PROPOSAL
NIM : 21142010104
PENDAHULUAN
Penyakit hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya stroke, yang sering
disebut sebagai the silent killer karena hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke
sebanyak 6 kali. Dikatakan hipertensi jika memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
Semakin tinggi tekanan darah pasien makan semakin tinggi pula risiko untuk mengalami
stroke. Kejadian hipertensi bisa merusak dinding pembuluh darah yang bisa dengan mudah
akan menyebabkan penyumbatan bahkan pecahnya pembuluh darah di otak (Junaidi, 2011).
Orang-orang yang terkena hipertensi memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena serangan
stroke. Bahkan tekanan darah tinggi ini merupakan penyebab penyakit stroke yang utama.
Orang yang terkena darah tinggi, aliran darahnya menjadi tidak normal dan lambat akibat
penyempitan yang terjadi pada pembuluh darah. Suplai oksigen dan glukosa ke otak pun (yang
Menurut data WHO, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi
mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025.
Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di
prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dan populasi pada usia 18 tahun ke atas.5,6
Sekitar 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya mengakibatkan
risiko.Banyak faktor yang dapat memperbesar risiko atau kecenderungan seseorang menderita
hipertensi, diantaranya ciri-ciri individu seperti umur, jenis kelamin dan suku, faktor genetik
serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam, merokok, konsumsi
alkohol, dan sebagainya. Beberapa faktor yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi secara bersama-sama. Sesuai dengan teori
mozaik pada hipertensi esensial. Teori tersebut menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi
disebabkan oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi, dimana faktor utama yang
berperan dalam patofisiologi adalah faktor genetik dan paling sedikit tiga faktor lingkungan
yaitu asupan garam, stres, dan obesitas. Menurut data WHO, di seluruh dunia, sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat
menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara
Banyak faktor yang dapat memengaruhi kejadian stroke, diantaranya yaitu umur, jenis
aterosklerosis, penyakit jantung, obesitas, konsumsi alkohol, stres, kondisi sosial ekonomi
yang mendukung, diet yang tidak baik, aktivitas fisik yang kurang dan penggunaan obat anti
hamil. Namun dari banyaknya faktor yang memengaruhi kejadian stroke hanya hipertensi yang
secara signifikan memengaruhi kejadian stroke sedangkan kadar lipid dan kebiasaan merokok
tidak secara signifikan berhubungan dengan kejadian stroke (Sarini,2008). Faktor risiko stroke
dibedakan menjadi dua, yaitu : faktor yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, faktor
keturunan, dan ras. Sedangkan yang tidak dapat diubah adalah hipertensi, diabetes melitus,
dislipidemia, merokok, alkohol, obesitas, dan diet yang tidak baik. Misbach melaporkan
penyebab utama terjadinya stroke di 28 rumah sakit di Indonesia, yaitu : hipertensi (73,9%),
merokok (20,41%), dan diabetes mellitus (17,3%) (Indrajaya, 2006). Hipertensi merupakan
faktor risiko stroke paling penting yang dapat dimodifikasi baik bagi laki-laki ataupun wanita.
Hipertensi dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya stroke sekitar dua sampai empat kali
(Suroto, 2004). Penurunan 10 sampai 12 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan 5 sampai 6
mmHg untuk tekanan darah diastolik dapat menurunkan 38% angka kejadian stroke.
Tindakan pencegahan dibedakan atas pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan primer
bertujuan untuk mencegah stroke pada mereka yang belum pernah terkena stroke. Pencegahan
sekunder ditujukan untuk mereka yang pernah terkena stroke termasuk TIA. (Wahjoepramono,
2005). Pencegahan terjadinya stroke harus dilakukan sepanjang masa. Dengan bertambahnya
usia, kemungkinan untuk terserang stroke. Oleh karena itu, harus diusahakan untuk selalu
mengurangi atau menghilangkan berbagai faktor resiko, terutama dengan melakukan diet dan
olahraga secara teratur. (Wirakusumah, 2001). Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya
memperbaiki gaya hidup dan mengatasi berbagai factor resiko. Upaya ini ditujukan pada orang
sehat maupun kelompok resiko tinggi yang belum pernah terserang stroke. Serta pencegahan
sekunder dilakukan melalui pengobatan pada faktor risiko. Ini dilakukan melalui terapi obat
untuk mengatasi penyakit dasarnya, seperti penyakit jantung, diebetes, hipertensi dengan obat
diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti “ Analisis Hubungan Antara Hipertensi Dengan
Resiko Terjadinya Stroke Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Pukesmas Burneh
Kabupaten Bangkalan“.
1.2 Identifikasi penyebab masalah
Berdasarkan latar belakang yang dirumuskan dalam penelitian ini, dapat diuraikan
a. Usia
Umur merupakan faktor resiko stroke iskemik yang tidak dapat diubah. Insiden
stroke iskemik meningkat dengan bertambahnya usia. Penyakit stroke baik yang
stroke iskemik maupun hemoragic sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang
tua, namun sekarang ada kecenderungan juga diderita oleh kelompok usia muda. Hal
Laki-laki lebih beresiko terkena stroke dari pada perempuan, tetapi penelitian
menyimpulkan bahwa justru lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke.
Risiko stroke laki-laki 1,25 lebih tinggi dari perempuan, tetapi serangan stroke pada
lakilaki terjadi usia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan hidup juga tinggi.
Dengan perkataan lain, walau lebih jarang terkena stroke, pada umumnya perempuan
terserang pada usia tua, sehingga kemungkinan meninggal lebih besar (Sustrani, dkk,
2006). Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh
Minarti dkk (2015) tentang analisis faktor resiko pada pasien stroke dimana stroke
banyak dialami oleh suku pendatang seperti suku jawa, suku sunda dan suku Madura,
sehingga ras tidak berpengaruh terhadap kejadian stroke, hal utama yang dapat
c. Kebiasaan merokok
Terdapat hubungan sebab akibat yang kuat antara rokok dan stroke, merokok
meningkatkan resiko terkena stroke dua sampai empat kali lipat pada pria maupun
wanita. Riset juga menunjukkan semakin banyak jumlah rokok yang telah diisap,
semakin tinggi resiko stroke. Selain itu, meskipun sudah memperbaiki faktor resiko
lainnya, perokok tetap memiliki resiko terkena stroke dan angka kematian yang lebih
a. Hipertensi
Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke. Baik sistolik maupun
tekanan kenaikan sistolik lebih dari 180mmHg mempunyai tiga kali resiko terserang
stroke iskemik dibandingkan dengan mereka yang bertekanan darah kurang dari
b. Diabetes mellitus
Penyebab diabetes melitus menjadi stroke iskemik salah satunya adalah adanya
dinding pembuluh darah besar maupun pembuluh darah perifer disamping itu juga
akan meningkatkan agegrat platelet dimana kedua proses tersebut dapat menyebabkan
kemudian akan menyebabkan naiknya tekanan darah atau hipertensi dan berakibat
kejadian stroke dan juga terdapat bukti adanya keterlibatan proses makroangiopati
yang ditandai terjadinya stroke lakunar pada penderita diabetes melitus (Aulia dkk,
2010).
c. Obesitas
Hal ini disebabkan oleh masih adanya faktor lain yang mempengaruhi serta
banyaknya cara untuk mengatasi kelebihan berat badan yang dilakukan masyarakat
saat ini misalnya dengan diet rendah lemak serta olahraga maupun meningkatkan
aktivitas fisik lainnya, ditambah lagi semakin maraknya suplemen atau obat yang bisa
membantu menurunkan berat badan (Leni, Dkk, 2012).Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Khairatunnisa (2013) tentang analisis faktor
resiko stroke, didapatkan proporsi penderita yang tidak obesitas sebanyak 60%, oleh
dinding sel dalam tubuh dan sebagai pertahanan dasar hormone steroid. Akan tetapi
2010). Studi The Multi Risk Factor Intervention Trial (MRFIT) terhadap 350.977
orang pria, menyatakan bahwa risiko stroke iskhemik meningkat pada penderita
dengan kadar kolesterol di atas 160 mg/dl. Kadar kolesterol total yang >220 mg/dl
meningkatkan risiko stroke antara 1,31 ssampai 2,9 kali. Semakin tinggi kadar
kolesterol dalam darah maka semakin besar pula risiko untuk terkena stroke. Kadar
kolesterol akan cenderung meningkat pada orang yang memiliki berat badan lebih,
hubungan hipertensi dengan resiko terjadinya stroke pada pasien hipertensi di wilayah kerja
Bagaimanakah Analisis Hubungan Hipertensi Dengan Resiko Terjadinya Stroke pada pasien
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk melaksanakan penelitian
lebih lanjut mengenai faktor-faktor risiko lain yang juga berkontribusi terhadap
Hipertensi Dengan Resiko Terjadinya Stroke Pada Pasien Hipertensi Di wilayah Kerja
2) Praktis
Penelitian ini secara praktis dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguanpada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
Gejala umun yang ditimbulkan akibat menderita tekanan darah tinggi tidak sama
pada setiap orang, bahkan kadang timbul tanpa gejala. Itu sebabnya hipertensi seringkali
disebut pembunuh gelap ( the silent kliller ), karena termasuk penyakit mematikan tanpa
gejala yang muncul mirip dengan ganguan penyakit biasa, sehingga korbannya terlambat
menyadari akan datangnya penyakit ini. Tidak jarang seseorang baru mengetahui menderita
tekanan darah tinggisewaktu diukur tekanan darahnya oleh doter yang memeriksanya untuk
screening Kesehatan atau karena keluhan penyakit lain. Secara umum gejala yang
1. Sakit kepala
membahayakan. Penyakit hipertensi akan cepat berkembang jika diikuti oleh faktor-faktor
resiko lain. Hipertensi yang tidak ditangani dapat meningkatkan kerusakan pembuluh darah
yang meliputi arteri kecil dan arteriol serta arteri besar. Hipertensi mrupakan salah satu faktor
risiko munculnya penyakit kardiovaskuler. Semua luka-luka pada pembuluh darah ini akan
mengakibatkan kerusakan organ-organ tubuh seperti otak, ginjal, mata, dan kelumpuhan
organ-organ gerak. Namun, kerusakan yang paling sering terjadi akibat hipertensi yaitu gagal
hipertensi adalah :
a) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg
b) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg da
Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90% tidak
a) Genetik
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko
hipertensi.
d) Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.
2) Hipertensi sekunder
terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan pada
aorta tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan
penyempitan
c) satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal.
Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh
Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur
volume expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal setelah
sementara waktu.
h) Kehamilan
i) Luka bakar
k) Merokok.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016) :
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar dari 160 mmHg da
Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
a) Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak kandung/saudara kandung,
kakek dan nenek dengan hipertensi lebih berisiko untuk terkena hipertensi.
b) Usia
meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia
c) Jenis Kelamin
d) Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri hipertensi banyak
ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara lain yaitu :
a) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena dalam rokok terdapat
kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan
diedarkan ke otak. Di dalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh darah dan memaksa
jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi (Murni dalam Andrea,
G.Y., 2013).
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang
independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan
c) Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat
meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan jantung dipaksa memompa
darah lebih kuat lagi agar darah sampai ke jaringan mencukupi (Komaling, J.K., Suba, B.,
Wongkar, D., 2013). Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah.
d) Kebiasaan minum kopi
Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, termasuk peningkatan tekanan
darah dan kadar kolesterol darah karena kopi mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan
kafein. Salah satu zat yang dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein. Kafein
didalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu produksi hormon adrenalin yang
berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang mengakibatkan peningkatan tekanan
darah, pengaruh dari konsumsi kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan
hingga 12 jam (Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini Y., 2018).
bumbu dapur yang biasa digunakan untuk memasak. Konsumsi garam secara berlebih dapat
meningkatkan tekanan darah. Menurut Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D., Kiha, R.R.
(2018), natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang berfungsi
Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh M.I, 2016), lemak didalam
terutama lemak hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian
Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga, kadang-
kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial.
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi. Ayunan langkah yang tidak
mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. Nokturia karena peningkatan aliran darah
ginjal dan filtrasi glomerulus. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan
tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,
muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa
1) Stoke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri
yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga
aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat
2) Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik tidak pada
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan
hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat
3) Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-kapiler glomerulus.
Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu,
dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan protein
keluar melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi
4) Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang mengalami
kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang membuat
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh
susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian.
Beberapa pasien mengalami keluhan berupa sakit kepala, rasa seperti berputar, atau
penglihatan kabur. Hal yang dapat menunjang kecurigaan ke arah hipertensi sekunder antara
maupun NSAID, sakit kepala paroksismal, berkeringat atau takikardi serta adanya riwayat
penyakit ginjal sebelumnya. Pada anamnesis dapat pula digali mengenai faktor resiko
kardiovaskular seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik yang kurang, dislipidemia, diabetes
Berdasarkan pemeriksaan fisik, nilai tekanan darah pasien diambil rerata dua kali
pengukuran pada setiap kali kunjungan ke dokter. Apabila tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
pada dua atau lebih kunjungan maka hipertensi dapat ditegakkan. Pemeriksaaan tekanan
darah harus dilakukan dengan alat yang baik, ukuran dan posisi manset yang tepat (setingkat
dengan jantung) serta teknik yang benar. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk
memeriksa komplikasi yang telah atau sedang terjadi seperti pemeriksaan laboratorium
seperti darah lengkap, kadar ureum, kreatinin, gula darah, elektrolit, kalsium, asam urat dan
funduskopi, USG ginjal, foto thoraks dan ekokardiografi. Pada kasus dengan kecurigaan
hipertensi sekunder dapat dilakukan pemeriksaan sesuai indikasi dan diagnosis banding yang
dibuat. Pada hiper atau hipotiroidisme dapat dilakukan fungsi tiroid (TSH, FT4, FT3),
plasma, renin plasma, CT scan abdomen, peningkatan kadar serum Na, penurunan K,
dilakukan kadar metanefrin, CT scan/MRI abdomen. Pada sindrom cushing, dilakukan kadar
kortisol urin 24 jam. Pada hipertensi renovaskular, dapat dilakukan CT angiografi arteri
2.2.8 Penatalaksanaan
antihipertensi dapat langsung dimulai untuk hipertensi derajat 1 dengan penyerta dan
hipertensi derajat 2. Penggunaan antihipertensi harus tetap disertai dengan modifikasi gaya
hidup.
