Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Christian Humaniora, Vol.2, No.

1, Mei 2018 ISSN: 2599-1965 (online)


ISSN: 2598-6317 (Cetak)

ANALISIS KONTRASTIF SISTEM PEMBENTUKAN VERBA


BAHASA BATAK TOBA DENGAN VERBA BAHASA INDONESIA

Tio R J Nadeak
STAKPN Tarutung
E-mail: tiorjnadeak@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan menggambarkan secara kontras sistem morfologi verba
bahasa Batak Toba dan sistem verba bahasa Indonesia, sehingga dapat diketahui lebih
jelas persamaan dan perbedaan kedua bahasa tersebut. penelitian ini membatasi diri pada
tinjauan morfologis, maka pembicaraan tentang tipe-tipe verba dapat bertumpang tindih
dengan masalah pembentukan verba dan makna pembentukan verba. Masalah yang diteliti
adalah sistem morfologi verba, baik sistem morfologi verba bahasa Batak maupun sistem
morfologi verba bahasa Indonesia. Metode penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif.
Menggunakan metode deskriptif komparatif-kontras, di mana bertujuan menemukan
persamaan dan perbedaan secara morfologi verba antara bahasa batak Toba dan bahasa
Indonesia. Contoh kalimat dibuat oleh penulis sendiri dengan mempertimbangkan
tingkat keberterimaan secara umum. Instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri
dengan melakukan studi literatur. Sedangkan sumber data penelitiannya adalah sumber
data kualitatif dari contoh-contoh. Pengumpulkan data menunjukkan sistim yang relevan
dalam tiap bahasa. Untuk setiap bahasa, nyatakan realisasi setiap katagori tata-bahasa
yang berhubungan dengan analisis kontrastif yang dilakukan. Setelah pengumpulan data
dilakukan, selanjutnya merumuskan pengontrasan yang sudah diidentifikasikan dari
hasil analisis.

Kata kunci: kontrastif, verba bahasa batak Toba, verba bahasa Indonesia

PENDAHULUAN kedua bahasa itu, apakah mereka sedang


berbahasa Batak ataukah sedang berbahasa
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Kekaburan batas serupa itu
Batak Toba, bahasa Batak Toba dimungkinkan pula oleh banyaknya
merupakan bahasa pertama, sedangkan persamaan struktur antara bahasa Batak
bahasa Indonesia merupakan bahasa dan bahasa Indonesia sehingga tidak
kedua. Dengan fungsi yang berbeda, mustahil terjadi pertukaran penerapan kaidah
kedua bahasa itu dipakai secara bahasa yang satu dengan pemakian bahasa
bergantian dalam kehidupan sehari-hari, yang lain. Misalnya, dapat saja terjadi
tetapi kadang-kadang keduanya dipakai seseorang yang seharusnya berbahasa
dalam ruang, tempat, waktu, dan situasi batak menerapkan kaidah bahasa
yang sama. Oleh karena itu, tidak mustahil Indonesia di dalamnya, atau sebaliknya.
apabila dalam hal tertentu kadang-kadang Dalam rangka usaha pembinaan
para pemakai bahasa itu dihadapkan dan pengembangan bahasa, baik bahasa
kepada suatu kekaburan batas antara Batak maupun bahasa Indonesia,

