Anda di halaman 1dari 16

NAKALAH

PERAWATAN TERAPI KONPLENENTER PADA ANAK


DENGAN PENYAKIT KRONIS / TERNINAL

Disusun Vntuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II


Dosen Pengampu : Ns. Isra Nur Vtari Syaehnara Potabuga, M. Kep

Disusun Oleh =

Kelompok 5 / S19 C
1 Safitri Wulandari (S19153
2 Salsabilla Tasya Amalia ( S19154
.3 Santika Mawarni ) (S19155
4. Sekar Evi Cahyani ) (S19156
5. Suei Ervinda Serly ) (S19157
6. Tito Febi Ananta Suyitno ) ( S19158
7. Tiwi Ayu Aprilia ) (S19159
.8 Vina Anggraini ) (S19160
9. Widya Nur Safitri ) (S19161
1. Yuliana ) (S19162
10 Lueky Kirana Saputra ) ( S18136
1 )

PROGRAN STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILNU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUNA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADENIK 2021/2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkah, rahmat, karunia serta hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan
makalah ’ Perawatan Terapi Komplementer Pada Anak Dengan Penyakit Kronis /
Terminal ’

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak II. Untuk itu kami selaku penyusun sangat berterimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada
dosen mata kuliah Keperawatan Anak II yaitu Ibu Ns. Isra Nur Utari Syachnara
Potabuga, M. Kep , yang telah memberikan bimbingannya sehingga makalah ini
dapat saya selesaikan tepat pada waktunya.

Kami selaku penyusun sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun agar
kami dapat menyusunnya kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Surakarta, 03 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................ 1
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................................... 2

BAB II ISI
A. Konsep Perawatan Terapi Komplementer Pada Anak dengan Penyakit Kronis / Terminal

1. Definisi.................................................................................................................. 3
2. Tujuan Pemberian Terapi Komplementer.............................................................. 3
3....................................................................... Macam - Macam Terapi Komplementer
.............................................................................................................................................. 3
4. Kerugian Pemberian Terapi Komplementer........................................................... 5
5................................................................ Keuntungan pemberian terapi komplementer
.............................................................................................................................................. 5
B. Konsep Perawatan Anak Penderita HIV/AIDS Dengan Terapi Komplementer
(Expressive Writing Therapy)
1. Kasus Pemicu......................................................................................................... 6
2. Etiologi.................................................................................................................. 6

3. Manifestasi Klinis.................................................................................................. 7
4. Pemberian Terapi Komplementer Expressive Writing Therapy............................. 8

BAB III PENUTUP


A. Simpulan......................................................................................................................... 11
B. Saran............................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muneul saat ini
diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang lain, seperti
pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam. Masyarakat luas
saat ini mulai teralih dari pengobatan modern / medis ke pengobatan komplementer,
meskipun pengobatan modern juga sangat popular di perbineangkan di kalangan
masyarakat, sebagai eontoh banyak masyarakat yang memilih mengobatkan keluarga
mereka yang patah tulang ke pelayanan non medis (sangkal putung) dari pada
mengobatkan ke Rumah Sakit ahli tulang. Beberapa rumah sakit di Indonesia, pengobatan
komplementer ini sudah mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau sebagai terapi
pengganti bagi pasien yang menolak pengobatan konvensional. Terapi komplementer
dapat dilakukan atas permintaan pasien sendiri ataupun atas rujukan dokter. Diharapkan
dengan penggabungan pengobatan konvensional komplementer bisa didapatkan hasil
terapi yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari penyakit kronis pada anak ?


2. Apa tujuan pemberian terapi komplementer pada ?
3. Apa maeam - maeam terapi komplementer ?
4. Apa kerugian dari pemberian terapi komplementer ?
5. Apa keuntungan dari pemberian terapi komplementer ?

C. Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui definisi penyakit kronis pada anak.


2. Dapat mengetahui tujuan dari terapi komplementer.
3. Dapat mengetahui maeam - maeam terapi komplementer.
4. Dapat mengetahui kerugian dari pemberian terapi komplementer
5. Dapat mengetahui keuntungan terapi komplementer.

1
D. Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Terapi
Komplementer penyakit HIV AIDS pada anak di dunia kesehatan, serta juga diharapkan
sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang seeara teoritis dipelajari di bangku
perkuliahan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perawatan Terapi Komplementer Pada Anak dengan Penyakit Kronis /


Terminal

1. Definisi
Penyakit kronis pada anak merupakan jenis penyakit degeneratif yang
berkembang atau bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari
enam bulan. Biasanya disebabkan oleh perubahan patologi yang “irreversible”
dimana anak akan mengalami kegagalan fungsi tubuh dan mengharuskan anak
menjalani hospitalisasi minimal satu bulan dalam satu tahun.
Penyakit terminal pada anak merupakan penyakit progresif atau penyakit
yang menuju ke arah kematian dan membutuhkan pendekatan dengan perawatan
palliative sehingga meningkatkan kualitas hidup seseorang (pasien anak).
Dalam menindaklanjuti keluhan yang sering dirasakan oleh pasien , maka
pasien maupun keluarga pasti akan meneari dan mendapatkan bantuan medis. Salah
satu tindakan yang bisa dilakukan untuk meminimalisir keluhan yang dirasakan
yaitu dengan diberikannya terapi komplementer. Terapi komplementer itu sendiri
adalah eara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada
pengobatan medis konvensional atau pilihan lain diluar pengobatan medis yang
konvensional.

2. Tujuan Pemberian Terapi Komplementer


a Sebagai pilihan untuk pengobatan selain pengobatan medis
b Untuk meningkatkan upaya kesehatan
e Untuk meneegah penyakit/ menyembuhkan penyakit d Dan untuk memulihkan
kondisi tubuh dari penyakit

3. Maeam-Maeam Terapi Komplementer

'. Aromaterapi, adalah terapi komplementer dalam praktek keperawatan dan


menggunakan minyak esensial dari bau harum tumbuhan untuk mengurangi
masalah kesehatan dan memperbaiki kualitas hidup. Sharma (2009)
mengatakan bahwa bau berpengaruh seeara langsung terhadap otak seperti obat
analgesik.

5
b. Sentuhan terapeutik adalah, pemberian tindakan dengan memaksimalkan
kekuatan sentuhan, jenis terapi ini dipereaya dapat mengobati nyeri dan
penyakit tertentu dengan mengatur arah aliran energi tubuh.
e. Terapi musik, adalah penggunaan musik dalam suatu terapi psikologis. Terapi
musik dilakukan untuk meningkatkan kesehatan fisik, memenuhi kebutuhan
psikologis, emosional, spiritual, serta meningkatkan hubungan sosial para
pasien dan keluarga mereka.
d. Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing, adalah suatu bentuk asuhan
keperawatan berupa teknik bernapas seeara lambat, dalam, dan rileks, yang
dapat memberikan respon relaksasi.
e. Pijat, adalah terapi komplementer dengan melibatkan manipulasi jaringan
lunak tubuh, biasanya dilakukan dengan tangan. Terapi ini utamanya
digunakan untuk merilekskan tubuh, walau juga dipereaya dapat membantu
mengurangi rasa sakit tertentu.

f. Akupuntur, adalah teknik kesehatan holistik yang berasal dari praktek


Pengobatan Tradisional Cina, yang dilakukan oleh ahli tusuk jarum dengan
merangsang titik-titik tertentu pada tubuh dengan memasukkan jarum tipis ke
dalam kulit.
g. Hipnoterapi, adalah tipe terapi yang menggunakan hipnosis, yaitu tindakan
memasuki alam bawah sadar seseorang untuk memberikan sugesti tertentu.
Pada kasus depresi, hipnoterapi bertujuan untuk membuat seseorang fokus dan
rileks, sehingga perasaan dan emosi negatif di masa lalu bisa dikendalikan.
h. Terapi energi, adalah terapi yang menggabungkan berbagai jenis energi untuk
meningkatkan kesehatan tubuh seeara keseluruhan, terutama dengan
memanipulasi medan energi tubuh.
i. Terapi herbal medik, adalah terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik
berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa
fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik
pada eell line atau hewan eoba, baik terhadap keamanan maupun
efektifitasnya.

J. Art therapy merupakan kombinasi antara teknik-teknik terapi psikologis dan


proses kreatif untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan
seseorang.

4
k. Expressive writing therapy merupakan salah satu intervensi berbentuk
psikoterapi kognitif yang dapat mengatasi masalah depresi, eemas, dan stres,
karena terapi ini merupakan terapi perefleksian pikiran dan perasaan terdalam
terhadap peristiwa yang tidak menyenangkan.

4. Kerugian
a. Membutuhkan waktu penyembuhan yang lama, terapi alternatif umumnya
tidak bisa memberikan penyembuhan seeara instan sehingga membutuhkan
waktu lebih lama untuk menyembuhkan dibanding dengan pengobatan
konvensional.

b. Diperlukan ketelatenan dari pasien, beberapa pengobatan alternatif


memerlukan adanya perubahan gaya hidup untuk menunjang terapi agar bisa
bekerja lebih baik, sehingga diperlukan disiplin dan ketelatenan dari pasien.
e. Penelitiannya masih terbatas, beberapa obat alternatif kini telah banyak diuji
seeara ilmiah dan terbukti efektif. Tapi sebagian besar obat-obatan yang
digunakan belum diuji seeara ilmiah dan disetujui oleh pemerintah setempat.

5. Keuntungan
a. Menggunakan pendekatan holistik, kebanyakan dasar dari pengobatan
alternatif adalah untuk mengobati kondisi dan bukan gejala karenanya ia
akan berfokus pada perawatan seluruh tubuh. Untuk itu biasanya
pengobatan ini tidak hanya untuk fisik tapi juga kesehatan spiritual dan
emosional pasien.
b. Pengobatannya lebih personal, terapi alternatif umumnya bersifat personal
tergantung pada kebutuhan pasien, karenanya ia tidak bisa diproduksi
massal dan terfokus pada tubuh pasien sehingga seeara individu.
e. Mengurangi stres, stres adalah faktor penting dalam mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh seseorang. Terapi alternatif seperti yoga dan meditasi bisa
membantu mengurangi stres, hal ini akan membantu memerangi penyakit
dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
d. Biaya yang dikelurkan sangat terjangkau, karena tidak memerlukan alat-
alat maupun bahan medis dalam jumlah banyak. Melainkan memanfaatkan
alat dan bahan tradisional dalam proses terapi.
e. Meningkatkan kesehatan seeara menyeluruh, karena bisa mengintegrasikan

5
prinsip mind-body-spirit dalam proses pemberian terapi

B. Konsep Perawatan Anak PenderitaHIV/AIDS Dengan Terapi Komplementer Expressive


Writing Therapy
1. Kasus Pemieu
Penyakit AIDS menyerang tanpa mengenal usia bisa dikatakan bahwa semua usia
dapat mengalami penyakit AIDS termasuk pada bayi dan anak. Salah satu kendala
dalam pengendalian dari penyakit HIV/AIDS pada anak adalah stigma dan
diskriminasi terhadap anak dengan HIV/AIDS.Stigma menjadi pemieu masalah
psikologis pada anak dengan HIV/AIDS (ADHA) termasuk masalah stres pada
anak dengan HIV/AIDS. Salah satu terapi untuk mengatasi stres ADHA adalah
expressive writing merupakan teknik penulisan singkat yang membantu seseorang
memahami dan mengatasi gejolak emosional dalam kehidupan mereka. Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh expressive writing therapy
terhadap stres anak dengan HIV/AIDS.

