2020/2021
KATA PENGANTAR
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Maksud dan Tujuan........................................................................... 2
C. Manfaat ............................................................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Karakteristik Pesawat Terbang......................................................... 3
B. Komponen Berat Pesawat ............................................................... 6
C. Payload dan Jarak Jelajah................................................................ 8
D. Radius Putar...................................................................................... 10
E. Bobot Statik pada Roda Utama dan Roda Depan............................ 11
F. Pusaran Angin pada Ujung Pesawat................................................. 11
G. Pengaruh Kemampuan Pesawat Terhadap Landasan Pacu .......... 11
H. Lingkungan Lapangan Terbang ....................................................... 15
I. Panjang Landasan Pacu Berdasarkan Kemampuan Pesawat......... 18
J. Metode CBR untuk Tebal Perkerasan Landasan Pacu..................... 22
BAB III ANALISIS PERHITUNGAN
A. Perhitungan Landasan Pacu............................................................. 26
B. Perhitungan ARFL............................................................................. 30
C. Perhitungan Kegagalan Mesin.......................................................... 31
D. Perhitungan Perkerasan Landasan Pacu Metode CBR................... 33
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 36
B. Saran................................................................................................. 36
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi semakin meningkat, salah satunya adalah
dalam bidang Transportasi. Transportasi merupakan suatu kegiatan
manusia untuk melakukan suatu perjalanan dengan jarak tertentu,
dari tempat yang satu ke tempat yang lain dengan menggunakan alat
transportasi.
Sistem transportasi nasional menyelenggarakan transprtasi guna
memperlancar arus penumpang dan barang dari suatu tempat
ketempat yang lain disseluruh wilayah tanah air dan untuk pelayanan
internasional. Terselenggaranya sistem transportasi terpadu, tertib,
lancar, dan aman serta terjangkau oleh kemampuan masyarakat
dalam rangka mencapai jasa transportasi yang handal dan
berkemampuan tinggi.
Sejak zaman dahulu, alat transportasi juga ikut berkembang seiring
dengan kemajuan teknologi. Seperti yang telah kita ketahui bersama,
bahwa transportasi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu taransportasi
darat, laut dan udara. Yang akan kita bahas kali ini adalah tentang
transportasi udara, yang alat transportasinya adalah pesawat
terbang. Keunggulan alat transportasi udara terletak pada kecepatan
yang tinggi dan kemampuanya untuk menembus daerah yang
terisolasi. Tetapi banyak juga kelemahanya, antara lain kemampuan
angkut terbatas, sarana dan prasarananya mahal, serta biaya
operasinya juga mahal. Oleh karena itu transportasi udara lebih
banyak diminati untuk perjalanan jarak jauh.
Bandar udara adalah lapangan terbang yang digunakan untuk
mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang
atau kargo dan pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda
transportasi. Pesawat terbang merupakan alat transportasi yang
1
paling modern pada saat ini dibandingkan dengan moda transportasi
lainya, dalam merencanakan lapangan terbang harus
memperhitungkan perkembangan ukuran pesawat terbang
dikarenakan teknologi pesawat terbang yang selalu berkembang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
kedua jenis tersebut dipengaruhi oleh sifat pembebanan
pesawat ke perkerasan.
Tabel 2.1 : Konfigurasi Roda Pendaratan Utama
4
c. Ukuran Pesawat
Ukuran pesawat yang perlu diperhitungkan adalah lebar
sayap pesawat (wingspan) dan panjang pesawat (fuselage
length) sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 2.1. Kedua
faktor ini akan mempengaruhi :
Ukuran tempat parkir (apron) dan maneuver (pergerakan)
pesawat untuk parkir. Ukuran parkir ini juga akan
berkorelasi mempengaruhi konfigurasi bangunan terminal.
Lebar jalur pergerakan pesawat di landas pacu dan
taxiway, yang juga akan mempengaruhi jarak di antara
kedua jalur pergerakan pesawat tersebut.