26
Jurnal Christian Humaniora, Vol.2, No.1, Mei 2018 ISSN: 2599-1965 (online)
ISSN: 2598-6317 (Cetak)

kekaburan batas yang saling merugikan terhadap bahasa Indonesia maupun


kedua bahasa itu seharusnya ditiadakan. Di sebaliknya.
mana letak kekaburan batas bahasa itu akan Jika dibandingkan dengan
dapat diketahui dengan cara beberapa penelitian lainnya, jangkauan
membandingkan struktur kedua bahasa penelitian ini lebih sempit karena masalah
yang hersangkutan. Dalam membandingkan yang diteliti lebih khusus. Masalah yang
struktur itu terkandung pengertian mencari diteliti adalah system morfologi verba,
persamaan dan perbedaan struktur kedua baik sebagai morfologi verba bahasa
bahasa itu. Batak maupun system morfologi verba
Untuk memperoleh suatu hasil bahasa Indonesia. Akan tetapi, penelitian
pembandingan yang diharapkan, ini melihat lebih lanjut sistem morfologi
diperlukan adanya suatu penelitian, verba kedua bahasa itu dalam bentuk
meskipun tidak seluruh aspek struktur perbandingan. Aspek khusus yang diteliti
kedua bahasa itu dapat diteliti sekaligus. dalam pembandingan itu adalah proses
Prioritas pertama yang perlu segera diteliti pembentukan verba dan makna
ialah perbandingan sistem morfologi pembentukan verba.
verbanya, seperti yang tertulis pada judul Semua analisis dibatasi dalam
penelitian ini. Di samping rumit tetapi ruang lingkup morfologi. Jadi, semua
menarik untuk dibandingkan, sistem aspek yang diteliti hanya dilihat dari
morfologi verba yang dibandingkan itu tataran morfologi saja meskipun
sangat berguna untuk menghindarkan sebenarnya dapat pula dilihat dari tataran
terjadinya interferensi antara kedua bahasa lain. Penelitian ini bertujuan
di atas. menghasilkan suatu tentang perbandingan
Dengan penelitian yang sistem morfologi verba bahasa Batak dan
dimaksudkan di atas diharapkan bahwa sistem morfologi verba bahasa Indonesia.
nanti akan terlihat dengan jelas kesejajaran- Dalam rancangan penelitian, dinyatakan
kesejajaran dan perbedaan-perbedaan bahwa pembandingan sistem morfologi itu
struktur morfologi verba bahasa Batak dan meliputi masalah proses pembentukan
verba bahasa Indonesia, yang pada verba, tipe-tipe verba, makna pembentukan
hakikatnya akan memperjelas batas-batas verba, dan sistem morfologi fonemiknya
morfologi yang tidak boleh diterjang, baik
dalam penggunaan bahasa Batak maupun KAJIAN PUSTAKA
bahasa Indonesia. Hal ini penting sekali 1 Pengertian Analisis Kontrastif
artinya bagi dunia pengajaran kedua Analisis kontrastif menurut
bahasa itu yang cenderung mengajarkan Tarigan (2009), adalah suatu prosedur
kaidah-kaidah yang normatif. Lebih lanjut, kerja yang memiliki empat langkah, yakni:
penelitian ini akan dapat memberikan (1) memperbandingkan B1 dengan B2, (2)
sumbangan pemikiran dalam upaya memprediksi atau memperkirakan
menghindarkan terjadinya interferensi mor- kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa,
fologi verba, baik interferensi bahasa Batak (3) menyusun atau merumuskan bahan

27
Jurnal Christian Humaniora, Vol.2, No.1, Mei 2018 ISSN: 2599-1965 (online)
ISSN: 2598-6317 (Cetak)

yang akan diajarkan, dan (4) memilih cara dalam komponen-komponen fonologi,
(teknik) untuk menyajikan pengajaran morfologi, kosakata, dan sintaksis.
bahasa kedua. Dengan analisis kontrastif, b. Pendapat Fisiak (1985)
diharapkan pengajaran bahasa kedua (B2) Analisis kontrastif adalah suatu cabang
atau bahasa asing (BA) menjadi lebih baik. ilmu linguistik yang mengkaji
Jadi, analisis kontrastif adalah suatu kajian perbandingan dua bahasa atau lebih, atau
terhadap unsur-unsur kebahasaan untuk subsistem bahasa, dengan tujuan untuk
keperluan pengajaran bahasa kedua, menemukan perbedaan-perbedaan dan
terutama untuk mengatasi kesulitan dan persamaan-persamaan bahasa-bahasa
kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh tersebut.
siswa. c. James (1980)
Analisis kontrastif dipopulerkan Analisis kontrastif ialah suatu aktivitas
untuk membantu guru bahasa dalam linguistik yang bertujuan untuk
meramalkan kesulitan-kesulitan yang menghasilkan tipologi dua bahasa yang
mungkin dihadapi oleh siswa dalam belajar kontrastif, yang berdasarkan asumsi-
bahasa target, dan memungkinkan untuk asumsi bahwa bahasa-bahasa itu dapat
memperbaiki kesalahan yang akan muncul dibandingkan.
disaat pembelajaran bahasa target, Dari ketiga tokoh yang
sehingga siswa dapat menguasai bahasa berpendapat tentang teminologi analisis
target tersebut secara baik dan benar. kontrastif maka dapat disimpulkan
Analisis kontrastif sebagai suatu bahwasannya analisis kontrastif adalah
pendekatan pengajaran bahasa suatu kajian linguistik dalam
mengasumsikan bahwa bahasa ibu dapat membandingkan bahasa ibu dan bahasa
mempengaruhi siswa ketika ia mempelajari target baik secara makrolinguistik maupun
bahasa target. mikrolinguistik untuk menemukan
Ada beberapa pengertian mengenai perbedaan-perbedaan dan persamaan-
terminologi analisis kontrastif, hal tersebut persamaan kedua bahasa tersebut. Dengan
telah dipaparkan oleh beberapa pakar sendirinya, analisis kontrastif membatasi
bidang analisis kontrastif dengan diri hanya bagian - bagian tertentu
pendapatnya yang beragam, diantaranya mengenai bahasa-bahasa yang hendak
dalam Pateda: dibandingkan.
a. Pendapat Lado, Fries, dkk. Analisis kontrastif verba bahasa
Lado (1957) dan Fries (1945) mengatakan Batak dan bahasa Indonesia
secara terpisah, yang intinya ialah bahwa mengandung pengertian mencari
agar para pengajar dapat meramalkan persamaan-persamaan atau kesejajaran-
kesalahan yang dibuat oleh seorang pelajar kesejajaran dan perbedaan-
bahasa kedua, mereka haruslah perbedaannya. Pembandingan ini dapat
mengadakan suatu analisis kontrastif antara dilakukan dengan dua macam, yaitu
bahasa yang dipelajari dan bahasa yang dengan pembandingan historis dan
digunakan pelajar sehari-hari, khususnya pembandingan deskriptif. Cara pertama

28
Jurnal Christian Humaniora, Vol.2, No.1, Mei 2018 ISSN: 2599-1965 (online)
ISSN: 2598-6317 (Cetak)

bertolak dari tinjauan linguistik. yang dipelopori Chom sky (1957)


Sedangkan cara yang kedua berdasarkan didasarkan pada teori tata bahasa
tinjauan linguistik sinkronis. Penelitian generatif transformasi. Teknik analisis
ini mengikuti cara yang kedua, yang yang dikembangkan para linguis
menggunakan metode perbandingan struktural itu lazim disebut dengan
deskriptif atau yang dikenal pula istilah analisis unsur langsung atau
dengan analisis konstrastif. "immediate constituent analysis".
Perbandingan deskriptif pada Penelitian ini ditempuh dengan
dasarnya mengamati kemiripan atau memanfaatkan model analisis taksonomi
perbedaan unsur kebahasaan tertentu berdasarkan pertimbangan berikut.
pada dua bahasa yang berkerabat ataupun Fries dalam hubungannya dengan
yang tidak berkerabat. Karena kemiripan analisis konstrastif ini mengajukan
dan perbedaan itu lazimnya tidak dapat pendapat bahwa yang paling efektif
ditetapkan secara menyeluruh, maka dalam kajian ini adalah bahan yang
seringkali dilihat secara tataran demi didasarkan pada hasil deskripsi paralel
tataran, sistem demi sistem, dan kategori antara bahasa yang satu dengan bahasa
demi kategori (Halliday, 1964; Cordor, yang lain, kemudian diperbandingkan
1979). Oleh karena itu, dalam penelitian (Fries, 1945:9). Selanjutnya, dikatakan
ini kemiripan dan perbedaan bahasa Batak bahwa tuntutan minimal pada deskripsi
dan bahasa Indonesia hanya diamati paralel ialah bahwa dua bahasa itu
dengan menyoroti aspek dideskripsikan dengan pola deskripsi
morfologisnya, khususnya sistem yang sama. Hasil deskripsi kedua bahasa
verbanya, sebagai usaha penjabaran yang dibandingkan itu dapat dijamin jika
yang sesuai dengan analisis konstrastif metode deskripsi yang diterapkan juga
di atas. sama. Mengingat bahwa penelitian ini
Dalam analisis konstrastif banyak memanfaatkan hasil penelitian
terkenal adanya pola prosedur analisis, sinkronis yang telah ada, yang banyak
yang dimaksudkan agar sistem dilakukan dengan metode deskripsi yang
kebahasaan bahasa-bahasa yang sama, maka penelitian ini juga
dibandingkan dapat diamati dengan menerapkan model analisis taksonomi
lebih baik (Nickel, 1977:2). Lazimnya seperti yang dikemukakan.
prosedur analisis itu dibedakan menurut Pada tataran tata bahasa
model yang dikemukakan berdasarkan morfologi termasuk di dalamnya -- model
kerangka teori struktural atau analisis taksonomi biasanya
taksonomi dan transformasi (James, memanfaatkan empat kategori bahasa
1980:36; Dardjowidjojo, 1974:45). yang meliputi satuan lingual, struktur,
Model analisis taksonomi yang jenis kata atau kategori sintaksis, dan
dipelopori Fries (1945) dan Lado (1957) sistem. Keempat kategori ini menarik
didasarkan pada teori linguistik karena sifatnya universal, artinya,
struktural, sedangkan model transformasi merupakan 'kriteria yang selalu menjadi

29
Jurnal Christian Humaniora, Vol.2, No.1, Mei 2018 ISSN: 2599-1965 (online)
ISSN: 2598-6317 (Cetak)

pokok perhatian dalam membahas materi Semua kata yang menyatakan perbuatan
bahasa apa pun (Halliday, 1964:247. atau laku digolongkan dalam kata kerja
Pada kedua bahasa berkerabat (Keraf, 1984: 64).
yang menjadi objek penelitian ini, yaitu Menurut Alwi, dkk. (2003: 87)
bahasa Batak Toba dan bahasa ciri-ciri verba dapat diketahui dengan
Indonesia, dapat diamati beberapa mengamati (1) perilaku semantisnya, (2)
kemiripan ataupun perbedaan dalam perilaku sintaksisnya, dan (3) bentuk
keempat kategori di atas. Unsur-unsur morfologisnya. Namun, secara umum
yang mirip pada dua bahasa berkerabat verba dapat diidentifikasikan dan
lazimnya disebut fakta khas, sedangkan dibedakan dari kelas kata yang lain,
unsur-unsur yang berbeda disebut detail terutama dari adjektiva, karena ciri-ciri
khas (Lehmann, 1974:36; Fernandez, berikut:
1984:17). a. Verba memiliki fungsi utama sebagai
Penelitian ini melihat kemiripan- perdikat atau sebagai inti predikat
kemiripan dan perbedaan-perbedaan itu dalam kalimat walaupun dapat juga
dalam sistem morfologi verba, yang mempunyai fungsi lain.
meliputi proses pembentukan verba, b. Verba mengandung makna inheren
makna pembentukan verba, dan sistem perbuatan (aksi), proses, atau keadaan
morfonemiknya. Verba yang yang bukan sifat atau kualitas.
dimaksudkan di sini ialah kata yang c. Verba, khususnya yang bermakna
menyatakan perbuatan, dapat digunakan keadaan, tidak dapat diberi prefiks
dalam modus perintah, dan bervalensi ter- yang berarti „paling‟. Verba
dengan aspek keberlangsungan yang seperti mati, misalnya, tidak dapat
dinyatakan dengan kata lagi 'sedang' diubah menjadi *termati.
(Sudaryanto, 1984:22). d. Pada umumnya verba tidak dapat
bergabung dengan kata-kata yang
2. Pengertian Verba menyatakan makna kesangatan.
Dalam kamus besar bahasa Tidak ada bentuk seperti *agak
Indonesia disebutkan bahwa verba belajar, *sangat pergi, dan *bekerja
adalah kata yang menggambarkan sekali meskipun ada bentuk seperti
proses, perbuatan atau keadaan yang sangat berbahaya, agak
juga disebut kata kerja mengecewakan, dan mengharapkan
(Poerwadarmita,2005:1260). Verba sekali.
adalah kata yang menggambarkan
proses, perbuatan, atau keadaan (KBBI, METODE
2007: 1260). Menurut Gorys Keraf, kata Penelitian ini bertujuan
kerja (verba) adalah segala macam kata menggambarkan secara kontras sistem
yang dapat diperluas dengan kelompok morfologi verba bahasa Batak Toba dan
kata “dengan + kata sifat”. Kata kerja sistem verba bahasa Indonesia, sehingga
atau verba dibatasi sebagai berikut. dapat diketahui lebih jelas persamaan

30
Jurnal Christian Humaniora, Vol.2, No.1, Mei 2018 ISSN: 2599-1965 (online)
ISSN: 2598-6317 (Cetak)

dan perbedaan kedua verba bahasa pembentukan verba yaitu pengimbuhan,


tersebut. Metode penelitian ini bersifat pengulangan, dan pemajemukan. Jika
deskriptif kualitatif. Menggunakan dilihat dari kenyataan ini, maka dapat
metode deskriptif komparatif-kontras, dikatakan bahwa pembentukan verba
dimana bertujuan menemukan dalam kedua bahasa itu dilakukan
persamaan dan perbedaan secara dengan cara yang berbeda. Di antara
morfologi verba antara bahasa batak ketiga cara yang dimiliki bahasa
Toba dan bahasa Indonesia. Contoh Indonesia, salah satu cara itu dimiliki
dibuat oleh penulis sendiri dengan bahasa Batak Toba yaitu pengafiksan
mmpertimbangkan tingkat atau imbuhan.
keberterimaan secara umum. Instrumen Di samping itu, imbuhan-
yang digunakan adalah peneliti sendiri imbuhan yang digunakan dalam proses
dengan melakukan studi literatur. pembentukan verba kedua bahasa itu
Sedangkan sumber data penelitiannya banyak pula kesejajarannya, baik
adalah sumber data kualitatif dari mengenai bentuknya, maknanya,
contoh-contoh kata- kata aktif. maupun fungsinya. Namun, di balik
Menurut Carl James(1980:67- kesamaan-kesamaan dan kesejajaran-
69) idealnya suatu analisis kontrastif kesejajaran itu, terdapat pula perbedaan-
sintaksis mempunyai empat langkah perbedaannya. Akan dilihat berikut ini
sebagai berikut : Mengumpulkan data dengan cara membandingkannya.
yang menunjukkan sistim yang relevan Pembandingan itu akan dimulai dengan
dalam tiap bahasa, Untuk setiap bahasa, melihat proses pembentukan verba
nyatakan realisasi setiap katagori tata- bahasa Batak Toba dan kemudian
bahasa yang berhubungan dengan melihat persamaan-persamaan atau
analisis kontrastif yang dilakukan, Data perbedaan-perbedaan dalam bahasa
penunjang, yaitu data-data lain yang lndonesia.
menunjang pengonntrasan yang Pengimbuhan
dilakukan, Merumuskan pengontrasan 1. Awalan ma-
yang sudah di-identifikasikan dari Awalan ma- sama dengan
analisa. awalam me- dalam bahasa
Indonesia. Awalan ini dibedakan
HASIL DAN PEMBAHASAN antara awalan ma- murni dan
Pembentukan verba bahasa awalan ma- ditambah imbuhan lain.
Batak Toba dilakukan dengan cara Awalan ma- ini dapat membentuk
proses pengafiksan atau pemajemukan. kata kerja aktif transitif,
Ada empat macam afiks atau imbuhan membentuk kata kerja aktif
yang dipakai untuk menurunkan verba intransitif. Apabila ma- dibubuhkan
yaitu awalan, sisipan, imbuhan gabung, dengan bentuk dasar suku
dan akhiran. Bahasa Indonesia pertamanya huruf hidup (a, o) maka
menggunakan tiga cara dalam akan menjadi mang-, apabila ma-

