Jenny Ba’fiyanti
Klisnawati
Lestia Nengsih
Segala puja dan puji syukur penulis hantarkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan waktu dan kesempatan serta Kesehatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Gender yang berjudul “Program
Kesehatan Reproduksi dan KB “ sesuai waktu yang di temtukan.
Dalam era globalisasi sekarang ini banyak sekali masalah yang terjadi di
masyarakat. Mulai dari Kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual,
masalah di kehamilan dan persalinan, menopause dan lainnya, oleh karena itu
disini penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang program kesehatan reproduksi
yang terjadi di Kebidanan Komunitas.
Tim Kelompok
TINJAUAN TEORI
Wanita hamil yang sehat memiliki kemungkinan lebih besar untuk memiliki bayi
yang sehat. Idealnya setiap kehamilan adalah hal yang terencana dan setiap bayi
yang berada dilingkungan yang sehat.
Pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan pada saat screening pranikah
dan prakonsepsi adalah sebagai berikut :
2. Pemeriksaan urin dan tinja lengkap, untuk mendeteksi penyakit pada ginjal
atau yang berhubungan dengan saluran kemih
1. Upaya Promotif
2. Upaya Preventif
3. Upaya Kuratif
a. Pengobatan TORCH dan kanker serviks pada wanita yang akan menikah
dengan memberikan pengobatan secara intensif.
b. Meyakinkan pada pasangan kalau terjangkitnya penyakit tersebut bukan
berarti tidak dapat menikah.
c. Perbaikan nutrisi pada pasangan pranikah untuk memperbaiki tingkat
kesuburan pasangan dan mencegah terjadinya infertile.
d. Perbaikan nutrisi pasangan pranikah untuk memperbaiki tingkat kesuburan
pasangan dan mencegah terjadinya infertilitas.
Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak menyerang
wanita, sehingga deteksi dini kanker serviks penting dilakukan. Deteksi dini
kemungkinan mampu mencegah kanker serviks berkembang ke tahap yang lebih
berat, karena semakin dini daoat dilakukan pengobatan. Selain itu, deteksi dini
juga dapat menjadi acuan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui stadium kanker
serviks.
Selama ini, tingkat kematian akibat kanker serviks cukup tinggi. Hal ini karena
banyak wanita yang tidak melakukan deteksi dini, sehingga baru tahu dirinya kena
kanker serviks saat memasuki stadium lanjut, atau bahkan sudah menyebar.
Padahal, jika ditemukan lebih cepat, peluang keberhasilan atas pengobatan untuk
kanker serviks akan jauh lebih besar. Itu sebabnya, penting bagi Anda untuk
melakukan pemeriksaan rutin kanker serviks. Ada 3 cara untuk melakukan
mendeteksi kanker serviks sejak dini, meliputi:
Salah satu cara mendeteksi dini kanker serviks adalah melakukan pemeriksaan
pap smear. Pemeriksaan ini sangat direkomendasikan untuk wanita yang telah
aktif berhubungan seksual, atau setidaknya sudah berusia lebih dari 21 tahun ke
atas.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pap smear, dokter dapat segera menyarankan dan
melakukan perawatan untuk kanker serviks jika memang ada. Sel kanker atau pra-
kanker pun bisa dicegah untuk bertumbuh lebih parah.
Itu sebabnya, mendeteksi kanker serviks dengan pap smear juga sekaligus menjadi
salah satu cara untuk mencegah kanker leher rahim agar tidak terjadi. Anda bisa
melakukan pap smear secara rutin. Tes ini dapat diulang setiap tiga tahun sekali,
khususnya bagi wanita di rentang usia 21-65 tahun.
Sementara itu, untuk wanita berusia 30 tahun atau lebih, Anda boleh melakukan
tes pap smear setiap 5 tahun sekali jika dikombinasikan bersama dengan deteksi
dini untuk kanker serviks lainnya, yaitu pemeriksaan HPV.
2. Pemeriksaan HPV
Cara mendeteksi kanker serviks lain yang bisa Anda coba adalah pemeriksaan
HPV DNA. Sesuai namanya, pemeriksaan HPV adalah suatu uji yang dilakukan
untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi virus HPV. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan cara mengambil dan mengumpulkan sel-sel dari dalam leher
rahim atau serviks.
Seperti yang telah disebutkan, Anda bisa menggunakan cara mendeteksi kanker
yang satu ini bersamaan dengan pap smear sebagai salah satu upaya untuk
mencegah kanker serviks.
Penting untuk dipahami, bahwa tes HPV memang merupakan salah satu cara
deteksi dini kanker serviks. Hanya saja, pemeriksaan ini sebenarnya tidak terang-
terangan menjelaskan kalau Anda memiliki kanker serviks.
3. Pemeriksaan IVA
Tes IVA juga menjadi salah satu cara mendeteksi dini kanker serviks yang
direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk
memeriksa kondisi leher rahim. IVA merupakan kependekan dari inspeksi visual
dengan asam asetat.
Jika dibandingkan dengan pap smear, tes IVA cenderung lebih murah karena
pemeriksaan dan hasil diolah langsung, tanpa harus menunggu hasil laboratorium.
Cara mendeteksi kanker serviks yang satu ini dilakukan dengan menggunakan
asam asetat atau asam cuka dengan kadar 3-5 persen, yang kemudian diusapkan
pada leher rahim.
Hasilnya juga akan langsung ketahuan apakah Anda dicurigai memiliki kanker
serviks atau tidak. Meskipun terdengar agak menyeramkan, sebenarnya
pemeriksaan ini tidak menyakitkan dan hanya membutuhkan waktu beberapa
menit.
Saat jaringan leher rahim memiliki sel kanker, akan terlihat seperti luka, berubah
menjadi putih, atau bahkan mengeluarkan darah ketika diberikan asam asetat.
Sementara jaringan leher rahim yang normal, tidak akan menunjukkan perubahan
apa pun.
Pemeriksaan ini dianggap sebagai deteksi awal yang ampuh dan murah
mendeteksi penyakit tersebut. Selain itu, tes IVA juga dapat dilakukan kapan pun.
Deteksi dini memang merupakan langkah yang paling awal untuk mencari tahu
kemungkinan adanya kanker serviks. Ketika hasil diagnosis mengarah ke kanker
serviks, dokter mungkin akan melanjutkan dengan tes lain untuk memastikannya.
Dengan kata lain, pemeriksaan lanjutan ini berguna sebagai tes pendamping untuk
beragam cara deteksi dini kanker serviks di atas. Berikut ini adalah beberapa
pemeriksaan lanjutan setelah Anda melakukan deteksi dini kanker serviks.
1. Kolposkopi
Kolposkopi adalah salah satu cara mendeteksi kanker serviks pada tahap lanjutan
yang biasanya dilakukan untuk meyakinkan adanya perkembangan sel-sel kanker
serviks di dalam tubuh. Tes ini biasanya dilakukan setelah Anda melakukan
deteksi dini kanker serviks atau telah ditemukannya gejala kanker serviks pada
tubuh.
Mendeteksi kanker serviks dengan cara kolposkopi tidak jauh berbeda dengan pap
smear. Anda akan diminta untuk berbaring dengan posisi kedua kaki terbuka lebar
(mengangkang).
Selanjutnya, alat kolposkop digunakan untuk memeriksa kondisi serviks. Alat ini
tidak akan dimasukkan ke dalam vagina, tapi tetap berada di luar tubuh.
Hal ini bertujuan agar timbul perubahan pada area abnormal di dalam serviks.
Jadi, kemungkinan adanya perkembangan sel kanker serviks bisa lebih mudah
terdeteksi. Jaringan yang dirasa abnormal tersebut nantinya diambil dan diperiksa
lebih lanjut di laboratorium.
Pap smear saat haid tidak direkomendasikan, begitu juga dengan kolposkopi.
Hanya saja, mendeteksi kanker serviks dengan cara yang satu ini terbilang aman
dan tidak masalah untuk dilakukan selama masa kehamilan.
2. Biopsi serviks
Mendeteksi kanker serviks juga bisa dilakukan dengan cara biopsi serviks.
Pemeriksaan ini juga bertujuan untuk memastikan keberadaan sel-sel kanker di
dalam serviks. Artinya, Anda bisa mengetahui adanyanya kanker serviks dengan
cara ini.
Biasanya, Biopsi tidak membutuhkan waktu lama. Terdapat dua cara untuk
melakukan biopsi, yakni eksisi dan insisi. Biopsi eksisi merupakan prosedur untuk
mengambil benjolan yang tumbuh di dalam tubuh.
Sementara biopsi insisi, lebih ditujukan untuk mengambil sampel jaringan yang
berpotensi berkembang sebagai suatu penyakit. Dalam hal ini, biopsi yang
digunakan sebagai cara mendeteksi kanker serviks pada tahap lanjut adalah biopsi
insisi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan prakanker serviks
dan kanker serviks.
a. Biopsi punch
Salah satu jenis biopsi sebagai cara mendeteksi kanker serviks adalah biopsi
punch, yang dilakukan dengan membuat lubang kecil pada leher rahim.
Pembuatan lubang tersebut bertujuan agar jaringan serviks bisa terambil.
Proses ini dilakukan dengan alat khusus yang disebut biopsi forsep. Pengambilan
sampel jaringan serviks dengan metode ini dapat dilakukan pada beberapa area
serviks yang berbeda. Lokasi pengambilan jaringan akan tergantung dari
perkiraan sel-sel serviks yang tampak abnormal.
Cara lain untuk mendeteksi kanker serviks adalah dengan menjalani prosedur
biopsi kerucut. Jenis biopsi yang satu ini bertujuan untuk mengambil sampel
jaringan berbentuk kerucut pada serviks. Prosedur yang juga dikenal dengan nama
konisasi ini biasanya dilakukan dengan menggunakan pisau bedah atau laser.
Sampel jaringan yang diambil pada biopsi kerucut ini umumnya berupa potongan
besar. Dalam prosedur ini, jaringan berbentuk kerucut diambil mulai dari bagian
luar serviks (eksoserviks), sampai ke bagian dalam (endoserviks).
Akan tetapi, jaringan yang dihilangkan biasanya berada di perbatasan antara area
luar serviks dan area dalam serviks. Pasalnya, sel prakanker ataupun sel kanker
serviks kerap berawal dari area tersebut.
Kuretase endoserviks adalah cara lain yang juga bisa dilakukan untuk mendeteksi
kanker serviks. Metode ini adalah pengambilan sel yang berasal dari saluran
dalam serviks (endoserviks). Endoserviks merupakan area yang mencakup bagian
antara rahim (uterus) dan vagina.
Alat kuret tersebut kemudian digunakan untuk mengikis lapisan di dalam serviks
guna diperiksa lebih lanjut.
Beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mendeteksi stadium dari kanker
serviks adalah sebagai berikut.
1. Pemeriksaan panggul
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi tahapan stadium kanker serviks ini
dilakukan dengan cara memberikan anestesi terlebih dahulu kepada pasien. Saat
Anda sudah berada di bawah pengaruh anestesi lokal, perut, vagina, dubur, hingga
kandung kemih akan diperiksa atas keberadaan sel kanker.
2. Tes darah
Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah sel kanker sudah mencapai pada
organ hati, ginjal, dan sumsum tulang belakang.
4. X-ray
Tidak berbeda jauh dengan CT scan dan MRI, tujuan dilakukan X-ray untuk
memeriksa apakah sel kanker serviks sudah menyebar ke paru-paru.
C. Skrining CA MAMAE
Metode pemeriksaan skrining kanker payudara secara umum terbagi tiga, yaitu
metode utama, penunjang, dan teknik lain. Metode utama terdiri dari breast self
examination atau pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), clinical breast
examination atau pemeriksaan payudara klinis (SADANIS), serta mamografi.
Metode penunjang bisa dengan USG atau MRI payudara, sedangkan teknik
lainnya masih kontroversi dan belum memiliki bukti ilmiah yang adekuat.
Indikasi skrining kanker payudara dilakukan pada semua wanita dimulai sejak
usia subur, tetapi rekomendasi pemeriksaan berbeda antara populasi tanpa risiko,
risiko rata-rata, dan risiko tinggi. Tenaga kesehatan harus terlatih untuk
melakukan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS), diikuti dengan pengajaran
kepada pasien tentang cara pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yang benar.
Wanita yang memiliki risiko tinggi, diindikasikan untuk menjalani tes skrining
pada usia yang lebih muda, dapat dimulai pada usia sedini 25 tahun. Wanita
tersebut juga dianjurkan untuk konsultasi genetik, beserta tes untuk memastikan
apakah ia membawa gen mutasi yang meningkatkan risikonya mendapatkan
kanker.
Kontraindikasi skrining kanker payudara umumnya tidak ada, jika terbatas pada
pemeriksaan payudara mandiri (SADARI) maupun pemeriksaan payudara klinis
(SADANIS). Sedangkan kontraindikasi pemeriksaan pencitraan tergantung alat
yang digunakan.
Kontraindikasi Mamografi
Mamografi dapat memiliki risiko overdiagnosis, hasil positif atau negatif palsu,
ansietas pasien akibat hasil yang tidak akurat, serta paparan radiasi. Studi juga
menunjukkan bahwa skrining kanker payudara dengan mamografi dapat
meningkatkan risiko pasien mendapatkan terapi yang sebenarnya tidak perlu. Oleh
karena itu, keputusan mamografi dengan prinsip shared decision making, di mana
pasien memutuskan sendiri berdasarkan informasi manfaat, risiko, dan preferensi
pribadinya.]
Persiapan Pasien
Pasien sebaiknya menggunakan baju/gaun khusus agar lebih nyaman dan mudah
selama pemeriksaan. Menyertakan perawat wanita sebagai pendamping
pemeriksaan, dan/atau pasien mengajak satu anggota keluarga terdekat untuk
mendampingi, adalah persiapan dan pelaksanaan yang baik untuk pemeriksaan
payudara.
Anamnesis Sebelum Tindakan
Perubahan kulit payudara, seperti hiperemis dan tekstur seperti buah jeruk
Nyeri payudara, baik fokal atau general, dan konstan atau siklik
Peralatan
Posisi Pasien
Posisi pasien saat SADARI sebaiknya berdiri atau duduk di depan cermin, tetapi
dapat juga berbaring. Sedangkan posisi pasien untuk SADANIS dapat duduk atau
berbaring.
Posisi pasien saat mammografi adalah berdiri menghadap alat. Pada USG dan
MRI payudara, posisi pasien adalah berbaring dengan kedua tangan diangkat ke
atas kepala.
Prosedural SADARI
Lakukan perabaan pada ketiak, supra klavikula, dan infra klavikula untuk
mencari pembesaran kelenjar getah bening
Prosedural SADANIS
Letakkan tangan pasien ipsilateral pada dahi atau di atas kepala, agar
jaringan payudara lebih rata
Prosedural Mamografi
Payudara diperiksa satu per satu, diposisikan diantara dua lempengan pada mesin
mamografi. Kemudian payudara akan dikompres secara lembut selama sekitar 10
detik. Gambar jaringan payudara akan diambil dari sisi samping dan sisi atas.
Waktu pemeriksaan biasanya kurang dari 30 menit.
Payudara yang sebelumnya sudah dirasakan nyeri, dapat terasa lebih sakit pada
saat penekanan, hal ini dapat diberitahukan kepada petugas operator mamogram
untuk dapat dikurangi tekanannya.
Metode lainnya yang masih kontroversi dan masih terus dilakukan penelitian
ilmiah agar dapat digunakan untuk mendeteksi kanker payudara adalah:
Biomarker Imaging
Thermography
Aktif secara seksual memiliki bahaya tersendiri, terutama bila memiliki beberapa
pasangan. Salah satu bahaya adalah kemungkinan terjangkit dengan Penyakit
Menular Seksual (PMS), seperti gonore, sifilis, atau HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Beberapa PMS dapat disembuhkan, tetapi sisanya
tidak. Tanpa mempertimbangkan sebuah PMS dapat disembuhkan atau tidak,
sangatlah penting untuk mendeteksinya pada fase awal agar tidak semakin parah
atau menyebar ke orang lain.
PMS adalah penyakit yang dimulai dengan infeksi, sehingga beberapa ahli medis
lebih memilih untuk menyebutnya sebagai Infeksi Menular Seksual (IMS). Seperti
infeksi-infeksi lainnya, ada cara untuk mendeteksi infeksi PMS ketika masih
berada pada fase awal.
Selain gejalanya, PMS juga memengaruhi orang dalam beberapa cara, seperti
emosional dan sosial. Sebagai contohnya, apabila sebuah pemeriksaan
memberikan hasil positif, orang yang terinfeksi secara moral diharuskan untuk
memberitahu kondisi tersebut kepada pasangan seksualnya. Ini dilakukan agar
mereka juga dapat mengikuti pemeriksaan PMS dan menerima pengobatan bila
diperlukan. Orang-orang dengan PMS dapat merasa ternoda secara sosial, dimana
dapat mengarah pada kesulitan secara emosional.
a. Herpes
Herpes simpleks adalah infeksi akut oleh virus herpes simplek (V. Herpes
Hominls) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel berkelompok
di atas kulit yang eritematosa di daerah muka kutan.
1) Tanda gejala
a) Vesikel tunggal atau multiple
b) Vesikel pecah spontan setelah 24-72 jam
c) Ulkus merah
d) Nyeri, tetapi sembuh sendiri
e) Lesi pada preputium, glans penis, bokong dan pada paha bagian dalam
f) Disuria
g) Demam
h) Edema
i) Limfadenopati bilateral
2) Pencegahan
3) Pengobatan
b. Clamidia
a) Pada pria timbul rabas uretra mukoid atau mukopurulen dan disuria.
2) Pencegahan
3) Pengobatan
a) Pemberian eritromisin dapat pada kehamilan dan pada neonatus
kalau terjadi pneumonia atau otitis media.
b) Kontak seksual harus dilacak dan diterapi secara empirik.
c) Golongan tetrasiklin dan makrolid.
c. Gonorhoe
Adalah penyakit seksual yang paling sering terjadi disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoeae, kokus gram negative kecil berbentuk ginjal yang
tersusun berpasangan.
1) Tanda gejala
a) Pada pria terjadi disuria, uretritis, keluar nanah di uretra, rasa gatal,
panas atau sakit di ujung meatus terutama sewaktu berkemih.
2) Pencegahan
3) Pengobatan
d. Sifilis
Adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh Treponema pallidum.
1) Tanda gejala
a) Pada pria timbul ulkus (Chancre) pada penis tapi tidak sakit, tepian
timbul dan keras (seperti kancing). Ada pembesaran kelenjar limfe
regional tapi tidak nyeri.
b) Pada wanita timbul ulkus (chancre) pada serviks.
2) Pencegahan
3) Pengobatan
Terapi sifilis pada kehamilan sama seperti terapi pada keadaan tidak hamil
(terapi yang dipilih adalah penisilin G).
Gonore & Klamidia – pemeriksaan urin atau usapan bagian dalam penis
atau vagina
HIV, Hepatitis, Sifilis – tes darah, usapan lesi pada alat kelamin bila ada
Beberapa orang mengasumsikan bahwa mereka akan diperiksa untuk PMS bila
mereka melakukan pemeriksaan lain. Sayangnya, ini tidaklah benar. Anda harus
memberitahukan dokter bila Anda menginginkan pemeriksaan PMS. Pemeriksaan
darah, tes urin, atau tes Pap tidak dirancang untuk mencari PMS secara spesifik,
kecuali sebagai bagian dari pemeriksaan PMS. Anda juga harus mengingat bahwa
sangatlah penting untuk jujur kepada dokter atau pemberi pelayanan kesehatan.
Jawab segala pertanyaan mereka dengan jujur sehingga dapat menentukan
pemeriksaan yang dibutuhkan. Bila Anda tidak jujur dengan jawaban Anda, besar
kemungkinan PMS tersebut tidak akan terdeteksi, sehingga dapat memberikan
rasa tenang yang salah dan menghindarkan Anda untuk menerima pengobatan
yang tepat.
Setiap jenis pemeriksaan PMS aman untuk dilakukan. Sehingga, mereka tidak
memiliki bahaya ataupun komplikasi. Namun, terdapat kemungkinan terjadinya
hasil positif palsu atau negatif palsu. Bila pemeriksaan menghasilkan bacaan
positif, dokter akan memberikan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan hasil
tersebut sebelum memberikan rencana pengobatan. Anda juga harus sadar bahwa
hasil negatif mungkin saja salah, terutama bila anda memberikan informasi salah
kepada dokter atau pemberi layanan kesehatan.
Alasan mengapa Anda perlu memberikan informasi akurat adalah karena tidak
seluruh PMS dapat dideteksi melalui beberapa pemeriksaan. Sebagai contoh, bila
Anda berpartisipasi dalam seks anal, PMS anal mungkin tidak terdeteksi melalui
pemeriksaan standar. Bila Anda gagal untuk memberikan informasi ini, Anda
dapat beresiko terkena kanker rektum. Bila Anda menginformasikan kepada
dokter bahwa Anda melakukan seks anal, dokter akan merekomendasikan pap
smear anal yang dapat mendeteksi kanker rektum.
Penyebab
2 penyebab PID yang paling umum adalah gonore dan klamidia. penyebab lain
termasuk aborsi, persalinan dan prosedur bedah panggul.
Faktor Resiko
Beberapa wanita dengan PID tidak akan memiliki gejala / tanda sama sekali dan
hanya ditemukan selama melakukan laparoskopi. Untuk gejala yang lainnya
adalah :
1) Nyeri pada perut bagian bawah ( Gejala yang paling umum )
2) Nyeri pada perut bagian atas
3) Demam, kelelahan, diare atau muntah
4) Seks yang menyakitkan
5) Buang air kecil yang menyakitkan
6) Perdarahan menstruasi yang tidak teratur
7) Nyeri punggung bagian bawah
8) Keputihan yang parah dan bau yang tidak sedap
9) Kelelahan
Rasa sakit yang tajam berhubungan dengan muntah, pingsan dan demam tinggi,
dapat diindikasikan bahwa infeksi telah menyebar ke dalam darah, oleh karena itu
pengobatan harus segera dilakukan.
Diagnosis
Riwayat yang baik dari pasien dapat membawa kecurigaan pada PID.
Pemeriksaan panggul dapat mengungkapkan keputihan yang biasanya kekuning-
kuningan secara jenisnya dan kadang disertai dengan bau busuk. Pemeriksaan
digital panggul dapat menyebabkan nyeri tekan panggul terutama ketika
menggoyang ( menggerakkan ) serviks. Beberapa yang dikeluarkan dari serviks
dapat diambil untuk biakan (g) untuk mengetahui penyebab infeksi. Test urin
mungkin diperlukan untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih.
