Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

METODOLOGI
PENELITIAN
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Sudanti, MS

Disusn
Oleh:
Moch Rigen Pranata C.111.18.0153

YAYASAN ALUMNI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
JURUSAN S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SEMARANG
2021
Topik/Thema Penelitian
PENGARUH PERUBAHAN CUACA EKSTREM DI SEMARANG KARENA
KURANGNYA PENERAPAN ECO GREEN DALAM PEMBANGUNAN PROYEK
KONSTRUKSI DI KOTA SEMARANG
Judul
IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION TERHADAP PEMBANGUNAN DI KOTA
SEMARANG SEBAGAI ALTERNATIF PENGURANGAN CUACA PANAS EKSTREM
ABSTRAK
Fenomena pemanasan global yang disebabkan oleh efek gas rumah kaca di Bumi diyakini
oleh para peneliti disebabkan salah satunya adalah pembangunan. Sebuah gagasan yang
dianggap berpotensi dapat mengurangi pemanasan global adalah dengan menerapkan konsep
pembangunan berkelanjutan. Konsep ini mengandung tiga pilar utama yang saling terkait dan
saling menunjang yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan pelestarian lingkungan
hidup. Salah satu terjemahan konsep pembangunan berkelanjutan di tingkat praktis dikenal
dengan Green Constructiondimana implementasinya mulai mendapat perhatian dari berbagai
pihak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruhGreen Constructionterhadap
terjadingan cuaca panas ekstrem di kota Semarang.
Kata Kunci: Green Construction, Cuaca Panas Ekstrem, Semarang
LATAR BELAKANG
Semarang merupakan salah satu kota yang padat penduduk di provinsi Jawa Tengah.
Pastinya banyak infrastruktur yang dibangun dengan berbagai kepentingan. Apalagi dengan
kondisi cuaca panas ekstrem ini sangat berdampak oleh keberlangsungan mobilitas penduduk
kota Semarang untuk melakukan kepentingan masing-masing. Secara fenomena terjadinya cuaca
panas ekstrem ini disebabkan oleh pergerakan semu matahari. BMKG menyebut cuaca panas
ekstrem di Semarang masih akan berlangsung hingga Oktober saat posisi matahari berada di atas
garisKhatulistiwa.Cuaca panas di Semarang diperkirakan mencapai puncaknya pada bulan
Oktober dengan suhu ≤ 37 derajat Celcius.
Selain disebabkan oleh kejadian fenomenal pergerakan semu matahari cuaca panas
ekstrem ini juga dapat di sebabkan karena minimnya penerapan Green Construction dalam
pembangunan proyek konstruksi di Semarang. Sehingga terjadinya pemanasan global yang dapat
menyebabkan penipisan pelapisan ozon di Bumi.
Fenomena global warming yang disebabkan oleh efek gas rumah kaca menjadi topik
yang banyak dibahas dalam berbagai forum ilmiah. Salah satu indikator bahwa bumi tengah
mengalami perubahan adalah tingginya konsentrasi karbondioksida (CO2) di udara yang bersifat
menghalangi pelepasan panas dari bumi. Kwanda (2003) mengemukakan, konsumsi energi yang
besar dengan pertumbuhan 2% per tahun sampai tahun 2020 akan menghasilkan emisi global
CO2 dan gas rumah kaca lainnya naik menjadi dua kali lipat dari tahun 1965-1998 yang
berdampak pada perubahan iklim dunia. Hal senada juga diungkapkan oleh Salim (2010) yang
menyatakan, bila cara-cara pembangunan tetap dilakukan seperti biasanya tanpa perubahan,
maka pada tahun 2050 diperkirakan konsentrasi CO2 akan mencapai 500 part per million (ppm)
atau menjadi dua kali lipat konsentrasinya bila dibandingkan sebelum revolusi industri. Secara
global, Indonesia berada di urutan ke lima dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca atau
sekitar 4,63% (World Resources Institute, 2005).
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi ke-13 tentang Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) yang diselenggarakan di Bali pada bulan Desember 2007, Indonesia sepakat untuk
menurunkan konsentrasi CO2 di udara sebesar 26% sampai dengan 41% di akhir tahun 2020 dan
disepakati tentang “peta jalur hijau” dengan pola pembangunan abad ke-21 yang berkadar rendah
karbon. Indonesia seharusnya tidak terfokus hanya untuk menurunkan konsentrasi CO2 saja,
namun tetap melanjutkan aktivitas industri termasuk industri konstruksinya dengan cara-cara
yang memperhatikan lingkungan guna menyediakan ruang untuk hidup layak bagi generasi
mendatang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dan sedang membangun, telah
memiliki cetak biru bagi sektor konstruksi sebagai granddesign dan grandstrategy yang disebut
dengan Konstruksi Indonesia 2030. Salah satu agenda yang diusulkan adalah melakukan promosi
sustainableconstruction untuk penghematan bahan dan pengurangan limbah (bahan sisa) serta
kemudahan pemeliharaan bangunan pasca konstruksi (LPJKN, 2007). Kedua hal tersebut diatas
terkait erat dengan daya dukung lingkungan. Khanna (1999), mengelompokan daya dukung
lingkungan hidup menjadi dua komponen, yaitu: (1) kapasitas penyediaan (supportivecapacity)
dan (2) kapasitas tampung limbah (assimilativecapacity).
Pada lingkup praktis, upaya penerapan greenconstruction sudah dilakukan, antara lain
oleh kontraktor nasional P.T. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. Instrumen yang
digunakan untuk menilai greenconstruction disebut dengan Green ContractorAssessmentSheet
yang mencakup hal-hal sebagai berikut: (a) tepat guna lahan, (b) efisiensi dan konservasi energi,
(c) konservasi air, (d) manajemen lingkungan proyek konstruksi, (e) sumber dan siklus material,
(f) kesehatan dan kenyamanan di dalam lokasi proyek konstruksi. Sedangkan di tingkat nasional,
perangkat penilaian bangunan hijau di Indonesia untuk gedung baru dikembangkan oleh Green
BuildingCouncil Indonesia (GBCI) yang disebut dengan Sistem Rating GREENSHIP Versi 1.0.
Bila dikaji lebih lanjut, proporsi penilaian yang didasarkan item penilaian (66 item) lebih
dominan terjadi pada tahap perencanaan (62,2%) dan tahap pengoperasian (33,3%) bila
dibandingkan dengan tahap pembangunan (4,5%). Oleh karenanya, pada tahap pembangunan
masih dimungkinkan untuk dilakukan pengembangan instrumen penilaian.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan kondisi cuaca panas ekstrem yang terjadi di kota Semarang saat ini dan salah satu
penyebabnya adalah kurangnya penerapan Green Construction di kota Semarang maka perlu di
perluasnya pengetahuan tentang pentingnya pengaruh Green Constructin terhadap dampak cuaca
panas ekstrem di Semarang, harapannya agar dapat menjadikan bangunan yang berkelanjutan
dan tidak merusak ekosistem sehingga dapat menjaga keberlangsungan hidup generasi
selanjutnya.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh Green Construction terhadap
salah satu faktor untuk meminimalisir cuaca panas ekstrem yang melanda kota Semarang.
METODELOGI PENELITIAN
1. Persiapan
a. Studi literature/Jurnal

2. Pengumpulan Data
a. Membaca literasi

3. Analisis SWOT
a. Analisis Hasil Survei Menggunkan Analisis SWOT

4. Hasil Penelitian
a. Implementasi Green Construction
b. Peran Green Construction terhadap keberlangsungan generasi selanjutnya
c. Kendala penerapan Green Construction
ANALISIS SWOT
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
(Strenght) (Weaknesess) (Opportunities) (Threats)
1. Menjamin 1. Dirasa cukup 1. Mengurangi 1. Mengurangi
keberlangsungan terbatas untuk pencemaran jumlah penyedia
generasi mencari material lingkungan jasa konstruksi
selanjutnya untuk yang alami 2. Mengurangi karena pencarian
dapat merasakan 2. Memakan waktu dampak iklim material yang
kemaslahatan yang cukup lama cuaca panas susah dan
hidup (kurang efisien) ekstrem perancangan
2. Meminimalisir 3. Kurangnya 3. Menciptakan O2 desain yang cukup
pencemaran limbah kesadaran lebih maksimal di lama
yang dapat penyedia jasa kawasan kota 2. Habisnya bahan
merusak untuk menerapkan 4. Mengurangi polusi baku alam karena
lingkungan Green udara di tengah pemakaian yang
3. Mendukung Construction kota terlalu banyak
terciptanya hemat 4. Tidak adanya 5. Menciptakan 3. Terjadinya
enegi karena regulasi yang suasana yang asri bencana alam
mengurangnya menetapkan karena
pemakaian bahan ketentuan Green pengambilan
material yang tidak Construction harus bahan baku alam
efisien terhadap di terapkan dalam secara besar-
pemakaian energi suatu bangunan besaran
4. Mengurangnya 4. Mengurangnya
penguapan yang nilai mutu pada
dihasilkan gas bahan material
rumah kaca karena yang telah di buat
terlalu dominan karena tidak
memakai baahan adanya bahan
yang alami campuran kimiawi

PEMBAHASAN
Perusahaan BUMN dibidang konstruksi yang ada di Indonesia adalah PT. PP (Persero)
Tbk. PT. PP (Persero) Tbk salah satu perusahan yang menjadi pelopor pembangunan hijau dan
selalu mendorong agar pengembangan konstruksi hijau dalam upaya pertumbuhan green building
di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya peran besar yaitu dengan menjadi salah satu
Corporate Founder yang ikut mendirikan Green Building Council Indonesia (GBCI).
Green construction merupakan bentuk kepedulian, komitmen, dan tanggung jawab PT PP
(Persero) Tbk menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan dan memperoleh sertifikat ISO
14001 pada tahun 2007. PT. PP (Persero) Tbk mendeklarasikan diri sebagai kontraktor hijau
(green contractor) yang memiliki proses konstruksi ramah lingkungan dari awal sampai akhir
proyek.
Upaya penerapan green construction harus tepat pada sasaran sehingga dapat
meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan. PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk
menerapkan 6 langkah untuk mengurangi atau menghilangkan dampak negatif terhadap
lingkungan, yaitu: (1) lahan harus optimal; (2) mengurangi timbulnya sampah; (3) ketersediaan
sumber energi dan air harus terjaga; (4) pengeloaan pada penggunaan material dan (5)
pengelolaan pada gedung dan kawasan.
Dalam melaksankan kegiatan konstruksi PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk
selaku kontraktor selalu berpedoman pada kontrak kerja yang telah dibuat. Peraturan pemerintah
baik itu Peraturan Menteri maupun Peraturan Daerah juga dijadikan sebagai acuan dalam
melaksanakan pekerjaan.
Dalam menerapkan konsep green construction pada sebuah proyek tidak mudah, ada
banyak kendala dalam merealisasikannya. Salah satu kendalanya adalah tidak adanya aturan
yang kuat yang mengisyaratkan penerapan green construction. Sebagai contoh di daerah DKI
Jakarta sudah memiliki peraturan yang jelas yang tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub)
Nomor 38 pada tahun 2012 isi tentang Bangunan Gedung Hijau. Berbeda dengan daerah
Sumatera Barat yang masih belum memiliki regulasi/ peraturan yang mengharuskan penerapan
green construction pada setiap proyek yang akan dikerjakan.
Peraturan-peraturan tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan green
construction pada sebuah proyek. Dengan adanya peraturan, pemerintah dapat dengan mudah
melakukan pengawasan sehingga dapat menekan timbulnya limbah konstruksi, mengurangi
karbon, menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Pihak kontraktor juga tidak lagi
dituntut hanya sekedar memiliki komitmen tetapi diwajibkan untuk merealisasikan pada proyek
konstruksi yang mereka kerjakan. Adapun kendala yang sering dihadapi oleh pihak kontraktor
dalam pelaksanaannya di lapangan sehingga penerapannya kadang kurang maksimal adalah
keterbatasan lahan, biaya yang mahal, kebiasaan pekerja, keterbatasan teknologi, dan kurangnya
pengawasan dari pemerintah.
Contoh Kasus:
Berdasarkan hasil dari wawancara dari informan yang menanganai proyek pembangunan
Transamart Carrefour Padang dan hasil observasi lapangan, kontraktor masih belum sepenuhnya
menerapkan atau melakukan pengolahan limbah seperti yang tercantum dalam Greenship. Dalam
hal manajemen lingkungan bangunan seperti yang disarankan Greenship yang menitik beratkan
pada pengolahan limbah, pihak kontraktor sudah mempuyai personil yang bertanggung jawab
tentang masalah lingkungan. Kontraktor sangat berkomitmen dalam menjaga dan melestarikan
lingkungan. Area untuk pemilahan dan pengumpulan limbah memang sudah tersedia dengan
baik. Akan tetapi untuk limbah cair seperti genangan air semen masih dialirkan ke drainase
sekitar lokasi proyek. Kontraktor tidak mendaur ulang limbah secara mandiri. Dalam penangan
limbah B3 (bahan beracun dan bebahaya) seperti oli bekas, kontaktor hanya mengumpulkan yang
selanjutnya dijual kepada perorangan. Kendala yang dialami kontraktor dalam melakukan
pengolahan limbah konstruksi adalah lokasi yang tidak memadai, mahalnya biaya pembuatan
instalasi pengolahan air limbah, biaya operasional dan kompleksitas perawatan. Harusnya
kontraktor perlu bekerja sama dengan pilak ketiga seperti perusahaan pendaur ulang limbah atau
pemerintah.
Dalam penerapan green constructin pada tahap pelaksaan proyek pembangunan
Transmart Carrefour Padang, kontraktor menerapkan beberapa aspek yang mendukung
terciptanya green construction. Penerapan green construction pada proyek membawa nilai
tambah bagi pelaksanaan konstruksi, yaitu dengan menculnya efisiensi pada penggunaan energi
listrik, air, material dan juga bahan bakar minyak (BBM). Hal ini juga akan menghemat biaya
produksi pada proses konstruksi dan memberikan profit yang lebih baik itu bagi kontraktor
maupun pada lingkungan.
1. Tepat guna lahan Dalam penerapan aspek tepat guna lahan, pihak kontraktor tetap
mempertahankan pepohonan atau tanaman di sekitar lokasi proyek. Dengan mempertahankan
kelestarian lingkungan, pencemaran udara dari karbondioksida (CO2) dan polutan dapat
dikurangi pencemarannya.
2. Efisiensi dan konservasi energi Untuk menghemat penggunaan energi, kontraktor memberi
himbauan melalui poster yang ditempel dibeberpa tempat disikitar proyek. Ini bertujuan untuk
mengingatkan pekerja maupun karyawan agar tetap menggunakan energi listrik dengan baik.
Penggunaan lampu hemat energi, ac, dan perlatan lainnya yang hemat energi. Memanfaatkan
energi matahari sebagai sumber pencahayaan pada siang hari, sehingga dapat menghemat
penggunaan energi listrik.
3. Konservasi air Menghemat penggunaan air adalah salah satu cara kontraktor dalam
mewujudkan green construction di lokasi proyek. Mulai dari penggunaan meteran air sehingga
mudah untuk dilakukan monitoring. Penggunaan kran air otomatis, pemasangan stiker “gunakan
air secukupnya” dan shower. Cara tersebut dilakukan agar penggunaan air secara efisien.
4. Manajemen lingkungan proyek Manajemen lingkungan proyek menekankan pada pengolahan
sampah dam limbah konstruksi. Menyediakan tempat sampah dan tempat penumpukan limbah
konstruksi maupun nonkonstruksi. Pemilahan sampah dan limah sesuai dengan jenisnya.
5. Sumber dan siklus material Dalam mewujudkan green constructin pada aspek sumber dan
siklus material adalah kontraktor menggunakan material fabrikasi. Untuk penggunaan material
lokal pihak kontraktor menetapkan jarak tidak lebih dari 800 km dan penggunaan kayu
bersertifikat.
6. Kesehatan dan kenyamanan dalam proyek Kesehatanan dan kenyamanan dalam proyek
pembangunan Transmart Carrefour Padang yang dilakukan oleh kontraktor adalah untuk pekerja
yang baru dilakukan pengecekan kesehatan dan diberikan APD. Penggunaan safety net utuk
menyaring debu, menyediakan area merokok dan selalu dijaga kebersihan lapangan sehingga
menciptakan rasa nyaman di lokasi proyek.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa Komitmen Organisasi merupakan kendala
prioritas implementasi green construction di kota Semarang. Dengan kata lain, dukungan pihak
manajemen memiliki peran yang sangat penting. Menurut Du Plessis (2007), motivasi dan
komitmen diri adalah kunci untuk membawa perubahan dalam perilaku. Rendahnya komitmen
organisasi ditunjukkan dalam hal investasi. Banyak perusahaan menyadari manfaat jangka
panjang dalam berinvestasi pada praktik green construction , namun tidak banyak yang berani
mengambil potensi tersebut dengan alasan ketidakpastian dan risiko finansial yang mungkin
diterima. Hal tersebut sangat relevan, mengingat industri konstruksi adalah industri yang cukup
konservatif dan memiliki kecenderungan untuk enggan melakukan perubahan. Perusahaan lebih
memilih melakukan kegiatan rutin yang telah dilakukan berulang-ulang dan pasti, dibanding
menerapkan hal baru yang belum jelas keberlanjutannya di industri konstruksi. Kurangnya
komitmen berinvestasi karena perusahaan hanya fokus pada manfaat jangka pendek. Kendala
tingginya biaya produk dan layanan, dan periode pengembalian yang lama untuk pengembalian
investasi masih menjadi alasan utama. Perusahaan yang memiliki komitmen terhadap praktik
berkelanjutan di Indonesia masih didominasi oleh perusahaan BUMN. Hal tersebut tercermin
dari visi dan misi perusahaan untuk selalu komitmen dalam menjaga kualitas pekerjaan sekaligus
menjaga kualitas lingkungan pada setiap aktivitas pelaksanaan proyek maupun pada aktivitas
rutin perusahaan. Lebih jauh, komitmen perusahaan dalam green construction ditunjukkan
dengan kebijakan-kebijakan dalam rekrutmen tenaga professional serta peningkatan kapasitas
sumber daya manusia, misalnya mengirim karyawan untuk mengikuti seminar dan pelatihan
terkait green construction , serta senantiasa meningkatkan daya saing melalui berbagai sertifikasi
(ISO 14001, ISO 9001, OHSAS 18001). Hal tersebut penting, mengingat perkembangan industri
saat ini yang menuntut profesionalisme pelaksana konstruksi. Guna mencapai hal tersebut
diperlukan komitmen dan dukungan manajemen yang kuat. Para pimpinan organisasi harus
menunjukkan kepemimpinan dalam mengambil langkah perubahan untuk mendukung gerakan
keberlanjutan di industri konstruksi. Hal tersebut harus didukung oleh kesadaran seluruh pihak
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
CNN Indonesia, 2021, BMKG ungkap Sebab Semarang Panas Ekstrem Belakangan, Jakarta.
Wulfram I. Ervianto, Biemo W. Soemardi, Muhamad Abduh dan Suryamanto,IDENTIFIKASI
INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN
GEDUNG DI INDONESIA, ACADEMIA.
Mohammad Rizal Podungge, Mia Wimala, Anton Soekiman, 2019, Pendekatan Holistik Dalam
Mengidentifikasi Kendala Implementasi Green Construction di Indonesia, Bandung.
Mei Brilian Harefa, 2020, Implementasi Manajemen Pengolahan Limbah Konstruksi Dalam
Mewujudkan Green Construction (Studi Kasus: Pembangunan Transmart Carrefour
Padang), Padang.

Anda mungkin juga menyukai