Anda di halaman 1dari 4

1.4.a.7.

Demonstrasi Konstektual - Budaya Positif - Praktik Segitiga Restitusi

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP mampu mendemonstrasikan pemahaman mengenai segitiga restitusi


dengan melakukan praktik segitiga restitusi dengan murid di sekolahnya.

Pada tahap demonstrasi kontekstual ini, Anda akan melaksanakan praktik segitiga restitusi terhadap satu
murid di sekolah Anda dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Buatlah skenario lengkap untuk melaksanakan praktik segitiga restitusi terhadap dua (2) kasus


mengenai murid yang melanggar peraturan di sekolah Anda. 
2. Ajaklah satu murid Anda untuk melakukan praktik segitiga restitusi tersebut.
3. Lakukan praktik segitiga restitusi. Minta tanggapan murid Anda mengenai perasaan mereka ketika Anda
melakukan praktik segitiga restitusi itu. 
4. Rekamlah praktik segitiga restitusi sesuai dengan skenario yang telah dibuat beserta tanggapan dari
murid Anda dalam bentuk video.
5. Unggah video praktik segitiga restitusi ke kanal YouTube/Google Drive Anda dan sematkan tautannya
pada LMS.
6. Perhatikan rubrik penilaian untuk demonstrasi kontekstual yang telah disediakan.
Sebelum kita melakukan praktik tentang segitiga restitusi, kita pelajari lagi materi tentang segitiga restitusi.
1. Menstabilkan Identitas/Stabilize the identity

Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena
melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang sedang mencari perhatian adalah anak yang
sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan.
Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi
proaktif, maka kita harus meyakinkan si anak, dengan cara mengatakan kalimat-kalimat ini:
• Berbuat salah itu tidak apa-apa.
• Tidak ada manusia yang sempurna
• Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
• Kita bisa menyelesaikan ini.
• Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibuingin mencari solusi dari permasalahan
ini.
• Kamu berhak merasa begitu.
• Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?

Sisi 2: Validasi Tindakan yang Salah/ Validate the Misbehavior

Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita
memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan cara-cara
paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu.
Seorang guru yang memahami teori kontrol pasti akan mengubah pandangannya dari teori stimulus
response ke cara berpikir proaktif yang mengenali tujuan dari setiap tindakan. Kita mungkin tidak suka
sikap seorang anak yang terus menerus merengek, tapi bila sikap itu mendapat perhatian kita, maka itu
telah memenuhi kebutuhan anak tersebut.
Kalimat-kalimat di bawah ini mungkin terdengar asing buat guru, namun bila dikatakan dengan nada tanpa
menghakimi akan memvalidasi kebutuhan mereka.
• “Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”
• “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
• “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungisesuatu yang penting buatmu”.
• “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.”
Biasanya guru menyuruh anak untuk menghentikan sikap yang tidak baik, tapi teori kontrol menyatakan
bahwa resep itu tidak manjur. Mungkin tindakan guru dengan memvalidasi sikap yang tidak baik seperti
bertentangan dengan aturan yang ada

Sisi Ketiga: Menanyakan Keyakinan/Seek the Belief

Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas sukses
telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap
untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan.
Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas atau
keluarga.
• Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
• Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
• Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
• Kamu mau jadi orang yang seperti apa?
Penting untuk menanyakan ke anak, kehidupan seperti apa nantinya yang mereka inginkan?
Apakah kamu ingin menjadi orang yang sukses, bertanggung jawab, atau bisa dipercaya?
Kebanyakan anak akan mengatakan “Iya,” Tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya menjadi orang seperti
itu. Guru dapat membantu dengan bertanya, seperti apa jika mereka jadi orang seperti itu. ketika anak
sudah mendapat gambaran yang jelas tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, guru dapat
membantu anak-anak tetap fokus pada gambaran tersebut

Pada tugas kali ini CGP diminta untuk membuat 2 skenario praktik segitiga restitusi.

Kasus (Praktik segitiga restitusi)

Skenario 1
Pada kesempatan kali ini saya akan mengangkat kasus pertengkaran 2 murid dimana hal itu dikarenakan
murid kelas 6 yang bernama Agnes Rizky Junaida membuang sepatu milik Dhesta ke tong sampah di
belakang sekolah. Hal itu membuat Dhesta marah dan menangis mencari sepatunya. Saya memutuskan
untuk melakukan segitiga restitusi terhadap Agnes Rizky Junaida dengan memintanya untuk menemui saya
setelah jam pelajaran berakhir .
Berikut skenario segitiga Restitusi terhadap Agnes Rizky Junaida.
Guru : Siti Asrofah
Murid : Agnes Rizky Junaida

1. Menstabilkan Identitas/Stabilize the identity

Agnes menemui guru di ruang guru setelah semua temannya pulang


( tok tok tok tok )

Guru : “ Silahkan masuk ! “


Agnes : “ Selamat siang Bu Siti ! “
Guru : “ Selamat Siang Agnes. Silahkan duduk ! “
Agnes : “ Ada apa ya Bu, kok tumben menyuruh saya menemui Ibu ? “
Guru : “ Begini Nes, tadi waktu istirahat sepertinya ada ribut-ribut ya ? Sepertinya kelas kita ya itu
tadi ? Mungkin kamu tahu apa yang terjadi ?”
Agnes : ( Dengan muka yang masih terlihat kesal menceritakan kejadiannya )
“ Begini Bu Siti, tadi pagi Dhesta menggangu saya, dia terus-terusan mengolok-olok saya
dan mengatakan kalau saya mencuri pensilnya Bu, saya kan kesal dan tidak terima , wong
saya tidak mencurinya kok. Akhirnya saya membuang sepatunya ke tong sampah
belakang kelas Bu. Dan Dia menangis setelah mencari sepatunya tidak ketemu .”
Guru : “ Oooo... Begitu ya ceritanya . Kamu pasti kesal sekali ya dituduh tanpa bukti. “
Agnes : “ Ya iyalah Buu , masak saya dituduh mencuri, padahal saya kan tidak melakukannya, ya
marahlah saya . “
Guru : “ Yaa , kamu memang berhak untuk marah dan membela harga dirimu .”
Agnes : “ Iya Bu .”

2. Validasi Tindakan yang Salah/ Validate the Misbehavior

Guru : “ Wajar saja kamu mempertahankan harga dirimu, untung kamu tidak bertindak gegabah
yang lebih dari itu .”
Agnes : “ Iya Bu , untung saya masih bersabar dan hanya membuang sepatunya di tong sampah
belakang, padahal sudah kesal banget tadi . ”
Guru : “ Iya , kamu memilih untuk bersabar, kamu tidak akan berbuat yang lebih parah lagi
bukan?”
Agnes : “ Tidak Bu .”
Guru : “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.
Bagaimana perasaanmu saat melihat Dhesta menangis tadi, apakah bahagia”
Agnes : “ Ya tidaklah, Bu , saya memang salah membuang sepatu Dhesta. Sebenarnya saya juga
tidak mau seperti itu Bu. Tidak enak bertengkar dengan teman.”

3. Menanyakan Keyakinan/Seek the Belief

Guru : “Nah, coba sekarang kita lihat lagi, tindakan kamu membuang sepatu Dhesta itu kira-kira
sesuai dengan keyakinan kelas atau prinsip kamu atau tidak ?”
Agnes : “ Nggaklah. Bu . Saya juga kasihan melihat teman saya menangis.”
Guru : “Jadi, kira-kira keyakinan atau prinsip mana yang tidak sesuai dengan tindakan kamu tadi ?”
Agnes : “ Sebenarnya saya sangat menghargai perasaan teman saya Bu, Cuma tadi mungkin karena
emosi jadi tidak bisa menunjukkan sikap itu Bu.”
Guru : “Kamu meyakini tidak, kalau menghargai orang lain itu penting buat kamu ? “
Agnes : “ Yakinlah Bu .”
Guru : “Iya, setuju sekali, kita memang perlu untuk saling menghargai , namun ada keyakinan yang
harus kita sepakati dan kita lakukan pada saat sedang marah, bukan ?“
Agnes : “ Hmmm.... yaa mungkin saya bisa lebih menahan diri untuk tidak melakukan tindakan yang
merugikan orang lain ya Bu .”
Guru : “Jadi, kira-kira kamu mau memperbaiki masalah ini tidak ?”
Agnes : “ Bersedia Bu .”
Guru : “Kalau kamu mau memperbaiki masalah ini kamu akan menjadi orang yang seperti apa kira-
kira ?”
Agnes : “ Hmmm.... mungkin saya akan jadi orang yang bertanggungjawab dan sabar kali ya Bu? “
Guru : “Yaa, menurut kamu bagaimana rasanya menjadi orang seperti itu ?”
Agnes : “ Ya pasti nyamanlah Bu, bangga bisa bertanggung jawab , bersabar dan menahan diri ,
pasti teman-teman akan semakin menyayangi aku nantinya. “
Guru : “Bagus sekali Agnes, yuk sekarang kita pikirkan bagaimana memperbaiki masalah ini?”
Agnes : “ Bagaimana kalau saya meminta maaf terlebih dahulu sama Dhesta Bu ? “

Skenario 2
Pada kesempatan kali ini saya akan mengangkat kasus pertengkaran 2 murid dimana hal itu dikarenakan
murid kelas 6 yang bernama Agnes Rizky Junaida membuang sepatu milik Dhesta ke tong sampah di
belakang sekolah. Hal itu membuat Dhesta marah dan menangis mencari sepatunya. Saya memutuskan
untuk melakukan segitiga restitusi terhadap Agnes Rizky Junaida dengan memintanya untuk menemui saya
setelah jam pelajaran berakhir .
Berikut skenario segitiga Restitusi terhadap Agnes Rizky Junaida.
Guru : Siti Asrofah
Murid : Agnes Rizky Junaida

Anda mungkin juga menyukai