Pengobatan
Jarang terjadi, jika infeksi panggul tidak sembuh (g) dengan antibiotik atau ada
sekumpulan nanah pada panggul, laparoskopi mungkin diperlukan untuk
mengeluarkan nanah atau bahkan mengangat organ yang terkena dampak dari
infeksi ( tuba falopi dan ovarium ). Hal ini dilakukan terutama kepada wanita
yang memiliki infeksi panggul yang berulang di tempat yang sama.
Pria mungkin tidak memperlihatkan gejala apapun dan bisa menjadi penyebar
penyakit tanpa gejala. Sangatlah penting untuk pasangan agar dirawat/ diobati
juga, untuk mencegah penyebaran selanjutnya.
Pencegahan
a. Metroragia
Adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid.
b. Menometroragia
Adalah perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah
darah kadang-kadang cukup banyak.
Infertilitas
a. Pengertian
Infertilitas ialah pasangan suami-istri belum mampu dan belum
pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual
sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun. Terbagi menjadi infertilitas
primer dan sekunder.
b. Tanda-tanda
1) Gangguan spermatogenesis
2) Kelainan mekanis pria
3) Gangguan ovulasi
4) Gangguan ovarium
5) Kelainan tuba
6) Kelainan rahim
c. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan umum
Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab.
2) Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ovulasi, pemeriksaan sperma, pemeriksaan lendir
servik, pemeriksaan tuba, dan pemeriksaan endometrium.
d. Penatalaksanaan
Adapun pengobatan dalam infertilitas antara lain:
1) Pemberian antibiotik
2) Tindakan pembedahan /operasi Varikokel
3) Terapi
4) Pemberian suplemen vitamin
5) Tindakan operasi pada penyumbatan di saluran sperma
6) Menghentikan obat-obatan yang diduga menyebabkan
gangguan sperma
7) Menjalani teknik reproduksi bantuan
a. Bartolinis
b. Vaginitis
c. Vulva vaginitis
a. Cervicitis
b. Endometritis
c. Miometritis
d. Parametritis
e. Adneksitis
Adnekitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium
yang biasanya terjadi bersamaan. Pengobatan dapat dilakukan dengan
pemberian antibiotik dengan spectrum luas, terapi diatermi, penderita
tidak boleh melakukan pekerjaan berat, dan operasi radikal
(histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral) pada wanita yang
sudah hampir menopause. Pada wanita yang lebih muda hanya
adnekitis dengan kelainan yang nyata yang diangkat.
f. Peritonitis pelvis
https://www.cancer.org/cancer/breast-cancer/screening-tests-and-early-
detection/american-cancer-society-recommendations-for-the-early-detection-
of-breast-cancer.html
2. Bryan, T., & Snyder, E. The Clinical Breast Exam: A Skill that Should Not
Be Abandoned. Journal of General Internal Medicine. 2013, 28(5), 719-722.
doi: 10.1007/s11606-013-2373-9
https://www.breastcancer.org/symptoms/testing/types/self_exam
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-info-
datin.html
6. Mandrik O, Zielonke N, Meheus F, Severens JLH, Guha N, Herrero Acosta
R, Murillo R. Systematic reviews as a 'lens of evidence': Determinants of
benefits and harms of breast cancer screening. Int J Cancer. 2019 Aug
15;145(4):994-1006. doi: 10.1002/ijc.32211. Epub 2019 Mar 14. PMID:
30762235; PMCID: PMC6619055.
10. Gøtzsche PC, Jørgensen K. Screening for breast cancer with mammography.
Cochrane Database of Systematic Reviews 2013, Issue 6. Art. No.:
CD001877. DOI: 10.1002/14651858.CD001877.pub5
16. Habif TP. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy.
5th ed. Philadelphia, Pa: Elsevier Mosby; 2009:chap 11.