Anda di halaman 1dari 7

Kepopuleran Ayam Geprek di Kalangan Mahasiswa Sastra Inggris

UIN Raden Mas Said Surakarta


Anggraini1, Ryo Adi Buwono2
Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Adab dan Bahasa
UIN Raden Mas Said Surakarta

Abstrak
Ayam geprek merupakan salah satu hidangan yang bisa dibilang paling diminati
oleh para mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya kedai ayam geprek di sekitar lingkungan kampus, dan masing-masing kedai
mempunyai pengunjung yang tidak bisa dibilang sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa populer, apakah akan tetap populer, dan bagaimana cara
mempertahankan usaha ayam geprek saat ada banyak pesaing memiliki usaha yang
sama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan
Teknik wawancara kepada infroman. Sumber data penelitian berupa informan yaitu
penjual ayam geprek dan mahasiswa Sastra Inggris UIN Raden Mas Said Surakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
popularitas ayam geprek di lingkungan kampus UIN. Antara lain harganya yang relatif
murah dan pas di kantong mahasiswa, beragam promo yang ditawarkan dan banyaknya
kedai yang menjual ayam geprek di sekitar UIN.

Abstract
Geprek chicken is the one of the most popular dishes among UIN Raden Mas
Said Surakarta students. We know it from the quantity of geprek chicken stalls around
the campus area, and each shop has quite a lot visitors. This study aims to find out how
popular it is, whether it will remain popular, and how to maintain the geprek chicken
business when there are many competitors having the same business. The method used
in this study is a qualitative method with interviews with informants. The research data
sources were informants, namely geprek chicken sellers and English Literature students
at UIN Raden Mas Said Surakarta. The results showed that there were several factors
that influenced the popularity of geprek chicken in the UIN campus environment.
Among other things, the price is relatively cheap and fits in student pockets, the various
promos offered and many stalls selling geprek chicken around UIN.

Pendahuluan
Olahan ayam adalah salah satu kuliner yang digemari oleh berbagai kalangan.
Banyak menu masakan yang berasal dari daging ayam. Misalnya ayam geprek, rica-rica,
fried chicken, ayam penyet, dan lain lain. Masakan yang dibuat dengan bahan dasar
ayam pun mudah dicari dan harganya relatif terjangkau. Selain itu ayam juga mampu
dikombinasikan dengan berbagai macam olahan yang lain. Karena banyaknya menu
olahan dari ayam, akhirnya pada 2003 oleh seorang pemilik rumah makan membuat
inovasi ayam. Lalu lahirlah ayam geprek, menu yang sama seperti yang kita lihat saat
ini. Menurut Hardvard’s Theodore Levitt dalam (Suryana, 2013) mengemukakan
definisi dari inovasi adalah kemampuan mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap
suatu permasalahan dan peluang yang ada untuk lebih memajukan kehidupan
masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru.
Kuliner ayam geprek adalah olahan ayam yang dilapisi tepung lalu digoreng
hingga garing, kemudian diulek dengan sambal yang terdiri dari cabai, bawang putih,
dan sedikit garam (Supangat, 2021). Menurut (Utami, 2018), kuliner merupakan
makanan hasil dari proses memasak. Olahan ini biasanya digoreng dalam minyak yang
panas hingga berwarna coklat keemasan yang artinya ayamnya telah matang. Dalam
keadaan yang masih panas, ayam akan langsung digeprek hingga hancur di atas cobek
dan diberi sambal.
Kini, ayam geprek menjadi olahan yang cukup populer di kalangan mahasiswa.
Harganya yang terjangkau atau ekonomis dan porsinya yang pas mampu menarik hati
mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta. Faktor lainnya karena di sekitar kampus
dapat dengan mudah mampu menemukan kedai ayam geprek dimanapun dan kapanpun.
Beberapa pedagang atau penjual daerah kampus juga menawarkan promo yang cukup
menarik terhadap para pembeli, seperti free refill ice tea, gratis sambal, diskon, dan
yang terpenting selalu buka dari pagi hingga malam setiap harinya. Sehingga
mahasiswa/i tidak perlu khawatir kebingungan mencari makanan untuk pagi, siang,
maupun malam.
Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian milik (Rifai, 2017), yaitu
sama-sama menjadikan ayam geprek sebagai objek penelitian. Namun, penelitian
tersebut menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk mengkaji kepuasan
konsumen, sedangkan penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif sebagai
metode penelitiannya.
Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui tentang kepopuleran ayam
geprek, dampak mengkonsumsi ayam geprek setiap hari, dan apa saja alasan para
pedagang atau penjual bisa bertahan

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode kualitatif menurut (Leavy
& Patricia, 2017; Sugiono, 2013; Yusanto, 2019) artinya penelitian ini memiliki ragam
pendekatannya tersendiri, sehingga peneliti bisa memilih objek penelitiannya dari ragam
tersebut untuk kemudian diteliti. Lalu menurut (Denzin & Lincoln, 2018; Yin, 2011)
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan
tujuan memaparkan sebuah peristiwa yang terjadi dan dilakukan dengan menggunakan
berbagai teknik yang ada. Dengan demikian tujuan dari penelitian kualitatif adalah
untuk membuat fakta/fenomena menjadi lebih mudah untuk dipahami (understandable)
dan memungkinkan untuk sesuai dengan modelnya sehingga dapat menghasilkan
hipotesis baru (Hennink et al., 2020). Dalam mengumpulkan data, teknik yang
digunakan adalah wawancara langsung pada informan. Informan-informan tersebut
merupakan para pedagang ayam geprek di sekitaran UIN Raden Mas Said Surakarta
serta mahasiswa sastra inggris sebagai konsumen. Wawancara menurut Esterberg dalam
(Sugiyono, 2011), adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
tujuan bertukar informasi maupun suatu ide dengan cara tanya jawab dalam topik
tertentu.

Pembahasan
Pembahasan I
Mengapa Ayam Geprek menjadi kuliner yang populer dikalangan mahasiswa?
“Kalo aku sih karena emang harganya yang murah. Apalagi banyak promo yang
menurutku lumayan ramah di kantong. Suka banget deh kalo dapet nasi yang banyak
sama es teh, apalagi harganya cuma 10 ribu. Mana ayamnya gede, jadi makin suka.”
(CLHW 05/AS, 18-12-2022)
Beberapa kedai yang menjual ayam geprek sering kali menawarkan banyak
promo menarik, beberapa di antaranya adalah bebas mengambil nasi sepuasnya,
penyesuaian selera pedas dengan menambah jumlah cabai, bahkan free refill es teh.
“Ya karena enak sih. Ayam geprek tuh dicari dimana ae ada. Depan kos ku aja
ada kedai ayam geprek. Gimana nggak populer coba, mana gampang bikinnya, terus
ayam geprek tuh adalah kunci dari segala bentuk kelaparan” (CLHW 06/DM, 18-12-
2022)
Kedai ayam geprek sendiri dapat ditemui hampir di semua sudut UIN Raden
Mas Said Surakarta. Oleh karena itu, ayam geprek dapat dengan mudah dijangkau oleh
mahasiswa yang tidak berkendara. Sehingga hal tersebut mempermudah para
mahasiswa untuk mengatasi masalah kelaparan dikala akhir bulan.

Pembahasan II
Apakah ayam geprek akan tetap populer dikalangan mahasiswa?
“Kalo ditanya soal seberapa lama ayam geprek bakal terus populer, menurut aku
nih ya, ayam geprek ga bakal turun popularitasnya. Pun kalo misalnya ntar udah ga
terlalu populer, pasti bakal masih ada yang tetep suka dan beli. Soalnya kan orang
Indonesia rata-rata suka makan pedes, khususnya anak-anak muda kek kita. Dan juga
orang-orang yang suka pedes tuh ga cuma anak-anak muda, mulai dari anak-anak sampe
orang tua pun suka makan pedes.” (CLHW 01/HA, 17-12-2022)
Ayam geprek akan tetap populer di kalangan mahasiswa kampus, hal ini
dikarenakan harga ayam geprek yang cenderung murah, rasa yang nikmat dan porsi
yang pas. Fakta bahwa lidah para pelanggan cenderung menyukai makanan pedas
digaris bawahi karena mampu menyesuaikan dengan cita rasa dari hidangan ayam
geprek ini.
“Hmm, populer apa engga nya di waktu yang akan datang sih kita ga tau. Tapi
kalo diliat-liat, dengan banyaknya inovasi-inovasi baru dari olahan ayam, bukan ga
mungkin menu ayam geprek juga bakal hilang ditelan zaman.” (CLHW 02/RA, 17-12-
2022)
Memang benar bahwa olahan dari ayam dapat terus berkembang seiring
berjalannya waktu dan kreativitas manusia. Apalagi konsumen dapat merasa bosan
dengan hidangan yang itu-itu saja. Sehingga lambat laun hidangan ayam geprek pun
akan hilang tergantikan dengan hidangan-hidangan baru yang lebih menarik.

Pembahasan III
Bagaimana penjual/pedagang mempertahankan bisnisnya di antara banyak
pesaing?
“Kalo saya sih mbak, masalah saing-saingan saya nggak terlalu peduli. Saya sih
percaya usaha saya ini akan tetap berjalan sebagaimana saya berusaha untuk membuat
produk saya tetap konsisten kualitasnya.” (CLHW 03/SS, 17-12-2022)
Ada yang mengatakan bahwa kualitas berada di atas segalanya. Olahan ayam
geprek pun salah satunya. Ayam yang digunakan adalah ayam yang masih segar bukan
ayam tiren. Lalu cabai yang digunakan sebagai sambal haruslah yang masih segar dan
tidak loyo. Rasanya pun harus tetap konsisten dengan yang seperti biasa. Hanya karena
harga cabai mahal, tidak berarti harus mengurangi kualitas sambalnya.
“Customer tuh paling suka sama yang namanya promo, apalagi mahasiswa.
Makanya kalo mau customernya nggak kabur, pinter-pinter ae sih banyakin promo
walaupun cuma mainin harga.” (CLHW 04/AJ, 17-12-2022)
Promo merupakan salah satu faktor terpenting untuk menarik perhatian
konsumen. Semakin banyak promo yang ditawarkan semakin banyak pula konsumen
yang tertarik untuk membeli sebuah produk. Contohnya, dengan menggabungkan satu
porsi ayam geprek dengan segelas es teh. Lalu mengurangi sebagian harganya.

Kesimpulan
Pada pembahasan yang pertama, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa faktor
yang mampu membuat ayam geprek menjadi populer di kalangan mahasiswa. Beberapa
alasannya yaitu harga yang terjangkau dan cocok di kantong mahasiswa. Lalu
banyaknya promo yang ditawarkan oleh penjual serta banyaknya kedai yang tersebar di
seluruh UIN Raden Mas Said Surakarta.
Kemudian pada pembahasan kedua, terdapat dua kemungkinan yang dapat
terjadi. Yang pertama adalah hidangan ayam geprek ini akan tetap bertahan dalam
waktu yang lama karena ayam geprek adalah makanan pedas yang notabanenya
mempunyai ruang tersendiri bagi pecinta pedas. Lalu yang kedua adalah munculnya
inovasi baru yang berbahan ayam dan menggantikan kepopuleran ayam geprek itu
sendiri.
Selanjutnya pada pembahasan ketiga dilihat dari sudut pandang para pedagang,
mereka memiliki cara masing-masing untuk mempertahankan usahanya di antara
banyaknya pesaing yang juga menjual ayam geprek. Beberapa cara tersebut yaitu
menjaga kualitas bahan dan konsistensi rasa, serta menawarkan berbagai promo untuk
menarik hati para konsumen.

Daftar Pustaka
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2018). The SAGE Handbook of Qualitative Research.

Hennink, M., Hutter, I., & Bailey, A. (2020). Qualitative Research Methods. Sage Pub.

Leavy, & Patricia. (2017). Research Design: Quantitative, Qualitative, Mixed Methods, Arts-
Based, and Community-Based Participatory Research Approaches.

Rifai, M. (2017). PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, HARGA,DAN PROMOSI


TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA RUMAH MAKAN AYAM GEPREK
SPESIAL SAMBAL KOREK CABANG KEDIRI.

Sugiono. (2013). METODE PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF.

Sugiyono. (2011). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Supangat. (2021). Rencana Bisnis Ayam Geprek +62.

Suryana. (2013). Kewirausahaan Kiat dan Proses Menuju Sukses (4th ed.). Salemba Empat.

Utami, S. (2018). Kuliner Sebagai Identitas Budaya: Perspektif Komunikasi Lintas Budaya.
Journal of Strategic Communication, 8(2), 36–44.

Yin, R. K. (2011). Qualitative Research from Start to Finish.

Yusanto, Y. (2019). Ragam Pendekatan Penelitian Kualitatif. Journal of Scientific


Communication, 1(1), 1–13.

Anda mungkin juga menyukai