2. Etiologi

Penyebab penyakit HIV adalah infeksi human immunodefieieney virus. Virus ini
menghaneurkan sel CD4 (sel T), jenis sel darah putih dalam bagian sistem imun
yang khusus bertugas melawan infeksi.Manusia menghasilkan jutaan sel T setiap
hari untuk menjaga kekebalan tubuh. Namun di saat yang bersamaan, virus HIV
juga terus menggandakan diri untuk menginfeksi sel T yang sehat.Semakin banyak
sel T yang dihaneurkan virus HIV, kekebalan tubuh seseorang akan semakin lemah
dan rentan terhadap berbagai penyakit. Ketika jumlah sel T sangat jauh di bawah
normalnya, infeksi HIV dapat berkembang menjadi penyakit AIDS (Aequired
Immune Defieieney Syndrome). Virus HIV itu sendiri rentan menular lewat aktivitas
tertentu yang memungkinkan pertukaran atau perpindahan eairan tubuh dari satu
orang ke lainnya. Namun, eairan tubuh yang menjadi perantara

6
penyebaran virus tidak sembarangan. Infeksi pada bayi atau anak oleh virus HIV
(Human Immunodefieieney) umumnya terjadi seeara vertikal (dari ibu yang
mengandungnya) maupun seeara horizontal melalui transfusi produk darah dan
terpapar jarum suntik yang sudah terkontaminasi atau penularan lain.
Kemenkes RI (2012) dalam Maharani (2014) mengungkapkan bahwa dalam
prakteknya, stigma dapat mengakibatkan tindakan diskriminasi, yaitu tindakan
tidak mengakui atau tidak mengupayakan pemenuhan hak-hak dasar individu atau
kelompok sebagaimana selayaknya sebagai manusia yang bermartabat. Menurut
Waehidin dkk (2016) stigma menjadi pemieu masalah psikologis pada anak
dengan HIV/AIDS (ADHA) termasuk masalah stres pada anak dengan HIV/AIDS.
Penolakan yang di terima ADHA mengakibatkan ADHA merasa putus asa
(Waehidin dkk, 2016).Hal tersebut merupakan salah satu gejala stres pada
anak.Anak dengan stres menunjukkan reaksi yang berbeda.Stres pada anak juga
mengakibatkan ketidakseimbangan hidup pada anak (Ruffin dalam Fatimah, 2018).
Jika stres pada anak dibiarkan saja, dampaknya sangat merugikan hingga jangka
panjang.

3. Manifestasi Klinis
a. Gejala HIV pada anak usia balita yang akan muncul, antara lain:

• Tumbuh kembang anak terhambat. Misalnya, berat badan tidak kunjung


naik.
• Perut membesar karena adanya pembengkakan pada hati dan limpa mereka.

• Mengalami diare dengan frekuensi yang tidak menentu.


• Sariawan akibat infeksi jamur pada mulut anak yang ditandai dengan
bereak-bereak putih di rongga pipi dan lidah.
Bagi anak yang berusia lebih dari dua tahun, gejala HIV mereka dapat
dibagi menjadi tiga kategori, dari ringan hingga parah.
b. Gejala HIV ringan pada anak usia sekolah:

• Pembengkakan kelenjar getah bening.


• Kelenjar parotis (kelenjar ludah yang terletak di dekat telinga) membengkak.

• Sering mengalami infeksi sinus dan telinga.


• Mengalami gatal dan terdapat ruam pada kulit.

7
• Pembengkakan perut akibat membengkaknya hati dan limpa anak
c. Gejala HIV taraf sedang pada anak usia sekolah

• Sariawan yang berlangsung lebih dari dua bulan.


• Pneumonitis, yaitu pembengkakan dan peradangan jaringan paru-paru.
• Diare.
• Demam tinggi yang tidak kunjung sembuh lebih dari satu bulan.
• Hepatitis atau peradangan organ hati.
• Caear air dengan komplikasi.
• Gangguan atau penyakit ginjal.
.d. Gejala HIV parah pada anak usia sekolah

• Menderita dua infeksi bakteri yang serius dalam dua tahun belakangan ini,
seperti meningitis atau sepsis.
• Infeksi jamur pada saluran peneernaan dan paru-paru.
• Peradangan otak atau ensefalitis.
• Tumor atau lesi ganas.
• Pneumoeytis jiroveei, jenis pneumonia yang paling sering terjadi pada
penderita HIV.

4. Pemberian Terapi Komplementer Expressive writing therapy


a. Definisi
Terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres yaitu art
therapy, relaksasi, bermain game, terapi tertawa, bereerita, dan salah satunya
adalah Expressive writing therapy. Expressive writing therapy adalah teknik
menulis tentang pengalaman yang mengganggu pikiran. Kegiatan sederhana ini
bermanfaat untuk memperbaiki kesehatan fisik dan mental seseorang selama
berminggu-minggu, berbulan-bulan, dan bahkan bertahun- tahun. Terapi ini
merupakan teknik penulisan singkat yang membantu

seseorang memahami dan mengatasi gejolak emosional dalam


kehidupan mereka (Pennebaker & Smyth dalam Danarti dkk, 2018).
b. Berikut merupakan tahapan-tahapan expresive writing menurut Hynes &
Thompson, 2006 yang terbagi menjadi empat tahap, yakni:
1) Recognition atau Initial Write
Merupakan tahap pembuka menuju sesi menulis. Tahap ini bertujuan untuk
membuka imajinasi, memfokuskan pikiran, relaksasi dan menghilangkan

8
ketakutan yang mungkin muneul pada diri konseli, serta mengevaluasi
kondisi perasaan atau konsentrasi konseli. Konseli diberi kesempatan untuk
menulis bebas kata-kata, frase, atau mengungkapkan hal lain yang muneul
dalam pikiran tanpa pereneanaan dan arahan.
2) Examination atau Writing Exercise
Tahap ini bertujuan untuk menggali reaksi konseli terhadap suatu situasi
tertentu. Waktu yang diberikan untuk menulis bervariasi, 10-30 menit
setiap sesi. Setelah menulis konseli juga dapat diberi kesempatan untuk
membaea kembali tulisannya dan menyempurnakannya. Jumlah pertemuan
berkisar 3-5 sesi seeara berturut-turut atau satu kali seminggu.
3) Juxtaposition atau Feedback
Tahapan ini merupakan sarana refleksi yang mendorong pemerolehan
kesadaran baru dan menginspirasi perilaku, sikap, atau nilai yang baru,
serta membuat individu memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang
dirinya. Tulisan yang sudah dibuat konseli dapat dibaea, direfleksikan, atau
dapat juga dikembangkan, disempurnakan, dan didiskusikan dengan orang
lain atau kelompok yang dapat dipereaya oleh konseli. Hal pokok yang
digali pada tahap ini adalah bagaimana perasaan penulis saat
menyelesaikan tugas menulis dan atau saat membaea.
4) Aplication to the Self
Pada tahap terakhir ini, konseli didorong untuk mengaplikasikan
pengetahuan baru dalam dunia nyata. Konselor atau terapis membantu
konseli mengintegrasikan apa yang telah dipelajari selama sesi menulis
dengan mereflesikan kembali apa yang mesti diubah atau diperbaiki dan
mana yang perlu dipertahankan. Selain itu juga dilakukan refleksi tentang
manfaat menulis bagi konseli. Konselor juga perlu menanyakan apakah
konseli mengalami ketidaknyamanan atau bantuan tambahan untuk
mengatasi masalah sebagai akibat dari proses menulis yang mereka ikuti.
Jika pada pengaplikasiannya kalian tidak menggunakan bantuan terapis
maka kalian bisa meneoba untuk mengintegrasikan seeara mandiri apa
yang sudah kalian pelajari selama menulis.

Expressive writing ini juga bisa digunakan untuk keseharian, eontohnya


seperti menulis Diary. Melalui penulisan diary tentang pengalaman yang

9
dialami dan emosi yang dirasakan sebagai respon dari pengalaman itu, akan
semakin menyadari tentang dampak dari pengalaman tersebut pada kondisi
emosional. Di sini, juga bebas mengekspresikan pikiran-pikiran terdalam
dan perasaan-perasaan yang sedang dialami yang mungkin merasa sulit
untuk meneeritakannya pada orang lain. Dengan melakukan expressive
writing melalui diary akan memberikan ruang personal yang nyaman dan
aman untuk mengekpresikan diri tanpa takut mendapat penghakiman dari
orang lain, karena pada akhirnya diary ini akan di simpan seeara personal.
Hal ini juga akan membantu teman-teman

dalam memahami diri lebih baik lagi. Dengan belajar menyadari apa yang
diri rasakan, juga akan lebih mampu dalam mengontrol emosi baik dalam
memberikan merespon maupun dalam mengungkapkan emosi dengan eara
yang lebih sehat.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fenomena yang sedang berkembang saat ini, masyarakat luas mulai teralih

dari pengobatan modern atau medis ke pengobatan komplementer. Salah satu eontohnya
non medis dari pada mengobatkan ke Rumah Sakit. Namun beberapa rumah sakit di
Indonesia, pengobatan komplementer ini sudah mulai diterapkan sebagai terapi penunjang
bagi pasien. Pada pengobatan penyakit Kronis, terapi komplementer merupakan eara
penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis
konvensional atau pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Kelebihan dari
pengobatan komplementer yaitu menggunakan pendekatan holistik yang berfokus pada
kebutuhan fisik maupun spiritual, biaya pengobatan juga sangat terjangkau dibandingkan
dengan pengobatan

konvensional. Selain itu, pengobatan komplementer juga dianggap dapat mengurangi


dampak stress dengan terapi yoga maupun meditasi. Tetapi, dibalik kelebihan tersebut
terdapat kekurangan dari pengobatan komplementer, seperti perlunya waktu yang relatif
lama dalam proses penyembuhan, perlu ketelatenan dari pasien untuk proses pengdalam
proses penyembuhan, perlu ketelatenan dari pasien untuk proses pengobatanya, serta
keterbatasan penelitian sehingga menyebabkan sebagian besar obat-obatan belum di uji
seeara ilmiah dan belum mendapatkan persetujuan dari pemerintah. Salah satu terapi
nonfarmakologis yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres yaitu Expressive writing
therapy. Expressive writing therapy adalah teknik menulis tentang pengalaman yang
mengganggu pikiran. Kegiatan sederhana ini bermanfaat untuk memperbaiki kesehatan
fisik dan

mental seseorang.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk kedepanya
kami akan menjelaskan makalah seeara lebih fokus dan detail dengan sumber yang lebih
banyak dan dapat dipertanggungjawabkan. Kritik dan saran dari pembaea sangat kami
butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.

11
Tujuan dari pembuatan kesimpulan dan saran dalam makalah ini adalah agar
pembaea memahami benar mengenai isi atau pembahasan dari makalah tersebut. Maka
dari itu, digunakan bahasa yang benar dan mudah dipahami.

12
DAFTAR PUSTAKA

Apa itu Terapi Komplementer: Oambaran Umum dan Manfaat”


https://www.docdoc.com/id/info/specialty/pengobatan-altematif , diakses pada 03 April
2021 pukul 07. 33

Candra, Asep. 2011. “Plus Minus Pengobatan Alternatif’


https://amp.kompas.com/1ifesty1e/read/2011/07/25/10593894/plus.minus.pengobatan.a
Itematif, diakses pada 03 April 2021 pukul 09.12

Rufaida, Zulfa. dkk. 2018. “Terapi Komplementer” Mojokerto : STIKes Majapahit Mojokerto

Triyani, Angesti Dyah. dkk. 2020. “Pengaruh Expressive Writing Therapy Terhadap Stress
Anak Dengan HIV / AIDS” dalam Jurnal Keperawatan Vol. 12 No. 4 (hlm. 701 - 710).
Surakarta : Universitas Kusuma Husada Surakarta

Anda mungkin juga menyukai