Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DAFTAR ISI

COVER HALAMAN...........................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang..........................................................................
B. Tujuan.......................................................................................
C. Manfaat Penulisan....................................................................
D. Rumusan Masalah....................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Anatomi Fisiologi....................................................................
B. Definisi....................................................................................
C. Etiologi....................................................................................
D. Patofisiologi.............................................................................
E. Pathway...................................................................................
F. Gejala Dan Tanda....................................................................
G. Klasifikasi................................................................................
H. Komplikasi..............................................................................
I. Penatalaksanaan.......................................................................
J. Pencegahan..............................................................................
K. Pemeriksaan diagnostik...........................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................
B. Saran.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“HIPEREMESIS GRAVIDARUM“.
Makalah ini penulis susun dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
pembimbing mata kuliah Keperawatan Maternitas 2, dan merupakan salah satu tugas individu
yang harus dipenuhi oleh mahasiswa.
Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing dan Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dan memberikan dorongan
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga makalah  ini  bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.
                                                                                      

Serang, 25 November 2021

PENULIS
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
             Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari.Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi
pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala
– gejala ini menjadi lebih berat.
     Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG
(Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini
belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung lambung yang
berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian
gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari
menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis
gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.
(Prawirohardjo, 2015)
     Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda
dan dikemukakan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66%
wanita hamil trimester pertama mengalami mual- mual dan 44% mengalami muntah – muntah.
Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya
sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut
hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan insidensi
hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan. (Sastrawinata, 2014)
     Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira – kira 5% dari ibu
hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan koreksi ketidakseimbangan
elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi selama trimester pertama dan paling mudah
disebabkan oleh peningkatan jumlah HCG. Mual juga dihubungkan dengan perubahan dalam
indra penciuman dan perasaan pada awal kehamilan. (Walsh, 2015)
     Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali
selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atu defisiensi
nutrisi, dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun
kebanyakan kasus hilang dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil
akanmenjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan sendirinya (self-
limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering umum terjadi. Kondisi sering
terjadi diantara wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya.
(Lowdermilk, 2014)

B. TUJUAN
1.      untuk mengetahui definisi hiperemesis gravidarum
2.      Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3.      Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum
4.      Untuk mengetahui pathway hiperemesis gravidarum
5.      Untuk mengetahui gejala dan tanda hiperemesis gravidarum
6.      Untuk mengetahui klasifikasi hiperemesis gravidarum
7.      Untuk mengetahui komplikasi hiperemesis gravidarum
8. Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis gravidarum
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
10. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik hiperemesis gravidarum
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori hiperemesis gravidarum

C. MANFAAT PENULISAN
Diharapkan kepada pembaca terutama mahasiswa/i kesehatan untuk dapat mengerti dan
memahami hiperemesis gravidarum serta mengetahui tanda dan gejala sehingga dapat melakukan
pencegahan dan penatalaksanaan secara cepat dan tepat.

D. RUMUSAN MASALAH
Wanita hamil yang mengalami mual dan muntah yang berlebihan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi fisiologi
1)      Alat kelamin luar (genetalia eksterna)
a)      Monsveneris
Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari jaringan lemak, daerah
ini ditutupi bulu pada masa pubertas.
b)     Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva dilingkari oleh
labio mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan membentuk kommisura
posterior dan perineam. Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di
mons veneris.
c)      Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang membatasi vulva, terdiri
atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di
mons veneris dan pada sisi lateral.
d)     Labio minora
Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio mayora, dengan
banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio minora adalah vestibulum.
e)      Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labio minora),
maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam vestibulum terdapat muara-
muara dari liang senggama (introetus vagina uretra), kelenjar bartholimi dan kelenjar
skene kiri dan kanan.
f)       Himen (selaput darah)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang senggama ditengahnya
berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina pada
bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang
kaku dan yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.
g)      Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul yang ditutupi
oleh kulit perineum.
2)      Alat kelamin dalam (genetalia interna)
a)      Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris, khusus dialiri
banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 7½
cm. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang
senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina
sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b)     Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam pelvis antara
rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut miometrium. Uterus
terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus 7½ cm, lebar
 5 cm, tebal  2 cm. Berat 50 gr, dan berat 30-60 gr. Uterus terdiri dari :
(1)   Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan
kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
(2)   Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi sebagai tempat
janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau
rongga rahim.
(3)   Servix uteri
Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara kavum
uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
(1)   Endometrium
(2)   Myometrium
(3)   Parametrium
c)      Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus dibawah tuba
uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
d)     Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak lipatan
sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba
mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi pada ovum. Tuba fallopi disebut
juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi
tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum
saat ovulasi agar masuk ke dalam tuba (Tambayong, 2002).