• Target tekanan darah <150/90, untuk individu dengan diabetes, gagal ginjal, dan individu
penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga
lainnya.
Modifikasi gaya hidup berupa penurunan berat badan (target indeks massa tubuh
dalam batas normal untuk Asia-Pasifik yaitu 18,5-22,9 kg/m2), kontrol diet berdasarkan
DASH mencakup konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, serta produk susu rendah lemak
jenuh/lemak total, penurunan asupan garam dimana konsumsi NaCl yang disarankan adalah
< 6 g/hari. Beberapa hal lain yang disarankan adalah target aktivitas fisik minimal 30
menit/hari dilakukan paling tidak 3 hari dalam seminggu serta pembatasan konsumsi alkohol.
Terapi farmakologi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah hingga mencapai tujuan terapi
pengobatan. Berdasarkan JNC VIII pilihan antihipertensi didasarkan pada ada atau tidaknya
usia, ras, serta ada atau tidaknya gagal ginjal kronik. Apabila terapi antihipertensi sudah
dimulai, pasien harus rutin kontrol dan mendapat pengaturan dosis setiap bulan hingga target
tekanan darah tercapai. Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah, LFG dan elektrolit.
saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke
akut didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena
Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerotik atau bekuan
darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah, melalui proses aterosklerosis.
Sedangkan pada stroke perdarahan (hemoragik), pembuluh darah pecah sehingga aliran
darah menjadi tidak normal dan darah yang keluar merembes masuk ke dalam suatu daerah
di otak dan merusaknya. Stroke akut baik yang iskemik maupun hemoragik merupakan
death with no apparent cause other than vascular signs (1998). Strokeadalah terjadinya
gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung
lebih dari 24 jam, akibat gangguan aliran darah otak, menurut penulis, stroke adalah
gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darh ke otak
karena perdarahan ataupun sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang
terkena; yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian (Junaidi, 2011).
Tahun 1998 stroke merupakan penyebab utama kecacatan dan penyebab kematian nomor
dua di dunia dengan lebih dari 5,1 juta angka kematian. Perbandingan angka kematian itu di
negara berkembang dengan negara maju adalah lima banding satu. Juga tercatat lebih dari
15 juta orang menderita stroke nonfatal (Junaidi, 2011). Pada tahun 2020 diperkirakan 7,6
juta orang akan meninggal karena stroke. Peningkatan tertinggi akan terjadi di negara
berkembang, terutama di wilayah Asia Pasifik. Di Indonesia sendiri diperkirakan terjadi
Secara garis besar stroke dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu stroke
perdarahan (hemoragik) dan stroke nonperdarahan atau stroke iskemik atau infark karena
1) Transient Ischemic Attack (TIA) : serangan stroke sementara yang berlangsung kurang dari
24 jam.
2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) : gejala neurologis akan menghilang antara
3) Progressing stroke atau stroke in evolution : kelainan atau deficit neurologic berlangsung
4) Stroke komplit atau completed stroke : kelainan neurologis sudah lengkap menetap dan tidak
berkembang lagi.
Stroke disebabkan oleh dua hal utama, yaitu penyumbatan arteri yangmengalirkan darah
1) Ateroma
Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi disepanjang jalur arteri yang menuju ke otak.
Misalnya suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam arteri karotissehingga
menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap arteri
karotis jalur utama memberikan darah ke sebagian besar otak (Junaidi, 2011).
2) Emboli
Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalirdi dalam darah, kemudian
menyumbat arteri yang lebih kecil. Arteri karotis dan arteri vertebralisbeserta
percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat
3) Infeksi
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan menyempitnya
pembuluh darah yang menuju ke otak. Selain peradangan umum oleh bakteri, peradangan
juga bisa dipicu oleh asam urat (penyebab rematik gout) yang berlebihan dalam darah.
4) Obat-obatan
adrenalin, dn sebagainya dengan jalan mempersempit diameter pembuluh darah ke otak dan
diameternya mengecil.
5) Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah
rendahnya berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah
yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang
abnormal.
b. Stroke Hemoragik
Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan disebabkan oleh arteri yang
mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah yang mendadak tinggi
dan atau oleh stres psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak tinggi juga
disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan tekanan lainnya, seperti mengedan, batuk
keras, mengangkat beban, dan sebagainya. Pembuluh darah yang pecah umumnya karena
arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang disebut aneurisma atau arteri yang lecet
Faktor risiko adalah suatu faktor atau kondisi tertentu yang membuat seseorang rentan
terhadap serangan stroke(Junaidi, 2011). Faktor risiko stroke umumnya dibagi menjadi 2
1) Umur.
2) Ras.
3) Jenis kelamin.
4) Riwayat keluarga.
1) Hipertensi.
2) Diabetes mellitus.
3) Transient ischemic attack (TIA).
5) Pasca stroke.
8) Perokok.
9) Peminum alkohol.
10) Hiperhomocysteinemia.
13) Obesitas.
15) Hperkolesterolemia.
Serangan awal stroke umumnya berupa gangguan kesadaran, tidak sadar, bingung,
sakit kepala, sulit konsentrasi, disorientasi, atau dalam bentuk lain. Gangguan kesadaran
dapat muncul dalam bentuk lain berupa perasaan ingin tidur, sulit mengingat, penglihatan
kabur, dan sebagainya. Pada beberapa jam berikutnya gangguan kesadaran akan berlanjut
yang menurunkan kekuatan otot dan koordinasi, dalam bentuk sulit dalam berkonsentrasi
dalam membaca atau mendengar percakapan orang lain. Kemungkinan lain anda mendapat
kesulitan dalam menyusun kesulitan dalam menyusun kata-kata atau melakukan pekerjaan
sehari-hari seperti berdiri, berjalan, atau mengambil/memegang gelas, pensil, sendok dan
garpu. Apabila gejala tersebut makin berat maka anda akan dirawat di rumah sakit. Sebagian
besar kasus terjadi secara mendadak, sangat cepat, dan menyebabkan kerusakan otak dalam
a. Stroke iskemik
2) Trombosis vena dalam (deep vein thromboosis, DVT) dan emboli paru.
4) Ketidakseimbangan cairan
b. Stroke hemoragik
1) Infark serebri
3) Fistula caroticocavernosum
4) Epistaksis
Pemeriksaan CT-scan harus segera dilakukan pada semua penderita dengan dugaan
stroke akut. CT-scan tanpa kontras dapat membedakan stroke pendarahan (hemoragik) dan
stroke nonpendarahan (iskemik). Pada stroke perdarahan gambaran lesi berupa hiperdens,
sedangkan pada stroke iskemik/infark gambaran lesi hipodens atau normal. Perlu
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan punksi lumbal. Cairan serebrospinal pada perdarahan
subarknoid berwarna merah darah, sedangkan pada stroke iskemik normal/jernih atau
putih(Junaidi, 2011).
Tindakan pertama dalam menangani pasien dengan stroke adalah dengan menilai
terhadap sestem pernapasan dan jantung. Pemeriksaan terhadap jalan napas meliputi
pemeriksaan pada daerah mulut, seperti sisa makan, gigi palsu, atau benda asing lainnya
yang dapat mengalangi jalan napas penderita. Lalu diperiksa keadaan sirkulasi, seperti
tekanan darah dan denyut nadi. Pada saat dirumah sakit pasien akan diperiksa jantungnya
(dengan EKG). Bila diperlukan dapat diberikan oksigen, pemasangan infuse, serta terapi
lainnya seperti pemberian obat penurun panas, dan obat penurun tekanan intracranial
(Junaidi, 2011).
2.3 Kerangka Konsep
1. Aterosklerosis
2. Hilangnya elastisitas jantung
3. P↓ kemampuan relaksasi otot polos
4. P↓ distensi
5. perenggangan pembuluh darah
6. P↓ kemampuan aorta & arteri
7. P↓ curah jantung
8. P↓ tahanan perifer
Hipertensi
Area otak
Jejas/cedera
Stroke
2.4 Hpotesis Penelitian
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yag terkumpul. Setelah peneliti menelaah
secara mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah
Dari kajian di atas tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut ;
Hο ; Tidak terdapat hubungan antara hipertensi dengan resiko terjadinya stroke pada pasien
H1 ; Terdapat hubungan antara hipertensi dengan resiko terjadinya stroke pada pasien