31
Jurnal Christian Humaniora, Vol.2, No.1, Mei 2018 ISSN: 2599-1965 (online)
ISSN: 2598-6317 (Cetak)

dibubuhkan dengan bentuk dasar bahasa Batak Toba dengan awalan ber-
suku pertamanya huruf g, h, k, w atau me dalam bahasa Indonesiadapat
maka akan menjadi mang-, dan dilihat pada contoh di atas.
apabila ma- dibubuhkan dengan Pembandingan contoh-contoh di
bentuk dasar suku pertamanya atas memperlihatkan bahwa bentuk-
huruf z, c, d, j, n maka akan bentuk dasar dalam bentukan yang
menjadi man-, apabila ma- berawalan ma- (bahasa Batak Toba)
dibubuhkan dengan bentuk dasar sama kelas katanya dengan bentuk-
suku pertamanya huruf p maka bentuk dasar dalam bentukan yang
akan menjadi m (senyawa), apabila berawalan ber- atau me- (bahasa
ma- dibubuhkan dengan bentuk Indonesia) yang berada di sebelahnya.
dasar suku pertamanya huruf s, t Misalnya, angkat (membaca dalam
maka akan menjadi n-. bahasa Batak ‘akkat’) dan lompat sama-
Contoh awalan ma- membentuk kata sama merupakan prakategorial; pitung dan
kerja transitif: buta sama-sama merupakan bentuk
ma- + angkat „lompat‟ → mangangkat adjektifl; dan seterusnya.
= melompat 2 Awalan mar-
ma- + ombak „kaki‟ → mangombak Awalan mar- sama dengan awalan
= mencangkul ber- dalam bahasa Indonesia. Sebagian
ma- + gadu „benteng‟ → manggadu besar bentukan verba aktif dalam bahasa
= membenteng Batak Toba dibentuk dengan
ma- + kusut „kusuk‟ → mangkusut = pengimbuhan awalan mar-. Verba bahasa
mengusuk Batak Toba dapat dibentuk dengan
ma- + watas „batas‟ → mangwatashon membubuhkan awalan mar- pada bentuk-
= berbataskan bentuk dasar yang berupa nomina, kata
ma- + zaman „zaman‟→ sandang yang ditambah imbuhan lain, kata
manzamanhon = menzamankan kerja ditambah imbuhan lain, dan kata
contoh awalan ma- membentuk kata sifat ditambah imbuhan lain
kerja intransitif: Contoh: awalan mar- dibubuhkan
ma- + pitung ‘buta’ → mapitung = dengan bentuk dasar nomina
menjadi buta Mar- + arta ‘harta’ → mararta =
Fungsi awalan ma- seperti dalam berharta
contoh di atas sama dengan fungsi Mar- + sibong ‘kerabu’→
awalan me- dalam pembentukan verba marsibong = berkerabu
bahasa Indonesia. Dalam hal ini, baik Mar- + sipatu ‘sepatu’ →
awalan ber- maupun awalan me- dapat juga marsipatu = bersepatu
dibubuhkan pada nomina, adjektif atau Mar- + guru ‘guru’ → marguru =
bentuk prakategorial, seperti halnya berguru
awalan ma- dalam bahasa Batak Toba. Contoh: amalan mar- dibubuhkan
Persamaan fungsi awalan ma- dalam dengan bentuk dasar kata sandang

32
Jurnal Christian Humaniora, Vol.2, No.1, Mei 2018 ISSN: 2599-1965 (online)
ISSN: 2598-6317 (Cetak)

Mar- +hot ‘tahan’ → marsihohot = „tarsonggot‟ terkejut


bertahan Tar- + dege „injak‟ → „tardege‟
Dalam bahasa Indonesia fungsi terinjak
awalan mar- bahasa Batak seperti itu Tar- + dungo „bangun‟ →
dapat disamakan dengan fungsi awalan „tardungo‟ terbangun
ber-. Dengan fungsi seperti itu awalan Tar- + bereng „lihat‟ → „tarbereng‟
ber- dalam pembentukan verba bahasa terlihat
Indonesia dapat dibubuhkan pada bentuk Dari contoh di atas, ada awalan tar-
dasar yang berupa nomina, adjektiva. yang dibubuhkan dengan kata dasar
Ada lagi bentuk dasar lain yang dapat yang suku pertama „r‟ (rimas) →
dibubuhi baik oleh awalan mar- bahasa tarrimas. Sementara dalam bahasa
Batak maupun oleh awalan ber- bahasa Indonesia awalan ter- digunakan pada
Indonesia, yaitu bentuk dasar numeralia. kata-kata yang tidak dimulai dengan
Apabila dibubuhkan pada bentuk dasar konsonan /r/ tetapi awalan te-
numeralia ini, awalan mar- tidak selalu digunakan pada kata-kata yang dimulai
berfungsi sebagai pembentuk verba. dengan konsonan /r/.
Misalnya, mar- + sampulu 'sepuluh', 4. awalan di-
'masing-masing sepuluh'. Numeralia yang Awalan di- dalam bahasa batak
berawalan mar- ini bukanlah verba. Toba sama seperti dalam bahasa
Namun, ada juga numeralia berawalan Indonesia. Awalan di- berfungsi untuk
mar- yang termasuk verba meskipun membentuk pasif. Seperti halnya ma-,
jumlah dan pemalcainya terbatas. awalan di- sebagai pembentuk verba
Misalnya, sada (satu) ‘bersatu'. Contoh pasif dapat dibubuhkan pada bentuk
terakhir ini sekaligus menunjukkan dasar nomina, verba, dan adjektif.
adanya persamaan fungsi pemakaian Contoh:
awalan mar- dan awalan ber-, yaitu di- + tuhor „beli‟→ dituhor „dibeli‟
membentuk verba aktif transitif dari di- +cet „cat‟ → dicet „dicat‟
bentuk dasar numeralia. di- + haol „peluk‟ → dihaol
„dipeluk‟
3. Awalan tar- di- + dege „injak‟ → didege
Fungsi awalan tar- adalah „diinjak‟
membentuk kata kerja pasif. Awalan tar- di- + birong „hitam‟ → dibirongi
sama dengan awalan ter -dalam bahasa „dihitami‟
Indonesia. Bentuk awalan tar- dalam Apabila dibubuhkan pada bentuk
bahasa Batak hanya satu yaitu tar-, dasar verba atau adjektiva yang lain,
sementara dalam bahasa Indonesia awalan di- akan menghasilkan bentuk-
awalan ter- mempunyai dua bentuk yaitu bentuk yang tidak gramatikal.
ter- dan te-. Contoh:
Contoh: di- + lari dilari
Tar- + songgot „kejut‟ → di- + duduk diduduk

33
Jurnal Christian Humaniora, Vol.2, No.1, Mei 2018 ISSN: 2599-1965 (online)
ISSN: 2598-6317 (Cetak)

di- + tenang ditenang 'melemparkan'


di- + ramai diramai ma-...-hon + dabu 'jatuh'
Bentuk-bentuk pada contoh yang mandahuhon 'menjatuhkan'
terakhir ini akan menjadi bentuk-bentuk ma-...-hon + mago 'hilang'
yang gramatikal jika mendapat akhiran - mamagohon
kan/i: dilarikan, didudukkan/diduduki, 'menghilangkan'
ditenangkan, dan diramaikan. Dengan ma-...-hon + tahan 'tahan' •
demikian, bentuk-bentuk yang gramatikal manahanhon 'menahankan'
ini dibentuk oleh imbuhan gabung di-...- ma-...-hon + ula 'kerja...'
kanldi-...-i dengan bentuk dasar verba atau mangulahon
adjektiva. 'mengerjakankan‟
Berdasarkan contoh-contoh itu, awalan di- Pembentukan verba bahasa Batak
dalam bahasa Indonesia yang dibubuhkan seperti di atas terlihat juga dalam bahasa
pada bentuk dasar verba dan adjektiva Indonesia, yaitu dengan pembubuhan
tidak menghasilkan verba pasif, sedangkan imbuhan gabung meN-...-kan pada bentuk-
dalam bahasa Batak hal itu dapat terjadi. bentuk dasar yang juga berupa nomina,
Oleh karena itu, fungsi pemakaian awalan verba, adjektiva. Fungsi imbuhan gabung
di- bahasa Batak sebagian dapat me-...-kan di sini juga membentuk verba
disamakan dengan fungsi pemakaian aktif transitif.
awalan di- bahasa Indonesia, sedangkan
Contoh:
sebagian lagi dapat disamakan dengan
imbuhan gabung di-...-kan atau di-...-i me-...-kan + bajak
bahasa Indonesia. Pasangan-pasangan membajakkan
contoh berikut ini dapat menjelaskan hal me-...-kan + bubur,membuburkan
itu. me-...-kan + bangun , membangunkan
diboan (boan 'bawa') Dibawame-...-kan + tidur,menidurkan
diponggol (ponggol ‘patah’ dipatahkan
Dengan contoh-contoh di atas, jelas
dipakke (pakke ‘pakai’) dipakai bahwa imbuhan gabung ma-...-hon
(bahasa Batak) dan (bahasa Indonesia)
5. Imbuhan Gabung ma-..-hon mempunyai persamaan fungsi pemakaian.
Dalam pembentukan verba bahasa Hal itu akan lebih jelas pada pasangan-
Batak imbuhan gabung ma-...-hon dapat pasangan contoh berikut.
dibubuhkan pada bentuk dasar nomina, mandanggurho danggur 'lempar'
verba, adjektiva. Fungsi imbuhan gabung 'melemparkan'
ma-...-hon di sini membentuk verba aktif mandahuhon dabu 'jatuh‟
transitif. Contoh: 'menjatuhkan'
ma...--hon + danggur 'lempar' mamagohon mago 'hilang'
mandanggurhor 'menghilangkan'
manahanho tahan 'tahan' •

34
Jurnal Christian Humaniora, Vol.2, No.1, Mei 2018 ISSN: 2599-1965 (online)
ISSN: 2598-6317 (Cetak)

'menahankan' banyak persamaannya dengan pemakaian


mangulahon ula 'kerja...' imbuhan gabung di-...-kan dalam bahasa
‘mengerjakankan‟ Indonesia, baik mengenai fungsinya
6. Imbuhan Gabung di-...-hon maupun mengenai bentuk-bentuk dasar
Verba aktif bentuk di-...-hon yang yang dapat dibubuhinya: nomina, verba,
telah dibicarakan selalu dapat dipasifkan adjektiva. Fungsi imbuhan gabung di-...-kan
menjadi verba bentuk di-...-hon. Sejalan di sini juga sebagai pembentuk verba pasif
dengan kenyataan itu, imbuhan gabung di- persona ketiga.
...-hon dalam pembentukan verba bahasa Contoh:
Batak dapat dibubuhkan pada bentuk- di-...-kan + penjara dipenjarakan
bentuk dasar nomina, verba, adjektiva. di-...-kan + film 'difilmkan
Fungsi imbuhan gabung di-...-hon di sini Persamaan fungsi pemakaian imbuhan
ialah membentuk verba pasif persona gabung di-...-hon dan di-...-kan akan
ketiga. Contoh: menjadi lebih jelas apabila keduanya
di-...-hon + torus 'terus' ditorushon masing-masing dibubuhkan pada bentuk--
'diteruskan' bentuk dasar yang sama, baik mengenai
di-,..-hon + lompa 'masak‟ kelas katanya maupun mengenai
dilompahon 'dimasakkan' maknanya. Pasangan-pasangan contoh
di-...-hon + ponggol 'patah' berikut ini akan menjelaskan hal itu.
diponggolhon ' dipatahkan' di-...-kan + tanya
di-...-hon + suda 'habis' ditanyakan ditorushon (torus ‘terus’)
disudahon ' dihabiskan' 'diteruskan'
Penggunaan imbuhan gabung di- disudahon (suda ‘habis’) '
...-hon dalam bahasa Batak seperti di atas dihabiskan'

7. Peta Persamaan dan Perbedaan antara verba bahasa Batak dan Bahasa
Indonesia
Pembentukan Persamaan Perbedaan
Verba
1. Awalan ma- = a. Berfungsi sebagai Apabila bentuk-bentuk dasar
awalan me- pembentuk verba aktif yang disejajarkan itu berbeda kelas
transitif atau intransitif. katanya, penggunaan awalan ma-
b. Fungsi awalan ma- bahasa seperti di atas tidak selalu dapat
Batak sama dengan fungsi disejajarkan dengan penggunaan
awalan me- membentuk awalan ber- atau me-.
verba aktif transitif dan
intransitif.
b. Awalan ma- dan me- dalam
pembentukan verba bahasa
Indonesia dapat dibubuhkan
pada bentuk dasar yang berupa

35
Jurnal Christian Humaniora, Vol.2, No.1, Mei 2018 ISSN: 2599-1965 (online)
ISSN: 2598-6317 (Cetak)

nomina, adjektif atau bentuk


prakategorial.
2. Awalan mar- = a. Fungsi awalan mar- bahasa a. Verba bahasa Batak Toba
awalan ber- Batak sama dengan fungsi dapat dibentuk dengan
awalan ber- membentuk membubuhkan awalan
verba intransitif. mar- pada bentuk-bentuk
dasar yang berupa nomina,
kata sandang yang
ditambah imbuhan lain,
kata kerja ditambah
imbuhan lain, dan kata
sifat ditambah imbuhan
lain

b. Dengan fungsi seperti itu


awalan ber- dalam
pembentukan verba bahasa
Indonesia dapat
dibubuhkan pada bentuk
dasar yang berupa
nomina, adjektiva.
3. Awalan tar- = a. Fungsi awalan tar- adalah a. Bentuk awalan tar- dalam
awalan ter- membentuk verba pasif. bahasa Batak hanya satu yaitu
tar-, sementara dalam bahasa
Indonesia awalan ter- mempunyai
dua bentuk yaitu ter- dan te-.
b. dalam bahasa Batak
awalan tar- digunakan pada kata
bentu dasarnya /r/, sementara
dalam bahasa Indonesia awalan
ter- digunakan pada kata-kata
yang tidak dimulai dengan
konsonan /r/ tetapi awalan te-
digunakan pada kata-kata yang
dimulai dengan konsonan /r/.
4. Awalan di- = di- a. Awalan di- dalam
pembentukan kata bahasa
Batak dan bahasa Indonesia
berfungsi sebagai pembentuk
verba pasif.
b. Fungsi awalan di- dalam
pembentukan kata bahasa
Batak dan bahasa Indonesia
adalah membentuk verba
pasif. Semua verba aktif

36
Jurnal Christian Humaniora, Vol.2, No.1, Mei 2018 ISSN: 2599-1965 (online)
ISSN: 2598-6317 (Cetak)

transitif dalam bahasa Batak


dan bahasa Indonesia dapat
dijadikan bentuk pasif di-.
c. Awalan di- sebagai
pembentuk verba pasif dapat
dibubuhkan pada bentuk-
bentuk dasar nomina, verba,
adjektiva.
5. Imbuhan a. Imbuhan gabung ma-...-hon
Gabung ma-...-hon sama dengan pembubuhan
= me-...-kan imbuhan gabung me-...-kan
dalam bahasa Indonesia. ma-
...-hon dan me-...-kan dapat
dibubuhkan pada bentuk
dasar nomina, verba,
adjektiva.
b. Berfungsi membentuk verba
aktif transitif.
6. Imbuhan Gabung a. Imbuhan gabung di-...-hon
di-...-hon dalam pembentukan verba
bahasa Batak dan imbuhan
gabung di-...-kan dalam
bahasa Indonesia dapat
dibubuhkan pada bentuk-
bentuk dasar nomina, verba,
adjektiva.
b. Fungsi imbuhan gabung di-
...-hon dan di-...-kan
membentuk verba pasif.

SIMPULAN

Terdapat persamaan dan perbedaan dalam ruang, tempat, waktu, dan situasi
dalam pembentukan verba bahasa Batak yang sama. Oleh karena itu, tidak mustahil
dan bahasa Indonesia. Sistem apabila dalam hal tertentu kadang-kadang
pembentukan verba bahasa Batak dapat para pemakai bahasa itu dihadapkan
dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. kepada suatu kekaburan batas antara
Bahasa Batak merupakan bahasa pertama, kedua bahasa itu, apakah mereka sedang
sedangkan bahasa Indonesia merupakan berbahasa Batak ataukah sedang berbahasa
bahasa kedua. Dengan fungsi yang Indonesia. Kekaburan batas serupa itu
berbeda, kedua bahasa itu dipakai secara dimungkinkan pula oleh banyaknya
bergantian dalam kehidupan sehari-hari, persamaan struktur antara bahasa batak
tetapi kadang-lcadang keduanya dipakai Toba dan bahasa Indonesia sehingga tidak

37
Jurnal Christian Humaniora, Vol.2, No.1, Mei 2018 ISSN: 2599-1965 (online)
ISSN: 2598-6317 (Cetak)

mustahil terjadi pertukaran penerapan kaidah Yogyakarta


bahasa yang satu pada pemakaian bahasa
yang lain. Misalnya, dapat saja terjadi Fries, C.C. 1945. Teaching and Learning
seseorang yang seharusnya berbahasa English as a Foreign Language. Ann
Batak menerapkan kaidah bahasa Arbor: University of Michigan
Indonesia di dalamnya, atau sebaliknya. Press.

Daftar Pustaka Hadidjaja, Tardjan. 1964. Tatabahasa


Indonesia. Yogyakarta: UP
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Indonesia. Halliday, M. A K. et al.
Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: 1964. The Linguistic Sciences and
Departemen Pendidikan dan Language Teaching. Longman.
Kebudayaan Republik Indonesia
Halliday, M.A.K. 1964. The Linguistic
Anton Moeliono dkk. KBBI. 2007. Jakarta: Science and Language Reaching.
Balai Pustaka. London: Longman

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis James, Carel. 1980. Contrastive Analysis.
Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Asdi Essex: Longman.
Mahasatya.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia.
Chomsky, N. 1957. Syntactic Structures. The Flores: Nusa Indah.
Haque. Mouton
Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus
Linguistik. Jakarta Gramedia.
Corder, S. Pit. 1979. Introducing Applied
Lehmann, W. P. 1974. ‘Subjektive Dalam
Linguistics. Penguin Books.
Language ,Journal of the Linguistic Society
of America, Vol. 50, No. 4.
Dardjowidjojo, Sunjono. 1974.
"Contrastive Analysis: Pross and
Fisiak, Jacek. 1985. Constractive Linguistics
Cons" Dalam G. Nickel (ed.) Applied
and the Language Teacher. Oxford:
Contrastive Linguistics. Proceedings
Fergamon Press
Voume 1. Heidelberg: Asspciation
Internationale de Linguistique
Lado, L. 1957. Linguistics Across Cultures
Appliquee 3 rd Congress, Julius
Ann Arbor. University of Michigan
Groos Verlag.
Press.
Fernandez, I. Y. 1984. "Beberapa Aspek
Nickel, G. 1977. Papers in Contrastive
Perbandingan Bahasa" Dalam
Linguistics. Cambridge: Cambridge
Widyaparwa, No. 26, Oktober.

38
Jurnal Christian Humaniora, Vol.2, No.1, Mei 2018 ISSN: 2599-1965 (online)
ISSN: 2598-6317 (Cetak)

University Press.
Parera, Jos Daniel. 1977. Pengantar Linguistik
Umum: Bidang Morfologi. Flores:
Nusa Indah.

Pateda, Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan.


Flores – NTT: Nusa Indah.

Poerdaminta. 2005. Kamus Besar Bahasa


Indonesia. Jakarta

Sinaga, Anicetus B. 2002. Tata Bahasa Batak


Toba. Medan: Bina Media.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran


Analisis Kontrastif Bahasa. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan.

39

Anda mungkin juga menyukai