Menurut Thomas Aquinas (1225-1274), bahwa hukum alam merupakan standar regulatif
untuk hukum positif. Setiap hukum positif baru akan mempunyai kodratnya sebagai hukum jika
diturunkan dari hukum alam. Jika hukum positif dalam hal-hal tertentu, tidak mencerminkan
hukum alam, maka hukum itu sebenarnya bukan hukum, tetapi hanya merupakan sesuatu yang
mirip hukum.1
Dikemukakan oleh Sumaryono, bahwa fungsi dari keberadaan hukum alam/hukum kodrat
terhadap hukum positif, yaitu: 1). Fungsi regulatif: hukum alam menjadi dasar pengaturan hukum
posistif; 2) Fungsi komplementer: hukum alam, melengkapi aspek batin atau kejiwaan pada hukum
positif; 3) fungsi korektif: hukum alam mengevaluasi keterbatasan hukum positif; 4) fungsi
pemberian sanksi. Dengan kata lain, sebenarnya semua hukum buatan manusia atau hukum positif
memerlukan hukum alam, terutama untuk memperoleh validasi yang lebih fundamental dan final.2
1
Ibid., hlm. 229.
2
Ibid.