Anda di halaman 1dari 9

HARI SUCI AGAMA HINDU

A. Pengertian Hari Suci


Hari suci adalah hari yang istimewa , karena pada hari-hari suci tersebut para dewa beyoga
untuk menyucikan alam semesta berupa isinya . Beryadnya pada saat ini nilainya sangat baik
dibandingkan hari biasanya dan hari suci sering disebut dengan hari raya karena pada saat ini diperingati
dan dirayakan dengan khusus dan istmewa . Umat hindu sering menyebut dengan “ Rahinan “
B. Rangkaian pelak sanaan hari suci keagamaan hindu
Secara garis besar ,pedoman atau patokan yang dipakai untuk memeringati hari raya keagamaan bagi
umat hindu dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1. Berdasarkan atas Perhitungan Sasih ( Pranata Masa ) , seperti hari raya Nyepi dan hari raya Siwa
Latri .
2. Berdasarkan Pawukon (wuku) , yaitu hari raya Galungan , Kuningan , Saraswati dan Pagerwesi .
Hari raya yang berdasarkan pawukon dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Budha kliwon
2. Tumpek
3. Budha wage / Budha kliwon
4. Anggara kasih
Nama – nama dalam satu saka :
1. Srawana / Kasa = Juli
2. Badrawada / Karo = Agustus
3. Asuji / Katiga = September
4. Kartika / Kapat = Oktober
5. Margasira / Kalima = November
6. Posya / Kanem = Desember
7. Magha / Kapitu = Januari
8. Phalguna / Kawulu = Februari
9. Caitra / Kasanga = Maret
10. Waisaka / Kadasa = April
11. Jyesta / Jyesta = Mei
12. Ashada / Sada = Juni

Hari raya umat hindu di bedakan manjadi dua, yaitu berdasarkan sasih dan pawukon.
Pambagiannya yaitu, sebagian berikut:

C. Rangkaian pelaksanaan hari raya berdasarkan perhitungan sasih


1. Hari Purnama ( bulan penuh )
Adalah hari suci yang datangnya setiap satu bulan sekali , untuk memohon kejernihan pikiran serta
menghormati Sang Hyang Ratih .
2. Hari Tilem ( bulan mati )
Adalah hari suci yang datangnya setiap satu bulan sekali , untuk memohon keselamatan serta
menghormati Sang Hyang Surya yang sedang melakukan yoga .
3. Purnama Kapat ( Purnama kartika )
Diyakini sebagai sasih/bulan yang penuh berkah yang ditandai dengan turunnya hujan . pada hari suci
untuk upacara Yadnya atau melakukan Punia . Pada saat ini beryogalah Sang Hyang Parameswara atau
Sang Hyang Purusangkara.
4. Hari Raya Siwa Ratri
Siwa ratri ,berasal dari kata Siwa dan Ratri . Siwa adalah Sang Hyang Siwa , sedangkan Ratri berarti
malam . Jadi Siwa ratri adalah malam Siwa karena pada saat ini Dewa Siwa beryoga . Siwa ratri
dilaksanakan setiap Purwaning Tilem Sasih Kapitu ( sehari sebelum tilem sasih kapitu / Palguna ).
Diceritakan ada seorang pemburu yang bernama lubdaka yang tinggal disebuah desa terpencil . setiap
hari pekerjaannya berburu binatang. Setiap hari pula ia melakukan Himsa Karma ( Menyakiti dan
membunuh binatang ). Pada suatu hari ia melakukuan perburuan ke tengah hutan,namun ia tak
mendapatkan seekor binatang. Lubdaka tidak putus asa dan terus menyelundup ke tengah hutan hingga
sore hari. Karena hari semakin gelap ia memutuskan untuk menginap di hutan tersebut. Agar tidak
dimakan atau diganggu binatang buas ia naik keatas pohon BILA yang kebetulan tumbuh dipinggir kolam
yang dahannya menjulur di atas kolam tersebut. Untuk mengghilangkan rasa kantuk ia memetik satu
persatu daun pohon itu dan dijatuhkan ke dalam kolam( 108 daun ). Tanpa disadari munjulah sebuah
lingga di tengah kolam tersebut sebagai tempat berstananya Dewa Siwa melaksanakan tapa,brata, yoga,
semedhi.
Perbuatan Lubdaka telah diketahui oleh Dewa Siwa. Karena ia telah mengikuti tapa, yoga,
semadhinya Dewa Siwa., maka Dewa Siwa menghadihainya pengampunan dosa,kelak jika ia meninggal
rohnya akan diterima di alam Siwa ( Siwa Loka ).
Keesokan harinya ia pulang kerumah tanpa membawa hewan buronan satu pun dan apa yan
dialaminya di hutan ia ceritakan kepada istri dan sanak keluarganya. Hari berganti hari, tahun berganti
tahun terlewati akhirnya ia jatuh sakit dan meninggal dunia. Rohnya Lubdaka kemudian disambut oleh
Cikra Bala Dewa Yamadipati, untuk disiksa di neraka sesuai dengan perbuuatanya setiap hari membunuh
hewan dan penuh dosa. Tak lama kemudian datanglah prajurit Dewa Siwa untuk menjemput rohnya
Lubdaka untuk diantar menghadap dewa Siwa di Siwa Loka. Maka terjadilah perdebatan antara Cikra
Bala Dewa Yamadipati dengan prajurit Dewa Siwa. Akhirnya setelah dijelaskan oleh Dewa Siwa karma
baiknya Lubdaka pada waktu Siwa Ratri melaksanakan tapa, brata, yoga, semadhi maka Cikra Bala Dewa
Yamadipati mengalah, kemudian rohnya diantar ke Siwa Loka ( sorga ) oleh prajurit dewa Siwa.
Demikianlah riwayat Lubdaka walaupun sering berbuat dosa, namun kalau tekun melakukan tapa, yoga,
brata dan semadhi terutama pada saat Siwa Ratri maka dosa-dosanya dapat dilebur oleh Dewa Siwa.
5. Hari Raya Nyepi
Adalah hari raya untuk menyambut tahun baru Saka.
Rangkaian upacara untuk Hari Raya Nyepi :
a. Panglong 13 Sasih Kasanga
Umat Hindu melaksanakan upaangcara Melasti / Mekiis ke sumber mata air (laut), yang
bertujuan untuk “ ngayudang malaning gumi, angamet tirtha amertha “ . artinya menghayutkan segala
kotoran buana agung dan buana alit kemudia memohon tirtha amertha ( tirtha kehidupan )
b. Tilem Sasih Kasanga
Melaksanakan Budha yadnya mulai dari tingkat keluarga sampai tingkat propinsi. Setelah
melaksanakan upacara tersebut sore harinya ( sandhikala ) diadakan upacara ngerupuk dan mengarak
ogoh-ogoh sebagai simbois wujud Bhuta Yadnya. Mengarak ogoh-ogoh bertujuan untuk nyomnya Bhuta
Kala agar sifat-sifatny yang negatif berubah menjadi dewa agar membantu menylamatkanumat manusia.
c. Tanggal Apisan ( tanggal satu ) sasih kadasa
Adalah tahun baru Saka ( hari suci nyepi ). Umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian
yaitu :
1. Amati Geni artinya tiidak menyalakan api
2. Amati Karya artinya tidak bekerja
3. Amati Lelungan artinya tidak berpergian
4. Amati Lelanguan artinya tidak mengumbar nafsu ( tidak mendengarkan radio,
tape,TV,dan kegiatan yang menyenangkan lainnya )
d. Ngembak Geni
Sehari setelah hari suci Nyepi,umat Hindu saling kunjung-mengunjungi sanak keluarga
e. Dharma Santi
Setelah hari ngembak geni. Mengenai pelaksanaan Dharma Santi ini disesuaikan dengan
kemempuan dan desa,kala,patra( tempat,waktu dan keadaan )

D. Rangkaian pelaksanaan hari raya berdasarkan perhitungan Wuku


1. Hari Raya Pagerwesi
Pagerwesi adalah hari raya untuk memuja Sang Hyang Widhi dengan Prabhawanya sebagai Sang
Hyang Pramesti Guru yang sedang beryoga disertai oleh para dewa dan pitara demi kesejahteraan dunia
dengan segala isinya dan demi kesentosaan kehidupan semua makhluk.
Rangkaian pelaksanaan Hari Raya Pagerwesi :
a. Soma Ribek
Hari pemujaan Sang Hyang Sri Amrtha pada tempt beras dan tempat menyimpan padi.
Dilaksanakan pada Soma Pon Wuku Sinta. Pada saat ini juga memuja Sang Hyang Tri Pramana ( tiga
unsur yang memberi kekuatan ) yaitu : Dewi Sri,Dewa Sedana dan Dewi Saraswat. Bratha hari ini tidak
boleh menjual beras , tidak boleh menumbuk padi.
b. Sabuh Mas
Dilaksnakan pada setiap Anggara Wage Wuku Sinta. Pada saat ini hari pesucian Sang Hyang
Mahadewa dengan melimpahkan anugrahnya pada “Raja Brana”( harta benda ) seperti : emas,perak dan
sebagainya
c. Pagerwesi
Dilaksanakan setiap Buda Kliwon Sinta. Menghaturkan bakti kehadapan Sang Hyang Pramesti
Guru di sanggah kemimitan /kemulan yang disertai dengan korban untuk Sang Panca Maha Bhuta agar
Memberi keselamatan manusia

2. Hari Raya Tumpek Landep ( Untuk Senjata )


Dilaksanakan setiap Saniscara Kliwon Wuku Landep,hari pemujaan Sang Hyang Pasupati ( Sang
Hyang Siwa ),yaitu Dewa penguasa senjata. Dilakukan upacara pemujaan di “prapen”( tempat membuat
senjata,sarana tranportasi). Tujuan
upacara ini adalah agar semua alat-alat tersebut bertuah dan berfungsi sebagaimana mestinya.

3. Hari Raya Galungan dan Kuningan


Hari raya Galungan adalah hari raya untuk memperingati kemenangan dharma melawan adharma.
Rangkaian pelaksanaan Hari Raya Galungan :
a. Tumpek Wariga (tubuh-tumbuhan)
Dilaksnakan pada Saniscara Kliwon Wuku Wariga. Disebut pula hari Tumpek Uduh, Tumpek
Pengarah, Tumpek Pengatag, Tumpek Bubuh. Upacara selamatan kepada Sang Hyang Sangkara, sebagai
dewa penguasa tumbuh-tumbuhan agar menghasilkan hasil yang melimpah untuk bekal persiapan hari
raya Galungan. Mengaturkan sesajen banten yang berisi bubur sumsum sebagai lambang kesuburan.
b. Sugihan Jawa
Dilaksanakan setiap Wraspati Wage Wuku Sungsang. Sugihan Jawa adalah hari pembersihan
bhuana agung( alam Semesta )upacar selamatan kepada Sang Hyang Dharma untuk memohon kesucian
alam semesta dan kesucian Bhuana Alit ( umat manusia ) Agar terhindar dari kesengsaraan.
c. Sugihan Bali
Dilaksanankan setiap Sukra Kliwon Wuku Sungsang. Pada saat ini melakukan upacara mohon
tirtha pembersihan pada Sang Maha Muni ( orang suci ) untuk membersihkan segala papa pataka yang
ada pada diri kita sendiri.
d. Hari Penyekeban
Dilaksanakan pada Redite Paing Wuku Galungan. Pada hari ini nyekeb ( memeram, pisang
atau tape untuk persiapan hari raya Galungan ), sebagai simbol pengekangan diri agar tidak tergoda Sang
Bhuta Galungan. Untuk mengganggu ketentraman bhatin manusia Sang Bhuta Galungan turun kedunia
e. Hari Penyajaan
Dilaksanakan setiap Soma Pon Wuku Dungulan. Pada hari ini umat hindu membuat jaja
uli,begina dan lainnya. Kata jaja berarti saja yang mengandung maksud sungguh-sungguh akan
melaksanakan hari raya Galungan. Hari ini turun lagi Sang Bhuta Dungulan oleh karena itu Sang Bhuta
Kala bertambah lagi seorang, maka dari itu kita harus lebih waspada lagi.
f. Hari Penampahan Galungan
Dilaksanakan setiap Anggara Wage Wuku Dungulan. Pada hari ini melakukan penyemblihan
ternak atau binatang lainya untuk keperluan Yadnya dan keperluan pesta menyambut hari raya Galungan.
Sang Bhuta Amangkurat turun dengan tujuan menggoda umat manusia agar batal melaksanakan hari raya
Galungan, sehinga godaan semakin meningkat karena Sang Bhuta Kala yang turun sudah tiga orang. Oleh
karena itu kita harus betul-betul menjungjung tinggi dharma niscaya kita akan menang melawan adharma.
Penampahan berasal dari kata “ tampa “ yng berarti junjung, maksudnya adalah kalau dharma sudah
dijunjung maka adharma akan kalah, hal ini disimbulkan dengan pembantaian babi dan ternak lainnya.
Sore harinya dipasang sebuah penjor Galungan sebagai simbolis gunung Agung atau simbol dari naga.
Setelah itu dilakukan natab banten pabyakaonan untuk menyucikan diri dan diharapkan bhuta matemahan
Dewa
( Bhuta menjadi Dewa ).
g. Hari Raya Galungan
Dilaksanakan setiap Budha Kliwon Wuku Dungulan. Karena bhutakala sudah ditunfukan pada
hari penampahan maka kita merayakan hari raya Galungan dengan riang gembira. Persembahan-
persembahan yang serba utama kepada semua manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa. Karena dilaksanakan
dengan suasana paling ramai dan paling meriah sehingga hari raya Galungan disebut dengan hari
“Pawedalan Jagat” atau hari “Otonan Gumi”.
Hari Raya Galungan lebih semarak lagi kalau jatuh bertepatan dengan hari purnama yang disebut dengan
hari raya galungan Nadi dengan ciri-cirinya adalah bambu batang penjornya bagian bawah dikerik bersih
dan di ujung bambu penjorbagian atas diisi dengan gerincing ( gongseng ) agar dapat berbunyi ngrincing
kalau ditempuh angin,sehingga menimbuulkan suara yang ramai dan meriah.
Tetapi sebaliknya Hari Raya Galungan bertepatan dengan :
1. Sasih Kapitu dan hari Tilem disebut masa Kalarau, pada hari raya galungan ini tidak dibenarkan
menghaturkan banten yang berisi tumpeng.
2. Sasih Kasanga dan kebetulan pula penampahan Galungan bertepatan dengan hari tilem, maka pada
hari raya Galungan tidak boleh makan daging / ikan berdarah dan jika melanggar akan mengakibatkan
merajalelanya penyakit hingga bertahun-tahun, karena dipastu oleh Sang Maha Kala Raja, sebab
Galungan Nara Mangsa namanya. Demikianlah pewarah-warah Sang Hyang Widhi Wasa yang bergelar
Bhatari Putri di Pura Dalem.
h. Hari umanis Galungan
Dilaksanakan setiap Wraspati Umanis wuku Dungulan. Pada hari ini melaksanakan penyucian
diri lahir dan bathin, lalu mengaturkan sesajen kehadapan Sang Hyang Widhi dan segala manifestasinya,
mohon keselamatan bhuana agung dan buana alit. Setelah itu dilanjutkan dengan mengunjungi sanak
keluarga.
i. Hari Pemiridan Guru
Dilaksanakan setiap Saniscara Pon wuku Dungulan. Pada hari ini melakukan
persembahyangan kehadapan para Dewa, mengaturkan parama suksama karena berkat anugrah beliau kita
dapat merayakan hari raya Galungan dengan selamat dan meriah. Pada hari ini para Dewa kembali ke
kahyangan setelah meninggalkan anugrah berupa kedirgayusaan ( panjang umur ).
j. Hari Ulihan
Dilaksanakan setiap Redite Wage Wuku Kuningan. Pada hari ini melakukan persembahyangan
kehadapan Sang Hyang Widhi dan segala manisfestasinya dan mengucapkan syukur atas karunia yang
telah dilimpahkan. Pada hari ini pula para dewa ke singgasananya masing-masing.

k. Hari Pamecekan Agung


Dilaksanakan setiap Soma Kliwon Wuku Kuningan. Pada hari ini mengaturkan sesajen
kehadapan para Bhuta Kala yaitu Sang Kala Tiga Galungan beserta para pengikutnya agar kembali
ketempatnya masing-masing dan memberi keselamatan kepada umat manusia.
l. Hari Penampahan Kuningan
Dilaksanakan setiap Sukra Wage wuku Kuningan. Pada hari ini melakukan penyembelihan
hewan ternak untuk persiapan menyambut Hari Raya Kuningan. Dan membuat sesajen untuk persiapan
persembahyangan hari raya Kuningan keesokan harinya.
m. Hari Raya Kuningan
Dilaksanakan setiap Saniscara Kliwon wuku Kuningan. Pada hari ini melakuka
persembahyangan kepada para dewa, para leluhur dengan mengaturkan sesajen yang berisi nasi yang
berwarna kuning sebagai simbolis kemakmuran. Karena telah dilimpahkan kemakmuran dan kalau sudah
makmur biasanya kita lupa dengan bahaya musuh yang tidak kelihatan akan mengancam dan lupa
mengaturkan sesajen kehadapan Sang Hyang Widhi. Untuk mencegah bahaya itu maka memasang
tamiang,kolem dan endongan sebagai simbolis menolak mala petaka waktu kita tidur atau terlena dan
sebagai pesembahan kepada para dewa yang akan pergi ke kahyangan. Waktu menghaturkan sesajen nasi
kuning sebelum tengah hari.
n. Hari Umanis Kuningan
Dilaksanakan setiap Redite Umanis wuku Langkir. Pada hari ini melakukan kunjungan keluarga
untuk saling maaf-memaafkan sambil berekreasi ke tempat-tempat hiburan bersama keluarga.
o. Hari Budha Kliwon Pegat warah / Pegat wakan
Dilaksanakan setiap Budha Kliwon wuku Pahang. Pegat warah berarti diam(mona) Jadi pada hari
ini adalah hariyang baik sekali untuk melaksanakan Mona Bratha ( Bratha Dhyana / Dhyana Pralina ) dan
mempesembahkan sesajen kehadapan Sang Hyang Widhi dan segala manisfestasinya. Sore harinya penjor
Galungan dicabut sebagai peranda bahwa rangkaian hari raya Galungan telah berakhir. Semua hiasan
penjor dicabut dan dibakar.

4. Hari Raya Tumpek Kandang ( hewan )


Dilaksanakan setiap Saniscara Kliwon wuku Uye. Pada hari ini menghaturkan sesajen kehadapan
Dewa penguasa ternak yaitu Sang Hyang Rare Angon, dengan tujuan agar ternak selamat dan bertambah
banyak hasilnya. Makna dari upacara ini adalah melestarikan binatang-binatang agar tidak punah.

5. Hari raya Tumpek Wayang


Dilaksanakan setiap Saniscara Kliwon wuku Wayang. Hari ini adalah puja walinya Sang Hyang
Iswara ( dewa penguasa kesenian ). Tempat mengaturkan sesajen adalah pada wayang, gong, gambang
dan alat-alat seninya. Makna dari hari raya ini adalah sebagai pelestarian dibidang seni, agar kesenian
tidak punah, dan supaya kesenian itu berkembang san metaksu ( berkharisma )

6. Hari Budha Cemeng Kelau


Dilaksanakan setiap Budha Wage wuku Kelau. Hari ini adalah hari puja wali Sang Hyang
Sedana,dewa penguasa uang. Pada hari ini mengaturkan sesajen dan persembahan kehadapan Sang Hyang
Sedana di peliggih Rambut Sedana atau ditempat menaruh uang, untu memohon keselamatan dari pada
uang dan agar uang tersebut berguna dalam kehidupan untuk kesejahtraan.

7. Hari Sukra Umanis Kelau


Dilaksanakan setiap Sukra Umanis wuku Kelau. Hari ini adalah puja wali Sang Hyang Sri, sebagai
penguasa padi. Pada hari ini mengaturkan sesajen dan persembahan kehadapan Sang Hyang Sri di
lumbung ( tempat menyimpan padi ), di Pulu ( tempat khusus menaruh beras ), agar padi dan beras kita
selamat dan beliau melimpahkan kemakmuran.

8. Hari Raya Saraswati


Dilaksanakan setiap Saniscara Umanis wuku Watugunung. Hari raya untuk memuliakan atau
memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam manisfestasinya sebagai
“ Dewaning pangeweruh ” yaitu Dewa penguasa ilmu pengetahuan suci ( Weda ). Dari ilmu pengetahuan
yang diturunkan oleh Dewi Saraswati inilah timbul berbagai ciptaan-ciptaan baru. Dewi Saraswati adalah
sakti atau kekuatan dari dewa Brahma. Dewi saraswati dilukiskan sebagai wanita cantik, bertangan
empat, masing-masing tangannya memegang : genitri, keropak, wina dan teratai. Di samping Dewi
Saraswati tersebut terdapat burung merak dan angsa.

Semua gambar tersebut mengandung arti dan makna sebagai berikut :


a. Wanita cantik / dewi yang cantik adalah simbol sifat ilmu pengetahuan itu sangat mulia, lemah
lembut dan menarik hati.
b. Genitri adalah simbol bahwa ilmu pengetahuan itu tidak akan ada akhirnya dan selama hidup ini
tidak akan habis-habisnya untuk dipelajari.
c. Keropak adalah simbol dari gudang ilmu pengetahuan.
d. Wina adalah simbol dari ilmu pengetahuan yang sangat mempengaruhi estetika atau rasa yang seni.
e. Teratai adalah simbol pengetahuan yang sangat suci.
f. Merak adalah simbol pengetahuen itu memberikan suatu kewibawaan kepada orang yang telah
menguasainya.
g. Angsa adalah simbol pengetahuan yang sangat bijaksana untuk membedakan yang baik dan yang
buruk.
Setelah hari raya Saraswati dilasanakan hari Banyu Pinaruh dilaksankan setiap Redite Paing wuku Sinta
sebagai simbol mendapatkan anugrah ilmu pengetahuan suci (weda)
Dengan melakukan penyucian diri dengan mandi di laut atau sumber mata air lainnya setelah itu
melakukan persembahyangan kemudian mohon tirtha Saraswati yang dilanjutkan dengan ngelunsur atau
mohon jajan Saraswati sebagai simbolis mendapatkan anugrah ilmu pengetahuan dari Dewi Saraswati.


E. PENUTUP
Hari besar keagamaan diperingati berdasarkan pergerakan bumi/bulan/matahari maupun adanya
peristiwa yang dipercaya memiliki nilai spiritual/kesakralan tertentu untuk meningkatkan kualitas prilaku
sehari-hari.Umat Hindu di Bali menyebutkan hari raya keagamaan itu dengan rerahinan.Istilah ini
kemungkinan besar berasal dari kata rarahina.Kata ra dalam kata rarahina itu artinya sangat
terhormat.Seperti kata ra dalam kata "raja" yang artinya kelahiran yang terhormat.Sedangkan kata rahina
artinya hari.Dari ra-rahina terus menjadi rerahinan dalam bahasa lisan.Dalam istilah Indonesia disebut
hari raya artinya hari besar.Kata "raya" artinya besar.
Hari besar keagamanan khususnya Umat Hindu memiliki beberapa hari raya keagamaan di Bali
disebut rerahinan seperti tanggal 29Agustus 2012 ini merayakan hari raya Galungan dan sepuluh hari
selanjutnya dirayakan hari raya Kuningan. Dimana pada hari raya Galungan itu Ida Sanghyang Widhi
menurunkan anugrah berupa kekuatan iman, dan kesucian batin untuk memenangkan dharma melawan
adharma. Menghilangkan keletehan dari hati kita masing-masing.Peringatan hari besar keagamaan
bermaksud mengingatkan manusia agar selalu pada peristiwa yang diperingatinya. Misalnya hari raya
galungan. Dimana pada hari ini, khusus umat hindu di bali memperingati hari raya galungan dengan
meriah, rangkaian peringatan hari raya galungan dimulai dariHari Sabtu Kliwon Wariga yang disebut
dengan Tumpek Pengarah atau Pengatag, kemudian Sugihan Jawa atau sugihan Jaba,Sugihan Bali,
Panyekeban, Penyajaan, Penampahan, Galungan, Manis Galungan, Pemaridan Guru, Pemacekan Agung,
Sepuluh hari setelah Galungan disebut Kuningan, Rangkaian perayaan Galungan dan Kuningan berkahir
pada Hari rabu Kliwon wuku Pahang yang sering disebut hari raya Pegat Uwakan.
Setiap agama yang ada di dunia ini mempunyai hari raya-nya atau hari suci tersendiri termasuk
berbagai macam agama yang berkembang di indonesia agama hindu memiliki banyak hari raya atau hari
suci. Hari raya atau hari besar agama itu patut dirayakan secara berkelanjutan dengan maksud untuk
selalu mengobarkan semangat kesucian serta arti penting yang terkandung pada hakikat perayaan hari
besar agama yang bersangkutan. Selanjutnya diharapkan agar umatnya dapat menghayati, merenungkan,
dan melaksanakan ajaran agamanya dengan penuh kesadaran terkait dengan hakikat semangat hidup dan
kesucian yang terkandung pada hari besar atau hari suci itu. Sebagai umat beragama kita memiliki salah
satu tujuan hidup yaitu dapat mendekatkan diri dengan tuhan beserta manifestasinya. kita semua yakin
bahwa jika dekat dengan tuhan hidup kita lebih mudah, menyenangkan, tenang dan bahagia karena
merasa selalu mendapatkan lindungan dari Tuhan Yang Maha Esa. Cara kita untuk selalu dekat dengan
tuhan adalah dengan cara selalu ingat sembahyang setiap hari dan pada hari-hari besar keagamaan.
Menampilkan diri yang baik sebagai umat beragama yang beriman dan bertaqua terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan pelaksanaan perayaan hari besar/suci agama dapat
dilakukan dengan sikap, cerdas, arif, bijaksana, sederhana, dan kreatif.
Umat manusia tidak dapat menghitung secara pasti berapa banyak anugrah dan hikmat yang dilimpahkan
oleh Tuhan Yang Maha Esa terhadap diri kita. Oleh karena itu kita wajib mensyukurinya. Untuk
mensyukuri anugrah yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari dapat
kita lakuakan dengan cara:
a. Menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, dan keadilan.
b. Melaksanakan perintah Tuhan Yang Maha Esa dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
c. Menjauhi larangannya seperti, berjudi, minum-minuman keras, meipu dan bermusuhan.
d. Beribadah menurut kepercayaan dan agama masing-masing.
e. Membiasakan diri untuk selalu bersikap, berucap, dan berbuat yang baik sesuai kaidah-kaidah
agama.
f. Bhakti dan taat kepada orang tua, guru, dan orang yang lebih tua.
g. Menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
h. Menjaga kebersihan lingkungan dengan kerja bhakti di lingkungan sekitar kita.
i. Menciptakan lingkungan yang indah dan menarik.

Anda mungkin juga menyukai