Anda di halaman 1dari 6

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Kita sering mendengar istilah fatwa, baik dalam rangka memberi fatwa atau meminta fatwa.
Pada bab ini kita akan mengupas hal-hal yang berkaitan seluk-beluk dengan masalah fatwa dan
hal-hal yang terkait dengannya.

A. Pengertian

Kita mulai dari bagian yang pertama, yaitu pengertian fatwa, mufti serta perbedaan fatwa dengan
qanun, qadha' dan ijtihad.

1. Fatwa

Terlbih dahulu kita bahas pengertian fatwa baik dari segi bahasa maupun istilah.

a. Bahasa

Dari segi bahasa, kata fatwa punya akar kata dari afta - yufti - ifta’ (ً‫ إفتاءا‬- ‫ يفتي‬- ‫)أفتى‬, yang artinya
kurang lebih adalah menjawab pertanyaan orang. Dikatakan dalam ungkapan bahasa Arab :

‫أ ْفت ْي ُت ُه ف ْتوى وفُ ْتيا ِإذا أجبْت ُه عنْ مسْ أل ِت ِه‬

Aku memberinya fatwa, maksudnya aku menjawab pertanyaannya.

Dan kata fatwa dengan makna menjawab pertanyaan kita temukan beberapa kali di dalam ayat
Al-Quran, di antaranya :

‫يا أيُّها ْالمأل أ ْف ُتونِي فِي رُْؤ ياي‬


Hai orang-orang yang terkemuka,”Terangkanlah kepadaku tentang ta'bir mimpiku itu jika kamu
dapat mena'birkan mimpi. (QS. Yusuf : 43)

ً ‫ِيه ْم ِم ْن ُه ْم‬
‫أحدا‬ ِ ‫تف‬ِ ‫وال تسْ ت ْف‬

Dan jangan kamu menanyakan tentang mereka kepada seorangpun di antara mereka. (QS. Al-
Kahfi : 22)

ْ ‫فاسْ ت ْفت ِِه ْم أ ُه ْم أش ُّد‬


‫خل ًقا أ ْم منْ خل ْقنا‬

Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh
kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya Kami telah menciptakan
mereka dari tanah liat. (QS. Shaaffaat : 11))

b. Istilah

Sedangkan secara istilah, kata fatwa didefinisikan oleh banyak ulama dengan beragam takrif,
diantaranya.

ٍ ‫ين ْال ُح ْك ِم ال ّشرْ عِ يِّ عنْ دل‬


‫ِيل لِمنْ سأل ع ْن ُه‬ -ُ ‫تب ِْي‬

Penjelasan hukum syar’i atas dalilnya bagi orang yang bertanya.

Definisi fatwa ini bisa menjelaskan kepada kita bahwa pada hakikatnya fatwa adalah sebuah
jawaban yang berisi penjelasan tentang hukum-hukum syariah, yang didapat dari hasil istimbath
atas dalil-dalil yang terkait dengan hukum itu.

Karena fatwa adalah sebuah jawaban, maka pada dasarnya fatwa itu tidak berdiri sendiri,
melainkan didahului oleh pertanyaan dari suatu pihak, baik perseorangan atau pun kolektif.

2. Mufti
Istilah mufti merujuk kepada orang yang ditanyakan kepada masalah hukum-hukum agama dan
dia memberi jawaban. Jawaban itulah yang kemudian disebut dengan fatwa .

a. Bahasa

Maka pengertian mufti secara bahasa adalah

ً ُ‫وال ُم ْفتِي ل‬
ٍ ‫ اسْ ُم فاعِ ل أ ْفتى فمنْ أ ْفتى مرّ ًة فهُو ُم ْف‬: ‫غة‬
‫ت‬ ْ

Mufti secara bahasa adalah ism pelaku dari perbuatan memberi fatwa. Maka orang yang
memberi fatwa walau sekali, secara bahasa disebut mufti.

Namun pengertian di atas itu adalaha pengertian fatwa secara bahasa.

b. Istilah

Ada pun yang berlaku adalah pengertian fatwa secara istilah. Ash-Shairafi mendefinisikan fatwa
sebagai :

ُ ‫السْ ِت ْن‬ ِ ْ‫ُوم ْالقُر‬


ِ ‫آن و ُخصُوصِ ِه وناسِ خ ُه وم ْنسُوخ ُه وكذلِك السُّننُ وا‬ ِ ‫منْ قام لِل ّن‬
‫باط‬ ِ ‫اس ِبأمْ ِر دِين ِِه ْم وعلِم جُمل ُعم‬

Mufti adalah orang yang mengurusi masalah agama bagi orang-orang, dimana dia punya ilmu
tentang Al-Quran, baik yang sifatnya global atau yang khusus, baik yang nasikh (menghapus)
atau yang mansukh (yang dihapus), juga mengenal sunnah dan tata cara beristimbath.

Sedangkan Az-Zarkasyi mendefinisikan mufti sebagai :

‫قريب ِة مِن ْالفِعْ ل‬ ‫ْال ُم ْفتِي منْ كان عالِمًا بجم ْأل‬
ِ ‫كام ال ّشرْ عِ ّي ِة ِب ْالقُوّ ِة ْال‬
ِ ْ‫ِيع ا ح‬
ِ ِ

Mufti adalah orang yang memiliki ilmu atas semua hukum-hukum syar’iyah dengan kuat yang
dekat dari perbuatannya.
Tentu yang disebut mufti adalah orang yang profesional dan ekspert di bidang fatwa, bukan
sekedar orang awam yang bodoh dan tidak punya kemampuan, lantas berlagak sok pintar dan
mengeluarkan banyak pernyataan aneh yang justru bertentangan dengan hukum-hukum syariah.

3. Perbedaan Fatwa Dengan Qanun, Qadha’ dan Ijtihad

Antara fatwa dengan Qanun, Qadha’ dan ijtihad memang punya irisan yang saling terkait.
Namun biar bagaimana pun masing-masing punya jati diri dan satu dengan yang lain tetap saling
berbeda.

a. Qanun

Sebagaimana sudah dibahas pada bab sebelumnya, Qanun adalah undang-undang atau hukum
positif yang berlaku di suatu wilayah hukum. Qanun yang berlaku di suatu negara Islam, bisa
saja bersumber dari sejumlah hasil fatwa satu atau gabungan dari beberapa mazhab fiqih, namun
yang telah distandarisasi atau dibakukan, sehingga berbentuk aturan yang rinci, terdiri bab, pasal,
ayat, butir dan seterusnya.

Secara umum, Qanun bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan, dan sering juga tercantum
sanksi dan hukuman yang harus dijatuhkan. Sedangkan fatwa sifatnya tidak mengikat, karena
fatwa pada hakikatnya adalah sebuah pandangan atau pendapat tentang hukum suatu masalah
fiqih. Orang yang bertanya atau minta fatwa tidak diwajibkan untuk menerima fatwa itu. Bisa
saja dia menolak sebuah fatwa. Oleh karena itu, kalau sekedar menerima saja tidak menjadi
kewajiban, apalagi

b. Qadha’

Qadha’ adalah vonis atau keputusan yang dilakukan oleh seorang hakim atau qadhi atas suatu
perkara atau perseteruan dua belah pihak atau lebih.

ْ ْ
ِ ‫فصْ ل القاضِ ي بيْن ال ُخص‬
‫ُوم‬

Keputusan yang ditetapkan oleh qadhi di antara pihak-pihak yang bersengketa


Dalam prakteknya, seorang Qadhi terikat pada Qanun atau undang-undang yang berlaku di suatu
wilayah hukum.

Sebagaimana Qanun, Qadha atau ketetapan yang diambil seorang Qadhi sifatnya mengikat.
Orang-orang yang telah ditetapkan hukumnya oleh Qadhi, wajib menjalankannya. Bila ketetapan
itu berupa vonis hukuman, seperti penjara, hukum cambuk, hukum rajam dan seterusnya, maka
dia wajib menjalaninya.

Berbeda dengan fatwa yang sifatnya tidak mengikat. Seseorang yang meminta fatwa kepada
mufti, boleh menjalankan hasil fatwa itu kalau dia mau, tetapi tidak ada kesalahan bila dia
menolak isi fatwa itu. Dan atas penolakannya itu, dia tidak terikat dengan sanksi apa pun.

Perbedaan lainnya adalah fatwa itu berangkat dari sebuah pertanyaan, dimana seorang mufti
kemudian menjawab pertanyaan itu. Sedangkan qadha’ berangkat dari persengketaan, dimana
ada dua belah pihak atau lebih yang bersengketa atas suatu masalah, lalu qadhi memutuskan
perkara di tengah mereka.

Persamaan antara fatwa dengan qadha, antara lain sama-sama bersumber kepada Al-Quran dan
As-Sunnah serta sumber-sumber hukum Islam penunjang lainnya.

c. Ijtihad

Pengertian ijtihad menurut istilah adalah :

ّ ِّ‫ْبذل ْالفقِي ِه وُ سْ ع ُه فِي تحْ صِ يل ْالح ُْكم ال ّشرْ عِ ي‬


ِّ‫الظ ِّني‬ ِ

Mengerahkan segala kemampuan yang dilakukan oleh seorang ahli fiqih dalam rangka
menghasilkan hukum syar’i yang bersifat dzanni.

Sedangkan hubungan antara fatwa dengan ijtihad adalah bahwa fatwa itu dihasilkan lewat ijtihad
yang dilakukan oleh mufti. Setiap mufti wajib melakukan ijtihad sebelum menetapkan fatwa,
meski seorang mufti tidak diharuskan punya spesifikasi sampai ke level mujtahid mutlak.
Sebaliknya, seorang mujtahid tidak harus mengeluarkan fatwa. Dalam arti, meski seorang
mutjahid berijtihad, namun bisa saja dia tidak menjawab pertanyaan orang lain yang
disampaikan kepadanya dengan pertimbangan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai