
Hukum bacaan Mad yg mempunyai arti yaitu melanjutkan atau melebihkan. Dari
segi istilah Ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermakna memanjangkan suara
dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad.
Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad far‟i. Terdapat tiga huruf mad
yaitu alif, wau, dan ya‟ dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah.
Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.
29
4. huruf Ra’ berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi
ra’ tadi bertemu dengan huruf isti’la’. Contoh: ﺮ
Untuk bacaan ra’ yang harus dikasarkan dan ditipiskan adalah jika setiap ra’ yang berbaris
mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu
huruf isti’la’. Contoh: ﺮق
Sebagai catatan : Huruf Isti‟la‟ ( )ﺀ ﻼ ﺘterbagi menjadi tujuh huruf yaitu: kha‟ ()خ,
sod ()ص, dhad ()ض, tha ()ط, qaf ()ق, dan huruf zha ()ظ.
Hukum bacaan tajwid Qalqalah ialah bacaan pada huruf-huruf hijaiyah dengan
bunyi seakan-akan berdetik atau juga memantul. Ada lima huruf qalqalah yaitu
diantaranya huruf qaf ()ق, tha ()ط, ba‟ ()ب, jim ()ج, dan huruf dal ( ). Dan Qalqalah
terbagi menjadi dua jenis yaitu :
Qalqalah Kecil
Qalqalah kecil ialah dimana jika salah satu dari huruf Qalqalah itu berbaris mati
dan baris matinya adalah asli dikarenakan harakat sukun dan bukan karena tanda
waqaf. Contoh: ﻴ ﻤ ﻮ, ﻮ ﻴ
Qalqalah Besar
Qalqalah besar ialah jika salah satu dari huruf Qalqalah itu telah mati karena tanda
waqaf atau berhenti. Di dalam keadaan ini, Qalqalah dilakukan apabila bacaan di
waqafkan namun tidak di Qalqalahkan jika bacaan diteruskan.
Contoh: ﻔ,
Tajwid terakhir yang akan kita ulas adalah hukum bacaan Waqaf. Waqaf jika
dilihat dari sudut bahasa memiliki arti berhenti atau juga menahan. Tetapi apabila
dilihat dari sudut istilah tajwid, Waqaf memiliki arti menghentikan bacaan sejenak
dengan memutuskan suara pada akhir perkataan untuk bernapas dengan niat
untuk menyambungkan kembali bacaan.
Terdapat empat jenis Waqaf yang bisa kita pelajari yaitu:
Waqaf ( ت مtaamm)
Waqaf sempurna yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan
yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau
bacaan Al-Qur‟an, serta tidak mempengaruhi arti dari bacaan tersebut karena tidak
memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya atau yang
sesudahnya.
Waqaf ( ﻒkaaf)
Waqaf memadai yaitu mewaqafkan atau juga memberhentikan pada suatu bacaan
secara sempurna, tidak memutuskan pada tengah-tengah ayat atau bacaan, tetapi
ayat tersebut masih berkaitan makna serta arti dengan ayat sesudahnya.
31
Waqaf ( ﺴHasan)
Waqaf baik yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa mempengaruhi makna atau
arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dgn bacaan sesudahnya
Waqaf ( ﺢﻴﺒQabiih)
Waqaf buruk yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tdk
sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus di
hindari karena bacaan yg di waqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dgn
bacaan yang lain.
Untuk ulasan tentang Ilmu bacaan Tajwid kali ini cukup disini. untuk lebih
memperdalam lagi, silahkan datang ke Guru atau Ustadz di mana pun untuk
belajar mengenai bacaan Al-Qur‟an dengan ilmu Tajwid. Jangan pernah
menyimpulkan atas apa yang telah kawan pelajari dengan keinginan sendiri.
Selalulah belajar didampingi oleh Guru. Artikel yang dibuat semata-mata adalah
sebagai pengingat dan pendukung teman di dalam belajar. Semoga ulasan
singkat mengenai hukum ilmu tajwid di dalam Al-Qur‟an tentang Pengertian
Hukum Bacaan Ilmu Tajwid dan Contohnya Lengkap ini bisa bermanfaat untuk
kita semua. Wassalamuallaikum.
(Sumber: Obatrindu.)
32
BAB GHARIB
Dalam membaca Kitab Suci Al-Qur‟an ada beberapa hukum bacaan yang asing,
di mana cara membacanya tidak seperti pada tulisan dalam kalimat Al-Qur‟an
itu sendiri. Kemudian, hukum-hukum bacaan seperti ini disebut sebagai hukum
bacaan Gharib.
Pengertian Gharib
Menurut bahasa Garib berasal dari kata “garaba” yang artinya asing. Sedangkan
menurut istilah, hukum bacaan gharib bisa dikatakan merupakan bacaan yang tidak
biasa di dalam Al-Qur’an karena samar, baik dari segi huruf, lafadz, maupun
maknanya.
Tentu saja karena bacaan ini asing atau tidak biasanya, maka akan dikhawatirkan terjadi
kesalahan dalam membaca Al-Qur’an, jadi sangatlah penting untuk dipelajari dan
diketahui sebagai bentuk adab dan tata krama dalam membaca Al-Qur’an.
1. IMALAH
Adapun contoh hukum bacaan imalah, berdasarkan riwayat Imam Hafs, di dalam Al-
Qur’an hanya terletak pada satu tempat yaitu pada Surat Hud ayat 41:
ي ك ػ ك ؿ رك ػ
Cara membacanya yaitu dengan mengganti bacaan “ro” menjadi “re” (agak ditekan dan
disamarkan), sehingga terdengar seolah dibaca “majreha”.
2. ISYMAM
Dalam riwayat Imam Hafs, hukum bacaan isymam terletak pada satu tempat di dalam
Al-Qur’an, yaitu pada Surat Yusuf ayat 11 :
. ف ع يػ ك ي
Lafadz asli : ػ
Seperti tulisannya yaitu “laa ta’manna”, namun karena lafadz aslinya adalah “laa
ta’manuna” maka huruf “nu” (jika dibaca pasti bibir mecucu) yang disembunyikan
33
Jadi, cara membacanya adalah “laa ta’manna” sambil mecucu atau memanjangkan
kedua bibir ke depan pada pertengahan gunnah “manna”.
3. TASHIL
Misalnya dalam Al-Qur’an pada Surat Fushilat ayat 44 :
4. NAQAL
Dalam riwayat Imam Hafs, hukum bacaan naql terletak pada satu tempat di dalam Al-
Qur’an, yaitu pada Surat Al-Hujurat ayat 11 : .ي ف ؽ ػع س
Cara membacanya : س
Dalam kaidah ilmu qira’ah pada lafadz “bi'salismu” terdapat 2 hamzah washal, yaitu
hamzah pada al-ta’rif dan hamzah pada lafadz “ismu”, sehingga kedua hamzah washal
tersebut tidak perlu dibaca ketika disambungkan dengan kalimat sebelumnya. Jadi, cara
membacanya bukan “bi’sal ismu”, tetapi “bi’salismu”.
5.BADAL
Adapun macam-macam hukum bacaan badal yang tergolong bacaan gharib atau asing
terbagi menjadi 4 lafadz, yaitu :
6. SAKTAH
Saktah merupakan salah satu bacaan waqof yang juga tergolong bacaan gharib. Waqaf
saktah hanya terdapat pada 4 tempat di dalam Al-Qur’an, yaitu :
Surat Yasin ayat 52 :
ف ك ؽ ح كع ػع ػ ي كيػ
Surat Al-Kahfi ayat 1 - 2 : ي ػ ر ػ ع ك ي ع
Surat Al-Qiyamah ayat 27 : رؽ ك
Surat Al-Muthaffifin ayat 14 : ػف كػ ي ػ رف ع ك
Cara membacanya yaitu dengan waqaf berhenti tanpa mengambil nafas selama sekitar 2
sampai 4 harakat kemudian melanjutkan kalimat selanjutnya.
8. SHILAH
Adapun hukum bacaan shilah yang termasuk bacaan gharib, bisa dilihat pada
keterangan Hukum Bacaan Mad Shilah (Mad Shilah Thawilah dan Mad Shilah
Qashirah). (Pada bagian terakhir / bawah tulisan ini.)
36
9. RUM 54
Dalam surat tersebut ada 3 lafadz "dho'fi" yang diulang-ulang. Para ulama' ahli qira'ah
sendiri berbeda pendapat dalam memberikan harakat pada huruf dhod, ada yang
berharakat fathah dan ada yang berharakat dhommah.
Imam Hamzah, Imam Syu'bah (kedua periwayat Imam Ashim), dan imam lainnya
memberi harakat fathah huruf dhod pada lafadz itu. Sedangkan Imam Hafs (juga
periwayat Imam Ashim) membolehkan harakat fathah dan dhommah pada huruf dhod.
10. Mayoritas para ulama' tidak menganjurkan membaca basmallah saat membaca Surat
At-Taubah, bukan berarti haram, hanya tidak dianjurkan. Adapun alasannya bisa dilihat
di bawah pada bag. Akhir tulisan ini : Mengapa Surat At-Taubah Tak Dianjurkan
Membaca Basmallah ?
Hukum Bacaan Mad Shilah Qashirah dan Mad Shilah Thawilah Beserta
Contohnya
Pada kesempatan yang mulia ini, mari kita belajar lebih lanjut tentang ilmu tajwid,
yaitu mad shilah yang merupakan bagian dari mad far’i. Untuk penjelasan mengenai
hukum bacaan mad shilah, berikut penjelasan singkatnya, semoga bisa membantu :
Contoh :
Contoh Lafadz Sebab Cara Membaca
Biasanya, ha' dhomir pada hukum bacaan mad shilah qashirah dalam Al-Qur'an cetakan
indonesia berharakat kasroh tegak atau dhommah terbalik.
Cara membacanya :
Hukum mad shilah qashirah seperti pada contoh diatas dibaca panjang 1 alif atau 2
harakat.
Menurut Imam Hafsh, ha’ dhomir laki-laki (kata ganti orang ketiga laki-laki) tidak
dihukumi mad shilah qashirah jika :
a. Huruf sebelum ha’ dhomir laki-laki berharakat sukun atau mati, maka tidak dibaca
panjang, contohnya :
Menurut Imam Hafs, ada pengecualian dalam hal ini di mana ha' dhomirnya tetap
dibaca panjang, yaitu pada potongan Surat Al-Furqan ayat 69 berikut ini, :
b. Ha’ dhomir sambung dengan huruf berharakat sukun sesudahnya, maka tidak dibaca
panjang. Contoh seperti pada potongan Surat Al-Baqarah ayat 255 berikut ini:
كت ك ك
c. Ha’ dhomir berharakat sukun, maka tidak dibaca panjang. Contoh seperti pada
Contoh :
Contoh Lafadz Sebab Cara Membaca
ع ada ha' dhomir laki-laki bertemu alif min ilmihi illa
Biasanya, ha' dhomir pada hukum bacaan mad shilah thawilah dalam Al-Qur'an cetakan
indonesia berharakat fathah melengkung di atasnya.
Cara Membaca :
Hukum mad shilah thawilah seperti pada contoh diatas dibaca panjang 2,5 alif atau 5
harakat.
Tentu saja hal ini memunculkan sebuah pertanyaan dalam pikiran, mengapa demikian
?. Nah, untuk itu di sini ada beberapa alasan shohih dari para ulama' mengapa tidak
dianjurkan membaca basmallah Surat At-Taubah :
Namun, terjadi perselisihan pendapat pada saat sampai pada Surat At-Taubah, yaitu
perselisihan pendapat apakah Surat At-Taubah merupakan surat mandiri atau
merupakan bagian dari Surat Al-Anfal (surat sebelum At-Taubah).
Dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan saat Sahabat Ibnu Abbas ra bertanya
kepada Khalifah Utsman bin Affan ra mengenai masalah ini, kesimpulan
perselisihan pendapat antara Surat Al-Anfal dan Surat At-Taubah terjadi karena 2
alasan, yaitu :
Ketika Nabi SAW menerima wahyu, maka Beliau akan memerintah sekretaris
pribadi untuk mencatat dan menempatkan letak wahyu tersebut, misalnya ayat ini
ditempatkan di surat ini dan surat ini ditempatkan di sini, dan seterusnya. Namun,
sebelum Nabi SAW menjelaskan tentang penempatan Surat At-Taubah, Beliau telah
berpulang ke rahmatullah.
Surat Al-Anfal merupakan surat yang pertama kali di turunkan di Kota Madinah dan
Surat At-Taubah adalah surat yang terakhir diturunkan di Kota Madinah, di mana
penyajian dan kisah keduanya hampir mirip sehingga itu pun menjadikan salah satu
sebab perselisihan pendapat.
Awal Surat At-Taubah turun kepada Rosulullah SAW sekitar 2 bulan setengah
setelah Beliau kembali dari Perang Tabuk yang merupakan perang terakhir semasa
Beliau hidup. Pada saat musim haji, berita kaum musyrikin melakukan thawaf pun
40
Rosulullah SAW pun merasa geram dan tidak suka jika bercampuran haji dengan
kaum musyrikin yang dalam keadaan seperti itu. Kemudian Beliau memerintahkan
Sahabat Abu Bakar as sebagai amirul haj (pemimpin haji) untuk mengkondisikan
ibadah haji.
Demikian itulah, salah satu alasan yang dijadikan pertimbangan mengapa membaca
Surat At-Taubah tidak dianjurkan membaca basmallah.
41
3. MIM Sukun
Idgham bi-ghunnah= idgham mutamatsilain: melebur dua huruf yang sama:
Ikhfa’ bi-ghunnah (dengung)= ikhfa’ syafawi: ->
Izhhar= Izhhar Syafawi
4. Lam
Lam al-jalalah (pd kata ); dibaca tebal bila huruf sebelumnya berharakat
fathah/dhammah
Lam Ta’rif ( ) dilebur (idgham) kedalam huruf setelahnya, disebut Lam Syamsiah
6. Qalqalah
Menggetarkan/mantulkan bunyi ketika sukun/waqaf. (huruf qalqalah: )
7. Hamzah Washal
Yakni Hamzah yang dibunyikan bila terletak di awal kata, dan tidak dibunyikan bila bukan di
awal kata.
Dibaca dhammah bila huruf ketiga verba itu berharakat dhammah
Dibaca kasrah bila huruf ketiga verba itu berharakat fathah atau kasrah
Pengecualian:
Hamzah dibaca kasrah untuk huruf ketiga verba berharakat dhammah tidak asli (aslinya
kasrah).
8. SAKTAH (Berhenti)
Menghentikan bacaan dgn menahan nafas sejenak. Ada 5 tempat terdapat saktah:
a) Surat Al-Kahfi ayat 1 setelah kata :
b) Surat Yasiin ayat 52 setelah kata :
c) Surat al_Qiyamah ayat 27, setelah kata:
d) Surat Muthaffifin ayat 14, setelah kata :
e) Surat Al-Haqqah ayat 28, setelah kata :
9. Bacaan Basmallah
a) Menyambung bacaan dengan sebelumnya dan sesudahnya
b) Memutus bacaan dengan sebelumnya dan sesudahnya
c) Memutus bacaan dengan sebelumnya dan menyambung dengan sesudahnya
d) Menyambung bacaan dengan sebelumnya dan memutus dengan sesudahnya
Cattn.: Ketentuan d) tidak boleh dilakukan bila di tengah-tengah bacaan surah.
10. Gharib
Hal-hal yang asing/tak lazim dalam membaca al-Qur’an, a.l (termasuk):
- Waqaf
- Isymam
- Saktah
- Imalah
- Tashil
- Naql
- Badal
- Mad dan Qashr
- Shilah
- Ar-Rum: 54
- At-Taubah