5
Sumber: Horonjeff & McKelvey 1993
d. Kapasitas
Kapasitas pesawat udara terkait dengan daya angkut
penumpang dan barang akan mempengaruhi fasilitas yang
harus disediakan di dalam bangunan terminal (misal : ruang
tunggu penumpang, fasilitas sirkulasi penumpang, dll.) maupun
fasilitas pendukung di seputar terminal (misal : tempat parkir
kendaraan, tempat bongkar muat barang untuk muatan kargo,
dll.)
e. Kapasitas
Panjang landas pacu (runway) akan mempengaruhi
sebagian besar ukuran dari wilayah bandar udara itu sendiri.
Panjang landasan pacu juga dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan disekitar bandar udara, ketinggian tempat,
temperatur, angin, dll.
6
a. Operating Empty Weight (OEW)
OEW (berat kosong operasi) merupakan berat dasar pesawat
yang termasuk didalamnya krew (pilot, teknisi, pramugari)
pesawat dan semua berat pesawat yang ada dalam kondisi
yang siap terbang, kecuali (tidak termasuk) payload (berat
muatan) dan fuel (bahan bakar).
b. Payload
Payload (berat muatan terbayar) merupakan total pendapatan
(revenue) (=yang diperoleh maskapai penerbangan) yang
mengakibatkan/menghasilkan adanya beban/muatan (load).
Berat muatan yang terbayar termasuk di dalamnya
penumpang (passengers), surat (mails), express dan kargo.
Berat muatan terbayar (payload) maksimum ditentukan oleh
pihak penguasa/pengatur penerbangan terkait (federal
government) yang mengijinkan pesawat membawa
penumpang, barang atau kombinasi dari keduanya. Secara
teori, payload diperoleh dari perbedaan antara , Zero-fuel
Weight dan Operating Empty Weight.
c. Zero-fuel Weight
Zero-fuel Weight (berat pesawat dengan bahan bakar kosong)
terdiri dari berat kosong operasi (OEW), maximum payload
dan segala sesuatunya yang terkait dengan tambahan bahan
bakar pesawat dimana ketika pesawat terbang tidak melebihi
kemampuan bending momen pesawat (titik pertemuan di
sayap pesawat dan panjang badan pesawat) ketika
melakukan penerbangan.
d. Maximum Ramp Weight
Maximum Ramp Weight adalah berat maksimum pesawat
yang diijinkan untuk pergerakan di darat atau pergerakan di
antara apron menuju ke ujuang landasan pacu yang dibatasi
7
oleh kekuatan pesawat dan persyaratan ukuran penerbangan.
e. Maximum Structural Take-off Weight (MSTOW)
Maximum Structural Take-off Weight adalah berat maksimum
struktur pesawat yang diijinkan untuk mulai melakukan
penerbangan (take-off) yang dibatasi oleh oleh kekuatan
pesawat dan persyaratan ukuran penerbangan.
f. Maximum Structural Landing Weight (MSLW)
Maximum Structural Landing Weight adalah berat maksimum
struktur pesawat yang diijinkan untuk mulai melakukan
pendaratan (ketika menyentuh landasan) yang dibatasi oleh
oleh kekuatan pesawat dan persyaratan ukuran penerbangan.
8
Gambar 2.2 : Karakteristik dasar – Grafik Payload versus Range
Jarak terjauh “ar” dapat ditempuh apabila suatu pesawat terbang
A dengan payload maksimum : “Pa”. Pada kondisi ini pesawat harus
terbang dengan MSTOW.
Jarak terjauh “br” dapat ditempuh apabila suatu pesawat terbang
B dengan bahan bakar penuh, meskipun demikian payload yang dibawa
menjadi berkurang pada : Pb<Pa. Pada kondisi ini pesawat harus
terbang dengan MSTOW.
Jarak maksimum yang dapat ditempuh oleh pesawat pada “cr” apabila
C terbang tanpa membawa payload. Pada jarak ini biasanya digunakan
untuk pengiriman pesawat atau dikenal sebagai ferry range. Pesawat
dapat terbang dengan kondisi kurang dari MSTOW namun diperlukan
bahan bakar yang penuh.
Kondisi ini merupakan jarak dimana payload pesawat dibatasi oleh the
DE maximum structural landing weight (MSLW).
Keterangan :
9
Berat dalam 1000 lbs. dan jarak dalam nautical mil
10
Gambar 2.3 : Radius putar pesawat
11
b. Kecepatan Rotasi (Rotation Speed, VR)
Jarak dari awal take off kesuatu titik, dimana dicapai V LOF
ditambah setengah jarak pesawat mencapai ketinggian
10,5 m (35 fee), pada keadaan mesin pesawat tidak
bekerja (In Operative).
Jarak dari awal take off kesuatu titik dimana dicapai V LOF
dikalikan dengan 115 %, ditambah setengah jarak pesawat
mencapai ketinggian 10,5 m (35 feet) dari V LOF dikalikan
115 % dengan keadaan mesin masih bekerja.
12
ditambah jarak yang diperlukan untuk berhenti dari titik V 1
h. Stop Way
i. Clear Way
Yaitu area diluar akhir landasan dengan lebar paling sedikit 500
feet. As clear way merupakan perpanjangan akhir landasan
All engine take off, yaitu semua mesin dalam keadaan baik.
Pilih yang terpanjang dari ketiga kasus tersebut.
Catatan :
13
merancang & merencana lapangan terbang, oleh : Ir. Heru
Basuki).
14
2.8 Lingkungan Lapangan Terbang yang Berpengaruh Pada
Panjang Landasan
a. Temperatur,
a. Temperatur
15
temperatur sebesar 1 %, untuk setiap kenaikan 1 0 C atau 0,56
M dari muka laut rata - rata turun 6,5 0 C, atau setiap 1000
Dimana :
T = Temperatur di bandara,
h = Elevasi diatas permukaan laut.
Satuan metrik = Apabila nilai T dalam satuan °C dan nilai h
dalam satuan meter
Satuan imperial = Apabila nilai T dalam satuan °F dan nilai h
dalam satuan feet
b. Ketinggian Altitude
h
FE = 1 + 0,07 300 → Satuan metrik (apabila h dalam satuan
meter)
h
FE = 1 + 0,07 1000 → Satuan imperial (apabila h dalam satuan
feet)
16
Kriteria perencanaan lapangan terbang membatasi kemiringan
landasan pacu sebesar 1,5 %. Faktor koreksi kemiringan adalah :
FS = 1 + 0,1 x S
Dimana :
+5 -3 %
+ 10 -5 %
-5 +7%
17
berbagai karakteristik fisik lapangan terbang.
1. Umum
a. Sumber data
18
Angka yang diberikan oleh tabel untuk panjang landasan bagi
kemampuan pesawat mendarat di dasarkan kepada angin nol
(Tidak ada angin bertiup),landasan kering,sehingga tidak
memerlukan penyesuaian landasan.
d. Interpolasi
e. Flap setting
19
tanpa berhenti (non stop), dari lapangan terbang yang ditinjau
paling sedikit 250 kali setahun.
20
Tabel 2.7 Berat Lepas Landas Maksimum yang di Izinkan
(1000 lbs)
21
Tabel 2.9 Panjang Landasan Untuk Lepas Landas (Take
Off)
22
2.10 Metode CBR Untuk Tebal Perkerasan Lapangan Terbang
23
Gambar 2.5 Tebal total base dan surface berkaitan dengan nilai CBR
(grafik dari corps of engineers)
√
T =( 8,71 log R+5,43 ) P
1
−
1
8,1.CBR 450−S
Keterangan :
24
R = Jumlah ESWL yang bekerja (beban repetisi)
S = ESWL dalam Kg
25
BAB III
ANALISIS PERHITUNGAN
1. Karakteristik pesawat
Bentang pesawat = 43 m
Panjang peasawat = 56 m
Jarak roda = 22 m
Jarak antara roda pendaratan = 10,3 m
Berat lepas landas = 183.000 kg
Berat pendaratan maksimum = 166.000 kg
Berat kosong operasi = 109.000 kg
Berat bahan bakar = 180.000 kg
Jumlah dan tipe mesin = 3 TF
Muatan maximum = 3.563 penumpang
Panjang landasan pacu = 2.103 m
2. Data Perencanaan Lapangan Terbang
Temperatur lapangan terbang = 23 °c
Kecepatan penerbangan = 0,93 mach
Ketinggian lapangan terbang = 300 m
Kemiringan landasan pacu = 0,7 %
Angin haluan penerbangan = 30 knot
Operating weight empiy = 50.000 kg
Pay load = 13.000 kg
Cadangan BBM = 5.000 kg
Metode perkerasan = CBR
CBR Subgrade =7%
CBR Subbase = 50 %
ESWL = 23.000 kg
Tekanan ban = 2,3 mpa
Jumlah operasi pesawat = 300.000
26
Type traffict area =B
1. Perhitungan Landasan Pacu
A. Bobot Pendaratan Maksimal :
Dik :
- Temperatur Lapangan Terbang = 23 ˚C
9
Dikonversi ke °F = · 27+32
5
= 73,4 °F
- Ketinggian Lapangan Terbang = 300 m
Dikonversi ke Feet = 300 x 3,2808
= 984,24 feet
( 73,4−70 )
X2 = 247+ ( 247−247 ) =247
( 75−70 )
( 984,24−0 )
X3 = 247+ ( 247−247 )=247
( 1000−0 )
27
B. Panjang Landasan Pacu Pendaratan
Berdasarkan tabel, panjang landasan pacu pendaratan yang di
izinkan 1000 kaki dengan cara interpolasi diperoleh :
( 247−240 )
X1 = 7,14+ ( 7,24−6,99 ) =7,32
( 250−240 )
( 247−240 )
X2 = 7,14+ ( 7,40−7,14 )=7,32
( 250−240 )
( 984−0 )
X3 = 7,32+ (7,3−7,3 )=7,32
(1000−0 )
( 73,4−70 )
X1 = 33 6+ ( 336,0−336,0 )=336
( 75−70 )
( 73,4−70 )
X2 = 336+ ( 336,0−336,0 )=336
( 75−70 )
28
( 984−0 )
X3 = 336+ ( 336,0−336,0 )=336
( 1000−0 )
( 73,4−70 )
X2 = 67,10+ ( 68,00−67,10 )=67,7
( 75−70 )
( 984−0 )
X3 = 65,98+ ( 67,71−65,98 )=67,7
( 1000−0 )
29
Untuk faktor referensi ( R ) di peroleh sebesar = 67,7
Faktor referensi ( R ) = 67,7 nilainya dapat digunakan untuk tabel
Panjang landasan pacu lepas landas, dengan cara interpolasi
diperoleh nilai sebagai berikut :
( 336−330 )
X1 = 10,59+ ( 11,35−10,59 ) =11,05
( 340−330 )
( 336−330 )
X2 = 11,95+ ( 12,79−11,95 ) =12,45
( 340−330 )
( 68−60 )
X3 = 11,05+ ( 12,45−11,05 ) =12,13
( 70−60 )
30
2. PERHITUNGAN ARFL (AEROPLANE REFERENCE FIELD
LENGTH)
Dik :
Panjang landasan pacu lepas landas (L) = 3722,5 m
Elevasi di atas muka laut (h) = 700 m
Temperatur lapangan terbang (T) = 73,4 ˚F
Kemiringan landasan pacu (s) = 0,7 %
A. Faktor koreksi landasan pacu ( Ft )
Ft = 1+(0,01 x ( T −( 15− ( 0,0065 x h ) ) ) )
Fe = 1+(0,07 x( 300h ))
= 1+(0,07 x (
300 )
700
)
= 1,163
C. Kemiringan landasan (Fs)
Fs = 1+(0,1 x s)
= 1+(0,1 x 0,7)
= 1,070
Jadi panjang landasan pacu apabila pesawat take off yang
direncanakan sebagai berikut :
L
ARFL =
Ft x Fe x Fs
31
3722,5
=
1,689 x 1,163 x 1,070
= 1771,1106 meter
PERHITUNGAN :
a. Lepas Landas Normal
TOD1 = 1,15 x TOD (D35)
32
= 1,15 x 4600
= 5290,00 feet » 1612,392 meter
Ket : Pesawat telah mencapai ketinggian 35 feet atau
115% dari jarak horizontal
CL1 = 0,5 x ( TOD1 – LOD )
= 0,5 x ( 5920,00 – 3500 )
= 895,00 feet » 272,796 meter
TOR1 = TOD1 – CL1
= 5290,00 – 895,00
= 4395,00 feet » 1339,596 meter
b. Lepas Landas dengan kegagalan mesin
TOD2 = TOD (D35)
= 4600 feet » 1402,08 meter
SD = 0,6 x LD
= 0,6 x 3600
= 2160 feet » 658,368 meter
33
Jadi, kebutuhan - kebutuhan komponen landasan pacu apabila
pesawat mengalami kegagalan mesin adalah :
FL = Max ( TOD1 , TOD2 , ASD , LD )
= 5290,00 feet » 1612,392 meter
34
PENYELESAIAN :
Rumus yang digunakan dari US Corps Of Engineers yang
didapat secara empiris tetapi dasarnya tetap CBR, sebagai
berikut:
T =¿ p
√ 1
−
1
8,1 ⋅CBR 450. S
Ket :
T = Tebal perkerasan total (mm) diatas Subgrade
R = Jumlah ESWL yang bekerja (beban repetisi)
S = Tekanan roda (ban) dalam Mpa
P = ESWL dalam Kg
Jadi,
T
√
=¿ 23000
1
−
1
8,1 ⋅ 7 450 . 2,3
= 53,135723 x 20,14058
= 1070,184 mm » 1070 mm
Perbandingan :
AC 0 , 017
= =3,091
CSB 0 , 0055
CTB 0 , 0059
= =1,436
CSB 0 , 0055
35
Misal tebal AC yang digunakan = 150 mm
adalah equivalent dengan 3,0909 x 150= 464 mm CSB
Misal tebal CTB yang digunakan = 200 mm
adalah equivalent dengan 1,436 x 200 = 287,3 mm CSB
Jadi, CSB yang diperlukan = 1070 – 464 – 287,3 = 319 mm
Kesimpulan :
a. Tebal AC = 150 mm
b. Tebal CTB = 200 mm
c. Tebal CSB = 319 mm
d. Subgrade CBR =7
BAB IV
PENUTUP
i. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis perhitungan, untuk menghitung panjang
landasan pacu dan ARFL (Aeroplane Reference Field Length),
menghitung kegagalan mesin, dan menghitung tebal perkerasan
landasan pacu berdasarkan metode CBR , diperoleh hasil perhitungan
sebagai berikut :
1. Perhitungan panjang landasan pacu
a. Panjang landasan pacu pendaratan = 2246,208 meter
b. Panjang landasan pacu lepas landas = 3809,113 meter
c. Panjang landasan pacu ARFL = 1738,2007 meter
2. Perhitungan kegagalan mesin
a. FL ( Max TOD1, TOD2, ASD, LD ) = 6095,00 meter
b. FS ( Max TOR1, TOR2, LD ) = 4872,50 meter
c. SW ( ASD – ( Max TOR1, TOR2, LD )) = 27,50 meter
d. CL ( Min FL – ASD, CL1, CL2 ) = 825,00 meter
3. Perhitungan Lapisan Perkerasan Metode CBR
a. Tebal AC ( Beton Aspal ) = 150 mm
b. Tebal CTB ( Cement Treated Base ) = 200 mm
36
c. Tebal CSB ( Beton Pecah / Kerikil ) = 503 mm
d. Subgrade CBR =7%
ii. Saran
Dengan dilakukannya studi pembelajaran tentang perencanaan
Bandar udara , diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam
merencanakan Bandar udara di masa yang akan dating, dan perlu
diadakan pembelajaran lebih rinci serta koordinasi yang baik dengan
pihak – pihak yang bersangkutan.
37
LAMPIRAN
38
39
40
41
42