Anda di halaman 1dari 14

PENAKLUKAN TEMBOK KOKOH

Karya : Aldirafika Luthfi Pamungkas

Disusun oleh :
Aldirafika Luthfi Pamungkas
XII PC 5

SMA NEGERI 2 KOTA CIREBON


Jalan Dr. Cipto Mangunkusumo 1 Kota Cirebon
Telepon (0231) 203301, faksimile (0231) 239814
2022
PENAKLUKAN TEMBOK KOKOH

Karya : Aldirafika Luthfi Pamungkas

15 Maret 1432, lahirlah seorang anak bernama Muhammad Al –


Fatih. Ia adalah anak dari Sultan Murad II, pemimpin Turki Utsmaniyah.
Ibu Al – Fatih bernama Hüma Hatun, istri keempat dari Murad II. Al –
Fatih adalah anak keempat dari 5 bersaudara, ia biasa dipanggil Mehmed.
Sultan Murad sangat berjasa bagi Mehmed. Aktivitas setelah bangun tidur
yang dilakukan Murad adalah mengajak anaknya Shalat Subuh lalu
menikmati fajar sembari bercengkrama dengan suasana yang
menyenangkan. Di setiap mereka berjalan menikmati udara fajar, tangan
Murad tak lepas dari menggenggam tangan Mehmed. Sultan Murad tidak
sedang memanjakan Mehmed. Sultan Murad hanya ingin Mehmed
merasakan bahwa ayahnya selalu ada untuknya hingga Mehmed tidak perlu
sungkan untuk bercerita kepadanya. Mehmed tak perlu mengadu pada yang
lain, Ayahnya sudah lebih dari segalanya. Sultan Murad setiap hari selalu
memberikan motivasi dengan kalimat yang baik bahkan mungkin bagi
orang lain adalah gila. Tapi keyakinan dan kepercayaan Sultan pada
anaknya membuat anaknya semakin berani dan percaya diri. Setiap hari
Sultan mengajak anaknya duduk di puncak menara masjid yang tertinggi,
lalu Sultan menunjuk tangannya jauh di sebuah cakrawala. Apa yang
disampaikan Sultan? Sultan menyampaikan motivasi, visi pada seorang
anak yang masih sangat kecil.

“Mehmed, lihatlah! Di depan, jauh di depan sana, di sanalah


Konstantinopel. Kota itu adalah salah satu pusat dari kekufuran. Ibu kota
Romawi Timur yang sangat kuat. Kota itu akan jatuh ke dalam kekuasaan
Islam. Dan engkaulah, Insyaallah, yang akan menaklukkannya kelak.”
Setiap hari dimotivasi dengan kalimat-kalimat yang baik, membuat
Mehmed sangat percaya diri dan membuatnya semangat belajar. Selain
mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari ayahnya. Mehmed juga
mendapatkan pendidikan terbaik yang dapat ia dapatkan di Turki
Utsmaniyah. Ia memiliki dua guru yang sangat berperan besar dalam
kehidupannya. Yang pertama adalah Syekh Aaq Syamsudin. Syekh Aaq
Syamsuddin punya peran besar dalam menjadikan Mehmed sebagai
pemimpin dunia. Ilmu dan nasehat menjadi semacam makanan pokok tak
tergantikan. Hingga jadilah Mehmed II sebagai sebaik-baiknya pemimpin
yang pernah disabdakan Rasul.

Pengalamannya bersama sang Guru. Syekh Aaq Syamsuddin sewaktu kecil


sangat membekas dihati “Sang Penakluk” diantaranya :

Setiap pagi Syekh Aaq Syamsuddin mengajak Mehmed ke tepian pantai di


selat Bosporus. Sambil menatap Konstantinopel, sebuah benteng Bizantium
yang berabad-abad menjadi kota besar bangsa Romawi, Sang Guru
mengatakan kepada Mehmed.

“Rasulullah bersabda, sungguh! Konstantinopel akan ditaklukkan.


Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin (yang menaklukkan)-nya dan
sebaik-baik tentara adalah tentaranya,” ujar Syaikh Aaq mengutip hadis
Rasulullah SAW.

“Dan aku ingin, Engkaulah orangnya wahai Muhammad,” lanjutnya


serius.

Kalimat itulah yang selalu diucapkan oleh Syeikh Aaq Syamsuddin kepada
Muhammad Al Fatih. Terbukti, Syekh Aaq Syamsuddin mampu
meyakinkan pangeran kecil itu bahwa dialah yang dimaksud dengan hadis
Nabi tersebut.

“Aku merasakan setiap pagi di tepian pantai yang kau katakan itu
menjadi tummuhat, yaitu ambisi yang besar,” kenang Muhammad Al Fatih.

Sesungguhnya watak orang-orang beriman tidak pernah


kehabisan tummuhat. Tidak pernah kehabisan Ambisi. Orang-orang yang
beriman sangat yakin sekali bahwa apa yang terjadi di sekitarnya adalah
karena kehendak Allah SWT. Pesan seperti ini sama dengan yang
disampaikan sang ayah, tidak bertentangan dengan sang guru. Muhammad
Al Fatih menyimpan apa yang didapatkan dari gurunya, terabadikan dalam
dirinya untuk bisa menyelesaikan keinginan yang kuat itu dilestarikan pada
dirinya itu. Selain Syekh Aaq Syamsuddin, guru yang turut membentuk
kepribadian dan karakter Muhammad Al-Fatih adalah Syekh Ahmad Al
Kurani, ia diutus oleh Sultan Murad pada saat Al – Fatih berumur 7 tahun..
Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Ismail Al-Kurani, seorang ulama
Kurdi. Beliau adalah salah satu tokoh yang memiliki peran yang sangat
penting dalam membentuk karakter awal Muhammad Al Fatih. Beliau
adalah pengajarnya di masa pemerintahan Sultan Murad II, ayah
Muhammad Al Fatih. Pada masa kanak-kanak, Mehmed bukanlah anak
yang mudah untuk menerima pelajaran. Bukan karena bodoh tetapi
disebabkan dia tidak pernah mau menaati guru-gurunya. Banyak guru yang
didatangkan oleh sang ayah untuk mendidiknya, namun banyak yang
mengalami kegagalan, hingga akhirnya Sultan Murad II mendatangkan
Syekh Ahmad Al Kurani. Beliau adalah seorang guru yang memiliki
kharisma yang tinggi serta memiliki sikap yang tegas. Syekh Ahmad Al
Kurani bertanya kepada Sultan Murad.
“Mohon maaf Sultan, apakah boleh saya mendidik anak anda dengan cara
saya sendiri Sultan?”

Sultan Murad membekali Syekh Ahmad al Kurani dengan sebilah kayu


untuk digunakan jika diperlukan. Pada pertemuan pertama, Al Kurani
mengajar Muhammad al Fatih dengan membawa sebilah kayu tersebut.

“Ini pemberian Sultan untuk memukulmu jika kamu tidak disiplin


saat belajar,” ujar Syaikh al-Kurani.

Mendengar itu, Muhammad Al – Fatih malah tertawa. Seketika itu


juga Syaikh Kurani memukul Muhammad dengan keras. Muhammad al-
Fatih pun terkejut bukan kepalang. Dia tidak menyangka guru barunya
benar-benar memukulnya. Sejak saat itu Muhammad Al Fatih mengalami
perubahan yang sangat signifikan. Dia menjadi anak yang patuh dan hormat
terhadap gurunya dan mulai belajar dengan serius, selain itu berkat gurunya
itu Al – Fatih menjadi rajin beribadah dan membaca Al – Quran setiap hari.
Karena itulah Muhammad Al – Fatih mampu menghafal Al Quran pada
usia 8 tahun. Muhammad Al – Fatih juga menguasai 8 bahasa saat berumur
16 tahun.

Pada tahun 1451, Sultan Murad II


meninggal. Muhammad Al Fatih, yang
sudah berumur 19 tahun, naik tahta
menjadi Sultan Turki Utsmaniyah.
Bertekad membuktikan dirinya di mata
tokoh-tokoh senior dan masyarakat Turki
Utsmaniyah, Muhammad Al Fatih ingin mewujudkan tujuan utamanya,
yaitu penaklukan Konstantinopel, ibu kota Bizantium (Romawi Timur).
Dia segera mempersiapkan bangsanya untuk pertempuran yang akan
datang. Muhammad Al Fatih mempersiapkan diri secara diplomatik dan
militer untuk merebut Konstantinopel. Ia menandatangani perjanjian damai
yang menguntungkan Venesia dan Hungaria untuk tetap bersikap netral
ketika ia menyerang Konstantinopel. Ia juga membentuk pasukan khusus
yang berjumlah 7.000 pasukan elit yang bernama “Inkisaria” mereka
dilatih secara rutin dari kecil. Setelah itu, Al – Fatih membangun kembali
sebuah benteng yang dulu dibuat oleh pendahulunya sebesar 25 meter yang
diberi nama “Benteng Anadoluhisari”. Dengan benteng ini, Al – Fatih
dapat mengendalikan kapal – kapal yang keluar masuk dari selat Bosporus.
Ia juga membangun benteng yang lebih besar lagi dengan ukuran 82 meter
yang diselesaikan oleh 4.000 pekerja dalam waktu 4 bulan. Benteng ini
diberi nama “Rumeli Hisari”.

Al – Fatih mendapati masalah, yaitu tembok Konstantinopel. Dibuat dari


tahun 300, dan kokoh hingga tahun 1453. Tembok ini sebesar 18 meter.
Selain itu, tembok ini memiliki 3 lapis. Lapis pertama adalah sebuah parit,
memiliki panjang 20 meter dan kedalaman 10 meter, mau berenang pun
akan ditembak dengan panah dari atas. Lapis kedua ada tembok dengan
tinggi 5 meter dan tebal sekitar 3 meter, tidak bisa tembus juga karena akan
dipanah, dikucuri minyak dan dibakar. Lapis ketiga ada tembok lagi
setinggi 8 meter dan tebal sekitar 5 meter. Tembok ini sudah berdiri kokoh
selama 1123 tahun. Para pendahulu tidak ada yang bisa menembusnya.
Kemudian, Al – Fatih berpikir.

“Kalau saya mencoba cara yang sudah dicoba oleh orang lain, maka
saya pasti kalah. Pasti ada cara yang lain yang belum pernah dicoba”.
Pada suatu hari, ada seniman senjata dari Hungaria yang bernama Urban
datang kepada Kaisar Konstantinopel. Ia berkata pada Kaisar
Konstantinopel.

“Saya punya senjata bagus nih, Kaisar mau gak?” ucap Urban sambil
bertanya

“Bagus juga senjata buatanmu, tapi sayang sekali kami tidak


memiliki uang yang cukup. Kamu diam saja disini jangan kemana – mana,
nanti kalau kami punya uang pasti akan kami bayar”.

Sudah setahun Urban tinggal di Konstantinopel, tidak dibayar – bayar oleh


Kaisar. Akhirnya Urban mencari tempat yang punya banyak uang,
datanglah ia kepada Al – Fatih. Ditawarkan senjata tersebut, Al – Fatih
memiliki permintaan.

“Bisakah kamu membuat senjata yang dapat dilontarkan daya hancur


yang sangat besar?” tanya Al – Fatih

“Apakah engkau berniat untuk menghancurkan Tembok


Konstantinopel?” tanya Urban dengan curiga

“Memangnya kalau iya kenapa? Apakah kamu tidak mau


membuatnya?” ujar Al – Fatih

“Kebetulan, saya sudah tinggal disana selama 1 tahun. Saya tahu


setiap lekuk – lekuk tembok ini. Saya bisa membuatkan senjata yang
engkau mau. Segini bayarannya” ucap Urban dengan bangga

“Baiklah saya bayar kamu 4 kali lipat” ucap Al – Fatih


Dibuatkanlah sebuah senjata yang belum pernah ada sebelumnya. Senjata
ini bernama Basilica Cannon. Memiliki kaliber 0,7 meter; berat 18,2 ton;
panjang 5,2 meter; jarak tembak 1,6 km; dan berat peluru 680 kg. Al –
Fatih memuji Urban atas senjata ini, namun menurut ia masih ada
kekurangan. Urban diminta untuk membuat senjata yang 2 kali lipat lebih
besar. Urban terkejut dan kewalahan atas permintaan Al – Fatih tersebut.
Dalam waktu satu tahun, Urban dapat membuat 69 meriam, 1 meriam
berukuran 5,2 meter, yang satunya 8,4 meter, sisanya ukuran standar yang
berukuran 3 – 4 meter.

6 April 1543, disepakati penyerangan pada hari itu. Mereka


menyerang melalui 3 arah. Pertama lewat laut sebelah selatan atau laut
marmara, kedua dari timur lewat tanduk emas, dan yang ketiga dari barat
dengan pasukan darat. Dalam persiapan perang, sudah disiapkan oleh Al -
Fatih sekitar 400 kapal perang dan 250.000 pasukan menuju
Konstantinopel dalam waktu dua bulan sambil membawa meriam –
meriam yang sudah dibuat oleh Urban. Serangan pun dilancarkan oleh
pasukan Turki Utsmaniyah. Dan ternyata serangan itupun GAGAL
TOTAL.

Dari sebelah selatan, 400 kapal milik Turki dikalahkan oleh 27 kapal milik
Konstantinopel. Kapal – kapal ini bukanlah kapal biasa, itu adalah kapal –
kapal yang diproduksi dari negara Italia di kota Venice, dan Genoa.
Diperkirakan ukuran kapal mereka 10 – 14 kali lipat kapal milik turki.

Dari sebelah utara, dipasang rantai raksasa oleh Konstantinopel. Kapal


tidak bisa masuk, dihancurkan tidak bisa ataupun dengan cara lain.

Dari sebelah barat, meriam – meriam milik Urban memanglah sangat besar
daya hancurnya. Tapi yang tidak mereka teliti adalah, waktu untuk mengisi
kembali amunisi dari meriam tersebut adalah 3 jam. Hal itu disebabkan
gesekan setelah menembak dan permukaan sangat panas sehingga harus
ditunggu hingga agak dingin.

Perang itu tidak berjalan sesuai yang diharapkan, dari 6 – 20 April 1453.
Hampir dua minggu mereka di depan tembok kokoh itu. Yang mereka lihat
bukanlah kemenangan melainkan usaha yang sia – sia. Karena itu mereka
KALAH TOTAL. Tembok nya terlalu perkasa bagi mereka, mulai timbul
keputusasaan diantara para pasukan Turki. Mereka mulai menyalahkan Al
– Fatih atas kegagalan serangan tersebut. Dan Al – Fatih sadar bahwa yang
paling berbahaya dalam perang bukanlah kehilangan logistik, bukanlah
kehilangan senjata, melainkan kehilangan mental. Kemudian Al – Fatih
mengumpulkan semua panglima perang dan mengadakan rapat.

“Sampaikan pada saya, apapun yang anda mau sampaikan pada saya.
Kita lanjut atau kita pulang?” tanya Al – Fatih
Tidak ada yang menjawab satu orang pun, karena Al – Fatih adalah orang
yang temperamental. Semua yang melawan dia pasti dihukum, namun ada
satu orang yang menjawab. Dia adalah Halil Pasha, ia adalah penasehat
Turki Utsmaniyah dari kepemimpinan Sultan Murad II (ayah Al – Fatih).

“Muhammad, bukanlah saya adalah penasehat dari zaman


bapakmu?” tanya Halil

“Iya” balas Al – Fatih

“Muhammad, saya melihatmu dari kecil, saya melihatmu tumbuh


dewasa, menjadi seorang panglima yang diharapkan semua orang. Tidak
ada orang yang bisa memimpin semua ini kecuali kamu di masa depan.
Tapi, dari tadi saya perhatikan kamu ini keras kepala sekali. Kamu itu
membawa pasukanmu menuju jurang kehancuran kalau kamu tetap keras
kepala seperti ini. Pulang saja, kita ambil upeti dari mereka dan kita
pulang.” ucap Halil sambil meninggikan suara

Ternyata Halil sudah disogok oleh Yunani. Sebelum Halil selesai


berbicara, ada seorang mualaf bernama Zaganos Pasha. Ia membanting
meja sambil berkata.

“Jangan dengarkan kata – kata dia, dia hendak memadamkan


semangat dari diri kita. Ingat baik – baik, kita datang tidak berharap untuk
kembali selain hidup mulia atau mati syahid. Dan saya tidak mau kita
kalah dibawah tumpukan batu – batu ini. Kita tingkatkan serangan, kita
tingkatkan tekanan pada mereka. Insya Allah kita menang.” ucap Zaganos
dengan membara
Al – Fatih memutuskan lanjut perang. Masalahnya adalah tembok sebelah
barat tidak bisa ditembus sama sekali. Salah seorang penasehat Al – Fatih
berkata.

“Kenapa ini (tembok barat) tidak bisa ditembus? Karena mereka


(pasukan Konstantinopel) berkumpul di bagian belakang, sehingga setiap
ada kerusakan mereka siaga memperbaikinya kembali. Andaikan kapal di
utara bisa masuk, karena tembok di utara tidak 3 lapis melainkan 1 lapis.
Kalau kita bisa masuk dari utara, pasti pasukan mereka akan terpecah ke
sebelah utara. Dan disini tidak mudah untuk diperbaiki seperti semula.
Masalahnya disana ada rantai raksasa yang menghalangi kita.” ucap
penasehat

Dalam keheningan itu, tiba – tiba Al – Fatih memiliki saran.