B. DEFINISI
Dalam buku obstetri patologi (1982) Hiperemesis Gravidarum adalah suatu
keadaan dimana seorang ibu hamil memuntahkan segala apa yang di makan dan di
minum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang dan
timbul aseton dalam air kencing.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena
terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 2015).
Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah
nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga
menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232)

C. Etiologi
Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Tetapi beberapa
faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Faktor adaptasi dan hormonal


Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum.
Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan
anemia, wanita primigravida dan over distensi rahim pada hamil ganda dan hamil mola
hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon
estrogen dan khorionik gonadrotropin, sedangkan pada hamil ganda dan mola hidatidosa,
jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hiperemesis
gravidarum itu.

2. Faktor psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum jelas. Besar
kemungkin bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan
hubungan dengan suami dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian
hiperemesis gravidarum. (Manuaba,1998 : 209-210)

D. Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual muntah terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokeoremia, penurunan klorida urin selanjutnya
terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan
tertimbulnya zat toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan
oksidasi lemak tidak sempurna sehingga terjadi ketosis, hipokalemia akibat muntah dan
ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar.
Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek (Sindrom Mallory-Weiss) sehingga
terjadi perdarahan gastrointestinal. Jantung atrofi, kecil di biasanya. Terdapat perdarahan
pada otak, terdapat degenerasi lemak pada tubuh kontorfi serta ginjal tampak pucat
Dari otopsi wanita yang meninggal (menurut Manuaba, 1999. hal: 102) karena
hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ
tubuh sebagai berikut :
1. Hepar : Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler
tanpa nekrosis. Kelainan lemak ini nampaknya tidak menyebabkan kematian dan
dianggap sebagai akibat muntah teru-menerus.
2. Jantung : jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-
endokardial, ini sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan
perdarahan sub-endokardial.
3. Otak : terdapat perdarahan pada otak dan kelainan seperti pada ensefalopati
wernicke dapat dijumpai (dilatasi kapiler dan perdarahan kecil-kecil didaerah
korpora mamilaria ventrikel ketiga dan ke empat).
4. Ginjal : tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontorti.
(Manuaba, 2015 : 102)

E. PATHWAY

Kehamilan

Peningkatan hormon estrogen Hormon HCG

Peningkatan pada HCL

Peristaltik Lambung Kosong Mual Muntah Berlebih

Peningkatan HCL ikut keluar Output Berlebih


Nyeri di Gaster Sensitivas Pada
Indra Pengecap
HCL meningkat Rasa pahit
dimulut
Gangguan Nyamar
(Nyeri) Nafsu makan
menurun
Intake kurang
Perubahan Psikologis
BB turun Ketidaksinambungan
cairan & elektrolit
Krisis Kurang Nutrisi
Informasi kurang dari Metabolisme
Intrasel Menurun Cairan Intrasell
Ancaman kebutuhan
kehilangan Kurang tubuh
Intertitial
janin Pengetahuan Otot Lemah
Haus
Kelemahan Tubuh
Cemas
Dehidrasi
Intoleransi
aktifitas
F. Gejala dan Tanda
Batas mual muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada
kesepakatan. Ada yang mengatakan, bisa lebih dari 10 kali muntah akan tetapi apabila
keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis. Hiperemesis gravidarum,
menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan.
Tingkat 1    : Ringan
Mual muntah terus menerus mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah,
tidak nafsu makan, berat badan turun dan rasa nyeri pada epigastrium, nadi sekitar 100
kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah
kering, mata cekung.
Tingkat 2     :Sedang
Penderita lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah kering dan kotor,
nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik, dan mata sedikit ikterik, berat badan
turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Dapat pula
terjadi acetonuria dan nafas bau aceton.
Tingkat 3      :Berat
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat  kesadaran, suhu badan meningkat, tensi menurun,
icterus, komplikasi fatal terjadi pada susunan syaraf pusat (ensefalopati wernicks)
dengan gejala : nistagmus, diplopia, perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.Timbulnya ikterus menunjukkan
adanya payah hati.(Sarwono P, 2015).

G. Klasifikasi
Tingkat
Hiperemesis Tanda dan gejala
Gravidarum
Tingkat a. muntah yang terus menerus disertai dengan intoleransi
Pertama
terhadap makan dan minum.
b. penurunan berat badan
c. nyeri epigastrium karena asam lambung meningkat dan
terjadi regurgitasi ke esofagus
d. Pertama-tama isi muntahan adalah makanan, kemudian
lendir beserta sedikit cairan empedu, dan kalau sudah lama
bisa keluar darah.
Tingkat
Hiperemesis Tanda dan gejala
Gravidarum
e. Frekuensi nadi meningkat sampai 100 kali/menit

pada pemeriksaan fisik :


 mata cekung
      lidah kering
    turgor kulit menurun
 urin sedikit berkurang.
 tekanan darah sistolik menurun
a. pasien memuntahkan segala yang dimakan dan diminum
b. berat badan cepat menurun
c. ada rasa haus yang hebat

pemeriksaan Fisik :
 Pasien terlihat apatis

Tingkat Kedua  Pucat


 lidah kotor
 kadang ikterus karena fungsi ginjal terganggu
 ditemukan aseton dan bilirubin dalam urin.
 Frekuensi nadi 100-140 x/i
 tekanan darah sistolik < 80 mmHg

Tingkat ketiga a. berkurangnya muntah atau bahkan berhenti


b. kesadaran menurun (delirium sampai koma)

Pemeriksaan Fisik :
 Pasien mengalami ikterus
 Sianosis
 Nistagmus
Tingkat
Hiperemesis Tanda dan gejala
Gravidarum
 gangguan jantung
 ditemukan bilirubin dan protein.

H. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat hiperemesis gravidarum alntara lain:
a) Komplikasi ringan:
Kehilangan berat badan, dehodrasi, asidosis dari kekurangan gizi, alkalosis,
hipokalemia, kelemahan otot, kelainan elektrokardiografik, tetani, dan gagguan
psikologis.
b) Komplikasi yang mengancam kehidupan:
Rupture oesophageal berkaitan dengan muntah yang berat, encephalophaty
wernicke’s, mielinolisis pusat pontine, retinal haemorage, kerusakan ginjal,
pneumomediastinum secara spontan, keterlambatan pertumbuhan didalam
kandungan, dan kematian janin. (Arif,2015 : 121)

I. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis gravidarum dengan
cara :
1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, erlebih dahulu
makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat.
5. makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Defekasi teratur
8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang
banyak mengandung gula

J. Penatalaksanaan
Dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan pada ibu-ibu dengan
maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut. Juga tentang diet ibu hamil, makan
dalam porsi kecil /sedikit namun sering. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi,
akan terasa oyong, mual dan muntah. Defekasi hendaknya diusahakan teratur. (Ida Ayu C.
Manuaba, 2016).
Terapi Obat
Terapi obat diberikan apabila cara di atas tidak mengurangi keluhan dan gejala. Tetapi
perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen.Dapat menggunakan sedativa
(luminal, stesolid), vitamin (BI dan B6), anti muntah (mediamer B6, drammamin, acopreg,
avomin, torecan) antasida dan anti mulas.Pada keadaan lebih berat diberikan anti emetic
seperti disiklomin hidrokloride atau khlorpromasin.Penanganan hiperemesis gravidarum
yang lebih berat perlu dikelola di Rumah Sakit. (Sarwono P, 2015 : 126).

Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang cerah dan peredaran udara baik.Catat
cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang tanpa pengobatan. (Sarwono, 2015: 133).
Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dengan
menghilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, mengurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah atau konflik yang kiranya menjadi latar belakang penyakit ini.
(Sarwono, 2015 : 134).
Cairan Parenteral
Cairan parenteral yang diberikan cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glucose
5% dalam cairan garam fisiologissebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah
kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Dibuat daftar control
caran yang masuk dan dikeluarkan. Dengan penanganan ini umumnya gejala-gejala akan
berkurang  dan keadaan bertambah baik. (Sarwono, 2015 : 134).     
Hiperemesis Gravidarum Tingkat II dan III Harus Dirawat Inap di Rumah Sakit
1.      Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di rumah sakit saja telah banyak
mengurangi mual muntahnya
2.      Isolasi
Jangan terlalu banyak tamu. Kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh
masuk. Kadang kala hal ini saja tanpa pengobatan khusus telah mengurangi mual dan
muntah
3.      Terapi psikologis
Berikan pengertian bahwa kehamilan merupakan suatu hal yang wajar, normal dan
fisiologis. Jadi tidak perlu takut dan khawatir. Penambahan cairan
Berikan infus Dextrose / glukosa 5% sebanyak 2-3 liter/24 jam.
4.      Berikan obat-obatan seperti te1ah dikemukakan di atas.
Pada beberapa kasus dan bila terapi tidak dapat dengan cepat memperbaiki keadaan
umum penderita dapat dipertimbangkan suatu abortus buatan. (Mochtar R.. 2016).

K. Pemeriksaan diagnostic
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar.Harus ditentukan adanya
kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan
umum.Tetapi harus difikirkan kemungkinan kehamilan muda dengan penyakit lain yang
juga dapat menyebabkan muntah seperti ileus, appendicitis akuta, pielonefritis, ulkus
ventrikulus, dan tumor serabi.
Pemeriksaan diagnostic:
1. labolatorium
darah : hb, haemotokrit, golongan darah, kadar estriol
urin : kemungkinan ditemui protein, aceton dan kadar estriol yang berkurang, reduksi.
pada pemeriksaan hiperemesis gravidarum grade I yang dilakukan :
elektrolit darah dan urinalisis.
pada hiperemesis gravidarum urin terdapat aseton
2. USG
untuk mengetahui keadaan janin hidup, intrauterine, tunggal, cairan amnion berkurang, derajat
kematangan plasenta
3. pemeriksaan cardiotokografi (CTG)
untuk mengetahui DJJ yang abnormal
4. pemeriksaan Amnioskopi
untuk mengetahui air ketuban berkurang, bercampur mekonium dan mengandung sel-sel
5. pemeriksan sitosol vaginal
untuk mengetahui adanya tanda-tanda post-term.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan
sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu hamil pun akan menjadi buruk.
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi kehamilan usia muda pada umur
kehamilan trimester satu sampai dengan memasuki trimester ke dua, begitu hebat dimana
segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan
umum ibu yang sedang hamil dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi,
terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan
sebagainya namun karena adanya ketidak normalan ibu dalam menjalani kehamilan ini.
Oleh karena itu pada ibu hamil yang sedang mengalami mual munta pada kehamilannya
jangan dianggap biasa, karena mual muntah yang berlebihan pada saat ibu hamil akan
mengakibatkan keadaan ibu menjadi lemah dan perkembangan janin terganggu.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
mengenali mual muntah pada ibu hamil yang berlebihan dan dapat mengganggu
kesehatan ibu dan perkembangan janin.
2. Petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
dengan disertainya makalah mengenai hiperemesis gravidarum ini mampu
memberikan referensi yang berguna untuk meningkatkan penanganan dan
pengetahuan bagi petugas medis untuk merawat ibu hamil yang mengalami
mual muntah berlebihan
DAFTAR PUSTAKA

1) Soetjiningsih.2010.Masalah yang dialami ibu hamil trimester satu . Jakarta: EGC


2) Dwana Estiwidani, DKK, “Konsep Kebidanan”, 2015
3) Ayu, Ida. 2008. Buku Ajar PatologiObstetri. Jakarta: EGC. Hlm 41-53
4) Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika. Hlm. 39-40
5) Farkas, G. and Farkas Jr., G.: The psychogenic etiology of hyperemesis gravidarum. Proc IIIrd
intern. Congr.
6) Mochtar R.. 2016. Sinopsis Obstetri Fisiologi. Cetakan ke-II. Jakarta : EGC.
7) Prawirohario. Sarwono, 20015. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
8) Prawirohario. Sarwono, 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai