Anda di halaman 1dari 7

Disusun oleh

kelompok 3:
Azzahra Vega
Alim Putri
Brenda
Teresa
Sipayung
Desika
Oktaviani
Devia Puji
Astuti
Dina Sabrina
PERMASALAHAN Nasywa

Geografi

DALAM PENERAPAN
TATA RUANG
Guru pembimbing: Defi Yeni S.Pd
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan  kepada Allah SWT yang berkat rahmat, hidayah, dan
karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERMASALAHAN
DALAM PENERAPAN TATA RUANG DI INDONESIA”. Yang mana makalah  ini ditulis untuk
memenuhi tugas Geografi kelas XII MIPA 1, SMA Negeri 1 Sungai Penuh

 Tak lupa juga shalawat serta salam kami curahkan kepada Rasulullah SAW. Yang telah
membawa kita dari zaman yang dipenuhi kebodohan menuju ke zaman yang terang benderang
penuh akan pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat sekarang ini.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan  didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya Makalah ini nantinya dapat menjadi
Makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini kami mohon maaf yang sebesar- besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Ibu Defi
Yeni sebagai Guru Geografi yang telah membimbing kami selama ini. Jikalau tanpa bimbingan
dari beliau kami mungkin tidak akan bisa menulis makalah ini.

           Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu
yang berguna bagi orang orang yang sedang belajar, berusaha dalam sesuatu hal, dan juga
mungkin sedang membuat makalah yang serupa. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum  warahmatullahi wabarakatuh

Sungai Penuh, 5 September 2022

   

                         Kelompok 3
PENDAHULUAN
Muta’ali (2013) menjelaskan bahwa dengan penataan ruang sebagai pendekatan dalam
pembangunan diharapkan dapat terwujud ruang kehidupan yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan. Namun, dalam penerapan tata ruang di Indonesia tidak terlepas dari berbagai
permasalahan sehingga harapan tersebut belum sepenuhnya terwujud.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan cakupan wilayah yang luas. Oleh sebab
itu, diperlukan penerapan tata ruang wilayah yang tepat di Indonesia agar terhindar dari
permasalahan yang dapat menghambat pembangunan. Permasalahan dan tantangan dalam
penerapan tata ruang wilayah masih cukup banyak yang ditunjukkan dengan meningkatnya
permasalahan banjir dan longsor, kemacetan lalu lintas di kawasan perkotaan, masalah
pemukimam kumuh yang belum terselesaikan, ruang publik dan ruang hijau yang semakin
berkurang, jalan raya dan trotoar yang tidak ramah untuk pejalan kaki, serta
ketidakseimbangan perkembangan antarwilayah.

ISI
Perencanaan tata ruang dan wilayah yang buruk disebabkan oleh permasalahan yang
muncul saat penerapan tata ruang di Indonesia, beberapanya yaitu:
1. Belum semua daerah di Indonesia mempunyai rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang
sesuai dengan RTRW Nasional.
2. Perencanaan tata ruang selalu disatukan dengan rencana pengembangan dan lebih
banyak didominasi oleh keputusan politik.
3. Meningkatnya kebutuhan tanah untuk kegiatan pembangunan.
4. Terjadi alih fungsi lahan.
5. Konflik kepentingan antar-sektor (kehutanan, pertambangan, lingkungan, prasarana
wilayah, dll)
6. Konflik antar-wilayah: Pusat-Daerah dan Antardaerah.
7. Penggunaan ruang tidak sesuai peruntukan.
8. Menurunnya luas kawasan yang berfungsi lindung, kawasan resapan air dan
meningkatnya daerah aliran sungai (DAS) kritis.
Penyebab dari munculnya permasalahan ini antara lain sebagai berikut:

1. Masalah Kebijakan dan Integritas Para Kepala Daerah


kebijakan dan integritas para Pemimpin di tingkat daerah sangat kurang untuk
melindungi wilayahnya secara berkelanjutan. Bahkan, Setiap orang yang melakukan
penyimpangan perencanaan tata ruang tidak pernah atau jarang mendapatkan sanksi.
Akibatnya, penyimpangan penggunaan tata ruang dianggap biasa dan tidak punya arti
apa-apa. Kondisi ini berakibat pada kekacauan pelaksanaan tata ruang wilayah.

2. Masalah Pembiayaan Dan Tenaga Ahli/Kepakaran


Pembiayaan dan kualitas tenaga ahli yang rendah akan berpengaruh terhadap mutu
produk dokumen rencana tata ruang wilayah.

3. Masalah Keterbaruan Pangkalan Data


Pangkalan data untuk analisis kesesuaian lahan dalam penentuan berbagai kawasan
berupa data fisik, lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi. Data data ini diperoleh dari
data primer, data sekunder, dan data analisis. Pembaruan data data membutuhkan
waktu yang lama dan biaya yang besar. Hal ini kerap dijadikan alasan untuk
menggunakan data lama. Itulah sebabnya rencana tata ruang wilayah sering tidak sesuai
dengan kebutuhan.

4. Masalah Konflik Kepentingan


Konflik kepentingan antara konsep pelestarian dan pembangunan ekonomi merupakan
permasalahan yang sering terjadi dalam perencanaan tata ruang wilayah.

5. Masalah Ekonomi
Harga tanah dikawasan budi daya pertanian dan kawasan lindung umumnya jauh lebih
murah daripada harga tanah dikawasan budidaya non pertanian, seperti perumahan,
perdagangan, industri, pariwisata. Hal ini cenderung mendorong masyarakat untuk
mengubah lahan pertanian dan kawasan lindung menjadi kawasan non pertanian,
seperti kawasan permukiman, perdagangan, dan jasa.
6. Masalah Sosial Budaya
Masalah ini terjadi di wilayah yang memiliki fungsi sosial budaya yang tinggi ketika
wilayah itu mau dialihfungsikan ke fungsi fungsi yang lain, seperti fungsi ekonomi.
Pengalihfungsian ini dapat membawa pergeseran budaya. Contohnya budaya agraris
yang mengedepankan kebersamaan, tergantikan oleh budaya kota yang cenderung
individualistis.

7. Masalah Keamanan
Tumpang tindih peruntukan lahan secara lingkungan dapat menimbulkan dampak
negatif penggunaan dan pemanfaatan lahan. Keamanan dan kenyamanan warga
menjadi terganggu.

8. Masalah Institusi
Masalah institusi mencakup masalah kemampuan teknis dan manajemen tata ruang
yang masih terbatas. Masalah yang mungkin terjadi antara lain penggunaan sumber
sumber dana tidak efektif dan efisien. Perencanaan program tidak tepat dan tidak sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan, dokumen tata ruang tidak sesuai dengan kebutuhan
pembangunan sehingga tidak dapat digunakan.

Permasalahan ini tentu saja perlu diatasi agar tujuan penataan ruang dapat tercapai.
Dalam hal ini peran serta masyarakat sangat dibutuhkan. Masyarakat yang dimaksud adalah
orang perseorangan, kelompok orang, termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan
pemangku kepentingan nonpemerintah.

Mengurangi hambatan permasalahan tata ruang di Indonesia memang tidak mudah dan
membutuhkan kerja keras dari berbagai pihak.Tidak hanya pemerintah yang berwenang
menyelesaikan permasalahan itu,tetapi masyarakat juga harus mampu berperan aktif
mendukung perencanaan tata ruang di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
persamalah penerapan tata ruang yaitu sebagai berikut:
1. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang
Pembangunan wilayah memerlukan penataan ruang yang berjalan baik dengan
keterlibatan masyarakat.Menempatkan masyarakat sebagai pelaku pembangunan
dapat mendorong efektivitas proses penataan ruang.Pemerintah bertindak sebagai
fasilitator dalam proses penataan ruang.Dengan demikian,masyarakat tidak merasa
mendapat tekanan atau paksaan dalam proses pembangunan akibat kurang
pemahaman.
2. Penguatan Kerja Sama Pemerintah Daerah
Penataan ruang antardaerah harus saling terintegrasi.Hal ini dilakukan terutama
pada wilayah perencanaan yang melewati beberapa daerah administrasi.Misalnya
pada permasalahan banjir di perkotaan yang harus diselesaikan dengan upaya
terpadu antara kawasan hulu sampai hilir.Kerja sama dan komunikasi antardaerah
harus berjalan dengan baik.Dengan demikian,produk penataan ruang yang
dihasilkan bersifat komperehensif dan menjawab permsalahan wilayah.
3. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Untuk Penataan Ruang
Permasalahan kurangnya tenaga ahli di bidang penataan ruang harus diatasi dengan
menambah dan meningkatkan kualitas SDM.Upaya yang dapat dilakukan yaitu
dengan memberikan arahan dan alternatif solusi teknis sesuai permsalahan
penataan ruang di setiap daerah.Peningkatan kualitas sumber daya manusia ini juga
harus didukung dengan pendampingan saat proses pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
PENUTUP

Dari permasalahan yang dijelaskan di halaman sebelumnya dapat diambil kesimpulan


bahwa penataan ruang di Indonesia belum sepenuhnya menjadi alat keterpaduan program
dalam mendorong terselenggaranya pembangunan yang efisien dan efektif, belum sepenuhnya
dijadikan alat yang mampu menjawab isu isu dan permasalahan pembangunan, belum
didukung sistem informasi yang memadai sebagai infrastruktur pendukung. Penataan ruang di
Indonesia juga belum didukung oleh kelembagaan yang dapat mengkoordinasi berbagai sector
termasuk pembiayaan pembangunan.

Hal ini menunjukkan bahwa belum efektifnya kelembagaan penataan ruang di daerah
mulai dari SDM, pengetahuan, organisasi, dan peran serta masyarakat. Kurangnya pelibatan
masyarakat dalam penyelenggaraan tata ruang dan lemahnya pengendalian pemanfaatan
ruang dan ketidaktegasan hukum dalam mengatasi penyimpangan pemanfaatan ruang juga
menjadi penyebab dari permasalahan dalam penerapan tata ruang di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai