Anda di halaman 1dari 3

BAB VIII

TOKOH DAN AJARAN MU’TAZILAH

A. Pengertian Mu’tazilah

Mu’tazilah berasal dari kata i'tazala yang artinya memisahkan diri. Mu’tazilah berarti kaum yang
memisahkan diri/mengasingkan diri. Mu’tazilah adalah sebuah aliran dalam ilmu Tauhid (theologi
Islam) yang muncul di Basrah pada abad ke-2 Hijriyah /ke-8 Miladiyah. Kehadiran aliran ini bermula
dari tindakan pendirinya Washil bin Atha’ seorang tabi’in yang memisahkan diri dan keluar dari
majelis pengajian gurunya Syeikh Hasan al-Basri di Masjid Raya Basrah.

Pada saat itu, Syeikh Hasan al Basri menerangkan tentang seorang yang sudah beriman kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya tetapi melakukan perbuatan dosa besar, maka orang itu tetap muslim
tetapi durhaka. Di akhirat nanti kalau ia wafat sebelum bertobat, maka ia masuk neraka untuk
hukuman atas perbuatan dosanya, tetapi sesudah menjalani hukuman ia dikeluarkan dari dalam
neraka dan dimasukkan ke surga sebagai seorang mu’min dan muslim.

Washil bin Atha berpendapat tidak sesuai dengan gurunya, kemudian membentak lalu keluar
dari majelis dan kemudian mengadakan pengajian sendiri di masjid Basrah. Ia diikuti temannya Umar
bin Ubeid. Ketika itu yang sedang berkuasa di Basrah adalah Khalifah Hisyam bin Abdul Muluk dari
Bani Umaiyah tahun 100-125 H.

Ajaran Mu’tazilah kemudian pecah menjadi beberapa aliran, aliran-aliran Mu’tazilah tersebut
adalah:

1) Washiliah : tokohnya Washil bin Atha’


2) Huzailiyah : tokohnya Huzel al-‘Allaf
3) Nazamiyah : tokohnya Sayyar Bin Nazham
4) Haithiyah : tokohnya Ahmad bin Hait
5) Sayariyah : tokohnya Basyar bin Mu’atmar
6) Ma’mariyah : tokohnya Ma’mar bin Beid as-Salami
7) Mizdariyah : tokohnya Abu Musa al-Mizdar
8) Tsamariyah : tokohnya Thamnamah bin ar-Ras
9) Hisyamiyah : tokohnya Hisyam bin Umar al-Fathi
10) Jahizhiyal : tokohnya Utsman al-Jahizh
11) Khayathiyah : tokohnya Abu Hasan
12) Jabaiyah : tokohnya Abu Ali al-Jubai
B. Ciri-ciri khusus ajaran Mu’tazilah

Ciri khusus ajaran Mu’tazilah adalah kebebasan berpikir dan pendewaan akal pikiran (rasio) serta
suka berdebat terutama di hadapan umum. Barangsiapa berlainan pendapatnya dengan mereka
kemudian diajak berdebat di hadapan umum. Hampir 200 tahun dunia Islam digoncangkan oleh
perdebatan-perdebatan dari kaum Mu’tazilah dengan tujuan untuk mengalahkan kaum Ahlus-
Sunnah wal-Jama’ah yang sudah banyak diikuti kaum muslimin.

Acara atau materi perdebatan yang ditonjolkan mereka antara lain:

1. Sifat-sifat Tuhan, ada atau tidak ada,


2. Baik dan buruk, siapa yang menetapkan, akal atau syara;
3. Pembuat dosa besar kekal dalam neraka atau tidak;
4. Al-Qur’an itu makhluk atau bukan;
5. Perbuatan manusia dijadikan oleh manusia atau dijadikan Tuhan:
6. Tuhan Allah bisa dilihat di akhirat atau tidak;
7. Alam itu qodim atau jadid;
8. Surga dan neraka kekal atau fana; arwah itu berpindah-pindah atau tidak;
9. Tuhan itu wajib membuat yang baik dan yang lebih baik;
10. Mi’raj Nabi dengan tubuh atau tidak; dll.

Lima prinsip pokok ajaran Mu’tazilah dijadikan dasar-dasar pokok pengajian yang ditekankan
Mu’tazilah berkisar pada 5 bidang tersebut meliputi:

1. Tauhid (keesaan Tuhan);


2. Al-‘Adl (keadilan Tuhan);
3. Al-Wa’du wal-Wa’id (janji baik dan janji buruk);
4. Manzilah Baina Manzilataini (tempat di antara dua tempat);
5. Amar Ma’ruf Nahyi Munkar.

Prinsip pertama: Tauhid Mutazilah tidak mengakui adanya sifat-sifat Tuhan, tetapi Tuhan adalah
dzat yang tunggal tanpa sifat. Karena itu mereka menfatwakan dan memaksa orang supaya meyakini
bahwa al-Qur’an itu makhluk, baharu, bukan kata Allah yang qadim sebagaimana i’tiqod Ahlus-
Sunnah wal-Jama’ah.

Prinsip kedua: Tuhan itu Adil Manusia dihukum Tuhan karena ia mengerjakan perbuatan dosa
dan diberi pahala oleh-Nya karena ia berbuat baik.

Prinsip ketiga: Tuhan telah berjanji, kata Mu’tazilah, bahwa siapa yang durhaka akan dihukum-
Nya dan siapa yang mengerjakan pekerjaan baik akan diberikan upah.

Prinsip keempat: Kalau seorang mu’min berbuat dosa maka ia dihukum dalam neraka di suatu
tempat lain dari tempatnya orang-orang kafir. Nerakanya agak dingin berada diantara surga dan
neraka yang disebut manzilah baina manzilataini.

Prinsip kelima: Amar ma’ruf nahyi munkar adalah wajib bagi setiap orang Islam. Tetapi yang
ma'ruf bagi kaum Mu’tazilah ialah pendapat mereka, bukan yang ma’ruf menurut al-Qur’an maupun
Sunnah Nabi.
C. Ajaran yang bertentangan dengan Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah

Berpangkal dari 5 prinsip ajaran ini, banyak ajaran yang bertentangan dengan faham Ahlus-Sunnah
wal-Jama’ah, antara lain:

1. Baik dan buruk ditentukan oleh akal pikiran manusia;


2. Kedudukan al-Qur’an dan as-Sunnah di bawah akal pikiran manusia (artinya lebih
mendahulukan akal daripada al-Qur’an dan as-Sunnah);
3. Al-Qur’an adalah makhluk sama dengan makhluk-makhluk Allah lainnya;
4. Tuhan tidak mempunyai sifat mendengar, melihat, dll;
5. Tuhan tidak bisa dan tidak boleh dilihat walaupun di surga;
6. Arsy, kursi, mizan, hisab, titian shirathal mustaqim, telaga kautsar, siksa kubur dan syafaat
tidak ada;
7. Mi’raj Nabi Saw. Dengan jasad dan roh adalah suatu hal yang tidak masuk akal. Mi’raj Nabi
itu hanya mimpi belaka;
8. Tuhan wajib berbuat baik kepada manusia yang telah berbuat kebajikan;
9. Ada tempat lain kelak di akhirat, selain surga dan neraka yang diberi nama manzilah baina
manzilataini. Surga dan neraka itu sendiri tidak kekal, dan belum tersedia dari sekarang;
10. Orang beriman yang meninggal dunia dan pernah berbuat dosa besar adalah kafir dan kekal
di neraka;
11. Pekerjaan manusia itu diciptakan oleh manusia sendiri tanpa campur tangan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai