Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

BLOK 1. HUMANIORA

MODUL 3. ETIKA HUKUM DALAM FORENSIK KEDOKTERAN


GIGI

DOSEN FASILITATOR :
Hansen Kurniawan, drg., Sp. Perio

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8

1. Dzimar Amara Sukmaningrum 20220710014


2. Richard Maxwell Young 20220710023
3. Marsya Nabilla 20220710028
4. Anggeline Shallomitha Christabel Wijaya 20220710049
5. Febriansyah Citra Adi Kusuma 20220710055
6. Maulina Az-Zahra Mutiawardani 20220710071
7. Niesha Amelia Salzabila 20220710087
8. Adam Galuh Nurwahyu 20220710092
9. Intan Tri Wulandari 20220710104
10. Rahma Sherly Ariyani 20220710122
11. Muhammad Rasya Putra Wahyudi 20220710131
12. Ulfatuh Maulidania Putri 20220710137

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2022

1
DAFTAR ISI
Daftar Isi ……………………………………………………………………………….. 2
Modul I …………………………………………………………………………………. 3
A. Topik Modul ………………………………………………………………….. 3
B. Pendahuluan …………………………………………………………………. 3
C. Pemicu 1 ……………………………………………………………………… 3
D. Terminologi Pemicu 1 ……………………………………………………….. 3
E. Identifikasi Pemicu 1 ………………………………………………………… 6
F. Rumusan Masalah Pemicu 1 ………………………………………………. 6
G. Hipotesis Pemicu 1 ………………………………………………………….. 7
H. Pemicu 2 ……………………………………………………………………… 7
I. Terminologi Pemicu 2 ……………………………………………………….. 7
J. Identifikasi Pemicu 2 ………………………………………………………… 10
K. Rumusan Masalah Pemicu 2 ………………………………………………. 10
L. Hipotesis Masalah Pemicu 2 ……………………………………………….. 10
M. Peta Konsep ………………………………………………………………….. 11
N. Learning Issue ………………………………………………………………... 12
O. Pembahasan Learning Issue ……………………………………………….. 13
Kesimpulan……………………………………………………………………………… 21
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………. 23

2
A. TOPIK MODUL
“Rekam medis membantu Identifikasi”
B. PENDAHULUAN
Bencana alam merupakan suatu kejadian yang tidak terduga atau peristiwa yang terjadi begitu
saja. Bencana alam ini dapat di akibatkan oleh factor alam, factor non-alam, factor social, dan
kegagalan teknologi.
C. PEMICU I
Pada tanggal 9 Mei 2012, telah terjadi bencana kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 dari
bandara Halim Perdanakusuma menuju Pelabuhan Ratu yang dalam perjalanannya melewati
celah Gunung Salak. Pesawat yang membawa 37 penumpang dan 8 awak pesawat tersebut
mengalami kecelakaan di celah Gunung Salak. Salah satu dari korban meninggal pesawat
tersebut yang diduga Mr. X menurut keterangan pihak keluarga adalah pasien dari drg. Albert
Einstein. Tim Disaster Victim Identification meminta data rekam medis dari korban kepada drg.
Albert Einstein yang akan digunakan sebagai data ante mortem. Drg. Albert Einstein
menyerahkan rekam medis dari Mr. X kepada Tim DVI.
D. TERMINOLOGI ISTILAH

No Istilah Sumber Definisi

1. Pesawat pesawat adalah kendaraan yang


mampu terbang di atmosfer atau
udara.

pesawat terbang adalah mesin yang


mampu terbang dengan
memanfaatkan tumpuan udara atau
secara umum atmosfer di bumi.

2. Sukhoi Superjet 100 Sukhoi Superjet 100 merupakan


sebuah pesawat penumpang sipil
(airliner) yang dibuat dan
dikembangkan oleh Sukhoi.

3. Bandara Bandara adalah area tertentu di


daratan atau perairan ( termasuk
bangunan, instalasi, dan peralatan)

3
yang di peruntukkan baik secara
keseluruhan atau sebagian untuk
kedatangan , keberangkatan dan
pergerakan pesawat.

4. Gunung Gunung adalah suatu bentuk


permukaan tanah yang letaknya
jauh lebih tinggi daripada tanah-
tanah di daerah sekitarnya.

5. Penumpang Damadjati (1995) Setiap orang yang diangkut ataupun


yang harus diangkut di dalam
pesawat udara ataupun transportasi
pengangkutan lainnya, atas dasar
persetujuan dari perusahaan
ataupun badan yang
menyelenggarakan angkutan
tersebut

6. Awak pesawat awak pesawat adalah seseorang


yang di tunjuk oleh operator
pesawat terbang udara untuk
bertugas pada sebuah pesawat
udara selama periode tugas
penerbangan.

7. Korban I GUSTI NGURAH Menurut Arif Gosita Pengertian


PARWATA, SH.MH. korban adalah mereka yang
2017. VICTIMOLOGI menderita jasmani dan rohani akibat
PERANAN KORBAN suatu kejadian yang tidak terduga
TERJADINYA yang menimpanya.
KEJAHATAN

8. Pasien Undang - undang Pasien adalah setiap orang yang


Republik Indonesia melakukan konsultasi masalah

4
Nomor 29 Tahun 2004 kesehatannya untuk memperoleh
Tentang Praktik pelayanan kesehatan yang
Kedokteran diperlukan baik secara langsung
maupun tidak langsung

9. Drg Undang-undang Dokter gigi adalah seorang dokter


Republik Indonesia yang khusus mempelajari ilmu
Nomor 29 Tahun 2004 kesehatan dan penyakit pada gigi
Tentang Praktek dan mulut.
Kedokteran
Dokter gig adalah seorang dokter
lulusan pendidikan kedokteran gigi
baik di dalam maupun luar negeri
yang di akui oleh pemerintahan
Republik Indonesia sesuai
Peraturan Undang - Undang

10. Tim disaster victim jurnal. pdgi makassar Tim yang bertugas di dalam
identification melaksanakan prosedur dalam
mengidentifikasi identitas korban
meninggal akibat suatu bencana
massal, yang
dipertanggungjawabkan secara
ilmiah dan mengacu pada standar
baku interpol

11. Data rekam medis Handiwidjojo, Wimmie. Data berupa keterangan baik yang
2009. Rekam Medik tertulis maupun terekam tentang
Elektronik. Vol 2. No 1 identitas, anamnesa, penentuan
fisik, dan laboratorium, diagnosa
segala pelayanan dan tindakan
medik yang di berikan kepada
pasien

12. Data ante mortem Nurfitriyana, Dewi. Data Ante mortem adalah data -

5
2021. Beda Post data yang di peroleh dari korban
mortem dan ante sebelum kejadian atau korban
mortem dalam masih hidup
identifikasi

13. Kecelakaan Suatu kejadian yang tidak terduga


yang terjadi bisa membuat kacau
proses dari suatu aktivitas yang
dapat menimbulkan kerugian baik
pada manusia atau harta benda.

E. IDENTIFIKASI MASALAH I
1. Pada tanggal 9 Mei 2012, telah terjadi bencana kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100
dari bandara Halim Perdanakusuma menuju Pelabuhan Ratu yang dalam perjalanannya
melewati celah Gunung Salak.
2. Pesawat yang membawa 37 penumpang dan 8 awak pesawat tersebut mengalami
kecelakaan di celah Gunung Salak.
3. Salah satu dari korban meninggal pesawat tersebut yang diduga Mr. X menurut keterangan
pihak keluarga adalah pasien dari drg. Albert Einstein.
4. Tim Disaster Victim Identification meminta data rekam medis dari korban kepada drg. Albert
Einstein yang akan digunakan sebagai data ante mortem
5. Drg. Albert Einstein menyerahkan rekam medis dari Mr. X kepada Tim DVI.

F. RUMUSAN MASALAH I
1. Apa yang terjadi pada tanggan 9 Mei 2012 di Gunung Salak?
2. Apa yang di lakukan selanjutnya setelah terdapat 37 penumpang dan 8 awak pesawat
tersebut mengalami kecelakaan?
3. Apa tujuan konfirmasi pihak keluarga yang menyatakan bahwa Mr.X adalah pasien dari
drg. Albert Einstein?
4. Mengapa Tim DVI (Disaster Victim Identification) meminta meminta data rekam medis
Mr.X kepada drg. Albert Einstein?
5. Apa tujuan drg. Albert Einstein menyerahkan rekam medis dari Mr. X kepada Tim DVI
(Disaster Victim Identification)?

6
G. HIPOTESIS MASALAH I
1. Pada tanggal 9 Mei 2012 terjadi suatu bencana kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 dari
Bandara Halim Perdanakusuma yang akan menuju ke pelabuhan Ratu
2. Menghubungi Tim DVI (Disaster Victim Identification) untuk membantu proses identifikasi
korban bencana kecelakaan
3. Supaya Tim DVI (Disaster Victim Identification) bisa meminta data rekam medis kepada Dokter
Albert Einstein
4. Untuk membantu tim DVI dalam mengumpulkan data Mr.X sehingga memudahkan tim DVI
dalam mengidentifikasi identitas salah satu korban tersebut dan menentukan apakah benar
korban tersebut Mr.X atau bukan
5. Untuk membandingkan data antemortem dan postmortem untuk mengidentifikasi kebenaran
data dari Mr.X

H. PEMICU II
Pada rekam medis tertulis pasien laki-laki berusia 45 tahun terdapat perawatan saluran akar
dan tumpatan pada gigi geraham pertama dan kedua belakang kiri atas, serta tumpatan pada
gigi geraham depan kedua kiri atas. Rekam medis tersebut dilengkapi dengan hasil radiograf
periapikal. Rekam medis yang dibuat drg. Albert Einstein sudah sesuai dengan aturan dari
Permenkes No. 269 tahun 2008. Pada pemeriksaan post mortem, terdapat pasien salah satu
pasien laki-laki mempunyai ciri-ciri yang serupa dengan data rekam medis Mr. X dari drg.
Albert Einstein. Pada proses rekonsiliasi dapat disimpulkan Mr.X dapat teridentifikasi dari gigi.

I. TERMINOLOGI ISTILAH II

No Istilah Sumber Definisi

1. Perawatan saluran Kartinawanti, Arny Tri; perawatan saluran akar adalah suatu
akar Asy’ari, Arida Khoiruza. perawatan penyakit pulpa dengan cara
2021. Penyakit Pulpa pengambilan pulpa vital/nekrotik dari
dan Perawatan saluran saluran akar dan menggantinya
akar satu kali dengan bahan pengisi untuk
kunjungan: Literature mencegah terjadinya infeksi berulang
Review. Vol 4. No 2
Perawatan Saluran Akar merupakan
salah satu bagian dari perawatan

7
konservasi gigi yang bertujuan untuk
mempertahankan vitalitas pulpa,
merawat gigi yang mengalami
kerusakan dan nekrosis pulpa, serta
merawat gigi yang mengalami
kegagalan perawatan sebelumnya
agar gigi tersebut tetap dapat
berfungsi.

2. Tumpatan etd.umy.ac.id Tumpatan adalah mengembalikan


fungsi gigi dalam mulut dengan jalan
menghentikan proses karies dan
menjaga pulpa agar tetap vital dan
sehat.

3. Radiografi (Whaites, 2009). Teknik radiografi intra-oral adalah


pemeriksaan gigi dan jaringan
sekitar secara radiografi dan filmnya
ditempatkan di dalam mulut pasien.
Untuk mendapatkan gambaran
lengkap rongga mulut yang terdiri dari
32
gigi diperlukan kurang lebih 14 sampai
19 foto.

4. Periapikal scholar.unand.ac.id Periapikal adalah keadaan patologis


yang terlokalisir pada daerah apeks
atau ujung akar gigi.

5. Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan yang


selanjutnya disebut Permenkes adalah
Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan

8
untuk menjalankan Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi
atau dibentuk berdasarkan
kewenangan.

6. Pemeriksaan post Afandi, Dedi. 2009. Post Mortem adalah Pemeriksaan


mortem Otopsi Virtual. Vol 59. ilmiah terhadap tubuh yang sudah
No 7 meninggal, ketika seluruh permukaan
tubuh dan rongga badan di periksan
dan di catatn apa yang ditemukan

post mortem atau autopsi adalah


pemeriksaan tubuh setelah kematian.
Ini dilakukan sesegera mungkin, yakni
dalam 2 hingga 3 hari setelah jenazah
ditemukan. Namun, bisa juga lebih
cepat, apabila kondisi mayat yang
ditemukan sangat hancur dan
membusuk.

7. Rekonsiliasi Mulyono, A. DKK. Rekonsiliasi adalah pencocokan antara


2006. Pedoman data antemortem dan post mortem
Penatalaksaan dengan kriteria minimal I macam
Identifikasi Korban Mati Primary Identifiers atau 2 macam
pada Bencana Massal. Secondary Identifiers
2nd ed. Departemen
Kesehatan Republik
Indonesia

8. Gigi repository. unsil.ac.id Jaringan tubuh pada bagian wajah


yang paling keras dibandingkan yang
lainnya dengan strukturnya yang
berlapis - lapis mulai dari enamel yang
keras, dentin ( tulang gigi) di dalamnya,
pulpa yang berisi pembuluh darah,

9
pembuluh syaraf, dan bagian lain yang
memperkokoh gigi

J. IDENTIFIKASI MASALAH II
1. Pada rekam medis tertulis pasien laki-laki berusia 45 tahun terdapat perawatan saluran akar
dan tumpatan pada gigi geraham pertama dan kedua belakang kiri atas, serta tumpatan pada
gigi geraham depan kedua kiri atas.
2. Rekam medis tersebut dilengkapi dengan hasil radiograf periapikal.
3. Rekam medis yang dibuat drg. Albert Einstein sudah sesuai dengan aturan dari Permenkes
No. 269 tahun 2008.
4. Pada pemeriksaan post mortem, terdapat pasien salah satu pasien laki-laki mempunyai ciri-
ciri yang serupa dengan data rekam medis Mr. X dari drg. Albert Einstein.
5. Pada proses rekonsiliasi dapat disimpulkan Mr.X dapat teridentifikasi dari gigi.

K. RUMUSAN MASALAH II
1. Apa arti pada rekam medis tertulis pasien laki - laki berusia 45 tahun terdapat perawatan
saluran akar dan tumpatan pada gigi geraham pertama dan kedua belakang kiri atas, serta
tumpatan pada gigi geraham depan kedua kiri atas?
2. Apa arti rekam medis tersebut di lengkapi dengan hasil radiografi periapikal?
3. Apa arti rekam medis yang di buat oleh drg. Albert Einstein sudah sesuai dengan aturan
Permenkes No.269 tahun 2008?
4. Apa arti Pada pemeriksaan post mortem terdapat salah satu pasien mempunyai ciri yang
serupa dengan data rekam medis Mr.X dari drg. Albert Einstein?
5. Mengapa proses rekonsiliasi dapat di simpulkan Mr.X dapat teridentifikasi dari gigi?

L. HIPOTESIS MASALAH II
 Artinya hasil rekam medis pada kasus menunjukkan bahwa sebelumnya pasien tersebut
pernah melakukan PSA (Perawatan Saluran Akar) dan tumpatan pada gigi geraham pertama
dan kedua belakang kiri atas sebelum mengalami kecelakaan pesawat, dan hal tersebut dapat
di jadikan sebagai data antemortem.
 Artinya di dalam rekam medis Mr.X terdapat data hasil pemeriksaan jenis radiografi intraoral
yang bertujuan melihat keseluruhan mahkota dan akar gigi ( crown and root), tulang alveolar
dan jaringan sekitarnya.

10
 Artinya dokumen yang di miliki drg. Albert Einstein memuat identitas dan informasi lain Mr. X
secara lengkap, seperti data identitas Mr.X, pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis, dan
pelayanan kesehatan lainnya yang pernah di jalani Mr.X
 Pada pemeriksaan post mortem yang meliputi ciri - ciri fisik korban secara spesifik, dental, dna
lanjut, dan lain-lain menunjukkan adanya kesamaan berdasarkan data rekam medis yang di
berikan oleh drg. Albert Einstein
 Karena berdasarkan data rekam medis dari drg. Albert Einstein didapati cocok dengan korban
kecelakaan. Dilihat dari adanya perawatan saluran akar dan tumpatan pada gigi geraham
pertama dan kedua belakang kiri atas, serta tumpatan pada gigi geraham
depan kedua kiri atas

M. PETA KONSEP

KECELAKAAN

MENGUBUNGI TIM DVI

MENYELAMATKAN KORBAN SELAT DAN MEMERI


MENGUMPULKAN ANTEMORTEM
LABEL PADA KORBAN MENINGGAL

REKAM MEDIS DARI DRG. AE POST MORTEM

PERMENKES 269 TH 2008

KODE ETIK

REKONSILIASI

KORBAN TERIDENTIFIKASI

11
N. LEARNING ISSUE
1. Bencana
a. Definisi
b. Macam – macam
c. Penyebab
d. Dasar hukum penanggulangan bencana
2. DVI
a. Definisi
b. Tugas dan tujuan
c. Fase/proses DVI
d. Dasar Hukum DVI
3. Rekam Medis
a. Definisi
b. Tujuan
c. Isi
d. Kegunaan
e. Dasar Hukum
f. Falsafah
g. Sanksi
4. Etika Profesi
a. Definisi
b. Manfaat
c. Fungsi
d. Tujuan
e. Prinsip
5. Antemortem
a. Definisi
b. Isi data
c. Kegiatan untuk mendapatkan antemortem
6. Postmortem
a. Definisi
b. Isi data

12
c. Kegiatan untuk mendapatkan postmortem
7. Rekonsiliasi
a. Definisi
b. Proses kegiatan
8. kesimpulan

O. PEMBAHASAN LEARNINGISSUE
I. Bencana
a. Definisi
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang di sebabkan, baik oleh factor alam atau non-alam maupun
factor manusia yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis
b. Macam – macam
a) Bencana alam, yaitu bencana yang di akibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh factor alam, antara lain gempa bumi, tanah longsor,
tsunami, gunung Meletus, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor
b) Bencana non-alam, yaitu bencana di akibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
non-alam, antara lain berupa kegagalan teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan
wabah penyakit
c) Bencana social, yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik social antar kelompok
atau antar komunitas masyarakat. Dan teror
d) Kegagalan teknologi, yaitu semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan
desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam penggunaan
teknologi atau industry yang menyebabkan kerusakan
c. Penyebab bencana
 Factor alam ( natural disaster), factor ini diakibatkan karena alam dan bukan karena
campur tangan manusia
 Factor non-alam (non-natural disaster), yaitu bukan karena fenomena alam dan juga
bukan akibat perbuatan manusia
 Factor social-manusia, (non-made disaster) yang murni akibat perbuatan manusia,
misalnya konflik horizontal, konflik vertical, dan terorisme
d. Dasar hukum penanggulangan bencana

13
 UU RI nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan
penanggulangan bencana
 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008
II. DVI
A. Definisi
Tim yang bertugas di dalam melaksanakan prosedur dalam mengidentifikasi identitas
korban meninggal akibat suatu bencana massal, yang dapat di pertanggungjawabkan
secara ilmiah yang mengacu pada standar baku interpol
B. Tugas dan tujuan
 Tugas DVI
 Membina dan mengkoordinasikan semua usaha serta kegiatan
identifikasi, sesuai aturan dan prosedur yang berlaku secara nasional
maupun internasional pada korban meninggal massal akibat bencana
 Melakukan koordinasi dengan tim medis dan aparat keamanan untuk
melakukan evakuasi korban meninggal di tempat kejadian
 Melakukan koordinasi dengan rumah sakit setempat atau rumah sakit
tempat rujukan korban meninggal
 Melaporkan hasil identifikasi kepada badan pemerintah terkait
 Tujuan
Untuk mengidentifikasi korban bencana massal atau kecelakaan
C. Fase/proses DVI
Fase 1 – scene / Tempat Kejadian Perkara (TKP)
1) Menetapkan prosedur DVI
2) Mencari dan menemukan sisa tubuh atau property yang ada di TKP
3) Menggolongkan potongan tubuh berdasarkan jenis kelamin dan ras
4) Memasukkan potongan tubuh ke dalam kantong mayat dan memberi
label
5) Anggota harus di teliti dan membuat catatan sebelum sisa tubuh di
pindahkan
6) Kerjasama dengan pihak terkait di TKP
Fase 2 – Post mortem
1) Melakukan dan mencocokan data orang hilang

14
2) Melakukan pemeriksaan gigi geligi
3) Mengambil sampel DNA
4) Mendapatkan Informasi property korban
5) Pemeriksaan property yang telah ditemukan
6) Mengumpulkan data antemortem
Fase 3 – Antemortem
1) Membandingkan data antemortem dengan postmortem
2) Mengetahui data orang hilang
3) Mengidentifikasi jenazah
4) Mendapatkan Informasi jenazah
Fase 4 – Rekonsiliasi
1) Penetapan suatu identifikasi
2) Mengurus administrasi surat kemeninggalan jenazah yang
teridentifikasi
3) Melaporkan jenazah yang telah teridentifikasi dan mengirimkan pada
keluarga korban
Fase 5 – Debriefing
1) Mengonfirmasi apakah hasil yang dicapai sudah memuaskan semua
pihak (tim)
2) Meninjau Kembali pelaksanaan DVI yang telah di lakukan
3) Mengevaluasi dampak positif dan negative operasi DVI yang telah
dilakukan
4) Melaporkan temuan serta memberikan masukin untuk meningkatkan
operasi berikutnya

D. Dasar hukum DVI


 UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah memberikan amanat
kepada pemerintah dan masyarakat untuk melakukan upaya identifikasi
tentang mayat yang tidak di kenal
 Peraturan kepala kepolisian negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011
tentang Kedokteran kepolisian Bab I ketentuan umum pasal 1 No 2 Disaster
Victim Identification yang disingkat DVI adalah kegiatan identifikasi terhadap
korban meninggal akibat bencana yang dilakukan secara ilmiah sesuai
standar interpol dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum

15
 Peraturan pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang penyelenggaran
penanggulangan bencana pengidentifikasian orang meninggal dalam bencana
merupakan bagian tugas penyelenggaran penanggulangan bencana
 UU Nomor Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. Kegiatan
penanggulangan adalah serangkaian kegiatan baik sebelum, saat dan
sesudah terjadi bencana yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi,
menghindari, dan memulihkan diri dari dampak bencana
III. Rekam Medis
 Definisi
Keterangan baik tertulis maupun rekaman tentang identitas, anamnesis, penentuan
fisik laboratorium, diagnosis segala pelayanan dan Tindakan medis yang diberikan
kepada pasien, dan pengobatan baik rawwat jalan, rawat inap, maupun yang
mendapatkan pelayanan gawat darurat
 Tujuan
Tujuan rekam medis terdiri dari beberapa aspek diantaranya aspek administrasi, legal,
finansial, riset, edukasi dan dokumentasi, yang dijelaskan sebagai berikut:
1) Aspek administrasi, Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi karena
isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai
tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
2) Aspek Medis, Suatu berkas rekam Medis mempunyai nilai Medis, karena catatan
tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan /perawatan
yang harus diberikan seorang pasien.
3) Aspek Hukum, Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam
rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan bukti untuk menegakkan
keadilan.
4) Aspek keuangan, Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang karena isinya
menyangkut data dan informasi yang dapat digunakan dalam menghitung biaya
pengobatan/tindakan dan perawatan.
5) Aspek penelitian, Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena
isinya menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan dalam penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
6) Aspek pendidikan, Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena
isinya menyangkut data/informasi tentang perkembangan/ kronologis dan kegiatan

16
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat
dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran di bidang profesi kesehatan.
7) Aspek dokumentasi, Suatu berkas reka medis mempunyai nilai dokumentasi,
karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai
sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan sarana pelayanan kesehatan

Tujuan rekam medis lainnya, yaitu:


 Sebagai sumber data untuk identifikasi
 Tanpa bukti catatan rekam medis, maka suatu kendala tidak dapat
dipertanggungjawabkan
 Adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan dalam usaha
menengakkan hukum serta menyediakan bahan tanda bukti untuk
menegakkan keadilan
 Isi
1) Catatan merupakan uraian tentang identitas pasien, pemeriksaan pasien,
diagnosis, pengobatan, Tindakan, dan pelayanan lain baik dilakukan oleh
dokter dan dokter gigi maupun tenaga Kesehatan lainnya sesuai dengan
kompetensinya (kholili, 2011)
2) Dokumen merupakan kelengkapan dan catatn tersebut, antara lain foto
rontgen, hasil laboratorium dan keterangan lain sesuai dengan kompetensi
keilmuannya (Kholili,2011)
 Kegunaan
 Sebagai media komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lain yang ikut ambil
bagian di dalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada
pasien.
 Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus
diberikan kepada seorang pasien.
 Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit
dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit.
 Sebagai bahan yang berguna untuk analisis, penelitian dan evaluasi terhadap
kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.

17
 Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan
tenaga kesehatan lainnya. Menyediakan data khusus yang sangat berguna
untuk keperluan penelitian dan pendidikan.
 Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik
pasien.
 Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan
pertanggungjawaban dan laporan.
 Dasar Hukum
1) UU praktik kedokteran Nomor 29 Tahun 2004 pasal 47 ayat 2 sebagaimana
yang dimaksud adalah rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiannya
oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana kesehatan
2) Pasal 46 ayat 1 Undang Undang No. 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran wajib membuat rekam medis
3) Permenkes 269 tahun 2008 pasal (1) tentang Rekam Medis dijelaskan bahwa
rekam medis adalah berkas yang berisi identitas pasien, hasil pemeriksaan,
pengobatan yang telah diberikan, serta Tindakan dan pelayanan lain yang
telah di berikan kepada pasien.
4) Permenkes 269 tahun 2008 pasal (2) tentang Rekam Medis bahwa rekam
medis harus dibuat secara tertulis, lengkap, dan jelas atau secara elektronik
5) Pasal 46 ayat (1) UU no. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,
menyebutkan bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik
kedokteran wajib membuat rekam medis
 Falsafah
Rekam medis merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan yang diberikan oleh
dokter dan tenaga kesehatan lainnya kepada pasien. Hal ini merupakan cerminan
kerja sama lebih dari satu orang tenaga kesehatan untuk menyembuhkan pasien.
Bukti tertulis pelayanan dilakukan setelah pemeriksaan tindakan, pengobatan
sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Proses pelayanan yang diawali dengan
identifikasi pasien baik jati diri, maupun perjalanan penyakit, pemeriksaan, pengobatan
dan tindakan medis lainnya. Rekam Medis merupakan catatan (rekaman) yang harus
dijaga kerahasiaannya dan terbatas pada tenaga kesehatan serta pasien-pasien
sehingga memberikan kepastian biaya yang harus dikeluarkan. Jadi falsafah Rekam
Medis mencantumkan nilai Administrasi, Legal, Finansial, Riset, Edukasi, Dokumen,
Akurat, Informatif dan dapat dipertanggungjawabkan (ALFRED AIR). Selain Anda

18
harus memahami pengertian rekam medis dan falsafahnya, Anda perlu juga
mengetahui tujuan diadakan rekam medis. Oleh karena itu mari kita bahas tujuan
rekam medis tersebut.
 Sanksi
Sanksi hukum di ambil dari Undang – undang no 29 Tahun 2004 tentang praktek
kedokteran dalam pasal 79 huruf b menyatakan bahwa jika dokter atau dokter gigi
yang dengan sengaja tidak membuat rekam medis maka akan di pidana dengan
denda sebesar 50 juta rupiah. Selain itu, juga ada sanksi Administratif UU RI No.29
Tahun 2004 Pasal 69:
1) Keputusan Majelis Kehormatan Disipilin Kedokteran Indonesia mengikat
dokter, dokter gigi, dan Konsil Kedokteran Indonesia
2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa di nyatakan
tidak bersalah atau pemberian sanksi di siplin
3) Sanksi disiplin sebagaimana yang di maksud pada ayat (2) dapat berupa:
a) Pemberian peringatan tertulis
b) Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin
praktek
c) Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi Pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi

IV. Etika Profesi


 Definisi
Nilai – nilai dan asas-asas moral yang melekat pada pelaksanaan fungsi professional
tertentu dan wajib di perhatikan oleh pemegang profesi tersebut.
 Manfaat
a) Meningkatkan tanggung jawab
b) Menekankan prinsip profesionalitas
c) Menciptakan ketertiban
d) Melindungi hak pekerja
 Fungsi
a) Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan
b) Sebagai saran control social bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan

19
c) Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi
 Tujuan
Untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya perkembangan yang buruk terhadap
profesi dokter dan agar dokter dalam menjalani profesinya dapat bersikap
professional, maka perlu kiranya membentuk kode etik profesi kedokteran untuk
mengawasi dokter di dalam menjalankan profesinya tersebut agar sesuai dengan
tuntutan yang ideal.
f. Prinsip
 Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi adalah prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,
terutama hak otonomi pasien. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin
informed consent
 Prinsip Beneficence
Prinsip beneficence adalah prinsip moral yng mengutamakan tindakan yang
ditujukan demi kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan
untuk kebaikan saja. melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar
dari sisi buruknya.
 Prinsip Non-malificence
Prinsip non-malificence adalah prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini juga dikenal dengan "primum non nocere"
atau "do no harm"
 Prinsip Justice
Prinsip justice adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan
dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya Sedangkan aturan
turunannya adalah veracity (berbicara jujur, benar dan terbuka), privacy (menghormat
hak pribadi pasien), confidentiality (menjaga kerahasian pasien) dan fidelity (loyalitas
dan promise keeping).
V. Antemortem
 Definisi
Data – data yang di peroleh dari korban sebelum kejadian atau korban masih hidup
 Isi data
a. Pakaian dan aksesoris yang digunakan
b. Barang bawaan

20
c. Tanda lahir
d. Foto diri
e. Sampel DNA
f. Cacat tubuh
 Kegiatan untuk mendapatkan antemortem
a. Meminta foto korban kepada keluarga yang menampilkan saat korban
tersenyum dan menampakkan giginya, sehingga dapat di ketahui susunan gigi
milik korban
b. Meminta fotokopi KTP korban
c. Meminta contoh sidik jari korban melalui KTP atau ijazah
d. Menghubungi kedutaan untuk meminta data korban
VI. Postmortem
 Definisi
Pemeriksaan ilmiah terhadap korban yang sudah meninggal, Ketika seluruh
permukaan tubuh dan rongga badan di periksa dan di catat tentang apa yang
ditemukan
 Isi data
a. Sidik jari
b. Pemeriksaan gigi
c. Pemeriksaan seluruh tubuh
d. Barang bawaan yang melekat pada mayat
 Kegiatan untuk mendapatkan postmortem

VII. Rekonsiliasi
 Definisi
Pencocokan antara data antemortem dan postmortem dengan kriteria minimal satu
macam primary identifiers atau dua macam secondary identifiers
 Proses kegiatan

KESIMPULAN
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu serta
penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh factor alam, factor non-alam, factor social, dan
kegagalan teknologi yang menimbulkan kerugian pada korban. Dalam kasus ini bencana non-
alam berupa kegagalan teknologi yang mengakibatkan kecelakaan pada pesawat Sukhoi

21
Superjet 100 telah memakan banyak korban salah satunya adalah Mr.X. Dalam rangka
pengungkapan identitas korban, dilakukan proses identifikasi melalui tim DVI dengan 5 fase
mulai dari olah TKP, pengumpulan data postmortem, data antemortem, rekonsiliasi, dan
debriefing. Pada pengumpulan data antemortem, tim DVI berhasil mendapatkan Informasi dari
keluarga korban bahwa korban adalah pasien dari drg. Albert Einstein. Tim identifikasi
kemudian meminta data rekam medis pasien dengan hasil pasien memiliki riwayat Perawwatan
Saluran Akar (PSA) serta tumpatan pada gigi geraham pertama dan kedua belakang kiri atas
serta gigi geraham kedua kiri atas. Data antemortem tersebut cocok dengan data postmortem
korban Mr.X berusia 45 tahun berjenis kelamin laki-laki. Lalu dapat disimpulkan korban Mr.X
teridentifikasi melalui gigi.

22
DAFTAR PUSTAKA
1) Farni, Indra. 2006. Manajemen Penanggulangan Bencana Krtua Pusat Studi Bencana
Universitas Bung Hatta
2) Undang – undang 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
3) Icha Artyas Annaswati, drg., M.Si. 2018. Disaster Victim Identification (DVI)
Indonesia
4) Br. Nainggolan, Ria Ratna Sari. 2018. Pertanggungjawaban Pidana Dokter yang
melakukan Pelanggaran Kerahasiaan RM Pasien Berdasarkan Undang-undang Nomor
29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
5) Ismantoro Dwi Yuwono, S,H, Buku “ Memahami Berbagai Etika Profesia dan
Pekerjaan”
6) Kholik S; Hartawan J. 2019. Kekuatan Surat Keterangan Hasil DVI dan Postmortem
Sebagai Alat Bukti Korban Kebakaran Yang Mengakibatkan Meninggal Dunia
dikaitkan dengan Pasal 184 Ayat 3 KUHP. Vol 5. No 2
7) Mulyono A. DKK. 2006. Pedoman Penatalaksanaan Identifikasi Korban Mati Pada
Bencana Massal. 2nd ed. Departemen Kesehatan Republik Indonesia

23

Anda mungkin juga menyukai