“Tenang, saya sudah mikir dari semalam. Kita kan punya kapal,
kapal kita parkirkan dulu di Galata. Setelah diparkirkan, kapalnya kita
angkat lalu kita taruh kembali ke laut. Mudah bukan?” ucap Al – Fatih
dengan bangga

“Mohon maaf sultan, apakah anda lupa?! Galata ini adalah sebuah
bukit! Tingginya 60 meter loh ini.” balas para panglima

“Saya tahu. Tapi kalau seandainya kalian saja tidak mengira itu
terjadi, apalagi orang – orang Konstantinopel. Mereka tidak bakal mengira
itu terjadi, kalau kita berhasil kita bisa melakukannya.” ucap Al – Fatih

“Itu tidak mungkin, kita tidak mampu membawa kapal yang begitu
banyak keatas bukit.” balas panglima dengan ragu
“Jangan bilang pada saya mustahil kalau kamu belum mencobanya.”
ucap Al – Fatih

21 April 1543 disepakati kapal – kapal diangkut dari selat Bosporus hingga
Tanduk Emas. 72 kapal berhasil dipindahkan hanya dalam waktu 1 malam.
Pada 22 April 1543 pagi hari, orang Konstantinopel terkejut karena
terdengar suara takbir dari arah bukit Galata. Kemudian, mereka bergegas
menuju menara dan melihat ke arah Galata. Dan benar saja, 72 kapal
perang sudah berbaris rapi siap menyerang mereka. Kemudian mereka
berkata.

“Muhammad Al – Fatih gila. Konstantinopel sudah selesai. Hancur


sudah kami.”

Dilanjutkan peperangan dari 22 April – 27 Mei 1543. Hampir dua bulan


mereka berperang disana. Pasukan Turki Utsmaniyah berhasil membuat
satu lubang besar di tengah – tengah tembok Konstantinopel. Setelah itu
Muhammad Al – Fatih berkata pada pasukannnya.

“Berhenti perang, besok kita semua berpuasa sunnah. Doa kepada


Allah SWT, mintalah penaklukan ini. Aku lebih baik tidak memimpin
apapun kecuali aku punya kota ini. Aku menginginkan kota ini.” ucap Al –
Fatih

Kemudian pada tanggal 28 Mei 1543. Semua pasukan Turki Utsmaniyah


berpuasa sunnah, mereka membaca Al – Quran. Tanggal 29 Mei 1543, Al
– Fatih berkhotbah pada umatnya.

“Jika penaklukan kota Konstantinopel sukses, maka sabda Rasulullah


SAW telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah
terbukti, maka kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi
janji dari hadits ini, yang berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena
itu, sampaikanlah pada para pasukan satu persatu, bahwa kemenangan
besar yang akan kita capai ini, akan menambah ketinggian dan
kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan, menjadikan syariat
selalu didepan matanya dan jangan sampai ada diantara mereka yang
melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka tidak mengusik
tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan
mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak
ikut terjun dalam pertempuran” isi khotbah Al – Fatih

Setelah khotbah, Al – Fatih menyerang untuk yang terakhir kalinya.


Disiapkan tiga pasukan. Pasukan pertama bernama pasukan Ahzab, isinya
adalah pemuda yang belum menikah. Pasukan kedua bernama pasukan
Sipahi, mereka disenjatai lengkap, belum menang juga. Terakhir
dikerahkan pasukan elit Turki yaitu Inkisaria yang berjumlah 7.000 orang.
Al – Fatih pun berhasil menaklukan kota terkuat di dunia yang bernama
Konstantinopel.

Dengan kudanya, Al – Fatih masuk kedalam kota Konstantinopel. Ia


menoleh ke kanan kiri, dan ia merasa tidak percaya bahwa dirinya sudah
dipilih menjadi panglima yang terbaik. Al – Fatih menuju Hagia Sophia,
setelah masuk. Ia mendapati banyak wanita dan anak – anak yang
menangis karena takut akan dibunuh. Al – Fatih berkata.

“Tenanglah, keluar kalian semua dari gereja. Kalau pengen tinggal di


kota ini, properti kalian tidak akan kami sentuh. Yang ingin keluar dari
kota ini, kami jamin akan kami antar hingga depan gerbang kota ini. Tapi
saya minta, tempat ini (Hagia Sophia) saya jadikan Masjid.
Setelah menaklukan Konstantinopel, Muhammad Al – Fatih mendapatkan
julukannya sebagai ‘Al Fatih’ yang memiliki arti ‘Sang Penakluk’. Tidak
hanya itu, ia telah mengambil gelar ‘Kayser-i Rum’ (Kaisar Romawi),
menunjukkan niatnya untuk melanjutkan Kekaisaran Romawi daripada
menggantikannya. Muhammad Al – Fatih juga mengumumkan
Konstantinopel sebagai ibu kota baru dari Turki Utsmaniyah.

Anda mungkin juga menyukai